- Beranda
- Stories from the Heart
SURYA Dikala SENJA (Horor, Komedi)
...
TS
ayahnyabinbun
SURYA Dikala SENJA (Horor, Komedi)

Assalamualaikum semua.
Ini hanya goresan tinta imajinasi seorang lelaki tua yang telat menemukan hasratnya dalam hal menulis.
No Junk.
No Spam.
Pokoknya ikuti Rules dari Kaskus ya.
Cerita ini murni Fiksi, jadi kalau ada kesamaan nama tokoh dan tempat mohon di maklumi.
Terakhir.
Selamat menikmati bacaan ringan ini.
Spoiler for Prolog:
-Jakarta-
UGD RS di jakarta.
"Bagaimana istri saya sus!? " tanya seorang pria kepada suster yang baru saja keluar dari ruang UGD.
"Maaf pak masih kritis saya tidak bisa memberitahu lebih rinci kondisi istri bapak, itu wewenang dokter," jawab suster cepat kemudian dia berlalu meninggalkan lelaki itu.
Lelaki itu pun bersandar di tembok rumah sakit, raut mukanya terlihat lemas dan pucat kedua tangannya gemetar tatkala menutup wajahnya.
"Maafkan aku Naura, hiks, maafkan aku, " gumam lelaki itu sambil terisak menangis tersedu-sedu.
Seberkas cahaya membentuk sosok manusia berjongkok di depan lelaki itu, "jangan menangis sayang, ini memang sudah waktuku, jaga anak kita ya, dia ganteng seperti kamu, cup. " seru sesosok cahaya tersebut sambil mencium kening sang lelaki, dan cahaya itu pun berlalu bersama sesosok laki-laki berjubah putih yang menemaninya.
Lelaki itu mengangguk lesu sambil tersenyum tipis, melihat ruh istrinya menghilang menuju ufuk matahari dikala senja.
"Krieeek" suara pintu UGD terbuka, keluar seorang dokter dan beberapa suster menggendong seorang bayi.
"Pak Bagas, bayi bapak kami bersihkan dulu di ruang bayi ya pak, dokter ingin bicara dengan bapak," jawab suster dengan lemah lembut ke lelaki itu.
Lelaki itu pun berdiri, berjalan pelan menuju dokter yang menundukkan kepala di depan lelaki itu, gurat penyesalan terlihat dari wajah sang dokter.
"Sudah tidak apa-apa dok, saya sudah tahu, sehebat apapun anda tidak bisa melawan takdir, " jawab lelaki itu sambil menepuk pundak sang dokter.
"Ba-bagaimana bapak bisa tahu!? " jawab dokter dengan rona kebingungan.
Lelaki itu kemudian berlalu menuju ruangan bayi, langkah demi langkah terasa berat, tangisan tak terbendung dari kedua matanya, lelaki itu memukul-mukul dadanya agar menyisakan kelegaan saat ia bernafas.
"OOOEeeeK...OOOEEEEK...OOOEEEK," seketika tangis bayi memecah kesunyian lorong rumah sakit, lelaki itu mempercepat langkah demi langkahnya, terlihat seorang bayi sedang di gendong suster, menangis dengan kencangnya.
"Silakan pak di gendong anaknya, sudah saya bersihkan dedek bayinya," jawab suster ke lelaki itu.
Sang lelaki menerima si bayi dari tangan suster, menggendong dengan penuh kehati-hatian, sang bayi yang tadi menangis kencang seketika terdiam di pelukan lembut sang ayah.
"Mau di beri nama siapa pak bayinya?" tanya suster.
"Surya, Surya dikala senja. " jawab bapak Bagas lirih.
Spoiler for Chapter 1 : sang Surya:
Jakarta, 2018.
"TENG!! TENG!! TENG!!" bunyi bel terdengar hingga ujung jalan setapak depan sebuah sekolah, segerombolan anak tunggang langgang berlarian menuju gerbang sekolah tersebut.
Pak Kusni penjaga sekolah, merangkap satpam, merangkap manusia terlihat mendorong gerbang dengan kepayahan, faktor usia seperti menggerogoti tenaganya yang dulu seperti kuda jantan, nafasnya terdengar mengebu-gebu seperti pemain film erotis tahun 80an, padahal gerbang sekolahnya hanya ada satu, bayangkan bila sekolah ini memiliki 7 gerbang layaknya pintu neraka, mungkin senin beliau sudah di kebumikan.
Dari ufuk timur terdengar suara dengan lantang.
"HEI KUSNI!!! HENTIKAN!!! GUA MASIH MAU SEKOLAH KUSNI!!!"
Remaja itu berlari bersama gerombolan murid yang telat bagai babi hutan.
Pak Kusni yang sedang mendorong gerbang terdiam sesaat, lalu melihat asal suara tersebut, matanya melotot melihat remaja tersebut berlari seperti maling BH yang dikejar warga, dengan sisa tenaga tuanya di dorong gerbang itu dengan tergesa-gesa,
"bocah sialan itu tak boleh masuk..! TIDAK BOLEH MASUK..! YOU SHALL NOT PASS..!" gumam lelaki tua itu sambil mengutip kata-kata Gandalf Lord Of The Ring.
"SIALAN KAU KUSNI! GUA TIDAK AKAN KALAH DENGAN TUA BANGKA MACAM KAU KUSNI!!" teriak lagi remaja itu dengan lantang, langkah kakinya semakin kencang ia sampai lupa resleting celananya masih menganga memberikan sensasi cooling breeze di sekujur pangkal pahanya.
Mendengar itu Kusni geram, ia semakin menggebu-gebu mendorong gerbang, akan tetapi, "KREEK!!" suara tulang bergeser bersua, teriakan tertahan mengema di kalbu Kusni.
"AAARRRGGHH!! AMPUN GUSTI!! PINGGANGKU!!" sakit encok strata tiga Kusni kambuh, tubuh kusni tertahan gerbang, tanpa adanya gerbang mungkin tubuh Kusni akan tersungkur ke tanah, ada hubungan simbiosis mutualisme yang ironis antara Kusni dan gerbang.
"Pagi beh, kambuh?! AHAAY!" ejek remaja itu ke pak Kusni sambil berlenggang menuju kelas.
Sakit, malu, vertigo menjadi satu, itulah yang di rasakan Kusni sekarang, melihat murid itu berlalu membuat matanya berkaca-kaca seutas kata terucap dari bibir Kusni.
"Dasar bocah KAMPRET!!" Kusni tertahan mematung sambil menggenggam gerbang sekolah yang masih seperempat terbuka.
Kelas 2-A sudah di penuhi manusia-manusia unggulan, datang setiap pagi untuk mencari ilmu, bersiap-siap menatap masa depan dengan penuh harapan cemerlang, di belakang dua insan lelaki saling bercakap.
"Cok, film bokep yang kemaren elu kirim crash, kirim lagi dong bro," celoteh Bambang ke Ucok di baris belakang.
"BAH!! Handphone kau saza yang zadul Bams, buktinya zalan-zalan zaja tuh di hp ku, makanya beli hape zangan di pasar malam lai," jawab Ucok dengan logat medannya yang kental, sungguh percakapan yang menginspirasi kaum muda mudi INDONESIA.
"Eh eh eh, guru guru guru!" riuh anak-anak kelas 2-a, sesosok lelaki tinggi, atletis nan tampan terlihat di depan pintu, kemudian berlalu, berganti menjadi lelaki pendek, tambun dengan kepala botak di tengah layaknya lapangan bola, sekilas adegan tadi seperti iklan L-men yang gagal.
Pak Hartono masuk ke dalam kelas, melihat sekeliling kelas sambil menyapa.
"Pagi anak-anak!!", sapa pak Hartono.
"PAGI PAK GURUUU!!" Jawab murid-murid dengan serentak dan kompak.
Tiba-tiba seorang anak berdiri di depan pintu kelas, wajahnya terlihat kecapaian dan pucat.
"Yaaah! Telat!" ujar anak itu, pak Hartono menelisik dengan teliti anak yang terlambat itu, kemudian berujar "hei kamu! Berani kamu telat di jam saya! Kesini kamu!" perintah pak Hartono dengan galaknya, anak itu pun maju dengan perlahan, kepalanya menunduk malu tidak bisa menatap pak Hartono, "Push up 25 kali! Jikalau tidak sanggup silakan keluar kelas saya!!" ujar pak Hartono dengan tegas, ketika anak itu mengambil ancang-ancang untuk melakukan push up, sesosok mahkluk mengintip dari balik jendela di barisan pojok kanan belakang, matanya nanar namun tajam melihat situasi kelas.
"oke situasi aman," ujarnya dengan percaya diri, dengan mode silent ia menyelundupkan tasnya dari balik jendela menuju bangku belajar, lalu ia merangsek masuk dari celah jendela, bak ular kadut dengan licinnya ia masuk melewati celah lumayan sempit itu, setengah badannya sudah masuk ke dalam ruang kelas, tangan kirinya menyentuh meja kemudian ia mendorong sisa tubuhnya melalui tembok menggunakan tangan kanan, dengan sangat cepat dan tanpa satu makhluk pun mengetahui ia sudah masuk ke dalam kelas, dengan posisi menungging di atas meja, misi pun berhasil, ia turun dari meja kemudian menikmati pemandangan Budi yang sedang push up.
"Budi, terima kasih ya, tanpa elu sebagai pengalih perhatian gua ngak bisa sampai di dalam kelas, Budi, kamu, numero uno," gumam pria itu di dalam hati.
Iya, pria itu tidak lain dan tidak bukan adalah Surya, anak dari bapak Bagas prakasa yang kalian liat kisah pilunya di prolog, anak ini tumbuh besar menjadi sosok lelaki tampan, pintar dan soleh, itu hanya menurut penuturan bapaknya sendiri.
Push up Budi sudah berada di angka 23 kali, keringat bercucuran dari kening sampai badan Budi, bahkan sampai muncul bercak basah di daerah selangkangannya, pergelangan tangannya mulai goyah, lututnya bergetar 4,5 skala richter, tubuh yang di rancang untuk main warnet seharian itu tidak mampu menerima push up lebih dari 20 kali.
"Pak, sudah ya pak, saya sudah tidak sanggup," nego Budi ke pak Hartono.
Pak Hartono sedikit terenyuh melihat Budi yang kecapaian, "aduh, kasihan kamu nak, ya sudah … tambah lima lagi push upnya, biar genap jadi 30," tutur pak Hartono dengan melepas topeng kesedihannya, mata Budi nanar namun kosong menatap lantai, terlihat raut penyesalan teramat sangat dari wajah Budi.
Pak Hartono mulai menuju meja ia mengambil daftar absensi lalu mulai mengabsen satu per satu muridnya, dimulai dari Ani, Deni dan seterusnya, murid-murid saling bersahutan saat nama mereka disebut pak Hartono, ketika mulut pak Hartono menyebut nama Surya, "HADIR PAK..!" sahut seseorang pemuda dari belakang dengan lantang.
Seisi kelas kaget, terperanga sambil menganga melihat Surya sudah di dalam kelas, pertanyaan dan praduga berkecamuk di hati mereka.
"Bagaimana ia bisa masuk!?"
"Sejak kapan ia ada di kelas?!"
"Kenapa aku ada di kelas ini!!" gumam Ari yang seharusnya masuk kelas 2-d.
semua perhatian itu berbanding terbalik dengan kondisi Budi yang tanpa perhatian satupun dari teman-temannya.
"Sakit, banget, tapi tak berdarah, sungguh biadab temen-temen gua, kata mereka kita teman sejati, selalu di hati, HILIH KINTHIL!!" ujar Budi di dalam hati kesal dengan teman-temannya.
Pelajaran berjalan setelah sesi absensi, pak Hartono mulai menjelaskan di depan kelas, suasana hening terasa, murid-murid mulai mendengarkan dengan seksama, kecuali Surya yang sedang terlelap di mejanya, posisinya yang berada paling belakang dan di tutupi Bambang yang jangkung dan Ucok yang bulat menjadikan tempat duduknya seperti vila di puncak, tempat paling nyaman untuk beristirahat.
"TOK TOK TOK TOK" bunyi ketukan pintu memecah keheningan kelas, pak Zul sang kepala sekolah sedang berdiri dengan seorang gadis cantik nan manis di sebelahnya, "pagi pak, maaf ganggu kelasnya, ini ada murid baru kelas 2-a," ujar pak Zul, "oh iya pak, silakan neng masuk, perkenalkan diri dulu sama teman yang lain," jawab pak Hartono sambil mempersilakan gadis itu masuk.
Sesosok gadis manis memakai hijab putih berjalan perlahan menuju depan kelas, wajah manisnya terlihat malu-malu ketika bertatap muka dengan murid-murid kelas 2-A, "pagi semua, nama aku Naura kelana subhi, panggil saja Naura," jawab Naura sambil tersenyum simpul memperlihatkan lesung pipinya, seketika itu juga rentetan panah asmara menusuk hati para lelaki di kelas 2-A, kecuali Surya yang sedang berkelana di pulau kapuk dan para murid perempuan yang menunjukkan ekspresi tersaingi secara jasmani dan rohani.
"kamu duduk di belakang ya nak Naura, soalnya bangku yang kosong cuman ada di sebelah sana, " ujar pak Hartono sambil menunjuk bangku disebelah Surya.
Naura pun berjalan menuju bangkunya, diiringi tatapan nakal murid laki-laki di kelas itu, ia kemudian duduk sambil mulai mengeluarkan peralatan belajarnya.
Bambang dan Ucok yang duduk di depan Naura pun sontak membalikkan badan untuk berkenalan.
"Hai Naura, namanya cantik secantik orangnya," puji Bambang dengan gaya sok coolnya.
"hei Naura, cantik kali kau, nanti pulang ku antar pakai motor ninja ku mau tak?" goda Ucok sambil menyisir jambul khatulistiwa miliknya.
Melihat gelagat kedua lelaki di depannya naura langsung ilfeel stadium akhir, didalam hatinya ia berteriak "TIDAAAAAAK..!" akan tetapi Naura hanya membalas dengan senyum malu tapi palsu ke kedua orang utan itu.
"ikh amit-amit jabang bayi, masa hari pertama di sekolah baru gua udah di godain cowok alay macem keset kayak gini, Ya tuhan salah apa hambamu ini, " ketus Naura di dalam hati.
"Jangan di anggap serius, mereka cuman bercanda."
"DEG...!!"
Rona wajah Naura terlihat terkejut, sebuah telepati terkirim langsung menuju fikirannya, ia mencari sumber telepati itu, dan matanya tertuju pada punggung lelaki teman sebangkunya, Surya.
Spoiler for Index:
PART 1
CHAPTER 1
CHAPTER 2
CHAPTER 3
CHAPTER 4
CHAPTER 5
CHAPTER 6
CHAPTER 7
CHAPTER 8
CHAPTER 9
CHAPTER 10
CHAPTER 11
CHAPTER 12
CHAPTER 13
CHAPTER 14
CHAPTER 15
CHAPTER 16
CHAPTER 17
CHAPTER 18
CHAPTER 19
CHAPTER 20
CHAPTER 21
CHAPTER 22
CHAPTER 23
CHAPTER 24
CHAPTER 25
CHAPTER 26
CHAPTER 27
CHAPTER 28
CHAPTER 29
CHAPTER 30
PART 2
CHAPTER 2.1
CHAPTER 2.2
CHAPTER 2.3
CHAPTER 2.4
CHAPTER 2.5
CHAPTER 2.6
CHAPTER 2.7
CHAPTER 2.8
CHAPTER 2.9
CHAPTER 2.10
CHAPTER 2.11
CHAPTER 2.12
CHAPTER 2.13
CHAPTER 2.14
CHAPTER 2.15
CHAPTER 2.16
CHAPTER 2.17
CHAPTER 2.18
CHAPTER 2.19
CHAPTER 2.20
CHAPTER 2.21
CHAPTER 2.22
CHAPTER 2.23
CHAPTER 2.24
CHAPTER 2.25
CHAPTER 2.26
CHAPTER 2.27
CHAPTER 2.28
CHAPTER 2.29
Diubah oleh ayahnyabinbun 29-05-2022 00:42
namakuve dan 116 lainnya memberi reputasi
115
161.2K
Kutip
916
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
ayahnyabinbun
#149
Chapter 26
Spoiler for Terkepung:
Malam temaram semakin mencekam tatkala Jagal memperlihatkan wujudnya yang mengerikan, bahkan sang bulan seakan berlindung dibelakang kepulan sang awan, Senja yang sedang berdiri sendirian tengah terkepung dengan ratusan mahluk astral berbentuk pocong yang mengelilinginya, Jagal sebagai sang panglima perang menyeret kakinya menuju tengah taman berhadapan dengan Senja yang sedang menyingsingkan lengan bajunya.
"Selamat malam Senja, bagaimana kencanmu? Apakah berjalan lancar?" seru Jagal dengan suara paraunya yang mencekam.
Senja memasang kuda-kuda dan bersiap untuk segala kemungkinan serangan dadakan, "itu semua bukan urusanmu," seru Senja dingin.
"Aku tadinya ingin bergabung akan tetapi pasti akan merusak momen bermesraan kalian berdua … mungkin setelah selesai urusan bersamamu aku akan berkunjung menemui gadismu itu … kikikikiki," kekeh Jagal dengan tatapan merendahkan. Senja langsung naik pitam mendengar ujaran Jagal, ia segera berlari kedepan hendak memukul Jagal namun Jagal melompat menghindar kebelakang.
"Kikikikiki … langsung menyerangku kau memang benar-benar benci dengan yang namanya basa basi Senja, kau kira aku akan naif menyerangmu dari jarak sedekat itu," kekeh Jagal mulai mengeluarkan celurit hitam miliknya dari balik lipatan kain kafan, "apa kau tidak melihat sekelilingmu? Kau telah terkepung oleh anak buahku, jalan terbaik adalah menyerah dan ikutlah denganku dengan damai karena nenek kesayanganmu ingin bertemu cucunya yang sudah lama hilang."
"Apa yang sebenarnya nenek inginkan dariku?" tanya Senja.
"Kikikiki … lebih baik kau tanyakan sendiri pada dirinya, kalian semua!! SERANG DIA!!" teriak Jagal kepada para pocong yang mengelilingi Senja.
Bagai belalang yang hendak menyerang ladang para pocong anak buah Jagal berlompat-lompatan menuju arah Senja, Senja memantapkan kuda-kuda miliknya pijaran api merah berpendar dari kedua telapak tangan dan seketika dua pocong berkain kafan lusuh sudah berada diatas tanah terbakar hingga tak tersisa.
Dua menjadi empat dan empat menjadi delapan semakin banyak pocong yang mendekati Senja semakin banyak pula sisa-sisa residual energi astral tercipta dari kobaran api yang membakar mahluk-mahluk berselimut kain kafan yang terkena hantaman pukulan Senja, tanpa gentar Senja terus menghajar dan menghindar dari serangan pocong-pocong anak buah Jagal, nafas Senja mulai tersengal tatkala energi sukmanya kian terkikis setelah menghajar ratusan pocong tersebut.
"Belajarlah dari kesalahanmu Senja dan ikutlah denganku dengan sukarela," ejek Jagal sembari menjulurkan tangannya.
"Terakhir kali kita bertarung kau beruntung karena aku sedang lengah tapi tidak untuk kali ini," seru Senja memasang kuda-kudanya kembali.
"Kikikiki … kita lihat sampai mana kesombonganmu akan bertahan," pungkas Jagal sembari mengeluarkan lentera miliknya.
Lentera Jagal berpendar api dan sejurus kemudian meluncurkan bola-bola api kearah Senja, dengan sigap Senja menghindari tiap serangan bola api sekaligus menghajar pocong yang hendak menyerangnya sekaligus hingga…
-Dhuar-
salah satu bola api berhasil mengenai Senja dan seketika kepulan asap menutupi pandangan, senyum puas tersungging di wajah Jagal namun hanya sesaat, setelah asap menghilang sederet sisik raksasa tengah melingkar melindungi Senja dari ledakan.
"A-apa itu!?" geram Jagal.
Sayap mengembang dan ular naga hitam itu mulai berdiri tegap dengan keempat kakinya memperlihatkan wujudnya yang sangat gagah.
"Perkenalkan ini Zil … mimpi burukmu," seru Senja dengan api merah menyala-nyala dari kedua kepalan tangannya.
"Hohoho … jadi ini alasan engkau mendapat julukan sang naga hitam dari timur, sungguh mengagumkan tapi masih belum cukup untuk melawanku," seru Jagal dengan sombong, Jagal menaikkan lenteranya seraya membaca mantra ratusan anak buahnya kembali datang menyerbu dari berbagai penjuru namun Senja tidak menampakkan raut wajah cemas sedikitpun.
-GROOOOAAARRR-
Auman Zil menggelegar hingga menggetarkan kaca-kaca rumah disekitar dan para pocong berkain kafan lusuh itu terpental hanya dengan auman sang naga hitam.
Merasa angin tak berpihak padanya Jagal bersuara "Cih … terkutuk kau dan cacing hitammu itu!!" dengan kesal Jagal melompat mundur dari taman.
Namun.
-Bruuk-
Jagal yang hendak melompat melarikan diri menabrak sesuatu, sebuah tabir pelindung tak kasat mata telah mengelilingi taman tersebut membuat ia dan sisa anak buahnya terkurung disana.
"Apa-apaan ini!!?" kesal Jagal berusaha kabur dengan menyayat tabir tersebut.
"Percuma saja kau tak akan bisa menggores tabir pelindung buatanku tabir ini khusus aku pasang untuk menjebak mahluk licik sepertimu," seru Senja berjalan perlahan menuju kearah Jagal dengan Zil dibelakangnya.
"Cih … sial!! Jangan mendekat!!" seru Jagal merasa terpojok.
"Kenapa? Takut? Bukankah tadi kau begitu bersemangat untuk menghabisiku? Dimana sang Jagal yang tadi berkoar-koar ingin menghabisiku?" tanya Senja dengan nada mengejek.
Jagal terdiam merasa diejek ia menatap nanar kearah Senja, "KAU!! AKU … AKU AKAN MEMBUNUHMU!!" teriak Jagal penuh amarah.
Jagal membuka kain kafan hitam yang melilit tubuh bagian atasnya, di tubuh Jagal tampak sebuah mata merah bersarang di dada, ia mengambil celurit miliknya dan menikam mata merah tersebut hingga berdarah.
"AAAAAARRRRRRGGGGHHHHH!!! HAHAHAHAHAHAHA!!!" teriak Jagal sambil tertawa menikmati sakit yang mendera tubuhnya.
Darah hitam bercucuran deras dari dada Jagal dan dari genangan darah hitam tersebut muncul ribuan belatung yang langsung menutupi tubuh sang Jagal, semakin lama semakin banyak belatung yang menyelimuti tubuh Jagal hingga menggunung menjadi setinggi pohon ditaman tersebut.
-DUAAARR-
Belatung yang menggunung itu meletus satu per satu dan dari jutaan belatung tersebut muncul sosok Jagal yang berukuran raksasa tanpa memiliki bagian bawah tubuhnya.
"ZIL MENGHINDAR!!!" seru Senja pada Zil.
Sebuah tangan raksasa hendak menggapai sang naga hitam namun dengan sigap Zil dapat menghindar dari serangan tersebut.
"HAHAHA..!! Sekarang akan ku pastikan kau mati Senja! Aku tidak perduli lagi perintah ratu untuk membawamu hidup-hidup!!" seru Jagal sembari menyeret tubuh besarnya menggunakan kedua tangannya.
Senja terus menghindari serangan telapak tangan raksasa milik Jagal dilain pihak Zil juga tengah berkutat dengan serangan para anak buah Jagal yang menyerangnya dari berbagai sudut.
Didalam ruang jiwa..
"hosh…hosh…hosh…!"
Sebuah bisikan terdengar dari belakang jiwa Senja, "Hei … bocah … gunakanlah sedikit kekuatanku … aku akan menghabisi lawanmu dalam sekejap mata … yang kau perlu lakukan han-HMMPHH"
Sebuah lilitan energi segel menutup mulut Ifrit dan dari belakang tubuh raksasa Ifrit tengah berjalan Surya sembari menyeret boneka teddy bear pink miliknya dengan langkah malas.
"Hooaam … berisik banget."
Senja terjatuh bersimpuh dengan nafas tersengal-sengal karena energi sukmanya telah habis tidak tersisa.
"Ckckckck … dasar bodoh, heh Senja!" panggil Surya kala itu, Senja pun menatap sayu kearah Surya tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.
"Istirahat sana, dari sini biar aku yang tangani," pungkas Surya sambil menepuk bahu Senja.
Ditaman..
Jagal menyeringai mengerikan tatkala tangan raksasanya berhasil menggenggam tubuh Senja namun sebuah cahaya putih menyelimuti seluruh tubuh pemuda tersebut.
-DHUAAAR-
tubuh Jagal terpelanting kebelakang hingga membuat tabir energi yang dipasang Senja pecah berkeping-keping, para anak buah Jagal yang mengeroyok Zil telah terbakar habis semua karena efek cahaya putih tersebut.
Dari tengah ledakan Surya sedang merenggangkan tubuhnya sembari menguap lebar, "HOAAAAM!!! ckckck jam berapa sekarang?!" tanya Surya pada dirinya sendiri.
"AAAARGGGHH!! BOCAH TERKUTUK!!" teriak Jagal berusaha bangun dari tanah.
"Wew!! … gede amat!" seru Surya terkejut dengan mahluk yang ia lihat didepannya, "elu pocong cuman setengah badan, kekuatannya lagi diskon ya?" tanya Surya dengan mata setengah terbuka.
"KAU!! MATILAH!" Jagal berteriak sembari menyeret tubuhnya kembali kearah Surya.
"Zil …" seru Surya malas memanggil sang naga hitam, Zil segera menghampiri Surya dan seketika ia merubah tubuhnya menjadi sebuah pedang panjang berbilah hitam legam, Surya menggenggam erat pedang tersebut seraya mengayunkan dan membelah udara kosong dengan sabetan pedang tersebut.
-Slaaaash-
Darah hitam bercucuran dari pundak kanan Jagal yang tengan menyeret tubuh raksasanya, "GYAAAA...!" pekiknya menahan sakit.
"Sakit ya?" tanya Surya yang dalam sekejap mata sudah berada di depan Jagal.
"KEPARAT!! MATILAH KAU!!" Jagal mengangkat tinggi tangan kirinya dan sejurus kemudian menepuk tubuh Surya bagai menepuk seekor nyamuk.
-SLAAASH-
Darah hitam kembali bercucuran dan seketika tangan kiri Jagal sudah terlepas dari lengan tempatnya bernaung, Jagal menatap nanar pergelangan tangannya dan mulai menggelepar menahan sakit yang teramat sangat.
"Jadi kau pocong hitam yang melukai Senja … cih … menyedihkan," seru Surya dengan nada mengejek.
"Si-siapa kau sebenarnya?! Mengapa dalam sekejap kekuatanmu meningkat drastis seperti ini?" tanya Jagal penuh rasa penasaran.
"Aku Surya, kembaran jiwa dari Senja, biasanya aku hanya muncul pagi-pagi namun karena keributan yang telah kau perbuat aku harus mengambil alih sebelum kau kembali melukai tubuh ini," terang Surya sembari membersihkan bilah pedangnya dari darah milik Jagal.
Jagal terdiam, matanya berpendar berusaha mencari celah untuk melarikan diri namun hasilnya nihil terlebih tangannya tidak bisa untuk menyeret tubuhnya yang telah berubah menjadi ukuran raksasa, hingga tatapannya bertemu dengan tatapan tajam milik Surya.
"Kau seharusnya bersyukur dan memilih menyerah di tangan Senja sang naga hitam dari timur daripada memilih menghadapiku," terang Surya sembari menancapkan pedang hitam di depannya.
"Me-mengapa demikian?" tanya Jagal masih meringkuk di tanah.
"Karena ia masih memiliki empati untuk jin kafir sepertimu, ia masih berfikir kalian memiliki kesempatan kedua, masih bisa menemui jalan kebenaran …" Surya menaikkan tangan kanannya keatas seraya membaca doa, "sedangkan aku … tidak."
Tangan Surya turun bersamaan dengan ribuan belati cahaya yang sedari awal berada diatas sang Jagal.
-JREEEB-
darah hitam bercucuran kemudian berganti menjadi api yang membakar habis tubuh pocong raksasa tersebut.
"AAAAAAAA … AMPUUUNN!! TOLONG!! TOLONG AMPUNI AKU!!" teriakan demi teriakan memohon belas kasihan keluar dari mulut sang Jagal namun Surya tak menggubrisnya, ia hanya menatap dingin tubuh Jagal yang menggelepar bagai cacing yang sedang ditaburi garam.
Dilain tempat...
Disebuah ruangan gelap nan kelam tengah meringis kesakitan seorang wanita tua sambil menutup salah satu matanya.
"TERKUTUK KAU SURYA!! PANGGIL KERA PUTIH KESINI!!!" teriak Evelin kepada para anak buahnya.
Bersambung..
"Selamat malam Senja, bagaimana kencanmu? Apakah berjalan lancar?" seru Jagal dengan suara paraunya yang mencekam.
Senja memasang kuda-kuda dan bersiap untuk segala kemungkinan serangan dadakan, "itu semua bukan urusanmu," seru Senja dingin.
"Aku tadinya ingin bergabung akan tetapi pasti akan merusak momen bermesraan kalian berdua … mungkin setelah selesai urusan bersamamu aku akan berkunjung menemui gadismu itu … kikikikiki," kekeh Jagal dengan tatapan merendahkan. Senja langsung naik pitam mendengar ujaran Jagal, ia segera berlari kedepan hendak memukul Jagal namun Jagal melompat menghindar kebelakang.
"Kikikikiki … langsung menyerangku kau memang benar-benar benci dengan yang namanya basa basi Senja, kau kira aku akan naif menyerangmu dari jarak sedekat itu," kekeh Jagal mulai mengeluarkan celurit hitam miliknya dari balik lipatan kain kafan, "apa kau tidak melihat sekelilingmu? Kau telah terkepung oleh anak buahku, jalan terbaik adalah menyerah dan ikutlah denganku dengan damai karena nenek kesayanganmu ingin bertemu cucunya yang sudah lama hilang."
"Apa yang sebenarnya nenek inginkan dariku?" tanya Senja.
"Kikikiki … lebih baik kau tanyakan sendiri pada dirinya, kalian semua!! SERANG DIA!!" teriak Jagal kepada para pocong yang mengelilingi Senja.
Bagai belalang yang hendak menyerang ladang para pocong anak buah Jagal berlompat-lompatan menuju arah Senja, Senja memantapkan kuda-kuda miliknya pijaran api merah berpendar dari kedua telapak tangan dan seketika dua pocong berkain kafan lusuh sudah berada diatas tanah terbakar hingga tak tersisa.
Dua menjadi empat dan empat menjadi delapan semakin banyak pocong yang mendekati Senja semakin banyak pula sisa-sisa residual energi astral tercipta dari kobaran api yang membakar mahluk-mahluk berselimut kain kafan yang terkena hantaman pukulan Senja, tanpa gentar Senja terus menghajar dan menghindar dari serangan pocong-pocong anak buah Jagal, nafas Senja mulai tersengal tatkala energi sukmanya kian terkikis setelah menghajar ratusan pocong tersebut.
"Belajarlah dari kesalahanmu Senja dan ikutlah denganku dengan sukarela," ejek Jagal sembari menjulurkan tangannya.
"Terakhir kali kita bertarung kau beruntung karena aku sedang lengah tapi tidak untuk kali ini," seru Senja memasang kuda-kudanya kembali.
"Kikikiki … kita lihat sampai mana kesombonganmu akan bertahan," pungkas Jagal sembari mengeluarkan lentera miliknya.
Lentera Jagal berpendar api dan sejurus kemudian meluncurkan bola-bola api kearah Senja, dengan sigap Senja menghindari tiap serangan bola api sekaligus menghajar pocong yang hendak menyerangnya sekaligus hingga…
-Dhuar-
salah satu bola api berhasil mengenai Senja dan seketika kepulan asap menutupi pandangan, senyum puas tersungging di wajah Jagal namun hanya sesaat, setelah asap menghilang sederet sisik raksasa tengah melingkar melindungi Senja dari ledakan.
"A-apa itu!?" geram Jagal.
Sayap mengembang dan ular naga hitam itu mulai berdiri tegap dengan keempat kakinya memperlihatkan wujudnya yang sangat gagah.
"Perkenalkan ini Zil … mimpi burukmu," seru Senja dengan api merah menyala-nyala dari kedua kepalan tangannya.
"Hohoho … jadi ini alasan engkau mendapat julukan sang naga hitam dari timur, sungguh mengagumkan tapi masih belum cukup untuk melawanku," seru Jagal dengan sombong, Jagal menaikkan lenteranya seraya membaca mantra ratusan anak buahnya kembali datang menyerbu dari berbagai penjuru namun Senja tidak menampakkan raut wajah cemas sedikitpun.
-GROOOOAAARRR-
Auman Zil menggelegar hingga menggetarkan kaca-kaca rumah disekitar dan para pocong berkain kafan lusuh itu terpental hanya dengan auman sang naga hitam.
Merasa angin tak berpihak padanya Jagal bersuara "Cih … terkutuk kau dan cacing hitammu itu!!" dengan kesal Jagal melompat mundur dari taman.
Namun.
-Bruuk-
Jagal yang hendak melompat melarikan diri menabrak sesuatu, sebuah tabir pelindung tak kasat mata telah mengelilingi taman tersebut membuat ia dan sisa anak buahnya terkurung disana.
"Apa-apaan ini!!?" kesal Jagal berusaha kabur dengan menyayat tabir tersebut.
"Percuma saja kau tak akan bisa menggores tabir pelindung buatanku tabir ini khusus aku pasang untuk menjebak mahluk licik sepertimu," seru Senja berjalan perlahan menuju kearah Jagal dengan Zil dibelakangnya.
"Cih … sial!! Jangan mendekat!!" seru Jagal merasa terpojok.
"Kenapa? Takut? Bukankah tadi kau begitu bersemangat untuk menghabisiku? Dimana sang Jagal yang tadi berkoar-koar ingin menghabisiku?" tanya Senja dengan nada mengejek.
Jagal terdiam merasa diejek ia menatap nanar kearah Senja, "KAU!! AKU … AKU AKAN MEMBUNUHMU!!" teriak Jagal penuh amarah.
Jagal membuka kain kafan hitam yang melilit tubuh bagian atasnya, di tubuh Jagal tampak sebuah mata merah bersarang di dada, ia mengambil celurit miliknya dan menikam mata merah tersebut hingga berdarah.
"AAAAAARRRRRRGGGGHHHHH!!! HAHAHAHAHAHAHA!!!" teriak Jagal sambil tertawa menikmati sakit yang mendera tubuhnya.
Darah hitam bercucuran deras dari dada Jagal dan dari genangan darah hitam tersebut muncul ribuan belatung yang langsung menutupi tubuh sang Jagal, semakin lama semakin banyak belatung yang menyelimuti tubuh Jagal hingga menggunung menjadi setinggi pohon ditaman tersebut.
-DUAAARR-
Belatung yang menggunung itu meletus satu per satu dan dari jutaan belatung tersebut muncul sosok Jagal yang berukuran raksasa tanpa memiliki bagian bawah tubuhnya.
"ZIL MENGHINDAR!!!" seru Senja pada Zil.
Sebuah tangan raksasa hendak menggapai sang naga hitam namun dengan sigap Zil dapat menghindar dari serangan tersebut.
"HAHAHA..!! Sekarang akan ku pastikan kau mati Senja! Aku tidak perduli lagi perintah ratu untuk membawamu hidup-hidup!!" seru Jagal sembari menyeret tubuh besarnya menggunakan kedua tangannya.
Senja terus menghindari serangan telapak tangan raksasa milik Jagal dilain pihak Zil juga tengah berkutat dengan serangan para anak buah Jagal yang menyerangnya dari berbagai sudut.
Didalam ruang jiwa..
"hosh…hosh…hosh…!"
Sebuah bisikan terdengar dari belakang jiwa Senja, "Hei … bocah … gunakanlah sedikit kekuatanku … aku akan menghabisi lawanmu dalam sekejap mata … yang kau perlu lakukan han-HMMPHH"
Sebuah lilitan energi segel menutup mulut Ifrit dan dari belakang tubuh raksasa Ifrit tengah berjalan Surya sembari menyeret boneka teddy bear pink miliknya dengan langkah malas.
"Hooaam … berisik banget."
Senja terjatuh bersimpuh dengan nafas tersengal-sengal karena energi sukmanya telah habis tidak tersisa.
"Ckckckck … dasar bodoh, heh Senja!" panggil Surya kala itu, Senja pun menatap sayu kearah Surya tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.
"Istirahat sana, dari sini biar aku yang tangani," pungkas Surya sambil menepuk bahu Senja.
Ditaman..
Jagal menyeringai mengerikan tatkala tangan raksasanya berhasil menggenggam tubuh Senja namun sebuah cahaya putih menyelimuti seluruh tubuh pemuda tersebut.
-DHUAAAR-
tubuh Jagal terpelanting kebelakang hingga membuat tabir energi yang dipasang Senja pecah berkeping-keping, para anak buah Jagal yang mengeroyok Zil telah terbakar habis semua karena efek cahaya putih tersebut.
Dari tengah ledakan Surya sedang merenggangkan tubuhnya sembari menguap lebar, "HOAAAAM!!! ckckck jam berapa sekarang?!" tanya Surya pada dirinya sendiri.
"AAAARGGGHH!! BOCAH TERKUTUK!!" teriak Jagal berusaha bangun dari tanah.
"Wew!! … gede amat!" seru Surya terkejut dengan mahluk yang ia lihat didepannya, "elu pocong cuman setengah badan, kekuatannya lagi diskon ya?" tanya Surya dengan mata setengah terbuka.
"KAU!! MATILAH!" Jagal berteriak sembari menyeret tubuhnya kembali kearah Surya.
"Zil …" seru Surya malas memanggil sang naga hitam, Zil segera menghampiri Surya dan seketika ia merubah tubuhnya menjadi sebuah pedang panjang berbilah hitam legam, Surya menggenggam erat pedang tersebut seraya mengayunkan dan membelah udara kosong dengan sabetan pedang tersebut.
-Slaaaash-
Darah hitam bercucuran dari pundak kanan Jagal yang tengan menyeret tubuh raksasanya, "GYAAAA...!" pekiknya menahan sakit.
"Sakit ya?" tanya Surya yang dalam sekejap mata sudah berada di depan Jagal.
"KEPARAT!! MATILAH KAU!!" Jagal mengangkat tinggi tangan kirinya dan sejurus kemudian menepuk tubuh Surya bagai menepuk seekor nyamuk.
-SLAAASH-
Darah hitam kembali bercucuran dan seketika tangan kiri Jagal sudah terlepas dari lengan tempatnya bernaung, Jagal menatap nanar pergelangan tangannya dan mulai menggelepar menahan sakit yang teramat sangat.
"Jadi kau pocong hitam yang melukai Senja … cih … menyedihkan," seru Surya dengan nada mengejek.
"Si-siapa kau sebenarnya?! Mengapa dalam sekejap kekuatanmu meningkat drastis seperti ini?" tanya Jagal penuh rasa penasaran.
"Aku Surya, kembaran jiwa dari Senja, biasanya aku hanya muncul pagi-pagi namun karena keributan yang telah kau perbuat aku harus mengambil alih sebelum kau kembali melukai tubuh ini," terang Surya sembari membersihkan bilah pedangnya dari darah milik Jagal.
Jagal terdiam, matanya berpendar berusaha mencari celah untuk melarikan diri namun hasilnya nihil terlebih tangannya tidak bisa untuk menyeret tubuhnya yang telah berubah menjadi ukuran raksasa, hingga tatapannya bertemu dengan tatapan tajam milik Surya.
"Kau seharusnya bersyukur dan memilih menyerah di tangan Senja sang naga hitam dari timur daripada memilih menghadapiku," terang Surya sembari menancapkan pedang hitam di depannya.
"Me-mengapa demikian?" tanya Jagal masih meringkuk di tanah.
"Karena ia masih memiliki empati untuk jin kafir sepertimu, ia masih berfikir kalian memiliki kesempatan kedua, masih bisa menemui jalan kebenaran …" Surya menaikkan tangan kanannya keatas seraya membaca doa, "sedangkan aku … tidak."
Tangan Surya turun bersamaan dengan ribuan belati cahaya yang sedari awal berada diatas sang Jagal.
-JREEEB-
darah hitam bercucuran kemudian berganti menjadi api yang membakar habis tubuh pocong raksasa tersebut.
"AAAAAAAA … AMPUUUNN!! TOLONG!! TOLONG AMPUNI AKU!!" teriakan demi teriakan memohon belas kasihan keluar dari mulut sang Jagal namun Surya tak menggubrisnya, ia hanya menatap dingin tubuh Jagal yang menggelepar bagai cacing yang sedang ditaburi garam.
Dilain tempat...
Disebuah ruangan gelap nan kelam tengah meringis kesakitan seorang wanita tua sambil menutup salah satu matanya.
"TERKUTUK KAU SURYA!! PANGGIL KERA PUTIH KESINI!!!" teriak Evelin kepada para anak buahnya.
Bersambung..
simounlebon dan 18 lainnya memberi reputasi
19
Kutip
Balas