Kaskus

Story

Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.8KAnggota
Tampilkan semua post
storyharibawaAvatar border
TS
storyharibawa
#263
Intermezo Penulis: Mengapa saya menulis?
Sebelum lanjut ke part berikutnya, ada sedikit intermezo dari ane. Mungkin tulisan ini bisa menginspirasi teman-teman. Pengalaman ini sebelum ane join dengan Princess Cruise emoticon-Smilie

Awal tahun 2010 saya memutuskan resign dari pekerjaan sebagai pelayan restauran di kapal kasino, Singapura. Saya memilih mengadu nasib di Jakarta dan mendapatkan pekerjaan baru sebagai staff cctv di sebuah perusahaan franchise. Karir saya memang bisa dikatakan kurang cemerlang. Gaji bulanan hanya cukup membayar kost dan makan sehari-hari.

Pada saat itu, saya berusia 23 tahun. Hobi membaca. Kebetulan tempat kerja saya dekat dengan toko buku. Pada saat jam istirahat makan siang, terkadang saya menyempatkan diri mampir ke toko buku. Yah, meski gaji pas-pasan, tiap bulan saya menyisihkan sedikit untuk membeli buku. Dari sinilah awal mula saya tertarik menulis dan tiba-tiba bermimpi menjadi penulis besar.

Karena lebih suka membaca novel, saya berpikir menulis novel akan sangat menyenangkan. Maka, pada bulan berikutnya saya merencanakan menghabiskan gaji untuk membeli perangkat komputer. Masalah bayar kost dan uang makan saya pikirkan belakangan.

Benar saja, pada awal bulan akhirnya saya mendapatkan seperangkat komputer butut seharga 700 ribu dari sebuah toko elektronik bekas di daerah Binus. Komputer itu saya letakan di kamar kost.

Setiap pulang bekerja, mulailah saya menulis. Dan, pada saat itulah saya tahu bahwa menulis novel tidaklah semudah yang saya bayangkan. Beberapa kali saya mengalami jalan buntu. Ide yang tadinya mengalir seperti air mengalir, tiba-tiba mampet. Saya berpikir, mungkin lebih baik menulis cerita yang baru.

Begitulah awal proses saya menulis. Menulis dari cerita satu ke cerita yang lain. Alhasil, tidak ada satu pun naskah terselesaikan dan saya mulai frustasi.

Akhirnya, setelah sekian puluh kali mencoba menyusun draft novel, mencari berbagai referensi mengenai teknik menulis, lalu berkonsultasi dengan beberapa penulis, jadilah novel pertama saya.

Tahu bagaimana rasanya menyelesaikan novel pertama? Rasanya saya ingin berteriak sekencang-kencangnya. Percaya tidak percaya, saya sampai menangis haru.

Baiklah, novel sudah kelar. Itu artinya, sebentar lagi saya menerbitkan buku. Menjadi terkenal. Terima royalti. Dan, bisa jadi saya mendadak kaya raya. Itulah yang ada di benak pikiran saya pada saat itu. Maklum, saya bukan orang yang banyak makan garam di dunia literasi. Di sisi lain, saya tergolong manusia seperti katak dalam tempurung.

Pada hari berikutnya, terkirimlah naskah novel pertama saya ke alamat surel sebuah penerbit. Sejak saat itu perhatian saya pun tersita untuk memeriksa surel masuk. Okay, baru 3 minggu. Mungkin minggu depan saya akan mendapat balasan dari penerbit, begitu pikir saya.

Setiap malam saya buka isi surel. Tidak ada balasan. Hanya ada pesan spam yang masuk dan tidak pernah saya harapkan, dan itu membuat saya kesal. Setiap hari saya seperti cacing kepanasan, gelisah menanti kabar. Minggu berganti minggu, bulan berganti bulan, harapan saya mulai pudar. Gairah menjadi penulis tiba-tiba saja drop, seperti ponsel kehabisan baterai. Mulailah saya frustasi lagi.

Pada suatu pagi, saya mendapat pesan melalui media sosial. Pesan itu berisi seperti ini:

Andre, kenapa kamu nggak coba menerbitkan indie saja? Atau sekalian self publish. Ya, itung-itung buat pengalaman. Siapa tahu dari pengalaman ini, kamu akan mendapat banyak pengajaran.

Ya, sebelumnya saya curhat pada salah seorang teman penulis, kenalan saya di dunia maya. Saya pikir, kata-kata teman saya itu ada benarnya juga. Menerbitkan sendiri, why not? Maka, mulailah saya mencari informasi mengenai penerbit indie di internet.

Sejak hari itu, kehidupan saya kembali bergairah. Saya seperti anak kecil yang menemukan mainan baru. Tidak hanya menulis, setiap hari saya mulai belajar mendesain sampul buku, dan melayout buku. Saya berencana mengerjakannya sendiri setelah tahu menerbitkan buku indie butuh biaya yang bagi saya tidak sedikit. Dengan mengerjakan desain sampul dan layout buku sendiri, mungkin akan meringankan biaya yang harus saya keluarkan.

Alhasil, motivasi menulis pun berubah. Saya tidak berpikir lagi bahwa menulis akan membuat saya kaya. Namun, dengan menulis saya menemukan dunia baru, semangat baru, dan harapan-harapan baru. Dengan menulis, saya menemukan jati diri saya yang sebenarnya.

Salam hangat,

Andre Haribawa
5
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.