"Hah..you and that nonsense thing called love," kata gw sinis. Dia hanya menaikkan sebelah alis tebalnya.
"Lu tu manusia paling kontradiktif yang gw kenal,Dit. Lu bisa bilang cinta, di lain sisi lu ga mampu terikat. Lu bisa sangat menginginkan sesuatu, di sisi lain lu dengan mudah ga setia. Lu bisa berusaha banget bikin seseorang bahagia, tapi lu juga mampu menyakiti dengan sadar. Lu tu ga paham yang barusan lu bilang tadi," jawab gw sambil melanjutkan melangkah. Sejenak kami hanya diam, melihat beberapa umang-umang berjalan menepi di pasir yang makin menampakkan luasnya.
"Lu benar sih,La. But give me time," katanya akhirnya.
"Why should i?," jawab gw apatis.
"Karena gw juga punya kemampuan berubah kalau gw mau. I want you, and i will go for it," jawabnya tegas sambil melangkah mendahului gw.

Didit hanya mengantar dan sedikit basa-basi dengan Tante gw. Jam delapan gw sudah tidur dengan anteng karena kelelahan.

Sejak itu, Didit ga seagresif yang sudah-sudah. Dia masih menghubungi gw tapi dengan intensitas yang relatif kurang rapat. Inipun sudah dua minggu gw ga jumpa. Makin sepilah hengpon gw rasanya. Liburan garing kering kerontang sampai tiba masanya masuk kuliah. Kembalilah gw ke dunia lama gw, kampus-gawe-new gank. Gw ga bisa kasih kendor, karena meleset sedikit saja, beasiswa gw lepas dari genggaman.

Semester ini berlalu tanpa kesan. Tiba-tiba semester baru yang lain sudah datang. Didit masih sama seperti yang lalu-lalu, antara ada dan tiada. Adam? Ga ada kabar. Kalau kata Didit sih masih awet dengan mbak Widinya. Oh ya Adam juga baru bawa prestasi untuk almamaternya. Doi baru menang lomba robot dengan timnya.

Maret 2006...
Tiba-tiba saja Didit sudah berdiri di depan gerbang rumah gw. Gw yang baru akan berangkat menunaikan Praktek Lapangan sedikit agak bingung dengan kejutannya ini. Oh ya, semester ini gw praktek di sebuah sekolah, sekitar 45 menit dari rumah. Dia memberi isyarat naik ke mobil mungilnya.

"Mimpi apa lu tiba-tiba nyamperin," kata gw setelah mobil sudah mulai melaju.
"Kangen,ya?" katanya sambil senyum.
"Diih ngarep," jawab gw. Ada lagu Miserynya The Moffats yang diputar saat itu.
"Ini lu mau ngampus apa gawe?," tanyanya. Gw jelaskan kalau gw praktek lapangan sekligus ancer-ancer ke sekolah tersebut.
"Cepat juga ya,La. Lu ngebut,ya?" katanya.
"Lu gimana?",tanya gw.
"Santai, Belanda sudah jauh," jawabnya sambil terkekeh.
"Dari dulu nyantai mulu, mau sampai tua lu di kampus?apa sih masalah lu sebenarnya?," tanya gw.
"Udah kebelet gw lamar tah,La...nyuruh gw buruan lulus," jawabnya asal. Gw males deh manjangin masalah. Suka-suka dia aja.
"Nanti balik jam berapa? Gw jemput," lebih seperti perintah alih-alih penawaran
"Ga usah, urusin aja tuh kampus lu," kata gw sambil berlalu.

Praktek lapangan adalah hal yang bikin gw ga betah. Ngadepin guru senior yang seperti dapat angin surga begitu tau rombongan kami praktek di sekolahnya. Kesempatan Magabut alias makan gaji buta. Belum lagi murid amburadul yang bikin emosi jiwa. Holly Molly, kalau bukan nyokap yang minta..gw ogaaaaah begini. Tapi at least ini minggu- minggu terakhir. Ga perlu gw share dari awal lah ya,gaes...karena memang ga ada asik-asiknya.

Balik sekolah, eh tuh Katana udah mejeng aja di luar gerbang.
"Kurang gawe amat sih, sudah gw bilang ga perlu jemput,"kata gw sambil cemberut. Dia hanya diam dan mulai menghidupkan mobilnya.
"Lu ngajar sore ini," tanyanya.
"Gw cuti dulu selama praktek ini. Bulan depan baru minta jadwal lagi," kata gw.
"Ok..makan,ya," katanya.

Kami duduk berhadapan di rumah makan R*tu. Sambil menunggu pesanan, matanya tajam memandang gw. Risih ditatap begitu. Tiba-tiba disodorkannya Hapenya. Gw bingung dengan maksud dan tujuannya.
"Cek,La... Gw udah skip semua kontak cewek kecuali nyokap, adik,saudara gw dan lu," katanya.
"Lah apa urusannya sama gw," kata gw.
"bukan hal mudah buat gw. Godaanya banyak,La. Berbulan-bulan ini gw nyudahin semua hubungan gw sama cewek lain,makanya gw ga nemuin lu. Gw mau ketemu or kontak lu setelah semua beres," katanya.
"Menurut lu begitu cukup?," tanya gw.
"Yah soon you'll see..gw masih banyak buruknya but at least gw serius mau berubah," katanya lagi.
"Kenapa kudu maksain diri sampai segitunya?," tanya gw lagi.
"since you deserve a good man, and i wanna be that one," jawabnya.

Pesanan kami sampai,kami makan dalam diam. Gw bingung mau bilang apa. Diapun asik dengan pikirannya. Tiba-tiba seorang cewek bohay sedikit sipit datang menghampiri..

"Didit,ya..iih apa kabar?masih ingat gw ga?," tanyanya ke Didit.
"Moza?," tanya Didit.
"Iih somse lu ga pernah ke kosan lagi. Kapan ya terkhir ketemu?," tuh cewek kayanya happy banget ketemu Didit, sementara yang ditanya hanya diam.
"Eh kenalin cewek gw,Za," kata Didit menyadari ada gw disitu. Hah?? Ceweknya?? Sembarangan. Si Moza ini melirik dan sepertinya baru sadar ada gw
"Oh,Hai... Dit,lu ganti nomor ya? Kok, gw hubungi ga pernah bisa,sih?" bangkeeee gw dikacangin.
"Berarti gw ga mau lu hubungi,Za," jawaban Didit ini membuat muka Moza kaya ditabok bolak-balik. Sukuriiin kata gw dalam hati. Songong sih niy cewek.
"Oh gitu,ya? Selera lu merosot jauh ya sekarang," katanya sambil melirik gw. Haaaah?!! Ngajak perang dunia.

"Justru lagi menanjak tajam banget,Za. Ga perlu gw sebut lah ya bedanya sejauh apa lu sama dia,nanti lu sakit hati lagi," kata Didit lagi. Merasa kehadirannya ga diinginkan lebih lama,Moza pun meninggalkan kami.

"Siapa tuh Mozarella?," kata gw.
"Mantan...," jawabnya enteng.
"Seksi bener," kata gw lagi.
"Ada yang lebih dari itu," jawabnya lagi yang hanya gw sambut oooh.
"Selera lu model gitu,ya?" tanya gw. Di luar dugaan Didit bingung dan sedikit bengong.
"Kenapa,lu?" tanya gw.
"Gapapa. Gw dulu-dulu random,La. Lebih seringnya cewek yang ngejar gw. Baru sama lu gw yang usaha." jawabnya.
"Nah tu lu sadar baru usaha, jadi stop ya kenal-kenalin gw sebagai cewek lu," jawab gw. Dia hanya diam.
"Lu ga pernah paham kan gimana memperjuangkan sesuatu yang lu inginkan? Kadang sudah diperjuangkanpun lepas dari tangan. Gw cuma ga mau lu kepedean nganggep gw pasti mau sama lu," kata gw lagi.
"La..lu boleh berlagak jadi Roro Jonggrang tah,jadi siapa tah. But again i tell you, i will conquer you.." dengan kalimat pamungkasnya ini dia beranjak ke kasir.

My oh my... Kalimat "I will conquer you" itu..kenapa masih menimbulkan rasa "nyesss" di hati gw??