Semenjak pembicaraan terakhir di mana waktu gue ngajak dia slow dance di event kampus nanti, sekarang Puspa jadi semakin susah untuk ditemui.

Sore itu gue mencari-cari Puspa ke mana-mana. Gue udah belusukan ke setiap sudut kampus tapi nggak juga ketemu. Bahkan gue cari di kelasnya juga dia nggak ada, gue tanya sama temen-temen di kelasnya, katanya dia bolos kuliah. Gue kembali mencari lagi di area kampus. Gue muter-muter lagi ke kantin, ke gedung fakultas, gedung rektorat, gedung UKM, tapi tetep aja gue nggak berhasil menemukan dia di mana-mana.

Sekarang gue bener-bener dibuat lelah mengejar dia...

Gue melulu yang harus mengejar dan mencari dia...

Gue melulu yang harus menelepon...

Rasanya bagaikan... gue yang berlari untuk mengejar, tetapi dia malah berlari untuk semakin menjauh.



Hari sudah semakin sore, mungkin harusnya sekarang gue pulang aja. Tapi nggak tau kenapa... perasaan gue seperti ngga rela gitu aja kalo belom berhasil menemukan dia hari ini.

Gue gagal nemuin dia, terus udah aja gitu? Enggak! Gue harus cari dia sampai ketemu!!

Kemarin waktu gue telepon, dia bilang kalo dia masuk kuliah hari ini.

Gue coba mikir lagi, sekarang gimana lagi caranya gue bisa nemuin dia. Jaman itu kita para mahasiswa belum banyak yang punya handphone (termasuk gue), kita masih banyak mengandalkan wartel dan telepon umum.

Waktu itu ada satu temannya Puspa yang udah punya Handphone, namanya Dewi. Gue cek di kantong, uang saku gue udah tipis banget, pas-pasan banget buat beli bensin, mana akhir bulan masih jauh pula. Tapi harus gue paksain buat pergi ke wartel, karena gue mau menghubungi si Dewi.

Nada sambung terdengar, dan nominal seribu rupah langsung terdebet di layar billing.

"Halo..." gue langsung menyapa begitu panggilan gue diangkat sama Dewi.

"Halo... iya, siapa nih?" suara Dewi menjawab di seberang sana.

"Wi... Sori ganggu nih, loe masih di kampus? Si Puspa masuk kagak?" tanpa membuang-buang waktu (karena billing jalan terus), langsung aja gue nanyain dia to the point.

"Ada koq, nih dia lagi sama gue." si Dewi menjawab.

"Oh, loe pada masih di kampus?"

"Iya, nih kita di..." tiba-tiba si Dewi ngomongnya keputus sejenak, kayak ada suara bisik-bisik lagi berdebat. Tapi nggak lama si Dewi lanjut ngejawab. "Kita di depan gedung UKM koq..."

"Oh, baru sampe di sana?" tanya gue lagi.

"Enggak sih, udah dari tadi koq kita di sini..."

Tapi barusan kan gue abis dari sana, masa iya gue kelewatan nggak liat mereka?

"Oh ya udah, si Puspa di sana kan ya? Sama lo kan? Gue ke sana ya."

"Emmhh... iya... boleh sih."

"Kenapa? Loe pada ada rencana mo nongkrong ke mana gitu?"

"Enggak sih, loe mo ngomong dulu sama Puspa?"

"Gue langsung ke sana aja deh ya."

"Ya udah kalo gitu." jawab si Dewi singkat.

Gue langsung bayar ongkos wartel, nggak kerasa ngobrol segitu aja totalnya udah lima ribu perak. Tapi gue nggak mo terlalu pikir panjang, karena pikiran gue udah terfokus untuk segera menuju ke pelataran gedung UKM.

Gue langsung lari secepat mungkin...