Kaskus

Story

MartincorpAvatar border
TS
Martincorp
[TAMAT] PACARKU KUNTILANAK
[TAMAT] PACARKU KUNTILANAK


[TAMAT] PACARKU KUNTILANAK


[TAMAT] PACARKU KUNTILANAK


Sebelumnya ane Mohon izin kepada para sesepuh di Forum SFTH, ane mau sharing cerita fiksi yang ane dapet dari wangsit di alam mimpi semalem berhubung kisah hidup ane nggak menarik buat di share jadi ane share cerita fiksi. 
ane mohon maaf juga bila ada kata-kata yang tidak berkenan di hati agan-agan yang baik dan penulisan yang berantakan karena ini pertama kalinya ane menulis wangsit yang ane terima ke dalam sebuah karya tulis.
Spoiler for Sinopsis:



Spoiler for INDEX:


Spoiler for Penampakan:



Mohon Commentnya ya gan, biar ane semangat Update wangsit nya emoticon-Blue Guy Peace
emoticon-Blue Guy Peace emoticon-Blue Guy Peace emoticon-Blue Guy Peace emoticon-Blue Guy Peace

Ane mau ngucapin terima kasih banyak buat Agan-agan yang baik hati yang udah ngasih Cendol Manis, Semoga Rezeki Agan-agan yang baik hati semakin Berlimpah ......emoticon-thumbsup emoticon-Salaman emoticon-Smilie emoticon-Smilie emoticon-Smilie
[TAMAT] PACARKU KUNTILANAK
[TAMAT] PACARKU KUNTILANAK

Akhirnya kisah ini selesai dengan meninggalkan banyak misteri yang belum terkuak, untuk itu nantikan kisah selanjutnya di novel lanjutan cerita ini
Spoiler for Sudah Terbit:


Follow Instagram Martincorp_Official di : Martincorp69

Kunjungi juga Wattpad ane di Link : PACARKU KUNTILANAK
Polling
0 suara
Siapakh Karakter Favorit Agan ?
Diubah oleh Martincorp 09-01-2020 12:25
habibhievAvatar border
aji601602662Avatar border
dukronisirya115Avatar border
dukronisirya115 dan 260 lainnya memberi reputasi
247
592.1K
2.3K
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.9KAnggota
Tampilkan semua post
MartincorpAvatar border
TS
Martincorp
#516
PERINGATAN

Dalam chapter ini banyak mengandung unsur ECCHI dalam Dosis Tinggi , bagi pembaca yang tidak suka atau tidak sanggup membaca, sangat direkomendasikan untuk melewatinya saja dan langsung baca bagian akhir chapter ini karena dapat menyebabkan jantung berdebar, mimisan, celana menyempit, berfantasi yang enggak2 dan kentut tidak terkendali.
Penulis mohon kepada pembaca untuk memakluminya dan tidak memberikan Bata karena itu sangat perih Rudolfo.



BAGIAN 36
INSOMNIA
Part 1


Asnawi terbangun dari tidurnya, dengan kondisi masih ngantuk, Asnawi mulai bangkit dan berdiri dari tempat tidurnya. Kondisi kamar yang gelap karena hari sudah malam membuat Asnawi tidak bisa melihat apa-apa. Dia kemudian meraba-raba dinding untuk mencari tombol lampu ruangan. Begitu lampu dinyalakan, Asnawi langsung kaget ketika melihat jam dinding, waktu sudah menunjukkan jam 7 malam. Dia ingat kalau malam ini harus mengembalikan mobil ke rumah Bi Asih. Asnawi langsung bersiap pergi ke rumah Bi Asih, tanpa mandi terlebih dahulu, dia langsung beganti baju dan menyemprotkan parfum yang cukup banyak.

“hmmm.....Hayati kemana yah...kok nggak ada..padahal gue mau ngajak dia ketemu Bi Asih” Asnawi berbicara sendiri setelah baru sadar kalau Hayati tidak ada.”oh mungkin..lagi sama Utami kali yah.....yaudah deh gue pergi sendirian aja..”. Asnawi langsung pergi meninggalkan kosannya menuju rumah Bi Asih.

Tempat tinggal Bi Asih berada di sebuah apartemen yang cukup mewah di kawasan Ciumbuleuit. Perjalanan kesana cukup lama karena kondisi lalulintas di Bandung yang sangat padat ketika weekend. Setelah hampir satu jam berjibaku dengan kemacetan, akhirnya Asnawi sampai. Dia langsung membawa mobil ke basement dan memarkirkannya disana. Setelah selesai memarkirkan mobil, Asnawi kemudian berjalan menaiki tangga menuju Lobby. Di lobby apartemen dirinya lansung disambut petugas keamanan yang memeriksa Asnawi. Setelah melewati pemeriksaan Asnawi langsung menghampiri meja resepsionis.

“selamat malam pak, ada yang bisa saya bantu...” kata seorang pria muda dengan dengan penampilan necis ala pegawai bank.

“malem pak....saya mau berkujung ku rumah Bi Asih....” kata Asnawi.

“maaf pak, disini tidak ada penghuni yang bernama Bi Asih disini...barangkali punya nama asli pak..?”

“hadeeuuuh...siapa yah nama asli Bi Asih...njiir lupa euy..hehehe...ntar ya pak saya telpon dulu orangnya” kata Asnawi.

Asnawi kemudian membuka smartphonenya dan menelpon Bi Asih.

“samlekum...Bi..Asih..punten pisan Bi...aku udah di lobby nih, akang resepsionisnya nanyain nama lengkap penghuni yang mau aku kunjungin...hehehe punten ini mah Bi, nama lengkap Bibi tuh siapa yah hehehe...aku lupa Bi..”

“ASTAGFIRULLOH....ADEN...MENI TEUNGTEUINGEUN ADEN....NEPI KA POHO NGARAN BIBI......!!!”

“hehehe....aduh punten pisan Bi....hapunteeeeen pisan hehehe........”

“hadeuh si Aden euy...hmmmm.....namaku KARTIKA ASIH den....”

“Oh okeh ..okeh... Bi Nuhun Pisan...”

Asnawi langsung menutup telepon dan berlari menuju resepsionis untuk memberitahukan nama asli Bi Asih. Resepsionis pun langsung mengetahui nama penghuni atas nama Kartika Asih. Dia langsung menunjukkan lantai dan nomor kamar kepada Asnawi. Apartemen Bi Asih berada di lantai sembilan ruangan nomor 9*6. Sebelum pergi ke aparteman Bi Asih, Asnawi terlebuih dahulu disuruh mengisi buku tamu, menunjukkan KTP dan ditanyai tujuan kunjungan. Asnawi merasa heran dengan pihak keamanan apartemen yang sangat ketat, padahal terakhir dia kesana tidak ada pemeriksaan kemanan yang ketat.
Asnawi kemudian memasuki elevator dan memencet tombol no 9. Elevator pun tertutup dan mulai bergerak naik keatas.

Asnawi sudah lama tidak mengunjungi rumah Bi Asih. Kunjungan ini adalah kunjungan keduanya, Asnawi sangat jarang berkunjung ke rumah Bi Asih, selam ini mereka sering bertemu di rumah Cascade. Kunjungan pertama Asnawi ke rumah Bi Asih terjadi ketika dirinya duduk di kelas 2 SMA dan masih berpacaran dengan Cascade, saat itu dia mengantar Bi Asih dan Jaenal yang kala itu baru berumur 1 tahun. Pada waktu itu Asnawi tidak sengaja bertemu Bi Asih yang baru pulang dari sebuah klinik untuk mengantar Jaenal di Imunisasi. Asnawi merasa kasihan melihat Bi Asih yang kala itu sedang berdiri di pinggir jalan menunggu angkot sambil panas-panasan dan menggendong Jaenal. Pada waktu itu Bi Asih belum memiliki mobil seperti sekarang. Asnawi yang kebetulan lewat dengan motor mio nya langsung berhenti dan manawarkan tumpangan kepada Bi Asih untuk pulang. Dan di hari itulah pertama kali kisah asmara terselubung antara Asnawi dan Bi Asih dimulai. Pada hari itu juga Asnawi harus kehilangan kesuciannya untuk pertama kali.

Laju elavator pun berhenti dan pintu terbuka lebar, Asnawi melangkahkan kaki keluar elevator dan berjalan menyusuri sebuah lorong panjang menuju rumah Bi Asih. Jantungnya merasa berdebar debar ketika melewati pintu demi pintu mendekati pintu milik Bi Asih. Asnawi berpikir kalau Bi Asih mempunyai pesona yang sangat luar biasa. Dia berpikir tidak akan ada seorang pria pun di dunia ini yang tidak tergoda oleh Bi Asih terkecuali pria itu seorang Homoseks. Apabila diibaratkan kalau kamar Cascade dalah neraka level 2, maka kamar atau apartemen Bi Asih adalah neraka level 7. Dalam hati Asnawi dia berdoa untuk tetap bisa menjaga imannya agar tidak tergoda oleh rayuan maut Bi Asih. Apalagi sekarang Asnawi sudah memiliki tambatan hati yang lebih cantik dan lebih besar ‘itunya’ dari Bi Asih dan Cascade walaupun sang tambatan hatinya itu bukan manusia.

Akhirnya sampai lah Asnawi di depan pintu rumah Bi Asih. Dengan gemetaran, dia mengetuk pintu berwarna putih itu. Beberapa saat kemudian pintu terbuka dan ternyata Jaenal yang membukakan pintu untuk Asnawi, dia pun langusng masuk dan disambut dengan ciuman tangan Jaenal. Tak lama kemudian Bi Asih datang menghampiri Asnawi. Bi Asih hanya mengenakan apron dan tidak memakai baju. Asnawi langsung terkejut dan memalingkan wajah dari Bi Asih.

“ASTAGFIRULLOH...BI...BIBI KENAPA NGGAK PAKE BAJU???” teriak Asnawi yang memalingkan wajah.
“ihhh ari si Aden meni riweuh.....aku nggak tanpa busana den ... aku pake apron kok...sama celana dalam juga .... nih liat” kata Bi Asih sambil menungging untuk menunujukan celana dalamnya yang berwarna biru muda dengan model tongs.

“aww...Bibi....jangan liatin pantat atuh!!....” kata Asnawi yang mendadak mimisan.

Bi Asih tertawa terbahak-bahak melihat keadaan Asnawi yang mendadak mimisan. Asnawi kemudian memberikan kunci mobil kepada Bi Asih dan Bi Asih memberikan kunci itu ke Jaenal untuk disimpan di laci lemari kamarnya. Asnawi tampak tidak nyaman maelihat Bi Asih yang berpenampilan seperti itu. Asnawi kemudian berpamitan ke Bi Asih untuk kembali pulang.

“Bi aku pulang dulu yah.....udah malem” kata Asnawi yang terlihat terburu-buru.

“etissss....tunggu dulu Aden....jangan dulu pulang!!...hayu makan malem dulu disini...aku udah masak besar nih spesial buat Aden” kata Bi Asih sambil memegang tangan kanan Asnawi dan mencegahnya untuk pulang.

“aduh Bi...masih kenyang nih” Asnawi ngeles.

“ayo makan sini dulu den ....kan Aden udah minjem mobil Bibi... jadi sebagai balasannya Aden harus makan dulu... okeh..oke...!! abis itu temenin Bibi sampe tidur yah....baru Aden boleh pulang ...” kata Bi Asih yang menarik lengan Asnawi.

“tapi..tapi...aku udah....tobat..Bi...aku nggak mau gituan lagi sama Bibi....” kata Asnawi dengan penuh kecemasan.

“ahh...gampang den....libur aja atuh tobatnya malem ini mah...gitu aja kok repot” kata Bi Asih santai.

Akhirya Asnawi menyerah, dia pasrah dan kembali berjalan mengikuti tarikan tangan Bi Asih. Tampak tubuh Bi Asih yang hanya ditutupi oleh celana dalam saja tampak sangat mulus dan terlihat jelas dari belakang.”Bi...baju Bibi emang pada kemana...? kok Cuma pake apron sama cd doang?” tanya Asnawi.

“ baju Bibi masih di laundry Den, belum beres .... terus baju ku yang terakhir tadi kesiram sama saus steak jadi kotor deh ...”

“emang nggak ada baju banget Bi di lemari?”

“nggak ada Den.....adanya ya cuman apron ini doang..hmmmm”

Asnawi kemudian duduk di sofa di ruang tengah dan Bi Asih kembali ke pantry untuk melanjutkan acara memasaknya. Apartemen Bi Asih cukup kecil namun dilengkapi dengan berbagai furniture yang mewah dan barang elaktronik canggih. Aparteman Bi Asih terdiri dari 5 ruangan. Dua kamar tidur dua kamar mandi dan satu ruangan besar yang merupakan gabungan dari ruang keluarga, ruang makan dan pantry. Setelah menyimpan kunci mobil di kamar Bi Asih, Jaenal kembali ke ruang keluarga sambil membawa sebuah buku tulis, dia duduk di sebelah Asnawi.

“om....bantuin ngerjain PR aku om...!!!” kata Jaenal dengan wajah memelas.

“siyap bosku....mau dibantuin PR apa nih”

“matematika om”

“ooh.....cingcay itu mah....mana soalnya ....sini”

Asnawi akhirnya membantu mengerjakan PR Jaenal. Dia mengajari Jaenal cara berhitung dengan tepat dan cepat. Suasana kekeluargaan pun tercipta di apartemen itu. Bi Asih terlihat sangat bahagia ketika melihat keakraban Asnawi dan Jaenal seperti seorang ayah yang mengajari anaknya. Bi Asih juga terharu melihat pemandangan itu, mengingat Jaenal semenjak lahir tidak pernah mengenal sosok ayah, karena ayah Jaenal yaitu Kang Asep telah meninggal ketika umur kandungan Bi Asih memasuki bulan kesembilan.

Bi Asih pun akhirnya selesai memasak, dia kemudian menyajikan makanan diatas meja makan. Setelah itu Bi Asih memanggil Asnawi dan Jaenal untuk makan malam. Asnawi dan Jaenal pun menghampiri meja makan.

“waaww...Bibi masak steak yah..enak banget nih keliatannya..hehehe”

“pastinya Den...ini steak wagyu ... kemari Non Cascade sama temennya barbekyuan di rumah ....Bibi nyuruh Non Cascade untuk beli daging wagyu sementara aku nyiapin bumbu dan panggangannya ... eeh dia malah beli kebanyakan ....jadi weh sama aku dibawa ke sini”

“emang seberapa banyak Bi Cascade belinya”

“dia beli 10 kilo Den ........”

“EDAAANNNN....emang gila yah mantanku........hahahahahaha”

“hahahaha bener Den...tuh masih banyak di kulkas Den....mau dibawa pulang atuh?...sama Bibi nggak bakalan kemakan....sayang euy..”

“wahh..serius Bi...asik atuh pengen bawa Bi...hahahaha”

“oke......nanti aku siapin yah”

Mendengar Bi Asih mau memberi daging wagyu gratis, Asnawi sangat senang sekali. Untuk sementara dia dapat solusi praktis untuk permasalahan memberi makan Hayati dalam beberapa hari kedepan. Mereka makan tampak lahap dan nikmat. Sesekali Bi Asih mengelapkan serbet ke mulut Asnawi yang terlihat kotor karena terkena saus steak. Jaenal hanya tersenyum melihat ibunya yag perhatian kepada Asnawi.

“om..om....kapan om mau nikahin mama aku...?” tanya Jaenal secara tiba-tiba. Asnawi dan Bi Asih mendadak kaget.

“JAENAL...SSSSSTTTTTTT!!!!” kata Bi Asih dengan nada marah kepada Jaenal.

“kenapa marah Mah, kan mamah sering bilang ke aku kalo mamah suka banget sama Om....” kata Jaenal

“hehehe jangan di waro(tanggapi) den si Jaenal mah hehehe namanya juga anak kecil” kata Bi Asih salah tingkah.

“enggak apa apa Bi...santai aja hehehehe” jawab Asnawi.

“mah aku pengen punya ayah mah....kayak temen-temenku....” kata Jaenal dengan polosnya.

Mendengar omongan Jaenal, suasana langsung hening. Bi Asih tertunduk lesu, tampak raut wajah kesedihan tersirat di wajah manis Bi Asih. Matanya tampak berkaca-kaca. Asnawi merasa sangat canggung, dia harus cepat bertindak untuk segera mencairkan suasana kembali.

“Jaenal.....doain aja yah biar mamah kamu cepet dapet jodoh yah...semoga kamu bisa daetin ayah yang baik” kata Asnawi sambil mengelus kepala Jaenal.

“aku pengennya Om yang jadi ayah ku...............” desak Jaenal.

“Yaudah kalo itu yang kamu pengenin...kamu sering-seringlah berdoa yah.........doain mamah kamu bisa berjodoh sama aku yah.....gimana setuju??” kata Asnawi dengan penuh kewibawaan. Jaenal langsung berteriak setuju dan langsung memeluk Asnawi. Bi Asih kembali terseyum melihat Asnawi yang berpelukan dengan Jaenal. Dia tidak bisa berkata-kata lagi dan air mata mulai keluar dan menganak sungai di pipi.

“den ..... makasih yah...” kata Bi Asih sambil mengusap air matanya.

“gapapa Bi...hehehehe.........”kata Asnawi sambil memberikan tisue kepada Bi Asih.

Suasana makan malam kembali ceria, Bi Asih tampak lebih ceria setelah mendengar perkataan Asnawi tadi. Setelah makan usai, Asnawi dan Jaenal kembali bermain di kamar Jaenal, sementara Bi Asih membersihkan meja dari piring-piring kotor dan menyiapkan sisa daging wagyu yang belum dimasak untuk dibawa pulang Asnawi.

Satu jam berlalu dan akhirnya Jaenal pun tertidur di karpet kamarnya. Asnawi langsung mengangkat tubuh Jaenal dan menidurkannya di atas tempat tidur dengan nyaman. Setelah itu Asnawi kemudian pergi keluar kamar, dia melihat Bi Asih sedang duduk di sofa sambil memegang sebuah gelas yang berisi minuman. Dia sedang menonton FTV favoritnya yang selalu tayang di jam-jam primetime di channel Ikan terbang TV. Asnawi kemudian duduk di sebelah Bi Asih dan ikut menonton.

“Aden....kata Non Cascade, Aden udah punya pacar baru yah....?”

“heheh...iya Bi...ada baru dua mingguan mah”

“duh ...... selamat yah Den, akhirnya Aden bisa move on juga dari Non Cascade”

“hehehe nuhun pisan Bi......”

“tapi Den, ulah abong abong Aden boga nu anyar tuluy Aden miceun ka Bibi ! (jangan mentang-mentang punya pacar baru terus Aden ngebuang Bibi !)...”

“ya enggak atuh Bibi...emangnya Bibi itu mantan aku?...orang lain mah punya mantan langsung dibuang..tapi aku mah enggak gitu ...mantan aja masih dikukut (dipiara) sama aku mah apalagi Bibi...”

“wah...tengkiyu pisan Aden..” kata Bi Asih sambil mencium pipi Asnawi. Bi Asih kemudian merubah posisi duduknya dengan melipat kedua kakinya ke sofa dan menyenderkan kepalanya ke lengan Asnawi.

“den...makasih yah tadi udah bantuin jawab pertanyaan Jaenal...tadi aku bingung pas dia nanya itu...malahan jadi sedih..huft..huft”

“iya Bi...nggak apa apa...lagian wajar kalo Jaenal pengen punya ayah kaya temennya...apa Bibi nggak punya calon suami atuh?....yah minimal pacar ?”

“huh.....enggak den.... aku masih belum siap buka hati lagi ...hmmmm ..aku masih belum bisa ngelupain Kang Asep.”

“aku ngerti Bi......gimana rasanya ditinggalin orang yang dicintai ...apalagi Kang Asep orangnya sangat baik...aku juga nggak nyangka Kang Asep bisa dipanggil Tuhan ketika usia kandungan Bibi mau 9 bulan...tapi Bibi harus move on dong...masa depan Bibi masih panjang apalagi Jaenal”. kata Asnawi. Bi Asih mulai terisak mengingat sosok suaminya itu.

“hiks...hiks..iya den, Bibi ingat ketika mau lahiran cuman dianter sama Aden dan Non Cascade ke klinik...itu selalu bikin Bibi sedih sampe sekarang......hatiku ini terasa hampa banget den ....... selama ini emang banyak laki-laki yang ngedeketin, mulai dari ayah temennya Jaenal sampe rekan-rekan bisnisnya Nyonya Besar .... tapi semuanya aku tolak den”

“kenapa di tolak Bi.....padahal kan mereka baik –baik loh, apalagi rekan bisnis Mommy Cascade, pasti tajir-tajir”

“enggak Den....mereka tetep nggak bisa ngisi kekosongan hatiku, aku nggak mencari kekayaan..kupikir kalo materi mah udah cukup lah buat ngehidupin Jaenal bahkan sampe dewasa... “

“hmmmmm.....aku jadi bingung sendiri nih”

“gak usah bingung Den...biarin aja Bibi kaya gini......Den...maafin Bibi yah kalo selama ini Bibi sering merudapaksa Aden, menjadikan Aden sebagai pelampiasan nafsu seks aku....”

“nggak apa apa bi....maafin aku juga karna aku nggak pernah bisa muasin Bibi.....”.

Bi Asih kemudian meminum minumannya, Asnawi merasa aneh dengan minuman Bi Asih karena mengeluarkan bau alkohol.

“Bi..itu minuman apa?”

“oh ini Wine den.....”

Asnawi langsung berdiri dengan penuh emosi. Bi Asih kaget melihat Asnawi yang langsung berdiri tiba-tiba sampai-sampai gelas yang dipegannya jatuh ke lantai.

“JADI SELAMA INI BIBI MINUM MINUMAN LAKNAT INI!!!!!..........KENAPA BI!! KENAPA!!!!”

“aku minum itu untuk bisa tidur den....selama ini aku insomnia!!”

“apa Bibi nggak sayang sama diri sendiri??....apa Bibi nggak sayang sama Jaenal....sejak kapan Bibi jadi seorang alkoholik??...”

“hiks...hiks...sejak ditinggal Kang Asep...aku....hiks...aku...nggak sanggup menanggung beban ini den ........ batin ku selama ini tersiksa “

“Bibi harus berhenti minum Wine atau minuman keras lainnya....kata Bang Haji juga nggak boleh minum miras ..... ..Bibi lama kelamaan bisa kena Gastritis...Bibi bisa matiiiii!!!!.....apa Bibi tega meninggalkan Jaenal...apa Bibi tega ngebiarin Jaenal jadi yatim piatu?????”

Tangisan Bi Asih semakin kencang, dia menangis sambil tertunduk dan menutup seluruh muka dengan kedua telapak tangannya. Asnawi mendadak terdiam ketika melihat Bi Asih semakin terpuruk. Dia mencoba menenangkan dirinya dengan mengatur napas. Asnawi paling tidak tega melihat cewek nangis. Dia kemudian kembali duduk di samping Bi Asih yang masih menangis, kemudian memeluknya.

“udah Bi...udah...maafin aku Bi....aku udah marah ke Bibi barusan” kata Asnawi sambil mengelus-elus kepala Bi Asih. Tiba tiba Bi Asih menegakan kepala dan membuka telapak tangan yang menutupi wajahnya, dan terjadilah posisi saling pandang dengan Asnawi. Tatapan Bi Asih kali ini sangat berbeda, matanya tampak terlihat indah, berkaca-kaca dan penuh perasaan. Tatapannya langsung menusuk ke dalam relung hati terdalam Asnawi. “perasaan apa ini..?...kenapa tatapan Bi Asih begitu terasa berbeda...”gumam Asnawi dalam hati. Mereka terus saling bertatapan tanpa berkata-kata hingga akhirnya secara tidak sadar wajah Asnawi mulai mendekati wajah Bi Asih dan akhirnya pun berciuman. Suasana penuh perasaan cinta pun akhirnya menyeruak. Berawal dari ciuman berubah menjadi sebuah aksi bercumbu. Tarikan napas semakin kencang, darah seakan mendidih sehingga membuat tubuh menjadi panas. Bi Asih melingkarkan kaki dan tangannya ke tubuh Asnawi tanpa melepas ciuman Bibirnya, kemudian Asnawi berdiri sambil menggendong Bi Asih yang semakin menggila. Dengan sempoyongan Asnawi yang menggendong Bi Asih pergi ke kamar sambil tetap berciuman. Setalah masuk kamar Asnawi langsung melepaskan ciuman Bibirnya dan melemparkan Bi Asih ke atas kasur. Tampak Bi Asih yang terkapar tak berdaya dengan hasrat birahinya. Tubuh indahnya hanya ditutupi oleh apron berwarna putih mulai di gerayangi oleh Asnawi. Bi Asih kembali mecium Bibir Asnawi dan bergumul di atas tempat tidur hingga akhirnya Asnawi membuka apron yang menutupi tubuh Bi Asih dan melemparkannya ke lantai. Dan akhirnya mereka pun tenggelam dalam sebuah peraduan cinta yang mendalam.

Teriakan desahan nikmat Bi Asih tampak meyneruak ke seluruh kamar, membuat suasana menjadi semakin panas. Dan setelah mencapai puncak, akhirnya mereka pun berhenti dengan teriakan puas Bi Asih. Asnawi kemudian berbaring di sebelah Bi Asih yang masih terengah-engah dengan sensasi klimaksnya.

“Den.........??”

“iya Bi...?”

“Bibi sayaang banget sama Aden.....untuk pertama kali Bibi ngerasa bahagia banget, hati Bibi ngerasa tertambal”

“iya Bi.......hmmmmm”

“Den.......? Aden nggak usah khawatir sama Bibi....... Bibi nggak akan ganggu hubungan Aden sama pacar Aden .......aku rela selalu berada di balik bayang-bayang pacar Aden...yang penting Bibi bisa tetap bersama Aden....”

Asnawi hanya terdiam mendengar pernyataan Bi Asih. Asnawi masih tidak percaya dengan apa yang dilakukannya. Dia mendadak ingat dengan Hayati. Dia telah kembali berbuat dosa dengan behubungan badan sama Bi Asih. Tak lama berselang akhirnya Bi Asih pun tertidur lelap. Asnawi kemudian bangun dan segera memakai bajunya dan menyelimuti Bi Asih dengan selimut tebal. Dia memandangi Bi Asih yag tertidur dengan ekspresi bahagianya.


symoel08
nuhazainuloh088
santet72
santet72 dan 24 lainnya memberi reputasi
25
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.