fallen.sakuraAvatar border
TS
fallen.sakura
Bukan Dia Tapi Kamu

Quote:


Quote:


Quote:
Diubah oleh fallen.sakura 07-05-2021 02:58
SupermanBalap
yusuffajar123
nyamuk.kebon
nyamuk.kebon dan 17 lainnya memberi reputasi
16
38.3K
208
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread42.1KAnggota
Tampilkan semua post
fallen.sakuraAvatar border
TS
fallen.sakura
#121
Part 13
Dengan langkah gontai, gue berjalan keluar ruangan finansial menuju lift sambil mengeluarkan HP dari saku. Gue harus ngasih tau Tiara dan semoga aja dia mau ngerti, harap gue dalam hati sambil menempelkan HP di telinga.

emoticon-phone "Halo mas ? " jawab Tiara.

emoticon-phone "Halo tuan putriku yang cantik. " kata gue dengan nada bercanda.

emoticon-phone "Idih apaan sih mas ?! " jawab Tiara sewot, dan gue cuma ketawa, tapi dalam hati gue galau berat soalnya harus menyampaikan kabar buruk.

emoticon-phone "Ra, aku minta maaf ya... "

emoticon-phone "Kenapa mas ? " tanya Tiara.

emoticon-phone "Kayaknya sore nanti aku ga bisa jemput bapak kamu. Aku kebetulan ada tugas keluar kota. " ucap gue sambil memencet tombol "G" di lift.

emoticon-phone "Yaah kamu ga bisa ya ? " tanya Tiara dengan nada kecewa.

emoticon-phone "Sorry banget ya Ra, aku aja baru dikasih tau tadi. " jawab gue.

emoticon-phone "Ya udah ga papa mas, nanti kami naik taksi aja. " kata Tiara.

emoticon-phone "Kamu masih ada uang kan ? Kalo nggak ntar aku transfer... "

emoticon-phone "Nggak, nggak usah mas. Uang yang kamu kasih semalem masih utuh kok. " jawab Tiara cepat.

emoticon-phone "Oh ya bagus deh kalo gitu. Aku janji, ntar pulangnya aku sempetin mampir ke rumah kamu. " kata gue.

emoticon-phone "Iya mas, tapi kalo kamu capek ga usah ga papa. " jawab Tiara.

emoticon-phone "Siaapp.. " kata gue dengan perasaan sangat lega.

emoticon-phone "Ya udah kalo gitu, ntar kita kabar-kabaran aja. " timpal gue.

emoticon-phone "Iya mas. " jawab Tiara.

Untunglah Tiara mau ngerti, batin gue menghela nafas dengan perasaan makin lega. Semoga aja semua berjalan lancar dan nanti baliknya ga terlalu malem biar gue ada waktu mampir ke rumah Tiara, harap gue dalam hati sambil berjalan keluar lift menuju pintu lobby. Karena sang boss cewek (Riska) minta berangkat sekarang, gue bergegas menuju basement lalu mengeluarkan mobil yang kemaren sesuai permintaan dia, lalu memarkirnya di halaman gedung.

Nggak berapa lama gue liat si Riska keluar gedung dan berjalan cepat menghampiri mobil gue. Gue yang lagi duduk di belakang setir, cepet tanggap lalu keluar dan membukakan pintu belakang. Tapi bukannya senang Riska keliatan agak kaget melihat sikap gue.

"Ngapain Fer ? " tanya Riska yang bikin gue bingung.

"Saya bukain pintu buat mbak. " jawab gue.

"Kenapa harus gitu ? "

"Lho ? Mbak Riska kan atasan saya, jadi saya... "

"Fer !! " potong Riska dengan cepat.

"Kamu kayak gini lagi, aku bakal kasih kamu SP1 !! " kata Riska dengan ketus.

"Tapi salah saya apa mbak ? " tanya gue makin bingung.

"Salah kamu ya ada, gede lagi !! Udah ayo berangkat, kelamaan !! " jawab Riska makin marah lalu membuka pintu depan.

Gue pun menurut lalu kembali ikut masuk ke mobil. Cewek ini kenapa sih ? Dia kan atasan gue, masa gue bersikap hormat malah dimarahi ? Malah diancem dikasih SP lagi. Think positip aja deh, mungkin dia gak suka diperlakukan kayak boss sama bawahannya. Yah, alasan yang masuk akal, pantes aja kemaren dia nggak ngaku kalo dia manajer.

Tapi Riska ini hebat juga yah, cewek, masih muda, udah bisa jadi manager. Udah gitu cantik lagi, bener-bener sosok wanita karir yang sempurna. Eh.. mikirin apa sih gue, dia udah punya cowok woyy..!!

“Ngapain Fer kok geleng-geleng sendiri ? “ tanya Riska tiba-tiba.

“Eh nggak kok mbak. “ jawab gue dengan grogi dan buru-buru menstater mobil dan mengoper gigi.

Mobil kami berjalan pelan meninggalkan parkiran gedung, dan gak lupa gue melambaikan tangan ke bapak security yang berbaik hati membantu menyeberang jalan. Jalanan kota lumayan ramai meski ga sampai macet, dan mobil kami berjalan dengan kecepatan sedang, Sejak berangkat tadi, Riska cuma diem sambil terus menatap layar HP yang menampilkan aplikasi WA dan jari jemarinya menari lincah di layar keyboard.

“Fer… “ panggil Riska.

“Iya mbak ? “ jawab gue sambil menatap depan.

“Nggak usah kenceng-kenceng jalannya, santai aja. “ pinta Riska.

“Siap mbak. “ jawab gue.

“Oh ya, tadi kamu bilang apa ke Tiara ? “ tanya Riska.

“Maksudnya mbak ? “ gue tanya balik.

“Alasan kamu gak bisa jemput dia ke rumah sakit. “ jawab Riska.

“Oooh ? “

“Kok cuma oo ? “.

“Saya bilang, kalo saya ada tugas keluar kota mendadak. “ jawab gue.

“Nggak bilang kalo perginya sama aku ? “

“Nggak mbak. “ jawab gue menggeleng.

“Kenapa ? “ tanya Riska dengan nada mendesak.

“Dia nggak nanya sih mbak. “ jawab gue sekenanya.

“Kalo dia nanya ? “

“Ya saya jawab apa adanya mbak. “

“Yakin ? Kalo dia cemburu gimana ? “ tanya Riska sembari menatap gue.

“Cemburu kenapa mbak ? Pacar aja bukan masa iya dia cemburu. “ jawab gue ketawa.

“Emang harus pacaran dulu baru boleh cemburu, Fer ? Kamu ini ternyata polos banget yah. “ kata Riska dengan nada meledek.

“Sekarang aku tanya, semalem pas kita ketemu, reaksi dia gimana ? “

“Reaksi Tiara ? “ gue tanya balik.

“Ya iya lah, masa reaksi tukang satenya ? “ jawab Riska rada ketus.

Duh, ini ngapain juga si Riska nanya-nanya mulu soal Tiara, keluh gue dalam hati dan jujur aja gue mulai bingung menjawab pertanyaan Riska yang berendeng kayak shampoo sachetan yang ada di warung. Sepertinya dia bukanlah cewek bego yang gampang dikibuli. Ya iyalah, jabatan dia aja udah manajer, yang artinya dia punya kecerdasan diatas rata-rata diantara staff lainnya.

Gimana nih caranya biar Riska gak nanya2 mulu ? Lagian kalo ketauan gue bo’ong atau nutup2in, dijamin dia bakal ngejar terus, karena bagaimanapun Riska teteplah cewek yang selalu kepo akan urusan orang.

“Fer, aku nanya sama kamu lho !! “ desak Riska.

“Eh iya mbak, iya emang sih kemaren Tiara sempet marah pas Mbak Riska pulang. “ jawab gue.

"Marah ? Marah gimana ? Cerita dong. " pinta Riska keliatan antusias. Astaga, ini cewek kayaknya bakat jadi wartawan infotaintment kali ya.

"Ya marah... "

Belum sempet gue menyelesaikan kalimat, tiba-tiba HP gue yang gua taruh deket tuas persneling tiba-tiba berbunyi nyaring. Karena posisi mobil lagi berhenti di depan lampu merah, mata gue pun refleks melihat ke arah layar, yang ternyata telpon dari Tiara. Ada apa dia nelpon ? Jangan-jangan ada hal penting, batin gue. Belum juga gue ngambil tuh HP, tiba-tiba Riska dengan cepat mengambilnya.

"Ciee ternyata dari sang pujaan hati. " kata Riska dengan nada meledek sambil menatap layar HP, kontan aja gue kaget banget ngeliat tingkah sang ibu manajer ini.

"Mbak, tolong HP saya... " pinta gue sembari mengadahkan tangan, tapi Riska malah menutupi HP gue yang masih berbunyi dengan kedua tangan.

"Heh, kalo nyetir ga boleh sambil nelpon, bahaya !! " jawab Riska dengan ketus.

"Kan masih merah mbak, masih enam puluh lagi. " kata gue sambil menuding keluar.

"Tetep aja ga boleh, Fer. Emang kamu bisa ngomong cuma semenit ? " jawab Riska nggak mau kalah.

"Ya udah didiemin aja mbak. " pinta gue.

"Biar aku yang jawab, kamu tenang aja. " jawab Riska tersenyum lalu memencet tombol answer.

"Eeh mbak ?! " seru gue makin panik tapi terlambat...

emoticon-phone "Halo Tiara. " kata Riska sembari menempelkan HP di telinga.

emoticon-phone "Aku Riska, pacarnya Ferdy yang semalem itu lho. " timpal Riska tersenyum sambil melirik gue. Ya ampun ini Riska...

emoticon-phone "Ngapain ? Ya pacaran lah, hihihi. " kata Riska ketawa centil.

"Udah mbak, biar saya aja yang jawab. "

"Jalan, Fer !! " kata Riska ketus sambil menutup mic dengan tangan. Dan gue liat emang timer traffic light udah menunjuk angka tiga. Mau gak mau, gue lalu mengoper gigi dan mulai menjalankan mobil.

emoticon-phone "Yeee gitu aja marah, kamu jangan sensian lah, ntar cepet tua. Tenang, aku pinjem Mas Ferdy kamu cuma sampai ntar sore aja kok. " kata Riska ke Tiara, sembari terus melirik gue, dan bikin gue makin ga tenang nyetir.

Karena kepanikan gue yang udah menjadi-jadi, gue buru-buru meminggirkan mobil lalu mematikan mesin. Melihat mobil berhenti, Riska yang masih dalam posisi menelpon sontak kelihatan bingung.

"Lho Fer ? Kok berhenti lagi ? " tanya Riska.

"Mbak, saya mohon, biar saya aja yang ngomong sama Tiara. " jawab gue dengan nada melas sambil mengadahkan tangan.

"Tolong mbak. Saya mohon. " timpal gue.

Dengan wajah cemberut, Riska lalu menyodorkan HP gue, dan dengan cepat gue terima dan langsung gue tempelin ke telinga sambil bilang "halo.". Cuma sayangnya cuma nada tut tut tut yang gue denger. Yah, ternyata udah putus, keluh gue dalam hati sambil ngeliat layar HP dengan icon merah di tengah.

"Kamu mau ngapain Fer ? " tanya Riska, saat ngeliat gue membuka menu log panggilan.

"Nelpon balik Tiara. Boleh ya mbak ? Sebentar aja. " pinta gue.

"Nggak !! Ayo jalan !! " jawab Riska dengan nada marah.

"Bentar aja mbak, saya cuma mau mastiin... "

"Aku bilang jalan itu ya jalan !! " kata Riska dengan nada tinggi dan diluar dugaan, dia dengan cepat merebut HP dari tangan gue.

"Lho mbak, HP saya...?? "

"Jalaaan !! Kalo nggak aku lempar HP kamu ke selokan !! " bentak Riska sambil mendekatkan HP gue ke jendela mobil.

"Iya, baik mbak. " jawab gue dengan nada pasrah, bingung sekaligus kesel, dan gue ga ada pilihan lain selain menstater mobil.




yg penasaran sama wajahnya Riska kayak apa,
kira2 seperti ini yah:
Diubah oleh fallen.sakura 09-05-2021 14:28
mmuji1575
alverno.10
bonita71
bonita71 dan 15 lainnya memberi reputasi
16
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.