Kaskus

Story

memedruhimatAvatar border
TS
memedruhimat
Cerita Masa Kuliah Sebuah Kenangan Yang Terkubur
Quote:


Spoiler for cover:


Quote:


Quote:
Diubah oleh memedruhimat 01-08-2025 14:04
alizazetAvatar border
nomoreliesAvatar border
bukhoriganAvatar border
bukhorigan dan 25 lainnya memberi reputasi
26
48.4K
176
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread52KAnggota
Tampilkan semua post
memedruhimatAvatar border
TS
memedruhimat
#2
Chapter 1 & 2
CHAPTER 01
LAKUKAN YANG TERBAIK
PIKIRKAN LANGKAH MENUJU MASA DEPAN


Gak kerasa, tahun 2009 datang dan gue kembali berkaca menerwang masa lalu mereview kehidupan gue yang sekarang.

Masa kanak-kanak dahulu, gue taunya yang namanya cita-cita harus meraih profesi-profesi beken (Presiden, Pilot, Pengacara, Dokter).

Anak kecil rata-rata kalau ditanya, "mo jadi apa?"
Trus rame-rame pada jawab salah satu dari profesi beken di atas.

Lama kelamaan makin gede makin belajar kalau hidup ternyata susah, akhirnya yang tersulit adalah mengambil keputusan di waktu dewasa. Pertanyaan berubah, bukan lagi mau jadi apa, atau mau jadi siapa, tapi "Mau kuliah di mana?" "Abis lulus mau kerja apa?"

Terus terang ketika lulus SMA dulu, gue ditanya, "Mau kuliah apa? Di mana?",
Saat itu gue ga tau musti jawab apa, gue belum bisa menentukan pilihan, yang gue pengen waktu itu gue ngembangin bakat dan nyari-nyari keahlian (some kind like revealing my skill).

Tapi biasalah, doktrin yang berlaku dikehidupan kita ini sudah umum,
SD--SMP--SMA--KULIAH--KERJA--MARRIED----PUNYA ANAK----(PUNYA CUCU)------TUA------MATE----

Orang tua gue cerewet masalah di atas, dan selalu mendoktrin statement di atas.

TAPI...

Yang luputnya, mereka ga tau kan kalau jaman sudah berubah dan kondisi hidup sekarang sudah semakin sulit, artinya lapangan pekerjaan sudah semakin sedikit dan terbatas, ratusan bahkan ribuan fresh graduate BEREBUT lapangan kerja kaya kucing garong berebut tulang ikan.

Makanya gue berpikir dari awal,
"Sekarang, bagaimana kalau kita hanya mengandalkan plan A alias doktrin standar tersebut..."
Bukannya mau pesimis, tapi biar bagaimanapun juga Titanic bukan kapal yang tidak bisa tenggelam. Artinya, kalau suatu hari tercekik keadaan tidak dapat lapangan kerja dan buntu jadi pengangguran akhirnya keahlian yang telah dipelajari bertahun-tahun jadi sia-sia.

Oke back again,
akhirnya ketika ditanya soal kuliah, gue jawab dengan jujur kalau gue maunya postpone dulu setahun, atau masuk diploma dulu aja. Minimal ikut macam-macam kursus sambil coba buka usaha.

Tapi...

Kembali kepada doktrin bahwa Sarjana adalah kunci menuju kemakmuran, akhirnya dipaksalah gue ikut kuliah S1 dan gue terus terang ga ngerti musti masuk mana dan ambil jurusan apa.

Sementara waktu pendaftaran semakin deadline, ortu gue ketemu sebuah kampus di daerah Jakarta, dan didaftarkanlah gue di sana. Mereka bilang di sana ada jurusan sastra, itu paling gampang.
"Ga penting deh apapun lulusannya yang penting kamu S1 !" begitulah wejangan yang masih gue ingat sampai sekarang.

Terus terang gue masih bingung, biar kata sastra juga bebas itung-itungan dan puyeng-puyengan pelajaran eksak model jaman sekolahan dulu. Tetap aja gue kan dari awal ga ngerti mau kuliah apaan.

Ortu gue nyaranin, karena gue tiap hari minggu kerjaannya dari pagi udah kaya orang bolor depan TV nontonin film Jepang, dengerin lagu-lagunya kaya kambing conge (biar ga ngerti bahasanya gumbreng-gumbreng aja coy...)
Gue disaranin ambil sastra Jepang.

Akhirnya setelah ujian tes masuk yang gue kerjakan acakadul asalusul corat coret morat marit kebelinger dengan harapan gue ga lulus, eh taunya lulus juga... ortu gue akhirnya bayarin uang pangkal dsb. Kecemplung deh gue di Universitas pinggir kota itu... sebagai calon mahasiswa Sastra.



CHAPTER 02
MAHASISWA BARU


Resmi jadi calon mahasiswa, gue akhirnya memulai hari-hari baru gue di kampus itu.

Acara pengenalan kampus berlangsung selama tiga hari,

Kostum: celana hitam baju putih
Barang bawaan: makanan, minuman, name tag dan berbagai pernak-pernik yang ga penting.

Gue berkenalan dengan beberapa orang untuk sekedar sosialisasi aja.
Dan dapetlah empat orang kenalan, namanya sebut aja Arsen dan Osa, dua lagi lupa gue... (payah nih ingatan gue akan nama).

Acara tiga hari itu lancar-lancar aja, cuma perlu duduk seharian dengerin pidato ga penting, orasi promosi UKM, dan sambutan ketua himpunan. Pokoknya semua membosankan dan kala itu AC ruang auditoriun hawanya kaya ruang sauna alias PANAS ga ketulungan! Mungkin belom diservis lantaran krisis.

Hari terakhir, anak cowok pada ga ada yang boleh pulang, katanya ada briefing khusus untuk acara "diklat" yang akan berlangsung mulai esok hari.

Ternyata orientasi pengenalan kampus yang resminya itu cuma 3 hari aja dan seharusnya tidak ada perpeloncoan, tapi kelompok senior di fakultas kita bikin acara sendiri yang diberi judul "diklat". Nah, ternyata yang diistilahkan "diklat" itu adalah perpeloncoan yang sesungguhnya, karena kan jaman gue masih ada budaya "senior kudu ngerjain junior". Dan acara perpeloncoan ini dilakukan pada saat selesai jam kuliah, karena ga mungkin donk ngumpulin junior-junior pada jam perkuliahan.

Acara "diklat" tersebut berlangsung selama seminggu, gue cuma datang tiga kali dan males datang lagi.

Gue pikir, biar aja deh bolos...
lagian emangnya pengaruh sama kelulusan gue?

Seminggu kemudian, acara diklat selesai dengan rusuh. Gue ngintip dari luar, peserta cowok dipukuli layaknya ternak di ruang himpunan. Dan yang gue inget ada anak yang diceburin di selokan depan kantin dan dimandiin di sana.

Katanya sih itu untuk kebersamaan, tumpah darah mereka bersama untuk menjalin kekerabatan dan solidaritas satu angkatan. Supaya solid dari awal masuk hingga lulus nantinya.

Hari itu cuma gue aja anak cowok yang enggak ikut diklat dan dianggap pemberontak. Teman-teman satu angkatan diperintahkan untuk mengasingkan gue, artinya gue enggak boleh minta tolong sama teman-teman satu angkatan gue kalau butuh apa-apa.

Hooweeeekkk... emang anak sekolahan, kuliah ma sendiri-sendiri... lulus kaga lulus tanggungan sendiri.
Emang ada yang mau nungguin kalau ada temennya yang telat wisuda?
Kalo teman gak lulus ngapain ikutin ya ga?

Ketika kuliah sudah berjalan, anak-anak masih sering dipanggil-panggilin senior buat ngumpul di himpunan. Aktifitasnya ada aja... mulai dari nongkrong, nyapu halaman, ngurusin kebon, nyiram bunga. Sampe push up bareng-bareng dan beliin senior rokok.

Yang paling bersejarah adalah... bersihin kolam ikan, bikin kursi nongkrong dan bangun ring basket. Tuh hasil kerja keras dan tumpah darah angkatan gue tahun 2002! Yoi kan! Kalo ga ada itu mana ada sejarahnya sekarang junior-junior pada enak dan nyaman nongkrong di kantin sastra.

Yak, lanjut tentang ring basket. Waktu itu sore-sore ngindarin perbudakan senior, gue nongkrong sama kenalan gue anak angkatan '99 sebut aja namanya Luki. Dikenalinlah gue sama temen-temennya juga. Akhirnya gue sok asik aja nongkrong di pelataran tempat parkir yang akrab disebut TP. (bukan TP tempat pemakaman lho!)

Sore-sore temen-temen cowok satu angkatan lewat depan gue yang lagi duduk-duduk sok asik di TP,

"Ri, ayo, kaga ikut loe?"

"Ee-- ngapain?" tanya gue yang polos-polos aja.

"kita kan mo bikin ring basket!"

"Ooh---ya udah, pada duluan deh..." jawab gue singkat sambil melambaikan tangan.

Waktu itu juga Luki bilang supaya gue ga usah terlalu ngurusin kerjaan-kerjaan itu. Fokus aja sama kuliah, gaul sama anak-anak pinter, fokus supaya cepet lulus dan cari kerja (wah kaya ortu gue juga). Ya, tapi gue ada setujunya soal itu, males rasanya ikut-ikutan jadi kuli ngurusin kerjaan ga penting yang ga ada hubungannya sama pendidikan yang sedang gue jalani. RUGI!

Hari demi hari, gue semakin kenal dengan kampus gue ini, awalnya gue merasa kalau kampus ini adalah kehidupan baru dan benar-benar baru buat gue. Pokoknya gue merasa begitu banyak kesempatan untuk menjadi orang baru dan berubah lain dari gue yang di masa lalu.

Gue berpikir, dunia kampus ini akan gue jadikan sarana gue untuk meraih kesempatan yang belum pernah gue rasakan seumur hidup gue. Gue akan temukan dunia-dunia yang belum pernah gue masuki dan gue datangi. Kampus inilah tempat gue mengembangkan diri menjadi sosok yang baru, dan gue akan tinggalkan masa lalu gue yang gelap menuju masa-masa terang, kehidupan yang baru.

Banyak dosen yang lumayan baik awal gue berada di kampus ini yang gue ingat, Bu Yuli selaku pembimbing akademis yang katanya orangnya galak dan keras, ternyata setelah gue kenal, orangnya baik dan pengertian. Pak Lubis (ngajar Bhs. Inggris, nice and intersting person). Bu Eka sempat diajar sama beliau selama satu semester. Pak Arie sempat mengajar kelas Lab. Bahasa. Bu Ayu Setiasih (alm). Bu Christine. Dan siapa aja ya... lupa... tapi tetap diingat di hati koq (nanti kalau ingat gue update deh.)

Untuk mengisi kegiatan pendukung akademis dan mengadakan sosialisasi di luar kegiatan-kegiatan menjadi babu gratisan yang gencar dilakukan angkatan gue (2002), gue ikut kegiatan kerohanian.

Bukannya gue mau belagak sok anak religius gitu sih, terus terang aja pelajaran agama gue sendiri masih jauh banget dari sempurna, dan gue bukan anak yang dibilang kategori "alim" ya gitulah sebutannya. Gue cuma mau nambah wawasan aja selain menambah ilmu, juga ajang sosialisasi bersama teman-teman baru dan mencari aktifitas kampus yang positif dan berguna.
Diubah oleh memedruhimat 25-07-2025 14:02
rinandya
fauzan.rifaza
itkgid
itkgid dan 4 lainnya memberi reputasi
5
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.