- Beranda
- Stories from the Heart
Cerita Masa Kuliah Sebuah Kenangan Yang Terkubur
...
TS
memedruhimat
Cerita Masa Kuliah Sebuah Kenangan Yang Terkubur
Quote:
Spoiler for cover:
Quote:
Quote:
Diubah oleh memedruhimat 01-08-2025 14:04
bukhorigan dan 25 lainnya memberi reputasi
26
48.4K
176
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52.1KAnggota
Tampilkan semua post
TS
memedruhimat
#4
Chapter 3
Chapter 03
Kehidupan Seorang Mahasiswa Muda
Buat gue sih, nggak masalah diasingkan atau nggak dianggap sama satu angkatan, gue tetap menjalani perkuliahan gue apa adanya.
Di kelas ada juga mahasiswa lain yang memberontak dari perbudakan, kita sebut aja namanya Edi. Umurnya udah 27 tahun, jadi buat dia perpeloncoan adalah permainan yang kekanak-kanakan dan hal seperti itu udah ga penting. Gue setuju banget sama pemikirannya, dan gue pun jadi mulai berteman dekat sama dia.
Hari ini untuk pertama kalinya gue ada jam mata kuliah yang sampe sore, gue bingung mo makan di mana. Nah akhirnya ikutan aja deh bareng anak-anak di kelas, mereka mo pada makan ke mana.
Sore itu anak-anak pada pilih makan ke KANTEK alias Kantin Teknik, yang sebenarnya nama aslinya adalah Kantin Koperasi Melati (kayak nama bunga kuburan).
Dan gue bener-bener nggak nyangka, kalo makanan di kantin ini tuh... enak banget! Menunya komplit dan mewah-mewah! Nggak cuma nasi campur aja. Ada juga menu-menu variatif, seperti Ayam Goreng Kalasan, Kweatiau campur, Nasi goreng, Mie goreng, Soto, Mie Ayam. Minuman aneka juice semua lengkap.
Dan tempatnya itu rame bukan main. Kantin Sastra sih bisa dibilang kalah pamor.
Alhasil gue makan desek-desekan sama anak-anak di kursi panjang reyot dan meja panjang ala warteg yang ga kalah parah tingkat kereyotannya. Kayaknya sih tinggal nunggu rubuhnya aja tu meja.
Dan gue harus menyuap makanan sambil bersaing dengan lalat-lalat yang turut mencari makan dari sepiring ayam goreng kalasan yang gue pesan di warungnya Bu Ne.
Walaupun enak dan sangat uenaak, tapi harga Kantek masih terlalu besar buat kantong gue saat itu. Sebagai seorang Mahasiswa Maha Kere, gue masih nyari makanan yang porsinya besar, dengan harga yang kudu semurah-murahnya. Biar kantong enggak minus di akhir bulan dan punya tabungan lah buat belanja keperluan lain.
Hari berikutnya, gue dan Edi pergi nyari warteg yang bisa menunjang porsi makan kita yang seperti tukang gali. Biasanya deket kampus ada warteg yang makannya tipikal rumahan dan murah meriah. Waktu kita nyari-nyari... dan dapetlah satu warung nasi yang namanya akrab dipanggil warung Ma'oi.
Wah, bener aja... itu warung surganya makanan rumahan. Emak yang punya warung orang Padang asli, jadi masakannya bumbu-bumbu khas padang, cocok buat selera gue tiap waktu. Dibanding warung padang sebelah warnet yang masih tergolong mahal, harga di warung Ma'oi masih jauh lebih murmer dan cocok banget di kantong. Jadi gue sama Edi rutin makan di situ tiap siang.
Karena nggak ada temen nongkrong, biasanya selesai kuliah gue langsung pulang. Gue jadi inget banget Ma'oi sering ceng-cengin gue ini kutu buku. Mahasiswa kutu buku pada jaman itu disebutnya Kupu Kupu (bukan kupu-kupu malam lho). Kupu-kupu artinya; Kuliah--Pulang--Kuliah--Pulang.
Lanjut lagi, saat ini kegiatan gue untuk bersosialisasi dan mengisi penunjang akademis satu-satunya saat itu hanya UKM kerohanian yang sering gue tongkrongin. Selain itu gue masih bingung mau ikut UKM apalagi.
Basket? Kagak minat. Catur? Maybe yes. Photography? Ga punya budget, boro-boro buat beli kamera, buat beli celana dalem baru aja susah. Pecinta Alam? Kayaknya nggak dulu deh.
Sebetulnya gue juga masih bingung minat gue itu mau ke mana, dan kembali lagi sepeti yang gue ceritakan sebelumnya bahwa sebetulnya gue malah nggak minat sama sekali dengan bangku perkuliahan.
***
Suatu hari ada acara di UKM kerohanian, acara itu udah bagian dari program kerja rutin mereka tiap tahun. Salah seorang senior di sana namanya Wan Aboud, dia mengundang gue.
"Ikut yuk Ri, biar makin kenal sama senior-senior di sini." dia ngomong ke gue.
"Tapi kan saya belum jadi anggota." gue jawab.
"Modal masuk UKM ini mah, cuma yang penting lu orang Islam, kagak pake ribet."
Karena mereka bukan termasuk senior-senior pemerbudak, jadi ya gue setuju aja. Lagipula ini kan kesempatan untuk lebih mengenal kampus ini.
Keuntungan dari UKM kerohanian, senior dari seluruh fakultas yang ada di kampus semua ada di sini. Jadi gue bisa lebih mengenal seluk beluk kampus dari mereka. Dan mereka juga eksis tersebar di setiap unit kegiatan. kesimpulannya, tempat ini adalah GUDANG INFORMASI.
Briefing acara mengatakan bahwa kita semua akan berangkat ke daerah puncak, dan nantinya kita akan bermalam di sebuah penginapan.
Waktu briefing kita dikasih tau untuk bawa peralatan dan perlengkapan selengkap-lengkapnya. Pokoknya mulai dari makanan, minuman, obat-obatan, dan segala tetek-bengek keperluan pribadi untuk menunjang kehidupan saat berada di sana nanti.
'Udah kaya mo dikirim perang aja.' pikir gue dalem hati.
"Tunggu dulu, kita cuma mau nginep selama dua malam aja kan?" gue langsung bertanya untuk memastikan.
"Iye, pokoknya lu bawa lah keperluan selengkap-lengkapnya, terutama obat-obatan. Nanti takutnya lu bengek mendadak, kita bingung." jawab seorang senior.
"Emang nanti kita tidur di mana?"
"Pokoknya nanti ada tempat kita nginep. Dijamin enak, pokoknya kita semua bakal happy-happy deh."
'Yah, lumayan deh... liburan gratis. Nginep di villa, pasti makan-makan enak.' pikir gue lagi.
Tapi ternyata... justru ada hal yang tidak gue sangka-sangka.
Diubah oleh memedruhimat 07-08-2025 20:42
itkgid dan 4 lainnya memberi reputasi
5
