Kaskus

Story

memedruhimatAvatar border
TS
memedruhimat
Cerita Masa Kuliah Sebuah Kenangan Yang Terkubur
Quote:


Spoiler for cover:


Quote:


Quote:
Diubah oleh memedruhimat 01-08-2025 14:04
alizazetAvatar border
nomoreliesAvatar border
bukhoriganAvatar border
bukhorigan dan 25 lainnya memberi reputasi
26
48.4K
176
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread52KAnggota
Tampilkan semua post
memedruhimatAvatar border
TS
memedruhimat
#7


Chapter 05

And the story goes on...


Sebelum melanjutkan ke kisah gue di semester dua, gue mau perjelas dulu; kalau menulis cerita ini bukan untuk ngajak orang males kuliah, atau jelek-jelekin kampus gue sendiri. Ini cuma pelajaran hidup tentang menentukan tujuan.

Quote:


Banyak orang masuk kuliah padahal nggak tau arah tujuannya ke mana dan mau ngapain.

Ambil jurusan asal-asalan, pas ditanya "Kenapa kuliah di sini mas?"

Jawabannya,

"Tauukk dah~"

"Ya disuruh ortu..."

"Daripada nganggur..."

Sedikit orang yang punya alasan positif mengapa dia ambil kuliah, mengapa dia masuk ke fakultas tersebut, lantaran masa depan emang susah ditebak.

Begitu di tanya lagi, emang nanti mau kerja di mana?

Lagi-lagi jawabnya, "Taaauuu dah~~~"

Emang bener sih, lapangan kerja sempit. Setelah lulus sarjana, dapat kerja apa aja juga udah sukur, yang penting bisa buat menyambung hidup. Akhirnya, banyak orang kuliah cuma ngejar gelar doank.

Kesimpulannya, dari doktrin yang gue terima selama ini. Apapun fakultasnya, apapun jurusannya, yang penting:

Quote:


Nah, gimana yang nggak lulus??

Yang nggak lulus ya... lu pikir aja sendiri lah.

Akhir kata, intinya, saat ini---gue nggak punya pilihan lain---selain mau nggak mau gue harus lanjutin kuliah. Telan semua meski pahit, lupain dulu mimpi-mimpi.

***


Omong-omong soal impian,

Kalau dari pilihan hati, gue nggak pernah berminat buat masuk ke dunia sastra. Akan tetapi, kenapa gue bisa masuk kemari? Ini bener-bener sebuah kecelakaan garis nasib. Tadinya gue pengennya kuliah di bidang Teknologi, bokap juga udah setuju gue masuk ke kampus ITI di Tangerang. Bokap sampe beliin gue komputer supaya gue bisa belajar.

Gue juga udah sempet ikut tes ke ITI, dan gue lulus!

Namun entah apa yang terjadi...

Entah kenapa kemudian kedua orang tua gue malah berdebat mengenai masalah biaya. Terus bokap minta maaf sama gue, mendadak dia bilang kalo mereka nggak mampu membiayai gue untuk berangkat kuliah ke sana.

Waktu itu gue pikir kalo gitu lebih baik gue nggak usah kuliah dulu. Gue bilang kalo gue pengen ikut kursus aja, atau cari kerja sambilan buat nambah pengalaman. Baru tahun depan kuliah kalau emang udah ada dananya.

Tapi nyokap langsung nyemprot ngegas, dia bersikeras banget kalau gue harus kuliah biar bisa jadi calon sarjana budak korporat kayak bokap. Karena menurut kepercayaan, jadi budak bergaji korporat adalah kehidupan yang paling aman dan paling bergengsi.

Nyokap sangat menjunjung tinggi doktrin kehidupan;
Lulus S1---ngelamar kerja---ga dapet coba lagi---coba lagi---coba lagi sampe dapet---pas dapet---gaji standar UMR---plus lembur---plus tunjangan (jika ada)---jangan lupakan potongan pajak penghasilan---jangan lupa cicilan-cicilan---siapin uang tabungan pendidikan anak---belanja bulanan istri---uang liburan keluarga---jangan lupa tabungan hari tua---asuransi jiwa---dan biaya-biaya tak terduga.

"Ini ada kampus yang lebih bagus!" kata nyokap.

"Ya tapi kan Ari nggak mo kuliah di sana. Nggak ada jurusan yang Ari minatin. Ngapain mama sama papa buang-buang duit buat masukin Ari ke sana?"

"Anak tetangga kita udah pernah kuliah di sana. Tempatnya deket, nggak jauh, dan biayanya sangat terjangkau. Udah sekarang nggak penting jurusannya apa, toh nanti juga kalo udah masuk kerja yang dilihat cuma S1 nya doank, jurusannya nggak penting." kata nyokap.

"Tapi kan, mending pikir-pikir lagi deh... Ari kan kemarin waktu SMA udah berjuang biar lulus kelas IPA. Papa juga kemarin udah beliin buku-buku komputer."

"Aduuh, di komputer itu nggak ada yang berguna buat masa depan kamu. Kenapa sih nggak bisa nurut aja sama orang tua? Coba lihat tuh anak tetangga kita, dia lulus cumlaude di kampus itu. Sekarang dia udah kerja kantoran dapet gaji UMR."

Anak tetangga?

Lagi-lagi anak tetangga.

Dari dulu anak tetangga emang selalu lebih wangi daripada anak sendiri.

Sama kayak rumput tetangga, emang pastinya akan selalu terlihat lebih hijau daripada rumput di kebon sendiri.


"Koq dapet gaji UMR bangga sih?"

"Yang penting KERJA!"

Sementara bokap cuma bisa diam.

Dan akhirnya... di sinilah gue...

Sekarang gue harus terjebak menjalani hari-hari gue di sebuah universitas pinggiran kota, dengan masa depan yang belum jelas.
Diubah oleh memedruhimat 09-08-2025 19:54
i4munited
rinandya
itkgid
itkgid dan 4 lainnya memberi reputasi
5
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.