Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

memedruhimatAvatar border
TS
memedruhimat
Cerita Masa Kuliah Sebuah Kenangan Yang Terkubur
Quote:


Quote:


Quote:
Diubah oleh memedruhimat 10-04-2020 12:42
bapanarivan
alizazet
nomorelies
nomorelies dan 24 lainnya memberi reputasi
25
46.8K
173
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.3KAnggota
Tampilkan semua post
memedruhimatAvatar border
TS
memedruhimat
#28
Quote:

...
...

Ternyata sampai di sana tongkrongan lumayan rame, doi lagi asik bercanda dia sama teman-teman cowoknya.

Gue menyapa, mereka sempat menengok tapi abis itu gue ga digubris. Dia lanjut ngobrol bercanda-canda sama teman-temannya.

Gue duduk aja ga jauh dari tempat dia, abis gue bingung mau ngapain, mau SKSD PALAPA sama teman-temannya ga enak juga, kecuali kalau gue dikenalin gitu.

Si Dewi ngeliat gue kebingungan gitu, gue tatap-tatapan sama Dewi, gue lihat raut mukanya kayanya dia menyadari keadaan gue.

"Eh, Kak kita pindah ke kantin aja yuuk." Kata si Dewi ke teman-teman cowoknya si Doi.

"Ayook deh kalo gitu." Jawab si doi.

Si Dewi ngasi-ngasi kode gitu sama si doi, ekspresinya seperti berbicara, "ngapain loe ikutan..."

Si Doi kayanya ngerti, tapi dia agak cemberut.

"Ya udah kalian duluan deh." Kata si Doi.

Si Dewi mengorbankan diri untuk menyeret cowok-cowok itu menjauh. Akhirnya gue bisa mulai mendekati si doi.

Abis basa basi, gue memulai pembicaraan.

"Oh iya, tadi aku cari-cari kamu, kamu tadi ga masuk kelas?" Tanya gue.

"Lagi males..." Jawabnya singkat.

"Jangan gitu lah, kan kasian orang tua biayain kuliah."

"Dosennya juga jarang masuk." Lagi jawabnya singkat, sambil mukanya menatap kejauhan dengan ekspresi cuek.

"Kamu masih ada kelas lagi?"

Dia cuma menghela nafas aja, kayanya males menjawab gitu.

"Kalau enggak ada, gimana kalo kita pulang yuk." Kata gue.

"Kamu kalo mo pulang, pulang aja duluan, aku masih mau nongkrong sama temen-temen aku."

Kita terdiam, karena gue juga kehabisan bahan obrolan.

Abis itu tiba-tiba doi beranjak gitu aja, dia angkat tasnya dan langsung jalan aja ke kantin tanpa sepatah kata pun.

Gue bengong dan bingung ditinggal gitu aja.

Gue ga tau mau ngapain, gue menatap sekeliling kampus, sebentar lagi magrib, enggak ada tempat yang mau gue tuju. Tapi, mau pulang juga koq males.

Adzan magrib berkumandang, tadinya gue mau beranjak ke masjid, tiba-tiba rombongan Dewi, Doi dan teman-temannya muncul, rupanya cowok-cowok itu mau ambil tas di ruang UKM.

Rupanya mereka mau pergi ke suatu tempat, si Dewi doank ngeliat gue pada saat itu,

"Eh, Pa, si Arik kagak diajak tuuh?"

"Terserah kalo dia mo ikut, kan udah gede, lagian koq nanya sama gue, tu kan si Godet yang punya acara." Jawab si Doi.

"Acara gue? Tadi perasaan yang ngomong pengen nonton itu si Puspa deh, eh, btw itu temen loe?" kata seorang cowok, kayanya dia yang disebut si Godet.

Si Doi cuek dan tetap aja lanjut jalan tanpa menoleh.

"Ini temen kita, dia anak sastra." Kata si Dewi.

Baru deh akhirnya gue kenalan sama cowok-cowok itu.

Jadi ada si Godet, Awi, Kuntet sama Bocel. Rupanya mereka anak fakultas teknik dan kelautan.

"Kita mo pada nonton ke Bioskop" Kata si Godet.

"Iya, Rik ikut aja." Kata si Dewi.

Iya deh akhirnya gue memutuskan untuk ikut aja.

Si Doi dari tadi berdiri aja di ujung nungguin teman-temannya.

Begitu kita jalan dan menyusul, mereka jalan paling depan dan gue ngekor di belakang.

Pas mau nyebrang jalan, eh dia minta digandeng sama si Godet. Bukan gandengan mesra kaya orang pacaran sih, cuma pegang lengan pas mau nyebrang. Ya itu biasa kali ya namanya jagain temen, tapi ... Kan ada gue.

Iya sih, kita belum pacaran, enggak ada status apa-apa antara gue dan dia, tapi gue ga nyangka harusnya dia ngerti donk perasaan gue yang udah jelas-jelas ada hati sama dia. Atau jangan-jangan dia sengaja bikin gue ilfiil supaya gue berhenti ngejar-ngejar dia.

Gue yang jalan paling belakang, kayanya gue pengen bisa tiba-tiba menghilang, gue jadi males ikut jalan-jalan bareng mereka.

Si Dewi kayanya menyadari keanehan gue, dia tarik tangan gue.

"Rik, sini, ngobrol-ngobrol donk." Kata si Dewi.

Gue berusaha sok asik biar enggak kelihatan aneh, tapi baru kali itu dalam hidup gue ngerasain betapa berat dan susahnya untuk bisa tertawa.

Sampai di Butet, sebuah bioskop lama di pinggiran Kota mereka asik milih-milih film, akhirnya antri deh di loket pembelian tiket. Beli tiketnya masih ala jaman jadul, antri di loket 20 menit sebelum film dimulai.

Gue udah bete banget sebetulnya, tapi gue berusaha tahan-tahan ekspresi bete gue. Duit gue juga sebetulnya super tipis banget, tapi ternyata masih cukup buat ikut beli tiket harga 15.000 kala itu.

Dompet gue total langsung kosong pada saat itu.

Akhirnya pintu studio pun dibuka, namanya teater jadul, enggak ada embak-embak cantik yang ngerobekin tiket di pintu teater kaya di bioskop twentiwan atau exexwan yang keren dan canggih kaya jaman sekarang. Pintu dibukain kuncinya sama petugas cowok dan kita cuma nunjukin karcis, petugasnya juga liatnya setengah ati sambil tangannya auto melambai mempersilahkan langsung masuk aja.
Spoiler for bioskop:


Kursi duduk juga bebas, enggak ada penomeran khusus, siapa cepat dia dapat, yang mau mojok bebas pilih sudut paling gelap, mau ngerokok juga bisa kalau film sudah mulai dan petugas udah pergi.

Tau-tau ternyata posisi duduk gue persis di sebelah si doi.

Ya, seandainya saja ini bisa jadi momen indah kita, tapi kamu begitu cuek sama aku, padahal kamu udah tau gimana perasaanku, tapi kamu tidak bisa memberikan jawaban yang tegas. Aku tidak tau apakah kamu memberiku harapan atau kamu sebetulnya memaksaku mundur walau kamu tau aku akan kecewa.

Suasana teater yang awalnya sunyi di awal film, mulai tidak teratur di tengah film. Begitulah biasanya, orang bosan nonton pertengahan film ada sebagian yang mulai ngobrol walaupun bisik-bisik. Yang pacaran mulai cipok baik, yang masih minat nonton tapi sambil ngerokok mulai ngebul.

Tapi yang berisik cuma deret kursi bagian belakang aja, deret pertengahan sama depan masih fokus nonton.

"Bagus film nya." Kata gue.

"Biasa aja." Balas si doi.

"Ih itu ada bagian lucunya tuh." Kata gue sambil ketawa berbisik, ceritanya gue mau memancing obrolan.

"Iiisshh... Berisik deh, nonton aja deh filmnya." Balas si Doi.

Gue sebetulnya enggak minat amat sama filmnya, ini film tahun kemarin, lucu sih tapi ceritanya biasa aja.

Doi diem aja tanpa ekspresi, gue ga tau dia nikmati film atau cuma asal nonton aja.

Gue iseng mencoba untuk pegang tangannya. Tapi langsung dia tarik tangannya, dari genggaman gue.

"Enggak ah, kita kan enggak pacaran, enggak enak nanti diliat orang." Begitu kata si doi.

"Tadi kamu jalan gandengan sama Godet ga pa pa." Balas gue.

"Itu kan mau nyebrang jalan, Godet itu temen deket aku." Balasnya.

"Kamu mau apa sih sebetulnya dari aku? Apa yang harus aku perbuat supaya bisa mendapatkan kepercayaan kamu?"

Dia hanya diam aja enggak menjawab pertanyaan gue.

"Ta..." Panggil gue.

"Iishh... Berisik deh, ini filmnya udah mau abis, ga konsen deh jadinya."

Ya udah gue diem aja sampai film berakhir, gue sudah kehabisan kata-kata.

Gue berpikir untuk bisa bersabar.

Apa gue sudahi aja, enggak ada gunanya ngejar-ngejar dia. Tapi setiap kali berpikir demikian satu sisi perasaan gue enggak bisa terima.

Logika dan perasaan bertarung di dalam diri gue.

Masa gue kehilangan dia begitu aja? Gue nyerah? Apakah enggak ada harapan sama sekali buat gue?

Apakah jatuh cinta itu memang seperti ini? Membuat seseorang menjadi bodoh.

Pulang dari bioskop,

"Ta, aku anter pulang ya..." Kata gue.

"Enggak usah, aku masih ada kegiatan sama temen-temenku." Jawab dia.

"Ya udah aku tungguin deh, nanti kita pulang bareng kalo kamu udah selesai."

"Ih, ngapain? Kamu kalo mo pulang ya pulang aja? Aku ga tau pulang jam berapa."

"Tapi kan ga baik pulang larut malam, kasian juga bapak sama ibu kamu nanti nungguin."

"Nanti aku nginep di kosan temen aku."

Cuma itu aja jawabannya dan gue pun kehabisan kata-kata.

Gue melihat dia menghilang masuk ke gedung fakultas teknik, jam sudah menunjukkan pukul 8 malam, gue jalan lemes ke warung Ma'oi.

Orang-orang masih rame nongkrong di sana, ga ada satupun yang sepertinya menyadari kehadiran gue, Ma'oi juga sibuk nonton sinetron.

Gue cek cek ke belakang, si Buyung ga ada di sana. Jangan-jangan dia udah pergi ke tongkrongan motornya. Gue ga ada tujuan jelas mau ngapain, daripada bengong, akhirnya gue ngacir pulang.


(Bersambung)
Diubah oleh memedruhimat 19-12-2018 06:36
rinandya
rinandya memberi reputasi
2
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.