TS
ibliss666
Cerita dan Inspirasi Bisnis ini Perlu di Baca agar Agan Sista Makin Kaya
JIKA ADA PIHAK YANG TIDAK BERKENAN BISA PM SAYA YA
Jadi Bos itu Penting
Belajar untuk jadi Bos itu Perlu
Mulailah Dari Sini
Membaca Bersama Saya
Quote:
INDEX
Pengalaman bisnis Popok Kain
Think Big
Bisnis Melalui Instagram
Bisnis Hewan Qurban
Jas Hujan Muslimah
Kue
Mie Akhirat
Dasar Digital Marketing
Upgrade Bisnis dengan Coaching
Brand Identity
Branding Fast Changing Product
Pentingnya Tim
Strategi Bisnis Turun Temurun
Penyegaran Bisnis
Meningkatkan Daya Saing UKM
Sinergi Bisnis Online & Offline
Menentukan Bisnis dari DNA kita sendiri
Menjual Tanpa Bicara
Branding Wisata Indonesia
Zalfa Kosmetik
Menemukan Pelanggn, BUKAN pembeli
Billboard Jaman Sekarang
FOODTRUCK
Membangun Bisnis tanpa HUTANG
Marketing Plan
cairo food
5 syarat sukses bisnis online
Business Foundation
Pembukuan
Leads
Panen saat Lebaran
Perlakuan Terhadap Konsumen
Good to Read
Ghost Kitchen
Perjuangan NomiNomi dessert
Bisnis KESEHATAN
Warung Kopi
Baso Karawang
10 Modal Mental Entrepreneur
Rempah Indonesia
Bisnis Saat Corona
Flywheel BARU dalam Bisnis
Pengalaman jual CIRENG
Tentang Investasi
Quote:
Pada tahun 2015 mb novi (kalian g knal) datang berkunjung ke rumah saya dan melihat setumpuk popok kain yang merupakan sisa stok penjualan saya.
Saat itu saya adalah reseller kecil dari beberapa brand lokal dan brand china. Situasi pasar online di dunia popok sangat terasa dalam red ocean, dimana masing masing pemain saling membenturkan harga satu sama lain sekalipun itu brand lokal yang sebenarnya memiliki standart kualitas produk yang jauh lebih baik daripada brand china.
Nah momentum terjadi saat mb novi mengajak saya menjadi rekan bisnis dalam memasarkan popok dari hasil jahitan ibu mertuanya.
Saat melihat sample popok yang akan dipasarkan, seketika benak saya langsung menembak target menengah kebawah, dikarenakan kualitas bahan baku yang dipersepsikan pasar saat itu masih lebih rendah dibanding bahan baku dari beberapa brand pada umumnya.
Setelah beberapa waktu saya berproses menggali semua data, menentukan kompetitor dan lain lain. Kami mulai memasarkan produk ini (kami memberi nama Free) dengan sistem PO; sistem pemasaran pun ATM murni dari produsen lainnya.
Dan yang terjadi adalah dalam waktu 6 bulan sesudah launcing, produksi Free akhirnya harus off sampai batas waktu yang tidak bisa ditentukan.
Masalahnya hanya satu satu nya tenaga produksi (yang tak lain ibu mertuanya) terkena serangan stroke.
Kami sama sekali tidak mempunyai Plan B karena miskin jaringan penjahit khususnya model halusan
Setelah 8 bulan berjalan akhirnya Free bisa bangkit kembali dengan berbekal evaluasi dari pengalaman sebelumnya, kami merombak semua manajemen yang kami lakukan, baik dr segi pemasaran dan produksinya.
Langkah pertama adalah menjaring data penjahit di sekitar tempat tinggal kami (radius sampai desa tetangga); hasil ternyata WOW, pengalaman kami mendapatkan 10 calon penjahit namun yang bisa dijadikan tim hanya 1-2 orang saja (kami memberikan contoh jahitan dan bahan dalam rupa potongan untuk dikerjakan sendiri dulu).
Di sisi lain saya yang bertanggung jawab dalam mendatangkan buyer, membutuhkan pendekatan yang berbeda untuk merekrut tim marketing.
Singkatnya dalam kurun waktu 6 bulan (setelah momentum Free dibangkitkan), permintaan dari tim marketing cukup naik significant, namun disinilah akhirnya terkuak masalah masalah operation bisnis yang akhirnya membuat banjir bandang komplainan dari marketing.
Masalah masalah yang kami identifikasikan:
Quote:
1. Miskin jaringan di bidang penjahit hampir membuat kami frustasi.. Di wilayah trdekat kami memang banyak penjahit tp pengalaman menjahit popok kain sama sekali tidak ada.. Bisa dikatakan perjuangan kami dimulai dari nol..
2. Tidak ada standart bahan baku dan kompetensi tim produksi yang tidak seragam sehingga berpengaruh pada hasil jahitan yang bervariasi antar 1 penjahit dengan penjahit lainnya, terbukti dari komplain yang memberikan bukti foto ukuran popok yang tidak seragam.
3. Tidak ada kepercayaan dari supplyer. Kami mengawali biaya produksi mulai dari modal yang sangat minim, sehingga kami hanya mampu membeli bahan baku lewat distributor kain.
Disisi lain masing masing distributor memiliki suplay dari beberapa pabrik yang berbeda sehingga tidak ada standart bahan baku yang jelas.
4. Sistem produksi masih belum menemukan kesesuaian. Sehingga masih sering terjadi proses tumpang tindih akibat proses trial eror setiap saat bisa berganti.
2. Tidak ada standart bahan baku dan kompetensi tim produksi yang tidak seragam sehingga berpengaruh pada hasil jahitan yang bervariasi antar 1 penjahit dengan penjahit lainnya, terbukti dari komplain yang memberikan bukti foto ukuran popok yang tidak seragam.
3. Tidak ada kepercayaan dari supplyer. Kami mengawali biaya produksi mulai dari modal yang sangat minim, sehingga kami hanya mampu membeli bahan baku lewat distributor kain.
Disisi lain masing masing distributor memiliki suplay dari beberapa pabrik yang berbeda sehingga tidak ada standart bahan baku yang jelas.
4. Sistem produksi masih belum menemukan kesesuaian. Sehingga masih sering terjadi proses tumpang tindih akibat proses trial eror setiap saat bisa berganti.
Hasil dari kesalahan kesalahan diatas kami bayar mahal dengan cacian komplain tidak profesional dan ancaman pelaporan penipuan, karena kami mengirimkan popok ke buyer setelah h+3 minggu.
Antrian orderan marketing yang semakin mengular namun produksi tidak bisa mengejar dengan cepat.
Hal tersebut di atas sangat mungkin terjadi dalam dunia bisnis.
Belum bisa menghasilkan kolaborasi yang tepat antara tim marketing dengan tim produksi sehingga keduanya tidak sinkron.
Marketing yg sudah menguasai ilmu pemasaran bisa dengan mudah mendatangkan customer sehingga muncul "banjir order"
Sedangkan tim produksi yg belum matang dan belum siap menghadapi "banjir order" kesulitan dalam memenuhinya, terlebih lagi kendala teknis seperti pemadaman lampu yg kerap membuat tim produksi tidak bekerja, lanjut ketersediaan SDM dalam tim produksi pun belum menguasai teknik jahit "halusan" seperti popok (daerah wilayah kami memang bnyak penjahit tetapi umumnya berpengalaman di kemeja, kaos, jaket, celana jins adalah keunggulannya) sehingga kami harus menemani dalam proses membuka mindsetnya bahwa menjahit popok itu bisa mudah asalkan niat belajar dan praktek tekniknya.
Berbekal pengalaman yang sangat tidak mengenakan ini. Akhirnya kami melakukan evaluasi dan merombak untuk sekian kalinya.
Langkah langkah perbaikan :
Quote:
1. Adanya norm (standart) untuk semua aktivitas pekerjaan yang dilakukan oleh semua anggota tim (baik produksi, staff operasional, maupun marketing), seperti meliputi norm bahan baku, norm hasil potong, norm hasil jahitan, norm adminitrasi (keuangan, gudang, ekspedisi, penjualan, dsb), dll.
2. Dibuatnya sistem yang lebih mudah dikerjakan maupun mudah dievaluasi. Berdasarkan dari alur kerja dari semua anggota tim yang berkesinambungan.
3. Pengembangan kualitas sumber daya manusia. Kegiatannya meliputi workshop untuk tim produksi, praktikum sesuai norm di masing masing aktivitas semua bagian, dll.
Dengan tujuan meningkatkan kompetensi semua anggota tim tanpa terkecuali.
2. Dibuatnya sistem yang lebih mudah dikerjakan maupun mudah dievaluasi. Berdasarkan dari alur kerja dari semua anggota tim yang berkesinambungan.
3. Pengembangan kualitas sumber daya manusia. Kegiatannya meliputi workshop untuk tim produksi, praktikum sesuai norm di masing masing aktivitas semua bagian, dll.
Dengan tujuan meningkatkan kompetensi semua anggota tim tanpa terkecuali.
Kami berdua selaku top manajemen, belajar untuk "merangkai" dari kompetensi masing masing tim.
Mengkolaborasikan dengan menanamkan nilai kerjasama tim dalam perumpamaan satu tubuh satu badan.
Bahwa bila ada satu bagian ada kendala/masalah maka bagian lagi juga akan tersendat sehingga berpengaruh pada keseluruhan aktivitas bagi brand Free
Hasilnya perlahan perlahan banyak perbaikan, diantaranya :
Quote:
1. Kapasitas produksi bisa naik mencapai target (setiap bulan selalu ada target naik 10-20%)
2. Hasil produksi sesuai standart yang sudah dibuat, komplain sudah hampir jarang terjadi.
3. Marketing semakin semangat memasarkan produk karena adanya perubahan hasil produksi yang memiliki standart jauh lebih baik daripada sebelumnya.
4. Masing masing anggota tim bisa bekerja dengan memaknai konsep tim work, terbukti kesalahan teknis yang sifatnya keteledoran bisa diminimalisir (karena angota satu sama lain saling mengkoreksi/mengevaluasi hasil kerja rekan di tahapan sebelumnya).
5. Masing masing anggota tim juga muncul rasa untuk selalu siap belajar apapun, karena mereka sadar bahwa alur kinerja memang berkesinambungan, sehingga apabila ada satu bagian yang mengalami masalah dalam pekerjaannya maka bagian yg lain dengan segera ikut menghandle pekerjaan tersebut sehingga alur kerja dalam tim tetap terjaga dengan baik
2. Hasil produksi sesuai standart yang sudah dibuat, komplain sudah hampir jarang terjadi.
3. Marketing semakin semangat memasarkan produk karena adanya perubahan hasil produksi yang memiliki standart jauh lebih baik daripada sebelumnya.
4. Masing masing anggota tim bisa bekerja dengan memaknai konsep tim work, terbukti kesalahan teknis yang sifatnya keteledoran bisa diminimalisir (karena angota satu sama lain saling mengkoreksi/mengevaluasi hasil kerja rekan di tahapan sebelumnya).
5. Masing masing anggota tim juga muncul rasa untuk selalu siap belajar apapun, karena mereka sadar bahwa alur kinerja memang berkesinambungan, sehingga apabila ada satu bagian yang mengalami masalah dalam pekerjaannya maka bagian yg lain dengan segera ikut menghandle pekerjaan tersebut sehingga alur kerja dalam tim tetap terjaga dengan baik
Quote:
Inspirasi Kedua
“THINK BIG TO BECOME BIG”
But, HOW BIG IS YOUR “BIG”?
[visi gede anda seberapa GEDE?]
But, HOW BIG IS YOUR “BIG”?
[visi gede anda seberapa GEDE?]
1. Ada orang yg membesarkan bisnis kuliner nya setelah bisnis pertama yg dia rintis dari awalnya kecil.., menjadi lebih besar, namun karena tempatnya yang sdh nggak mencukupi, maka mulailah buka cabang, karena sukses, maka buka cabang dan buka cabang lagi...
2. Ada orang yg buka usaha kuliner, cukup rame, namun nggak pernah membayangkan bisnis nya bisa buka cabang, dan dikembangkan menjadi berlipat-lipat. Malah orang lain yg bisa ngelihat alias punya “think big” yang menawarkan untuk membesarkan bisnis kuliner yg dimiliki itu. Dan benar aja, setelah ada “orang luar” yg “punya visi” & keberanian, bisnis kuliner nya membesar...
3. Ada orang yang awalnya blom punya bisnis kuliner, tapi sudah “punya think big”, dari awal. Dan sudah merancang untuk membuat bisnis kuliner yg sudah di design untuk bisa dikembangkan menjadi besar dengan jumlah cabang yg berlipat-lipat. Malah sekarang bisa berkembang secara “self running” / auto pilot.
2. Ada orang yg buka usaha kuliner, cukup rame, namun nggak pernah membayangkan bisnis nya bisa buka cabang, dan dikembangkan menjadi berlipat-lipat. Malah orang lain yg bisa ngelihat alias punya “think big” yang menawarkan untuk membesarkan bisnis kuliner yg dimiliki itu. Dan benar aja, setelah ada “orang luar” yg “punya visi” & keberanian, bisnis kuliner nya membesar...
3. Ada orang yang awalnya blom punya bisnis kuliner, tapi sudah “punya think big”, dari awal. Dan sudah merancang untuk membuat bisnis kuliner yg sudah di design untuk bisa dikembangkan menjadi besar dengan jumlah cabang yg berlipat-lipat. Malah sekarang bisa berkembang secara “self running” / auto pilot.
Quote:
Termasuk yang mana anda diantara ketiga skenario diatas..?
Apa bedanya owner/founders dari skenario 1 vs 2 vs 3?
Mana yang punya kemungkinan “TERBESAR” untuk jatuh atau bangkrut lebih cepat setelah bisnis kuliner nya membesar?
Berapa lama biasanya suatu bisnis kuliner itu mampu bertahan? Dan gimana cara nya supaya tetap bertahan & berkembang terus?
HOW BIG IS YOUR “BIG”?
[mau sebesar apa bisnis kuliner anda?]
[amankah posisi bisnis anda 5-10thn kedepan?]
Apa bedanya owner/founders dari skenario 1 vs 2 vs 3?
Mana yang punya kemungkinan “TERBESAR” untuk jatuh atau bangkrut lebih cepat setelah bisnis kuliner nya membesar?
Berapa lama biasanya suatu bisnis kuliner itu mampu bertahan? Dan gimana cara nya supaya tetap bertahan & berkembang terus?
HOW BIG IS YOUR “BIG”?
[mau sebesar apa bisnis kuliner anda?]
[amankah posisi bisnis anda 5-10thn kedepan?]
Sumber:
koko hadiono - praktisi kuliner global & lokal > 22thn
Spoiler for anu:
pak Bi adalah seorang kontributor yang sering mengadakan seminar...
JIKA ADA PIHAK YANG TIDAK BERKENAN BISA PM SAYA YA
Diubah oleh muselimah 07-05-2022 23:38
ekspedisisby dan 26 lainnya memberi reputasi
27
44K
Kutip
212
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
UKM
14.8KThread•3.3KAnggota
Tampilkan semua post
TS
ibliss666
#2
:
Belajar dan Bermain Bersama Anak - yang bisa dilakukan di rumah & sekolah
Budaya Hari Raya di Arab Saudi - HT
Kecanggihan Peralatan Rumah Tangga Masa Kini - HT
Sate di Indonesia ini Patut di Coba - HT
NGAWI, Kota Kecil Sejuta Wisata - HT
Foto yang Menyimpan Cerita Duka- HT
5 Game yang Menghasilkan Uang - HT
Kericuhanpun Ada di Piala Dunia - HT
Menengok Alun-Alun Terbesar di Jawa Timur - nanti HT
Foto Kekuatan Alam yang Maha Dahsyat
Suporter Unik di Piala Dunia 2018
Tik Tok di Blokir. Bowo pindah Aplikasi
Tips & Trik Game Horor SLENDRINA - HT
:[TOP5] Easter Egg Aneh, Lucu dan Seram Pada Game GTA 5
#ASLINYALO Perawatan Dasar Para Wanita
#ASLINYALO REVIEW KOMIK WE ARE PHARMACISTS BY IBLISS666
[COCooking]RUJAK CINGUR, MAKANAN NUSANTARA YG MEMILIKI SEJARAH DAN FILOSOFI#AslinyaLo
[Top5]Game Berbahaya ini Fail Karena Di Cekal Banyak Negara
#Aslinyalo Bidan Desa yang Punya Banyak Bisnis di Rumah
[COC DIY] Sulap Botol Bekas Menjadi Celengan & Vas
[Review] Laneige Moisture Care Trial Kit #AslinyaLo
[COC] Review Supernatural: Nevermore by Keith R.A. DeCandido #AslinyaLo
[COC PETS] Perawatan Cupang dengan Metode Simple Banget #AslinyaLo
[Kesan Khusus tuk Kaskus dari Ane & Orang Awam
Ada yg tahu MocorDroid? pasti nggak!!!Kenalan dulu sama MocorDroid Gansis
[MUSICOC] #Playlist ini Menemani Ane Selama 10 Tahun #AslinyaLo
Acara Berita Membosankan? Sekarang tidak lagi dengan teknologi ini Gansis
Outfit Simple & Make Up Flawless untuk Pesta Akhir Tahun Cuma 200K
Cerita & Inspirasi Bisnis ini Perlu di Baca Agar Kaya Raya
Review - Laneige Time Freeze ug Membuat Wajah Kembali Remaja
Mencegah Penyakit Ketika Musim Pancaroba
Membuat Teh dr Sekitar Kita. Bisa Nyembuhin Diabetes hingga Kanker
Review- LEXY the Baby NMAX
Review LANEIGE FRESH CALMING YANG MENENANGKAN WAJAH
Hyaluronic Acid pada Hada Labo Lotion ini Ampuh Banget buat Kulit Kering
Bisnis Hewan Qurban
mba Mila saat ini adalah CMO di JALU. memulai usaha peternakan sapi di usia 23 tahun, dimulai dari 20 ekor sapi. Saat ini JALU dengan kapasitas 400 ekor sapi dan 200 ekor domba, berhasil menjadikan Brand Jalu sebagai brand premium di industri hewan qurban.
sebelumnya saya akan menjelaskan secara singkat dan padat mengenai bisnis hewan qurban
bisnis hewan qurban adalah bisnis yang memiliki elastisitas harga yang tinggi. jika harga berubah sedikit saja dan lebih mahal, maka konsumen akan dengan mudah pindah ke lain hati. selama ini juga kebanyakan konsumen hewan qurban berpedoman pada prinsip "asal bisa qurban", jadi kurang peka terhadap kualitas hewan qurbannya , asal memenuhi syarat dan murah maka itu yang dikejar oleh konsumen.
selain itu , penjual hewan qurban juga memiliki karakteristik yang hampir sama. dikarenakan bisnis hewan qurban itu setahun sekali, maka pedagang akan sangat agresif dalam mengejar untung sebesar besarnya. walaupun dengan cara yang kurang baik.
jadi bisnis hewan qurban yang sejatinya mempengaruhi nilai ibadah orang lain, justru dijalankan dengan cara yang jauh dari kehati hatian. inilah pertanyaan besar saya ketika memulai bisnis sapi qurban di usia 23 tahun. Kok pedagangnya ga jujur ya? kok konsumennya maunya murah ya???
mulai dari situlah , saya belajar untuk menganalisis dunia persapian, dari aspek bisnisnya sampai ke cara jualannya. karena hampir 90% pedagang sapi itu pa haji pa haji yang pengalaman, dan saya kalah pengalaman dengan mereka.
oke, sambil menunggu teman teman yang lain. saya mau tanya niih. menurut teman teman, seperti Apa sih brand yang "berkelas" itu?
selama 4 tahun pertama menjual sapi qurban, saya berfokus pada bagaimana caranya memiliki produk yang banyak, maklum satu sapi saja modalnya bisa 12 jutaan. maka saya fokus mencari investor, membangun kandang, membeli sapi bakalan, dan menjualnya dengan margin 30%. cara yang sama juga dilakukan oleh hampir semua pedagang. dan dengan cara yang sama itu saya mengalami untung 1 kali, dan rugi 3 kali berturut turut. mantap!
lalu saya mulai mendatangi satu persatu pedagang hewan qurban, dan saya petakan persamaan dan perbedaanya dengan Jalu. ternyata fakta yang saya temukan, memang hanya 5% dari pedagang sapi qurban itu yg untungnya fenomenal banged. sisanya ya biasa biasa aja asalh ada selisihnya. dan pedagang yang untung besar itu ternyata bukan karena keunggulan produk nya, alias hewan qurbannya. tetapi karena iklan jor joran di TV dan personal branding dari pemiliknya, serta jaringan yang dimiliki oleh pemiliknya.
Lalu apa kabar dengan saya?
mulailah dari situ saya belajar sana sini, untuk menemukan solusinya. sampai suatu ketika, saya diberikan nasihat oleh guru saya di kelas fiqh muamalah. begini nasihatnya :
"bisnis sapi qurban itu, bisnis yang banyak curangnya. dan kamu sudah rugi bisnisnya, juga ditambah rugi lagi karena dapet dosa dari bisnis kamu itu. dosanya kamu adalah kamu menjual hewan qurban dengan tebak tebakan alias sistem jogrokan. coba pakai sistem timbangan, berani jujur sama konsumen. biar usaha kamu berkah"
naah mulailah saya dapat pencerahan, dan saya memulai dengan sistem timbangan, sistem yang hampir semua pedagang ga berani melakukannya. dan ternyata modal 12 juta untuk membeli timbangan khusus hewan, itu mah baru permulaan. permulaan "bencana" berikutnya. haha
tahun 2017, saya memulai sistem timbangan, dan alhamdulillah responnya luar biasa positif. banyak konsumen baru penasaran dan akhirnya trust ke JALU krn sistem tsb. sistem ini berbeda sekali dengan sistem jogrok yang biasa. yang tidak jelas berat sapinya dan pedagang tidak punya dasar yang kuat dalam memberi harga
nah kalau sistem timbangan, konsumen kita persilahkan untuk memilih sapi yang disukainya, lalu sapi di tuntun untuk ditimbang, hasil timbangan itulah yang menjadi dasar harga nya. jika sapinya berat 300 kg, maka harga/kg 50rb. maka harga total sapinya adalah 300 x 50rb = 15 jt. itulah harga yg disepakati
naah selama sistem timbangan berjalan, mulailah muncul bencana demi bencana. yaitu sapi saya semuanya turun berat badannya. alhasil harga jual yang saya prediksikan 20 juta, malah realisasinya hanya 17 jt. kesalahan fatal dari saya sendiri. kenapa?
karena saya lupa akan sifat dari produk saya sendiri. yaitu si sapi itu. ternyata sapi adalah hewan yang fluktuatif berat badannya. dituntun sedikit buat ditimbang, sapi bisa turun belasan kg. bahkan kalau yang umpaninnya ganti orang, dan si sapi ga sreg sama orang barunya, dia bisa mogok makan dan beratnya turuuun lagi puluhan kg.
alhasil omset saya kala itu walaupun ga rugi, tapi tipiiiis sekalee.
nah setelah kejadian itulah, saya berguru lagi ke sana sini. sampai akhirnya ikut kelas BBB pa bi , dan sayapun dibimbing pa bi untuk rebranding si Jalu ini.
oke sebelum lanjut lagi, saya mau tanya ya. menurut teman teman, apakah brand harus berkelas?
naah setelah penjelasan di atas. saya akan jelaskan lima langkah awal rebranding si Jalu.
Langkah pertama : menganalisis kompetitor Jalu , ternyata setelah pencarian sana sini, ketemulah satu kesimpulan besar bahwa " kompetitor jalu tidak memiliki keunikan dari segi produk. produknya hanya sapi secara umu, speknya juga asal sehat dan tidak cacat. kalaupun ada yang pakai data timbangan, itu hanya data pedagang saja, bukan karena ditimbang langsung di depan konsumen. kenapa mereka maju? karena mereka mengandalkan jaringan komunitas dan training persapian. dan itulah yang tidak dilakukan jalu.
langkah kedua : menganalisis keinginan dan realita yang didapatkan konsumen. saya bertanya secara random kepada umat muslim yang rutin berqurban. dan ternyata mereka menginginkan hewan qurban terbaik untuk ibadah qurbannya tetapi mereka belum tahu ciri cirinya. karena banyak pedagang tidak berani jujur kepada konsumen , tidak ada penjelasan detail tentang sapi qurbannya. sehingga hewan qurban yang dibeli sering tidak sesuai harapan. sapi yang kata pedagang beratnya 300 kg, ternyata ketika disembelih dagingnya sedikit kurang dari 90 kg. wooooow sekali kan yaaa
Langkah ketiga : menyadari dan bertaubat dari kesalahan kesalahan . diantaranya adalah saya tidak paham pasar seperti apa yang dituju oleh Jalu, produk tidak memiliki keunikan, tidak ada value yang membuat konsumen terikat secara emosional
oke langkah ke empat : Rebranding Jalu. berkat ilmu dan support Pa Bi akhirnya saya , me Rebranding Jalu dengan DNA Jalu = qurban. core value jalu = PREMIUM. Added valu jalu = berani timbang langsung di kandang dan sapi gagah
langkah kelima : memperbaiki internal Jalu. 1. untuk mengatasi berat badan sapi yg fluktuatif, saya merubah kompisis pakan sapi, dengan hasil uji lab yang dilakukan prof peternakan. contoh: semua sapi dan domba di jalu tidak lagi menggunakan rumput tetapi hijauannya adalah "DAUN JAGUNG", karena lebih tinggi karbo dan vitaminnya
2. membangun kandang yang nyaman untuk sapi hingga sapi betah digemukan di Jalu
3. memilih bakalan sapi terbaik. di jalu hanya menggemukan sapi jenis limousin dan sapi madura. untuk sapi PO yang putih tidak kami pilih karena hasil dagingnya sedikit dan susah gemuknya, dan juga sapi bali tidak kami pilih karena suka bikin bencana besar haha, kalau ga ngamuk ngamuk, sapi bali itu sensian. gampang sakit dan pembawa penyakit
oke, setelah lima langkah di atas, saya masuk ke cara intinya. teori ini juga saya dapatkan di kelas Brand Disruption nya Pa Bi. teori dari Jean Marry Dru. berikut langkah langkahnya membuat brand anda berkelas:
1. membangun visi baru. oiya sebagai catatan penting, visi bukanlah sekedar kalimat surga yang kita rangkai dengan indahnya. visi bisnis kita harus punya "RUH" dan "VALUE" yang kita perjuangkan untuk konsumen
VISI BARU JALU : "MENYEMPURNAKAN IBADAH QURBAN ANDA"
dan saya menemukan benang merahnya, bahwa jalu bukanlah bisnis jualan hewan qurban. tapi jalu adalah bisnis yang bertujuan untuk menjalankan hadist itu. yaitu membantu umat muslim menyempurnakan ibadah qurban nya
2. merusak kesepakatan pasar. setelah visi baru, jalu juga mulai menjadikan bisnis ini "PREMIUM" yang berfokus pada kualitas produk dan value untuk konsumen. premium nya jalu ada di produk yaitu sapi dan domba yang gagah, ganteng karena hasil dari bakalan terbaik dan pakan berkualitas tinggi.
naah dengan ekslusifnya sapi dan domba Jalu, maka kami juga memiliki hpp yang lumayan tinggi. bayangin untuk perharinya makanan sapi itu 10rb/ekor. sama kayak di warteg ya hehe
akhirnya Jalu pun menjual dengan "HARGA PREMIUM", tujuan harga mahalnya jalu adalah untuk memberikan hewan qurban terbaik untuk konsumen, dan alhamdulillah nya dengan value timbang langsung di kandang , sapinya ganteng ganteng, dan kelas premium, konsumen perlahan memahami dan justru penasaran sama JALU
dan strategi PREMIUM ini akhirnya jg menyeleksi konsumen Jalu. bagi konsumen yang prinsip nya "harga murah asal bisa qurban", maka JALU mempersilahkan untuk cari pedagang lain
dan alhamdulillahnya strategi PREMIUM ini mendatangkan konsumen jalu yang potensial dan loyal. jadi ketakutan saya akan harga itu hilang sudah, karena konsumen mau ko beli di Jalu lebih mahal, selisih harga bisa 2 jutaan lebih, tapi mereka merasa puas dan sapi dan domab di jalu itukeren keren
dan akhirnya strategi PREMIUM ini membuat jalu keluar dari pasar qurban pada umum nya, yang harga murah dan sistem tebak tebakan (jogrok). dengan kata lain, kompetitor jalu sudah tidak relevan lagi dengan Jalu.
3. Membangun Platform Pertumbuhan
jalu juga membangun tim handal yang bisa menyampaikan brand premium jalu ini dengan baik.
kami gencar di sosmed , melalui video, testimoni, dan keunggulan produk.
Quote:
Belajar dan Bermain Bersama Anak - yang bisa dilakukan di rumah & sekolah
Budaya Hari Raya di Arab Saudi - HT
Kecanggihan Peralatan Rumah Tangga Masa Kini - HT
Sate di Indonesia ini Patut di Coba - HT
NGAWI, Kota Kecil Sejuta Wisata - HT
Foto yang Menyimpan Cerita Duka- HT
5 Game yang Menghasilkan Uang - HT
Kericuhanpun Ada di Piala Dunia - HT
Menengok Alun-Alun Terbesar di Jawa Timur - nanti HT
Foto Kekuatan Alam yang Maha Dahsyat
Suporter Unik di Piala Dunia 2018
Tik Tok di Blokir. Bowo pindah Aplikasi
Tips & Trik Game Horor SLENDRINA - HT
:[TOP5] Easter Egg Aneh, Lucu dan Seram Pada Game GTA 5
#ASLINYALO Perawatan Dasar Para Wanita
#ASLINYALO REVIEW KOMIK WE ARE PHARMACISTS BY IBLISS666
[COCooking]RUJAK CINGUR, MAKANAN NUSANTARA YG MEMILIKI SEJARAH DAN FILOSOFI#AslinyaLo
[Top5]Game Berbahaya ini Fail Karena Di Cekal Banyak Negara
#Aslinyalo Bidan Desa yang Punya Banyak Bisnis di Rumah
[COC DIY] Sulap Botol Bekas Menjadi Celengan & Vas
[Review] Laneige Moisture Care Trial Kit #AslinyaLo
[COC] Review Supernatural: Nevermore by Keith R.A. DeCandido #AslinyaLo
[COC PETS] Perawatan Cupang dengan Metode Simple Banget #AslinyaLo
[Kesan Khusus tuk Kaskus dari Ane & Orang Awam
Ada yg tahu MocorDroid? pasti nggak!!!Kenalan dulu sama MocorDroid Gansis
[MUSICOC] #Playlist ini Menemani Ane Selama 10 Tahun #AslinyaLo
Acara Berita Membosankan? Sekarang tidak lagi dengan teknologi ini Gansis
Outfit Simple & Make Up Flawless untuk Pesta Akhir Tahun Cuma 200K
Cerita & Inspirasi Bisnis ini Perlu di Baca Agar Kaya Raya
Review - Laneige Time Freeze ug Membuat Wajah Kembali Remaja
Mencegah Penyakit Ketika Musim Pancaroba
Membuat Teh dr Sekitar Kita. Bisa Nyembuhin Diabetes hingga Kanker
Review- LEXY the Baby NMAX
Review LANEIGE FRESH CALMING YANG MENENANGKAN WAJAH
Hyaluronic Acid pada Hada Labo Lotion ini Ampuh Banget buat Kulit Kering
Quote:
Bisnis Hewan Qurban
mba Mila saat ini adalah CMO di JALU. memulai usaha peternakan sapi di usia 23 tahun, dimulai dari 20 ekor sapi. Saat ini JALU dengan kapasitas 400 ekor sapi dan 200 ekor domba, berhasil menjadikan Brand Jalu sebagai brand premium di industri hewan qurban.
sebelumnya saya akan menjelaskan secara singkat dan padat mengenai bisnis hewan qurban
bisnis hewan qurban adalah bisnis yang memiliki elastisitas harga yang tinggi. jika harga berubah sedikit saja dan lebih mahal, maka konsumen akan dengan mudah pindah ke lain hati. selama ini juga kebanyakan konsumen hewan qurban berpedoman pada prinsip "asal bisa qurban", jadi kurang peka terhadap kualitas hewan qurbannya , asal memenuhi syarat dan murah maka itu yang dikejar oleh konsumen.
selain itu , penjual hewan qurban juga memiliki karakteristik yang hampir sama. dikarenakan bisnis hewan qurban itu setahun sekali, maka pedagang akan sangat agresif dalam mengejar untung sebesar besarnya. walaupun dengan cara yang kurang baik.
jadi bisnis hewan qurban yang sejatinya mempengaruhi nilai ibadah orang lain, justru dijalankan dengan cara yang jauh dari kehati hatian. inilah pertanyaan besar saya ketika memulai bisnis sapi qurban di usia 23 tahun. Kok pedagangnya ga jujur ya? kok konsumennya maunya murah ya???
mulai dari situlah , saya belajar untuk menganalisis dunia persapian, dari aspek bisnisnya sampai ke cara jualannya. karena hampir 90% pedagang sapi itu pa haji pa haji yang pengalaman, dan saya kalah pengalaman dengan mereka.
oke, sambil menunggu teman teman yang lain. saya mau tanya niih. menurut teman teman, seperti Apa sih brand yang "berkelas" itu?
selama 4 tahun pertama menjual sapi qurban, saya berfokus pada bagaimana caranya memiliki produk yang banyak, maklum satu sapi saja modalnya bisa 12 jutaan. maka saya fokus mencari investor, membangun kandang, membeli sapi bakalan, dan menjualnya dengan margin 30%. cara yang sama juga dilakukan oleh hampir semua pedagang. dan dengan cara yang sama itu saya mengalami untung 1 kali, dan rugi 3 kali berturut turut. mantap!
lalu saya mulai mendatangi satu persatu pedagang hewan qurban, dan saya petakan persamaan dan perbedaanya dengan Jalu. ternyata fakta yang saya temukan, memang hanya 5% dari pedagang sapi qurban itu yg untungnya fenomenal banged. sisanya ya biasa biasa aja asalh ada selisihnya. dan pedagang yang untung besar itu ternyata bukan karena keunggulan produk nya, alias hewan qurbannya. tetapi karena iklan jor joran di TV dan personal branding dari pemiliknya, serta jaringan yang dimiliki oleh pemiliknya.
Lalu apa kabar dengan saya?
mulailah dari situ saya belajar sana sini, untuk menemukan solusinya. sampai suatu ketika, saya diberikan nasihat oleh guru saya di kelas fiqh muamalah. begini nasihatnya :
"bisnis sapi qurban itu, bisnis yang banyak curangnya. dan kamu sudah rugi bisnisnya, juga ditambah rugi lagi karena dapet dosa dari bisnis kamu itu. dosanya kamu adalah kamu menjual hewan qurban dengan tebak tebakan alias sistem jogrokan. coba pakai sistem timbangan, berani jujur sama konsumen. biar usaha kamu berkah"
naah mulailah saya dapat pencerahan, dan saya memulai dengan sistem timbangan, sistem yang hampir semua pedagang ga berani melakukannya. dan ternyata modal 12 juta untuk membeli timbangan khusus hewan, itu mah baru permulaan. permulaan "bencana" berikutnya. haha
tahun 2017, saya memulai sistem timbangan, dan alhamdulillah responnya luar biasa positif. banyak konsumen baru penasaran dan akhirnya trust ke JALU krn sistem tsb. sistem ini berbeda sekali dengan sistem jogrok yang biasa. yang tidak jelas berat sapinya dan pedagang tidak punya dasar yang kuat dalam memberi harga
nah kalau sistem timbangan, konsumen kita persilahkan untuk memilih sapi yang disukainya, lalu sapi di tuntun untuk ditimbang, hasil timbangan itulah yang menjadi dasar harga nya. jika sapinya berat 300 kg, maka harga/kg 50rb. maka harga total sapinya adalah 300 x 50rb = 15 jt. itulah harga yg disepakati
naah selama sistem timbangan berjalan, mulailah muncul bencana demi bencana. yaitu sapi saya semuanya turun berat badannya. alhasil harga jual yang saya prediksikan 20 juta, malah realisasinya hanya 17 jt. kesalahan fatal dari saya sendiri. kenapa?
karena saya lupa akan sifat dari produk saya sendiri. yaitu si sapi itu. ternyata sapi adalah hewan yang fluktuatif berat badannya. dituntun sedikit buat ditimbang, sapi bisa turun belasan kg. bahkan kalau yang umpaninnya ganti orang, dan si sapi ga sreg sama orang barunya, dia bisa mogok makan dan beratnya turuuun lagi puluhan kg.
alhasil omset saya kala itu walaupun ga rugi, tapi tipiiiis sekalee.
nah setelah kejadian itulah, saya berguru lagi ke sana sini. sampai akhirnya ikut kelas BBB pa bi , dan sayapun dibimbing pa bi untuk rebranding si Jalu ini.
oke sebelum lanjut lagi, saya mau tanya ya. menurut teman teman, apakah brand harus berkelas?
naah setelah penjelasan di atas. saya akan jelaskan lima langkah awal rebranding si Jalu.
Langkah pertama : menganalisis kompetitor Jalu , ternyata setelah pencarian sana sini, ketemulah satu kesimpulan besar bahwa " kompetitor jalu tidak memiliki keunikan dari segi produk. produknya hanya sapi secara umu, speknya juga asal sehat dan tidak cacat. kalaupun ada yang pakai data timbangan, itu hanya data pedagang saja, bukan karena ditimbang langsung di depan konsumen. kenapa mereka maju? karena mereka mengandalkan jaringan komunitas dan training persapian. dan itulah yang tidak dilakukan jalu.
langkah kedua : menganalisis keinginan dan realita yang didapatkan konsumen. saya bertanya secara random kepada umat muslim yang rutin berqurban. dan ternyata mereka menginginkan hewan qurban terbaik untuk ibadah qurbannya tetapi mereka belum tahu ciri cirinya. karena banyak pedagang tidak berani jujur kepada konsumen , tidak ada penjelasan detail tentang sapi qurbannya. sehingga hewan qurban yang dibeli sering tidak sesuai harapan. sapi yang kata pedagang beratnya 300 kg, ternyata ketika disembelih dagingnya sedikit kurang dari 90 kg. wooooow sekali kan yaaa
Langkah ketiga : menyadari dan bertaubat dari kesalahan kesalahan . diantaranya adalah saya tidak paham pasar seperti apa yang dituju oleh Jalu, produk tidak memiliki keunikan, tidak ada value yang membuat konsumen terikat secara emosional
oke langkah ke empat : Rebranding Jalu. berkat ilmu dan support Pa Bi akhirnya saya , me Rebranding Jalu dengan DNA Jalu = qurban. core value jalu = PREMIUM. Added valu jalu = berani timbang langsung di kandang dan sapi gagah
langkah kelima : memperbaiki internal Jalu. 1. untuk mengatasi berat badan sapi yg fluktuatif, saya merubah kompisis pakan sapi, dengan hasil uji lab yang dilakukan prof peternakan. contoh: semua sapi dan domba di jalu tidak lagi menggunakan rumput tetapi hijauannya adalah "DAUN JAGUNG", karena lebih tinggi karbo dan vitaminnya
2. membangun kandang yang nyaman untuk sapi hingga sapi betah digemukan di Jalu
3. memilih bakalan sapi terbaik. di jalu hanya menggemukan sapi jenis limousin dan sapi madura. untuk sapi PO yang putih tidak kami pilih karena hasil dagingnya sedikit dan susah gemuknya, dan juga sapi bali tidak kami pilih karena suka bikin bencana besar haha, kalau ga ngamuk ngamuk, sapi bali itu sensian. gampang sakit dan pembawa penyakit
oke, setelah lima langkah di atas, saya masuk ke cara intinya. teori ini juga saya dapatkan di kelas Brand Disruption nya Pa Bi. teori dari Jean Marry Dru. berikut langkah langkahnya membuat brand anda berkelas:
1. membangun visi baru. oiya sebagai catatan penting, visi bukanlah sekedar kalimat surga yang kita rangkai dengan indahnya. visi bisnis kita harus punya "RUH" dan "VALUE" yang kita perjuangkan untuk konsumen
VISI BARU JALU : "MENYEMPURNAKAN IBADAH QURBAN ANDA"
dan saya menemukan benang merahnya, bahwa jalu bukanlah bisnis jualan hewan qurban. tapi jalu adalah bisnis yang bertujuan untuk menjalankan hadist itu. yaitu membantu umat muslim menyempurnakan ibadah qurban nya
2. merusak kesepakatan pasar. setelah visi baru, jalu juga mulai menjadikan bisnis ini "PREMIUM" yang berfokus pada kualitas produk dan value untuk konsumen. premium nya jalu ada di produk yaitu sapi dan domba yang gagah, ganteng karena hasil dari bakalan terbaik dan pakan berkualitas tinggi.
naah dengan ekslusifnya sapi dan domba Jalu, maka kami juga memiliki hpp yang lumayan tinggi. bayangin untuk perharinya makanan sapi itu 10rb/ekor. sama kayak di warteg ya hehe
akhirnya Jalu pun menjual dengan "HARGA PREMIUM", tujuan harga mahalnya jalu adalah untuk memberikan hewan qurban terbaik untuk konsumen, dan alhamdulillah nya dengan value timbang langsung di kandang , sapinya ganteng ganteng, dan kelas premium, konsumen perlahan memahami dan justru penasaran sama JALU
dan strategi PREMIUM ini akhirnya jg menyeleksi konsumen Jalu. bagi konsumen yang prinsip nya "harga murah asal bisa qurban", maka JALU mempersilahkan untuk cari pedagang lain
dan alhamdulillahnya strategi PREMIUM ini mendatangkan konsumen jalu yang potensial dan loyal. jadi ketakutan saya akan harga itu hilang sudah, karena konsumen mau ko beli di Jalu lebih mahal, selisih harga bisa 2 jutaan lebih, tapi mereka merasa puas dan sapi dan domab di jalu itukeren keren
dan akhirnya strategi PREMIUM ini membuat jalu keluar dari pasar qurban pada umum nya, yang harga murah dan sistem tebak tebakan (jogrok). dengan kata lain, kompetitor jalu sudah tidak relevan lagi dengan Jalu.
3. Membangun Platform Pertumbuhan
jalu juga membangun tim handal yang bisa menyampaikan brand premium jalu ini dengan baik.
kami gencar di sosmed , melalui video, testimoni, dan keunggulan produk.
Diubah oleh ibliss666 02-04-2019 23:05
1
Kutip
Balas