- Beranda
- Stories from the Heart
Cerita Masa Kuliah Sebuah Kenangan Yang Terkubur
...
TS
memedruhimat
Cerita Masa Kuliah Sebuah Kenangan Yang Terkubur
Quote:
Spoiler for cover:
Quote:
Quote:
Diubah oleh memedruhimat 01-08-2025 14:04
bukhorigan dan 25 lainnya memberi reputasi
26
48.4K
176
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
memedruhimat
#18
Chapter 11
Perjaka Gabut
Ketimbang gue gabut di kampus, akhir-akhir ini gue pun jadi makin sering menghabiskan waktu dengan nongkrong-nongkrong di warung Ma'oi. Lagian harga makanan dan jajanan di sana juga sangat terjangkau di kantong. Tiap jam istirahat, juga waktu-waktu luang di mana gue nggak ada jadwal mata kuliah, langsung aja gue ngacir ke warung yang jaraknya kurang lebih seratus meter dari kampus itu.
Gue pun jadi makin sering pula ngobrol sama Mak. Dari beliau gue mendapatkan banyak banget cerita-cerita tentang kehidupan anak-anak kampus dari tahun ke tahun.
Selain Mak, gue juga jadi mulai kenal sama anak lakinya yang bernama Buyung, kadang gue panggil dia si kunyuk. Lama-lama gue juga jadi makin deket sama si Kunyuk ini, dia banyak ngajarin gue soal motor. Mulai dari hal-hal kecil, tapi bisa bikin motor larinya lebih enteng dan enak. Seperti cara bersihin saringan udara, cara sikat busi, rutin cek oli mesin.
Doi jadi bikin gue sadar gimana pentingnya merawat motor. Asli... selama ini gue tuh emang pake motor kayak anak cewek banget, taunya cuma isi bensin doank, gue juga sering telat bawa servis. Gue nggak peduli motor mo nge-berebet kek gimana yang penting masih bisa digas dan gelinding.
Quote:
Si Buyung tau betul kondisi gue---yang udah cupu, kurang gaul, nggak punya hobi yang maskulin. Lantas doi pun ngajakin gue supaya mau ikut ke tongkrongan geng motornya. Doi mau memperkenalkan gue sama dunia balap liar jalanan yang penuh tantangan adrenalin, dan kebodohan.
Doi ngajarin gue caranya ngoprek motor biar larinya makin yahud. Yaitu dengan cara modifikasi knalpot, setting karburator dan ganti ukuran spuyer.
Ada tiga jenis motor kelas bebek yang disegani di klub balapnya si Buyung. Yaitu Suzuki Satria R120, Yamaha F1ZR, dan Honda Supra X Bapak.
"Belajar main motor aja lah lo... biar nggak cupu dan nggak kelihatan kayak anak mami." dia ngomong ke gue.
Udah berulang kali juga doi ngajakin gue main ke tongkrongan geng motornya, tapi gue yang masih selalu ragu. Padahal sih kalau dipikir-pikir ini bisa jadi kesempatan gue buat melihat dunia baru dan mendapatkan wawasan pergaulan yang belum pernah gue alami sebelumnya.
"Kita nongkrongnya dari tengah malem sampek pagi lho." kata si Buyung.
"Tengah malem?" gue bertanya dengan polosnya.
"Yha iyaa laah... masa balapan liar siang-siang? Ah, gimane sih lo?" kata si Buyung.
"Ha...ha...haa..." anak-anak Bojong yang lain pada ngetawain gue.
"Dasar anak mami..."
'Wah berarti gue musti siap stamina buat begadang donk nih.' pikir gue dalam hati.
"Tapi..." kata si Buyung. "Ada tapinya nih..."
"Tapi kenapa?" gue tanya lagi.
"Motor loe jangan malu-maluin gini donk!" katanya sambil jari kurusnya nunjuk-nunjuk motor gue yang dekilnya minta ampun, apalagi abis kehujanan. "Udah kumel, jorok, reyot, tuh liat... rante juga mpe kering gini..." ledeknya.
Wah, iya juga sih...
Saking selama ini gue nggak pernah peduli buat ngerawat motor, sampe gue nggak sadar kalo rupa motor gue bener-bener udah nggak keruan. Pokoknya udah yang super dekil dan buluk parah, penuh debu dan tanah yang udah mengering. Gara-gara bolak balik -- keujanan kering -- keujanan kering -- dan gue selalu males buat cuci.
"Ya... gampang lah... ini mah dibawa ke bengkel cuci juga udah beres." gue sahut dengan santai.
"Huu~ dasar bocah..."
"Anak mami..."
"Ha...ha...ha..."
Lagi-lagi gue diketawain anak-anak Bojong.
***
Semseter dua ini suasana kampus terasa jauh lebih membosankan daripada semester satu kemarin. Meski begitu, tahun ini gue udah nggak mau lagi jadi mahasiswa KuPu-KuPu (kuliah--pulang--kuliah--pulang) seperti waktu semester satu kemarin. Gue pengen lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah dan menggali wawasan tentang dunia luar.
Dan karena akhir-akhir ini gue sering di kampus sampai sore, otomatis gue pun jadi semakin sering pula berpapasan sama si Puspa di gedung fakultas.
Tiap kali kita ketemu, pasti kita selalu berhenti buat duduk-duduk dan ngobrol bareng. Entah kenapa gue juga selalu pengen aja ngobrol akrab dan deket-deket tiap ketemu dia.
Obrolan kita makin hari makin asik, makin banyak hal yang kita ceritakan. Tentang keluarga, tentang kehidupan sehari-hari, pokoknya hal-hal yang nggak ada hubungannya sama perkuliahan.
Aneh, karena baru kali ini gue ngerasa bisa sedekat ini sama cewek. Waktu masih SMA dulu, remaja cowok pada puber, gue malah belom ada rasa sama sekali untuk pengen pacar-pacaran. Gue lebih sering menghabiskan waktu sama dunia games, dan segala film-film anime dengan khayalan tingkat tinggi.
Sekarang setiap abis ketemuan sama doi, gue jadi kayak suka senyum-senyum sendiri. Gue selalu kebayang gimana kita pas lagi duduk bareng, saling bersebelahan, berduaan aja, terus bertukar obrolan akrab seakan dunia milik berdua.
'Eh, koq rasanya kayak lagi pedekate aja sih.' tiba-tiba gue ngomong sendiri dalam hati.
Tapi kalau pedekate sih enggak cukup cuma ngobrol doank donk, harus ada effort yang lebih pastinya. Iya nggak sih?
Lantas gue pun jadi mulai mendapatkan pemikiran,
'Apa gue seriusin aja jadi pedekate dan gue gebetin dia, tembak dia, terus pacarin dia?'
'Eh, tapi tunggu deh! Pacaran? Emang gue siap untuk pacaran?'
Suara-suara dalam batin gue saling bercampur aduk carut-cemarut.
Astaga... padahal umur gue udah tua gini, tapi gue bener-bener telat dewasa.
\
Makin hari, kedekatan gue dengan Puspa terasa semakin intens. Hingga gue sampai pada tahap, kalo gue udah merasa lain ketika lagi berada dekat sama dia.
'Apa iya gue mulai beneran suka sama dia?' gue bertanya pada diri gue sendiri.
Tiba-tiba wajah Puspa jadi mulai sering kebayang-bayang di dalam benak gue. Dan sejak itu, segala yang ada di dalam diri gue mulai nggak bener. Pikiran gue selalu berkecamuk dan nggak bisa lepas dari segala hal tentang Puspa.
Gue udah berusaha menahan segala perasaan gue supaya jangan sampai jatuh cinta. Karena gue sadar kalau perjalanan gue masih panjang, dan hubungan percintaan itu bukan sesuatu yang mudah. Pasti bakalan ada problema, masalah, keributan, dan sebagainya. Nggak mungkin orang yang berhubungan asmara itu selamanya mesra, kecuali hubungan yang nggak melibatkan perasaan seperti TTM (Temen Tapi Mesrong).
Namun apa yang terjadi sekarang?
Hari demi hari berlalu, dan gue makin seperti orang gila yang uring-uringan nggak jelas dilanda mabuk kepayang.
***
Biasanya gue udah rutin ketemuan sama Puspa pas jam sore waktu doi datang ke kampus. Gue selalu tungguin doi di halaman parkiran kampus. Beneran kayak orang kurang kerjaan aja, gue bengong dengan berbagai isi kepala yang mencelas-celos carut-cemarut nggak jelas.
Dan begitu melihat sang bidadari pujaan hati turun dari angkot di depan gerbang kampus, gue langsung datang menyambut.
Nggak cuma itu aja... gue pun bahkan juga tau di mana kelasnya, kapan dia keluar kelas. Terus nanti gue pura-pura berpapasan deh, tegur-teguran dan lanjut ngajak dia ngobrol-ngobrol.
Setiap ngobrol kita selalu lupa waktu. Dan kita nggak pernah kehabisan topik, selalu nyambung lagi aja sama pembahasan baru.
Hingga lama kelamaan, sepertinya doi pun mulai merasakan kalau ada yang berbeda pada diri gue.
Semenjak itu gue jadi makin sering uring-uringan. Sampe gue udah nggak konsentrasi lagi sama hal apapun karena yang ada di kepala gue cuma doi, doi, dan doi.
Namun pada titik ini... doi malah mulai jaga jarak sama gue...
Diubah oleh memedruhimat 19-08-2025 20:08
itkgid dan 3 lainnya memberi reputasi
4
