- Beranda
- Stories from the Heart
Berbeda Agama
...
TS
natgeas2
Berbeda Agama
~Berbeda Agama~
Saya cuma seorang anak penjual pastel yang mencoba mencari peruntungan untuk mengubah nasib dimulai dengan kuliah di Universitas Gedhe Mbayare, salah satu kampus tertua di yogyakarta bahkan di indonesia. Langkah yang cukup berani menurut saya, karena bagi seorang anak penjual pastel yang penghasilannya hanya cukup untuk sehari-hari, tidak sedikit yang mencibir bahkan memandang rendah bahwa saya dan keluarga tidak akan mampu menyelesaikan kuliah saya.
Udah segitu aja, karena saya bingung mau bikin prolog apa, ga pernah bikin prolog, ngikutin thread lain bagus-bagus prolognya, tapi saya ga bisa ternyata
Udah segitu aja, karena saya bingung mau bikin prolog apa, ga pernah bikin prolog, ngikutin thread lain bagus-bagus prolognya, tapi saya ga bisa ternyata

Daftar Karakter :

Arjuna
Karakter saya, ya bisa dilihat potongan saya seperti gambar diatas, tinggi, tegap, kepala cepak. ya walaupun gak mirip-mirip banget sama pak miller, tapi karena banyak orang yang bilang saya mirip pak miller ini, maka saya pasang saja foto pak miller sebagai representasi diri saya.

Ibu&Ayah
Ibu saya bernamaSri Hartuti, ayah saya bernama lengkap Hendrikus Leon. ibu ras jawa, ayah ras indonesia timur. mereka berbeda agama, walaupun pas nikah ayah pindah menjadi muslim, tak beberapa lama setelah menikah ayah kembali ke keyakinan asalnya. Ayah saya dulunya pengusaha kontraktor di bidang maintenance elektrikal, namun saat ini nganggur. ibu saya penjual pastel yang dititipkan di setiap warung sarapan pagi disekitar rumah.
Adik-Adik
Saya punya dua adik, satu bernama Desi, perempuan usianya lebih muda dari saya yang lebih mirip ayah saya warna kulitnya sehingga sering dipanggil Rihanna, dan satu lagi Henrysepuluh tahun lebih muda dari saya, walau secara kasat lebih mirip ayah, namun warna kulitnya mengambil warna kulit ibu.

Annisa
Perempuan idaman saya, berjilbab walaupun menurut sebagian manhaj tidak syar'i jilbabnya. wajahnya teduh, adem. siapapun yang memandangnya pasti akan jatuh cinta dengan wajah sendu-sendunya. pipinya bisa sangat merah jika tertawa dan malu.

Ibu dan Ayah Annisa
Ayahnya bernama santoso, seorang pengacara yang cukup terkenal di jakarta. ibunya, kita panggil saja ibu. ayahnya merupakan teman baik ayah saya dan ibunya merupakan teman satu kampung masa kecil ibu saya.

Dhanin
Walaupun wajahnya agak oriental, namun dhanin bukan lah ras china atau keturunan. dia lahir bandung, besar dijakarta. ayahnya seorang kristen yang taat dan seorang pengusaha besar yang bergerak dibidang properti dan perkebunan sawit. ibunya meninggal karena kecelakaan tragis di satu ruas jalan tol saat mengendarai mobil saat dhanin masih kecil.
Ayah Dhanin
Telah dijelaskan sebelumnya. oh iya tambahan, walaupun pengusaha yang bergerak dibidang properti, sebenarnya beliau adalah sarjana kedokteran hewan. keahlian bisnisnya didapat dari orang tuanya yaitu kakek dhanin yang berasal dari sumatra barat yang mempunyai bisnis kelapa sawit dan neneknya aseli bandung pengusaha properti yang masih merupakan keturunan raden patah.

Felisiana
Seorang wanita aseli solo. wajahnya khas wajah aseli cantiknya seorang wanita jawa. siapapun yang didekatnya pasti jatuh cinta dibuatnya. ayah dan ibunya adalah seniman internasional dibidang seni lukis dan fashion designer. entah mengapa dia berkuliah dijurusan teknik tidak mengikuti kedua orang tuanya.

Fauziyyah
Perempuan cantik berjilbab syar'i, walaupun kelakuannya agak sedikit maskulin. perbedaan keyakinan tidak menghalanginya menjadi "Teman baik" felisiana.
Yusuf
Teman felisiana dari SMA dulu, agak kemayu walaupun laki-laki. namun cukup bersih dan rapih dalam segala hal terutama perawatan wajah.

Annchi / Angchi
Seorang wanita chinese yang energik. salah satu anggota resimen mahasiswa kampus. kakeknya seorang pedagang terkenal dikawasan malioboro dan saya bekerja paruh waktu disana. oh iya dia menyukai salah satu teman kos saya.

Valerie
Agamis, professional, Pekerja Keras dan cantik, kombinasi sempurna dari seorang wanita idaman untuk pria yang mencari seorang istri, minus, menurut saya ya, walaupun sebenarnya bukan poin minus, pandangan islam dan politiknya bisa dibilang garis keras (PKS)
Band Saya

Ini adalah band saya yang beranggotakan enam orang,
Intan: Vokalis, badannya tinggi putih, rambutnya agak ikal dibawah dan panjang terurai, suaranya kayak mulan jameela.
Galih : Gitaris yang skillnya setingkat paul gilbert. mantap lah pokoknya ni orang.
Adi: Tambun, gemuk berkacamata, gak ganteng, tapi dialah otak dibalik semua lagu band kami.
Tanco/Ardi: salah satu personil paling tampan, putih ganteng, cuma sayang agak telmi.
Arrie: Drummer bermuka arab, walau aselinya dari sumatra utara medan.

Temen-temen Kos
Putra : Jawa timur, kalo ngomong kaya ngajak berantem bagi yang baru kenal, tapi sebetulnya baik.
Viki : Bocah gamers dari tangerang. pinter boy.
Mas Peri : Jenius. namanya memang benar2 hanya PERI, di KTPnya juga begitu, chinese.
Didit
Ternyata saudaranya fauziah, ga ada yang spesial

Myrna
Saudara kembarnya indra, campuran sunda banjarmasin, wajahnya ayu dan sangat putih, putihnya putih bening ya, bukan kaleng-kaleng apalagi pake pemutih yang bikin muka kaya zombi, macem orang-orang kota lah, dia nih cantiknya 100% natural.
Indra
Saudara kembarnya myrna, wajahnya mirip, ini laki-laki tapi cantik kalo saya mau bilangg, bersih, pinter, kutu buku, tapi doyan mabok, aduh susah dah dibilanginnya

Ciput
Si gingsul yang keibuan, pengertian dan penengah konflik yang handal
Nanti saya update lagi kalau ada tokoh-tokoh baru yang masuk dalam cerita, hehehe.. sementara itu dulu. mohon maaf jika ada kesalahan link pada index yang saya buat, karena baru dalam perapihan. biar enak dibaca awal-awalnya seperti thread2 yang lain hehehe...

Quote:
Diubah oleh natgeas2 03-01-2020 21:28
8
105.7K
694
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
natgeas2
#433
Apa?
"kamu harus hentikan niat kamu nis," bentak saya agak keras kepadanya.
"kamu ga usah ikut campur jun" ucap annisa sambil membuang muka,"kamu ga tau rasanya gimana,"
"aku ga mau terjadi apa-apa sama kamu" ucap saya sambil menggenggam tangannya.
"ini kesempatan aku untuk balas dendam atas kematian ayahku jun, semua yang ada di flashdisk ini harus bertanggung jawab"
untuk sejenak aku mengetahui dan merasakan perasaannya. perasaan amarah bercampur dendam yang akibatkan oleh kehilangan tiba-tiba mendiang ayahnya. saya pun akan melakukan hal yang sama ketika berhadapan pada situasinya saat ini. namun, saya harus mencegahnya untuk tidak melakukan hal yang ceroboh sekiranya dia tetap ingin membongkar kasus ini.
"kalau begitu, aku ikut untuk mengawasi kamu" ucap saya memohon.
"ga perlu jun, ini urusan aku sendiri"
"nis, jangan bertindak ceroboh"
"untuk saat ini dan seterusnya, aku ga mau diganggu kamu dulu jun, lebih baik jangan sering menemui aku" ucapnya sambil melepaskan genggaman tangan saya dan meninggalkan saya pergi tanpa menoleh lagi ke arah saya.
Kok saya merasakan perasaan yang tidak enak disini.
****
"gimana jun? annisa?"
"susah tan" keluh saya sembari menghela nafas panjang
Intan dan saya pun saling bertatap-tatapan. "kalo annisa gak gue ajak ke konser, pasti ga ketemu orang itu ya"
"ga juga tan, cepat atau lambat orang itu pasti akan ngasih flashdisk itu ke annisa, entah kapan waktunya, justru karena malam itu dia ikut konser jadi kita tau dan bisa melakukan pencegahan"
"terus apa yang bakal kita lakukan?" tanya intan menatap saya."tenang, aku udah copy semua data ke laptop"
"sebenernya sih mending gue yang pasang badan lapor ke KPK untuk kasus ini" terang saya.
"berani lu jun? nanti kalo jadi ribet urusan gimana, misal elu ditanya dapet itu semua dari mana?"
"tau lah tan gue bingung"
"Lewat papah aku aja" ucap seseorang dari belakang kami.
"DHANIN?" kami berdua terkejut."sudah sejak kapan kamu di rumah kakak?" sambung saya.
"sejak kakak parkir motor disitu dan duduk sambil membicarakan detail kasus kak annisa" jawabnya sambil tertawa kecil.
wah, bahaya ini, makin banyak yang tau makin repot.
"aku kenal ketua KPK, om busyro muqodas, dia pernah bisnis bareng kelapa sawit bareng papah, kita bisa kerumahnya langsung"
"jangan deh nin,kamu ga usah ikut2an" ucap saya menggelengkan kepala.
"kesempatan bagus jun, kita gerak duluan, daripada nisa menjalan kecerobohan yang tidak-tidak" terang intan.
"kamu kenapa selalu punya jalan keluar yang ga diduga2 sih nin" terang saya agak kesal.
"tapi..." ucap dhanin agak ragu.
"tapi apa? yaudah ga usah lah.." saya menyangkal.
"aku taunya rumahnya om busyro yang di jogja, karena dia memang orang jojga, kalo dijakarta ga tau, bukannya kalau dateng ke kantor KPK itu mencolok banget ya?" jelas dhanin
"iya juga ya," sahut intan.
"jadi kita kerumahnya yang di jogja? berarti balik ke jogja nih?"
"sepertinya gitu kak..."
Oke dapet titik terang, mungkin selagi annisa menyusun rencana dan saya tidak bisa mengganggunya, alangkah baiknya saya yang langsung gerak cepat untuk menindak ini semua. tapi tidak sampai hati saya melibatkan dhanin dalam kasus ini. ini kan urusan ibaratnya asmara saya sama annisa, dan dhanin, saya tidak bisa memberikan harapan yang tidak-tidak. sebisa mungkin harusnya saya menjauhinya agar dia tidak terus berharap kepada saya.
****
Suara klakson kereta menggema kencang. melewati pematang sawah dan beberapa orang yang sedang menuai padi yang mulai menguning dibawah teriknya matahari, saya dan dhanin akhirnya memutuskan untuk kembali ke jogja setelah sebelumnya bertanya kepada istri pak busyro moqodas tentang jadwal dan kapan kepulangannya ke jogja.
Kereta melaju kencang beriringan dengan suara roda kereta yang melewati sambungan rel dengan suara jejek yang khas. walau awalnya agak terganggu dengan bisingnya bunyi kereta, setelah beberapa kali, akhirnya saya bisa tertidur pulas selama perjalanan dikereta. karena sekarang ke jogjanya sama dhanin, akhirnya kesampaian juga saya menggunakan kereta yang ada fasilitas ACnya. hehehe. ya fasilitas AC kereta kelas atas yang sejatinya tidak mungkin di nikmati oleh pecandu tempe orek macam saya.
Suasana kereta disatu gerbong kami agak sepi. hanya beberapa penumpang menempati, sisanya hanya kursi kosong.
"nin, kakak ke toilet dulu ya"
"iya kak"
Saya berjalan menuju toilet, terlihat di sebrang ada petugas waiter sedang membawakan pesanan makanan, sepertinya pesanan saya. namun karena kandung kemih ssudah tidak bisa menampung, terpaksa saya harus menahan sebentar lapar saya untuk berkemih. setelah melepaskannya dan terasa lega, saya kembali ke kursi untuk menyantap pesanan saya, gado-gado.
"loh ni? gado-gado kakak mana?" tanya saya yang tidak melihat sepotong kacang pun di meja kereta.
"lah? emang kakak pesen gado2?" tanya dhanin.
"iya kakak pesen gado-gado, oh iya tadi kamu tidur ya, jadi ga tau mungkin, memang ga ada yang kesini anterin?" tanya saya balik.
"ada sih tadi kak, karena aku ga merasa pesan akhirnya gado-gadonya di kasih sama orang yang belakang, kebetulan orang yang belakang denger saya merasa ga mesan dan memintanya." ucap dhanin sambil menunjuk ke arah belakang.
"oh yaudah lah.."
"kakak pesen lagi aja, maaf kak"
"ga usah nin, gapapa, entar aja di purwokerto kakak beli nasi pecel.
Sang taksaka masih membelah hamparan padi yang menuning, membelah awan, meliuk diantara kebun-kebun yang berisi tanaman pisang dan kadang ada beberapa geplek yang sedang dijemur. suasana terik matahari di luar tidak menembus kedalam gerbong kereta yang adem ini, adem bener.
"orang, jalanan, mobil, pohon, orang lagi, pohon pisang, padi, sawah, topi" gumam dhanin sambil menatap keluar jendela
"kamu ngapain nin"
"eh.. enggak kak" ucapnya tersenyum kecil,"aku suka nyebutin apa yang aku lihat ketika naik kereta api, ngilangin kebosenan"
"aneh hahahaha" ucap saya tertawa.
"ih apa sih kakak, seru tau, kakak coba deh"
"engga ah, kakak tidur aja" malas juga, pikir saya dan kebetulan saya tidak duduk disamping jendela.
WUEEEKKK" terdengar suara orang muntah dengan kencang, disambing dengan batuk-batuk dan teriakan rintih minta tolong. kami satu gerbong yang terdiri dari delapan orang langsung berdiri dan menghampiri pria yang ternyata memakan GADO-GADO yang saya pesan. ya, gado-gado yang saya pesan dimakan oleh bapak yang muntah tiba-tiba. bapak itu keliatan sesak nafas sambil memegangi dadanya.
"kak panggil petugas kak" ucap dhanin.
saya pun langsung berlari ke gerbong makan untuk mencari petugas yang berwajib meminta bantuan sementara penumpang lain hanya menatap pria yang sedang sesak nafas dan duduk.
Petugas datang dengan cepat setelah saya mengadukan apa yang terjadi. ternyata ketika sudah sampai di tempat tujuan, pria yang memakan gado-gado saya tadi sudah tidak batuk namun tidak juga bernafas sepertinya. penumpang lain yang panik langsung berlarian ke gerbong yang lain dan hanya menyisakan dhanin yang masih menunggu saya kembali.
"sudah meninggal kak kayanya"
"Innalillahi, kamu kenapa ga pergi"
"kenapa mesti pergi kak?" tanyanya.
beberapa petugas memeriksa mayat pria tadi yang mulutnya membiru dan matanya merah saat dibuka untuk memastikan kematiannya. ujung-ujung tangannya menguning. kami pun di evakuasi untuk pindah gerbong. tak beberapa lama seorang polsus KA datang dan langsung melingkarkan garis kuning tanda dilarang melintas.
Itu gado-gado ada apanya? kalo gue yang makan gimana? tanya-tanya saya dalam hati. seketika saya langsung ingat jangan-jangan gara2 kasus ini, dan... ANNISA?? langsung saya mengambil HP dan mencoba menghubungi annisa, namun tidak ada jawaban. hanya nada tersambung terus menerus.
saya mencoba mengiriminya SMS dan menanyakan kabarnya setidaknya kalau saya tidak boleh mengganggunya, kabari saja untuk menandakan dia dalam keadaan baik-baik saja. namun pesan saya tidak dibalas lebih dari 30 menit tidak seperti biasanya.
"kakak kenapa sih kok gelisah?" tanya dhanin.
"ga papa kok"
"kakak jangan bohong"
*****
"kamu harus hentikan niat kamu nis," bentak saya agak keras kepadanya.
"kamu ga usah ikut campur jun" ucap annisa sambil membuang muka,"kamu ga tau rasanya gimana,"
"aku ga mau terjadi apa-apa sama kamu" ucap saya sambil menggenggam tangannya.
"ini kesempatan aku untuk balas dendam atas kematian ayahku jun, semua yang ada di flashdisk ini harus bertanggung jawab"
untuk sejenak aku mengetahui dan merasakan perasaannya. perasaan amarah bercampur dendam yang akibatkan oleh kehilangan tiba-tiba mendiang ayahnya. saya pun akan melakukan hal yang sama ketika berhadapan pada situasinya saat ini. namun, saya harus mencegahnya untuk tidak melakukan hal yang ceroboh sekiranya dia tetap ingin membongkar kasus ini.
"kalau begitu, aku ikut untuk mengawasi kamu" ucap saya memohon.
"ga perlu jun, ini urusan aku sendiri"
"nis, jangan bertindak ceroboh"
"untuk saat ini dan seterusnya, aku ga mau diganggu kamu dulu jun, lebih baik jangan sering menemui aku" ucapnya sambil melepaskan genggaman tangan saya dan meninggalkan saya pergi tanpa menoleh lagi ke arah saya.
Kok saya merasakan perasaan yang tidak enak disini.
****
"gimana jun? annisa?"
"susah tan" keluh saya sembari menghela nafas panjang
Intan dan saya pun saling bertatap-tatapan. "kalo annisa gak gue ajak ke konser, pasti ga ketemu orang itu ya"
"ga juga tan, cepat atau lambat orang itu pasti akan ngasih flashdisk itu ke annisa, entah kapan waktunya, justru karena malam itu dia ikut konser jadi kita tau dan bisa melakukan pencegahan"
"terus apa yang bakal kita lakukan?" tanya intan menatap saya."tenang, aku udah copy semua data ke laptop"
"sebenernya sih mending gue yang pasang badan lapor ke KPK untuk kasus ini" terang saya.
"berani lu jun? nanti kalo jadi ribet urusan gimana, misal elu ditanya dapet itu semua dari mana?"
"tau lah tan gue bingung"
"Lewat papah aku aja" ucap seseorang dari belakang kami.
"DHANIN?" kami berdua terkejut."sudah sejak kapan kamu di rumah kakak?" sambung saya.
"sejak kakak parkir motor disitu dan duduk sambil membicarakan detail kasus kak annisa" jawabnya sambil tertawa kecil.
wah, bahaya ini, makin banyak yang tau makin repot.
"aku kenal ketua KPK, om busyro muqodas, dia pernah bisnis bareng kelapa sawit bareng papah, kita bisa kerumahnya langsung"
"jangan deh nin,kamu ga usah ikut2an" ucap saya menggelengkan kepala.
"kesempatan bagus jun, kita gerak duluan, daripada nisa menjalan kecerobohan yang tidak-tidak" terang intan.
"kamu kenapa selalu punya jalan keluar yang ga diduga2 sih nin" terang saya agak kesal.
"tapi..." ucap dhanin agak ragu.
"tapi apa? yaudah ga usah lah.." saya menyangkal.
"aku taunya rumahnya om busyro yang di jogja, karena dia memang orang jojga, kalo dijakarta ga tau, bukannya kalau dateng ke kantor KPK itu mencolok banget ya?" jelas dhanin
"iya juga ya," sahut intan.
"jadi kita kerumahnya yang di jogja? berarti balik ke jogja nih?"
"sepertinya gitu kak..."
Oke dapet titik terang, mungkin selagi annisa menyusun rencana dan saya tidak bisa mengganggunya, alangkah baiknya saya yang langsung gerak cepat untuk menindak ini semua. tapi tidak sampai hati saya melibatkan dhanin dalam kasus ini. ini kan urusan ibaratnya asmara saya sama annisa, dan dhanin, saya tidak bisa memberikan harapan yang tidak-tidak. sebisa mungkin harusnya saya menjauhinya agar dia tidak terus berharap kepada saya.
****
Suara klakson kereta menggema kencang. melewati pematang sawah dan beberapa orang yang sedang menuai padi yang mulai menguning dibawah teriknya matahari, saya dan dhanin akhirnya memutuskan untuk kembali ke jogja setelah sebelumnya bertanya kepada istri pak busyro moqodas tentang jadwal dan kapan kepulangannya ke jogja.
Kereta melaju kencang beriringan dengan suara roda kereta yang melewati sambungan rel dengan suara jejek yang khas. walau awalnya agak terganggu dengan bisingnya bunyi kereta, setelah beberapa kali, akhirnya saya bisa tertidur pulas selama perjalanan dikereta. karena sekarang ke jogjanya sama dhanin, akhirnya kesampaian juga saya menggunakan kereta yang ada fasilitas ACnya. hehehe. ya fasilitas AC kereta kelas atas yang sejatinya tidak mungkin di nikmati oleh pecandu tempe orek macam saya.
Suasana kereta disatu gerbong kami agak sepi. hanya beberapa penumpang menempati, sisanya hanya kursi kosong.
"nin, kakak ke toilet dulu ya"
"iya kak"
Saya berjalan menuju toilet, terlihat di sebrang ada petugas waiter sedang membawakan pesanan makanan, sepertinya pesanan saya. namun karena kandung kemih ssudah tidak bisa menampung, terpaksa saya harus menahan sebentar lapar saya untuk berkemih. setelah melepaskannya dan terasa lega, saya kembali ke kursi untuk menyantap pesanan saya, gado-gado.
"loh ni? gado-gado kakak mana?" tanya saya yang tidak melihat sepotong kacang pun di meja kereta.
"lah? emang kakak pesen gado2?" tanya dhanin.
"iya kakak pesen gado-gado, oh iya tadi kamu tidur ya, jadi ga tau mungkin, memang ga ada yang kesini anterin?" tanya saya balik.
"ada sih tadi kak, karena aku ga merasa pesan akhirnya gado-gadonya di kasih sama orang yang belakang, kebetulan orang yang belakang denger saya merasa ga mesan dan memintanya." ucap dhanin sambil menunjuk ke arah belakang.
"oh yaudah lah.."
"kakak pesen lagi aja, maaf kak"
"ga usah nin, gapapa, entar aja di purwokerto kakak beli nasi pecel.
Sang taksaka masih membelah hamparan padi yang menuning, membelah awan, meliuk diantara kebun-kebun yang berisi tanaman pisang dan kadang ada beberapa geplek yang sedang dijemur. suasana terik matahari di luar tidak menembus kedalam gerbong kereta yang adem ini, adem bener.
"orang, jalanan, mobil, pohon, orang lagi, pohon pisang, padi, sawah, topi" gumam dhanin sambil menatap keluar jendela
"kamu ngapain nin"
"eh.. enggak kak" ucapnya tersenyum kecil,"aku suka nyebutin apa yang aku lihat ketika naik kereta api, ngilangin kebosenan"
"aneh hahahaha" ucap saya tertawa.
"ih apa sih kakak, seru tau, kakak coba deh"
"engga ah, kakak tidur aja" malas juga, pikir saya dan kebetulan saya tidak duduk disamping jendela.
WUEEEKKK" terdengar suara orang muntah dengan kencang, disambing dengan batuk-batuk dan teriakan rintih minta tolong. kami satu gerbong yang terdiri dari delapan orang langsung berdiri dan menghampiri pria yang ternyata memakan GADO-GADO yang saya pesan. ya, gado-gado yang saya pesan dimakan oleh bapak yang muntah tiba-tiba. bapak itu keliatan sesak nafas sambil memegangi dadanya.
"kak panggil petugas kak" ucap dhanin.
saya pun langsung berlari ke gerbong makan untuk mencari petugas yang berwajib meminta bantuan sementara penumpang lain hanya menatap pria yang sedang sesak nafas dan duduk.
Petugas datang dengan cepat setelah saya mengadukan apa yang terjadi. ternyata ketika sudah sampai di tempat tujuan, pria yang memakan gado-gado saya tadi sudah tidak batuk namun tidak juga bernafas sepertinya. penumpang lain yang panik langsung berlarian ke gerbong yang lain dan hanya menyisakan dhanin yang masih menunggu saya kembali.
"sudah meninggal kak kayanya"
"Innalillahi, kamu kenapa ga pergi"
"kenapa mesti pergi kak?" tanyanya.
beberapa petugas memeriksa mayat pria tadi yang mulutnya membiru dan matanya merah saat dibuka untuk memastikan kematiannya. ujung-ujung tangannya menguning. kami pun di evakuasi untuk pindah gerbong. tak beberapa lama seorang polsus KA datang dan langsung melingkarkan garis kuning tanda dilarang melintas.
Itu gado-gado ada apanya? kalo gue yang makan gimana? tanya-tanya saya dalam hati. seketika saya langsung ingat jangan-jangan gara2 kasus ini, dan... ANNISA?? langsung saya mengambil HP dan mencoba menghubungi annisa, namun tidak ada jawaban. hanya nada tersambung terus menerus.
saya mencoba mengiriminya SMS dan menanyakan kabarnya setidaknya kalau saya tidak boleh mengganggunya, kabari saja untuk menandakan dia dalam keadaan baik-baik saja. namun pesan saya tidak dibalas lebih dari 30 menit tidak seperti biasanya.
"kakak kenapa sih kok gelisah?" tanya dhanin.
"ga papa kok"
"kakak jangan bohong"
*****
2
Tutup