Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

memedruhimatAvatar border
TS
memedruhimat
Cerita Masa Kuliah Sebuah Kenangan Yang Terkubur
Quote:


Quote:


Quote:
Diubah oleh memedruhimat 10-04-2020 12:42
bapanarivan
alizazet
nomorelies
nomorelies dan 24 lainnya memberi reputasi
25
46.8K
173
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.3KAnggota
Tampilkan semua post
memedruhimatAvatar border
TS
memedruhimat
#34
..
..
..
Karena BT akhirnya makanan enggak gue habisin dan gue langsung bayar.

"Berapa Mak?" Tanya gue.

"Nah looo anaknya ngambek gegara dicengin..." Kata si Mak.

Gue datar aja enggak mempedulikan, sambil nyerahin duit.

"Eeiit, la elah, mo ke mana?" Tanya si Buyung.

"Ada kuliah." Jawab gue singkat.

"Ya elaah gitu aja ngambek, sini dulu lah, ngobrol. Ngerokok dulu nih, ngopi mau?" Ajaknya.

Gue ga tertarik, gue mundurin motor dan siap-siap ngacir balik ke kampus.

"Bawa cewek euy besok." Kata si Buyung cengengesan sambil melihat gue ngacir pergi.

***


Di kampus gue bengong di pelataran lapangan parkir, gue ga tau mau ngapain jadi gue bengong aja. Abis mau ke Perpus males, ke kantin ga ada uang, nongkrong ke UKM rohani ga ada orang.

Enggak sadar hari udah sore dan muncullah seorang wanita turun dari angkot.

Sosok yang sangat tidak asing.

"Ta... Baru dateng?" Sapa gue.

"Lho, Rik, ngapain?" Balas dia.

"Duduk-duduk aja, kamu ada kuliah apa?"

"Iya, tapi masih nanti jam 5."

"Koq jam segini udah dateng?"

"Ini ada temenku dia sakit. Dia kakak senior aku sih."

"Oh siapa? Sakit? Sakit di kampus?"

"Iya, dia enggak enak badan katanya."

"Oh gitu. Terus kamu mau ke mana sekarang?"

"Ya mau tengok dia lah."

"Emang dia masuk kuliah sakit-sakit gitu?"

"Iya lah, dia kan perantau, anak kosan, mau pulang ke mana?"

Tanpa basa basi lagi, si Doi jalan ke pelataran teras ruang Auditorium, gue cuma bisa ikutin dari belakang, karena doi juga ga ngajak gue untuk kenalan sama temennya. Dia cuma jalan gitu aja.

Sampe di sana seorang cowok keluar dari salah satu ruang UKM yang ternyata itu adalah ruang UKM Theater.

"Kak Pit, gimana badannya? Masih sakit?"

"Udah mendingan dek, tadi minum obat."

Gue mikir jangan-jangan cowok ini pacarnya si Doi.

Ternyata si Doi bawain makanan buat si cowok yang disebut dengan nama Pit itu.

Si doi bukain tempat makannya dan mulai suapin si Pit.

"Kakak makan sendiri aja Dek." Katanya si Pit.

"Bener nih? Ya udah nih, makannya dihabisin ya."

Apakah si Pit itu cowoknya dia, atau temennya, gue ga tau. Tapi kalau memang si Pit itu cowoknya ya udah gue resmi mundur.

"Mba Uut nanti selesai kuliah jam berapa kak?"

"Paling bentar lagi." Balas si Pit.

"Nanti kalo aku masuk kuliah kan ada Mba Uut yang jagain Kakak."

Nah, siapa pula Uut itu?

Akhirnya tiba waktu mau masuk kelas, gue ikutin si Doi menuju kelasnya.

Di tengah perjalanan,

"Itu tadi pacar kamu?" Tanya gue.

"Ngaco kamu, kan aku udah bilang dia itu kakak senior aku lagian dia udah punya pacar."

Ooh jadi si Uut itu tadi pacarnya si Pit.

“Abis kamu perhatian bener sampai bawain makanan gitu, kan dia ada pacarnya.”

“Justru Kak Uut yang minta aku bawain makanan. Lagian kenapa? Kamu cemburu?” katanya dengan tampang rada meledek.

“Koq kamu ngerti perasaan aku?” balas gue datar.

“Hahahaha… kamu itu belum terbiasa rupanya dengan hubungan antara pria dan wanita, kamu makanya pacaran dulu sana banyak-banyak sebelum masuk kuliah.”

“Maksud kamu?”

“Duh kamu itu, kalau kita perhatian sama temen itu hal biasa, seperti sebuah ikatan persaudaraan, tapi kalau perhatian sama pacar ya tentu lain lagi lah, lebih spesial.” jawabnya.

“Ya terus maksud kamu apa pacaran dulu banyak-banyak? Kamu lebih suka sama tipe cowok playboy yang udah ribuan kali gonta-ganti pacar gitu?” tanya gue lagi.

Dia menghela nafas, “Bukan gitu…”

Di tengah jalan kita berhenti di pekarangan fakultas.

“Ta, kalau emang kamu enggak suka sama aku, ya udah mulai sekarang aku berhenti cari-cari kamu, aku janji enggak bakal deket-deketin kamu lagi.”

Si doi diem dan menatap gue serius.

“Bukan begitu Rik.” dia terdiam sejenak sepertinya sedang menyusun kata-kata. “Aku bukannya mau dijauhin sama kamu. Aku seneng justru bisa temenan sama kamu, hanya saja kalau kita mau berjalan lebih serius, aku butuh orang yang benar-benar serius sama aku.”

“Maksud kamu? Apa kamu belum menganggap aku serius?” balas gue lagi.

“Kamu yakin benar-benar mau sama perempuan seperti aku?”

“Maksudnya?”

“Apa kamu enggak pernah mikir gimana nanti kita ke depannya? Kira-kira orang tua kita setuju ga satu sama lain, orang tua kamu belum tentu setuju.”

“Lha, kita pacaran aja belum koq udah bawa-bawa orang tua aja.”

“Nah, itu dia maksud aku, aku sekarang ini mencari yang benar-benar serius aja, aku enggak mau pacaran main-main.”

“Kalau aku emang yakin seratus persen sama kamu gimana? Kalau aku memang mau komitmen sama kamu gimana? Aku ga akan cari perempuan lain selain kamu, apakah kamu bersedia memilih aku sebagai calon jodoh kamu?” kata gue.

“Emang kamu yakin? Kita aja baru kenal.”

“Aku yakin, aku akan perlihatkan sama kamu kalau aku bisa jadi seseorang yang kamu inginkan asalkan kamu memberi kesempatan sama aku. Tetapi kalau emang kamu merasa enggak bakal cocok sama aku ya udah, seperti yang aku bilang, mulai besok aku ga akan ganggu-ganggu kamu lagi.”

Singkat cerita akhirnya dia bolos kuliah, males masuk katanya, dan gue temenin dia duduk-duduk di pelataran lapangan parkir.

“Begini aja deh, mending kita temenan aja supaya bisa lebih mengenal satu sama lain, kamu bisa lihat kira-kira apakah kamu memang senang sama aku, atau jangan-jangan kamu cuma senang sesaat aja sama aku.” kata si doi.

“Sebetulnya aku ga ingin sebatas berteman, aku ingin kita bersama karena aku ga mau kehilangan kamu, aku akan kecewa kalau tau ternyata kamu malah lebih memilih orang lain daripada aku, lebih baik aku mundur dari sekarang. Karena aku benar-benar mencintai kamu.”

“Emang apa sih yang membuat kamu mendadak jatuh cinta sama aku? Lagian kamu kenapa sih enggak pernah bilang dari dulu?” tanya si doi.

“Mungkin jatuh cinta pada pandangan pertama adalah kasus yang langka ya, pasti kamu bilang itu cuma ada di sinetron atau drama Jepang, tetapi kadang rasa cinta itu kan ga ada alasannya, karena itu dirasakan langsung dari hati. Dulu aku takut kalau perempuan secantik kamu pasti sudah ada yang punya.”

“Ih, aku mah apa adanya jelek gini koq dibilang cantik, kan banyak tuh cewek-cewek cantik di fakultas Sastra, kenapa kamu ga coba deketin yang lain-lain.” balasnya.

“Ya aku sukanya sama kamu…” balas gue.

Kemudian pembicaraan habis, kita hanya diem-dieman cukup lama sampai akhirnya matahari terbenam.

“Eh, kamu enggak ada kuliah lagi?” tanya gue.

“Ada sih.” balasnya.

“Jam berapa? Enggak mau masuk? Atau kamu mau makan ga? Makan bareng aku yuk.” balas gue.

“Enggak ah, aku masuk kuliah aja deh.”

“Nanti pulang jam berapa? Bareng aku ya?”

“Aku selesai kuliah malem lho, kamu jadi pulang larut malem melulu gara-gara aku.”

“Enggak apa apa koq, aku juga masih ada urusan, nanti aku tungguin di sini ya (pelataran parkir).”

Doi pun berjalan ke gedung fakultas dan gue ngacir lagi ke warung Maoi.



(Bersambung)
Diubah oleh memedruhimat 19-12-2018 16:14
1
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.