- Beranda
- Stories from the Heart
Cerita Masa Kuliah Sebuah Kenangan Yang Terkubur
...
TS
memedruhimat
Cerita Masa Kuliah Sebuah Kenangan Yang Terkubur
Quote:
Spoiler for cover:
Quote:
Quote:
Diubah oleh memedruhimat 01-08-2025 14:04
bukhorigan dan 25 lainnya memberi reputasi
26
48.4K
176
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
memedruhimat
#19
Chapter 12
Kasmarannya Seorang Perjaka
Padahal sebelumnya gue udah berusaha supaya tidak sampai terbawa perasaan, tapi kenapa sekarang malah gue yang jadi dilanda mabuk cinta. Emang betul kata lagu dangdut kalau cinta bisa bikin orang jadi gila. Namun di saat gue yang sudah sampai pada tahap ini, justru si doi yang mulai jaga jarak sama gue.
Suasana di tengah pertemuan kami pun jadi sangat berbeda. Tak lagi seperti pada hari-hari sebelumnya yang mana kami selalu mengobrol dengan seru. Sekarang setiap kali gue nyariin dia, misalnya gue nyamperin dia ke kelasnya, pasti dia selalu kabur. Dia bakal sibuk bergerombol sama temen-temennya yang lain supaya gue nggak bisa deketin dia.
Hingga suatu sore... pas banget gue lihat dia lagi jalan sendirian, baru aja keluar dari gedung fakultas. Langsung aja gue samperin dia.
"Puspa, kamu ke mana aja? Aku cari-cariin dari kemarin?"
"Ada apa?" dia balas dengan singkat.
"Eh, kamu mo ke mana? Kita duduk-duduk di teras gedung Rektorat aja yuk?"
"Aku sibuk, aku mo ada latihan theater." katanya.
Gue baru inget kalo doi ikut UKM Theater kampus.
"Yah, hmm... nanti kamu nggak sibuknya jam berapa?"
"Kamu mo ngomong apaan sih?"
"Yaa... ngg-- nggak ada sih? Aku cuma... yaa... pengen ngobrol-ngobrol ajaa gituu... sama kamu..." gue jawab dengan gugup.
"Apaan sih, ga jelas banget." katanya dengan jutek.
Gue kaget melihat Puspa yang hari ini. Karena dia bener-bener nggak seperti Puspa yang biasa gue kenal. Seakan kayak dia berkepribadian ganda, dan sekarang gue lagi ketemu sama versi kepribadiannya yang lain.
"Ya udah deh, kalo kamu sibuk... lain waktu aja..." gue jawab dengan lesu.
"Ya udah, kamu mo ngomongin apa?" kata si Puspa kemudian. "Kita duduknya di situ aja." dia ngajakin gue duduk di pelataran depan parkiran kampus.
Sejenak gue masih terdiam, karena mendadak gue malah bingung mo ngobrol apa. Puspa juga bengong aja nggak ngomong apa-apa.
"Ehm... apa kabar kamu?" akhirnya gue memulai basa-basi yang sebetulnya gue tau itu sangat amat konyol dan tolol.
"Tuh kan, ga jelas bet." si Puspa ngomong pelan sendiri tanpa menoleh ke arah gue sama sekali.
"Pa, kenapa sih kamu akhir-akhir ini koq... sepertinya... hmm... gimana ya aku bilangnya?"
"Apaan? Aku kenapa?"
"Engh-- nggak sih, maksud aku..."
"Aku ngebosenin ya? Kamu pasti ngerasa kalo akhir-akhir ini aku nge-betein banget ya? Nggak kayak aku yang biasanya. Iya kan!?"
"Bb-- bukan... gi--tu... ju--ga... sih..." gue jadi makin gugup.
"Ya udah sih, tinggal bilang aja kalo emang sikap aku bikin kamu bete, karena nggak seperti aku yang kamu kenal biasanya. Kamu tuh koq tinggal ngomong jujur aja susah banget sih?"
"Bukan gitu... tapi..."
"Ga usah sok-sok gagap gugup ga jelas gitu deh. Kayak masih anak kecil aja sih!" gue langsung kena semprot. "Aku tau koq kamu menyembunyikan sesuatu dari aku." katanya lagi.
"Eh, apa maksud kamu?"
"Jadi kalo nggak aku yang ngomongin duluan, kamu nggak mo ngaku ya?"
"Tunggu dulu, ini tentang apa sih?"
"Kamu kenapa sih nggak ngomong jujur aja sama aku? Ungkapin aja apa isi hati kamu sekarang." dia bilang ke gue.
"Mm-- maksud kamu... isi hati yang seperti apa nih?" gue terkaget, tapi gue masih aja pura-pura bego. Padahal gue udah tau pembicaraan ini akan berujung ke mana.
"Yaa... kalo kamu ga mo mengakuinya ya udah... mulai besok kita ga usah ketemuan lagi. Udah ya... aku sibuk nih!"
Puspa langsung beranjak hendak pergi, tapi gue langsung menahan dia.
"Eeh... Puspa... tt-- tunggu dulu!"
Puspa nggak jadi pergi dan kembali duduk. Tapi di sini malah gue yang kembali gugup dan terdiam. Jujur aja saat itu gue bener-bener bingung mau ngomong apa.
'Apa ini waktunya gue mengakui kalau gue suka sama dia?' gue berpikir dalam hati.
Hanya aja, gue nggak nyangka kalau gue bakal ngutarain perasaan gue dalam suasana yang sangat mendadak begini.
'Tapi rasanya cuma ini kesempatan gue!'
Kali ini gue harus memberanikan diri buat mengungkapkan kata hati gue, karena gue emang menyukai dia dan nggak mau kehilangan dia.
Belum sempat gue ngomong tiba-tiba gue lihat Puspa kembali beranjak dan hendak melangkah pergi.
Dan sekali lagi, gue pun menahan dia.
"Puspa! Bentar Pa!" gue berseru sambil memegangi tangannya. "...iya, sebetulnya aku mau bilang sesuatu! Dan harusnya aku lakukan ini dari dulu." akhirnya gue ngomong.
"Jadi... sebenarnya..."
Quote:
'Ya, aku suka sama kamu...' akhirnya gue mengatakannya juga. Secara dadakan... tanpa merencanakan apa-apa... tanpa bawa bunga ataupun coklat. Nggak ada suasana romantis sama sekali.
"Duh, Ri kamu tu yaa! Masa baru nembak cewek setelah dipaksa ngaku! Anak SMP aja pacaran nembak ceweknya ga pake malu-malu!" doi pun langsung menyahut dengan nada ketus.
"Iya, sebetulnya aku memang mau ngajakin kamu pacaran, tapi..."
"Tapi kenapa?"
"Aku cuma nunggu waktu yang tepat..." gue bilang.
Doi langsung garuk-garuk kepala dengan kening yang mengernyit seperti orang kebingungan, begitu mendengar jawaban gue.
"Waktu yang tepat tu kaya gimana? Waah... ini kamu kebanyakan nonton Drama Jepang sih! Cerita cinta di dunia nyata tuh nggak seperti di film-film Jepang kesukaan kamu itu!"
"Lho... bb-- bukan gitu! Iya deh maaf... tapi jujur aku tuh emang udah suka sama kamu dari sejak kita kenalan waktu di acara wisuda senior itu... tapi---" di sini gue kehabisan kata-kata karena menyadari betapa bodohnya gue yang baru mengakui hal ini sekarang.
"Aku juga sebenarnya juga suka sama kamu dari pertama waktu kita kenalan. Aku malah takut, karena aku pikir cowok seperti kamu nggak mungkin minat sama cewek seperti aku, anak Bekasi, item, ndeso. Kamu kan anak orang kaya, pasti pengennya anak Jaksel yang bening-bening." doi membalas.
"Eh, kamu koq ngomongnya gitu sih? Kamu juga cantik koq. Aku malah minder karena mikir pasti banyak cowok yang naksir dan mau pacarin kamu."
"Terus kenapa kamu enggak pernah hubungi aku? Padahal aku udah pernah ngasih nomor telepon aku! Tapi kamu ga pernah telepon aku sama sekali. Sampe satu semester berlalu gitu aja, kamu nggak pernah ada kabarnya!"
Quote:
"Ya udah, maaf... karena dulu aku nggak pernah nyariin kamu. Tapi aku berharap sekarang aku bisa memperbaiki semua itu. Apakah kamu bersedia memberi aku kesempatan?" gue bilang ke dia.
"Kamu maunya gimana?" dia tanya balik ke gue.
"Apakah kamu mau jadi pacar aku?"
Diubah oleh memedruhimat 20-08-2025 21:52
itkgid memberi reputasi
2
