Kaskus

Story

Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.8KAnggota
Tampilkan semua post
storyharibawaAvatar border
TS
storyharibawa
#44
Deck 8 - Rencana yang Gagal
Sejak kejadian itu, aku bersumpah demi kutil tidak akan terlambat lagi. Kuubah pengaturan alrm yang tadinya pukul lima lewat dua puluh menit, mulai pagi ini aku bangun pukul lima tepat. Meskipun harus mengantre kamar mandi karena Davor menggunakannya lebih dulu.

Sesampainya di crew mess, para kru mulai berdatangan mengambil jatah sarapan. Sementara cook helper masih menyiapkan buffet utama dengan menu breakfast.

“Morning, Yudis!” sapa Orlando yang saat itu tengah mengatur posisi troli. Sepertinya ia juga baru tiba.

“Good morning, Orlando!”

“How was your sex last night?”

Eh …

“Sex?” Aku melotot.

Orlando tertawa ringan.

“Bercanda, teman. Maksud saya, bagaimana tidurmu semalam? Kau kelihatan bugar sekali pagi ini.”

Itu karena Davor tidak membawa teman wanitanya ke kabin. Tentu saja hal itu tidak kuceritakan pada Orlando.

“Oh, nyenyak sekali. Terima kasih menanyakannya.”

Well, yang tadi itu lelucon tidak lucu ala Orlando untuk kedua kalinya, setelah lelucon tentang larutan klorin tempo hari.

Sejurus kemudian, seorang gadis mungil dengan gaya rambut kuncir kuda menghampiri Orlando. Gadis itu menyapanya, lalu Orlando mengecup pipi gadis itu. Itu pasti pacar Orlando, atau … entahlah, mungkin mereka paisano.

Aku mengerjapkan mata, memilih meninggalkan Orlando bersama gadis itu.

Kusiapkan segala keperluan di jus konter. Mulai dari tumbler, jus dispenser, kotak susu, kopi, roti tawar dan aneka selai. Ketika mengabil stok yogurt di lemari pendingin, aku berpapasan dengan Noel. Dia menyapaku.

“Good morning, Yudis!”

“Good morning, Noel! How are you this morning?”

“Sedikit mengantuk. Oh iya, saya lihat di jadwal kau libur hari ini,” beritahunya.

“Eh, libur? Jadi, harusnya saya tidak bekerja pagi ini? Kok, tidak ada yang memberitahuku semalam?”

“Maksud saya, kau lunch off dan bebas tugas siang nanti.”

Ah, ternyata aku keburu senang.

“Siang nanti?” Aku mengernyit.

“Betul, libur di sini dinamakan lunch off, cuma beberapa jam. Kau bebas tugas setelah breakfast meal selesai, kemudian masuk lagi pukul lima sore. Coba kau periksa jadwal kerja hari ini di papan pengumuman. Itu ada di pantri officer mess.”

“Oh, baiklah. Terima kasih telah memberitahu.”

“Sama-sama, nikmati saja libur siangmu. Kalau kau tidak pergi ke luar, mungkin kau bisa berjemur di crew pool. Kalau beruntung kau bisa menemukan ikan dendeng tanpa busana di sana. Namun ingat, jangan lupa kenakan kaca mata hitam.”

Ikan dendeng tanpa busana? Kacamata hitam? Apa maksudnya? Anyway …

“Kayaknya itu ide yang bagus.” Aku menepuk pundak Noel.

Baiklah, bagaimana pun ini libur yang aneh. Di mana-mana yang namanya libur itu seharian tidak masuk kerja. Lha ini, cuma libur siang. Apa yang bisa kulakukan dengan libur kilat? Untuk tidur siang saja rasanya masih kurang. Hmh, lumayanlah daripada tidak sama sekali. Gila apa, kerja dari Senin sampai Minggu tanpa henti, layaknya kerja rodi. Tunggu sebentar, aku mendadak amnesia sekarang hari apa, ya? Senin? Selasa? Minggu? Semenjak tiba di kapal, rasanya nama-nama hari tidak pernah terpikirkan lagi.


***


Noel benar, pukul sepuluh pagi aku bebas tugas dan kembali bekerja pukul lima sore. Aku tadi sempat memeriksanya di papan pengumuman. Betapa bahagia rasanya, karena … oke, paling tidak siang ini aku tidak akan bertemu si Muka Kecut Afredo. Selain itu, aku juga terbebas dari yang namanya menyapu, mengepel, bersih-bersih jus konter, ambil tumbler, ambil susu, dan tebar senyum pada kru lain. Siang ini aku bebas melakukan apa saja sesuka hati.

“Yudis!”

Aku menoleh. Sial! Baru saja namanya terbesit di kepala, Alfredo tiba-tiba saja memanggilku. Kuhentikan sejenak kegiatan mengepel lantai sebelum aku mengakhiri pekerjaan pagi ini.

“Apa?”

Si Jangkung itu berjalan mendekat, lalu berkata dengan mimik serius.

“Kau bicara sesuatu pada Antonio?”

“Bicara? Bicara apa? Saya tidak bicara apa-apa pada Antonio.”

Ini pasti soal kemarin, soal perjanjian terkutuk antara aku dan Alfredo. Sudah kuduga, Antonio pasti mengendus dan akhirnya mengetahui perbuatan Alfredo yang cabut dari crew mess sebelum jam kerja berakhir. Heey, di sini tidak hanya aku yang bekerja, ada Noel, Orlando, dan kru lain. Pastilah salah satu dari mereka juga tahu Alfredo kabur dari tugas.

Telinga Alfredo memerah. Sepertinya dia ingin mengancamku, tapi kemudian menelan kembali kata-kata yang ingin terlontar, karena Antonio lebih dulu hadir di antara kami.

“Yudis!” panggil Antonio.

“I-iya, Antonio.”

“Tolong katakan yang sejujurnya, apa benar Alfredo pergi dari crew mess sebelum jam kerja berakhir kemarin siang, dan kau yang menggantikannya membersihkan lantai buffet?”

Suara Antonio terdengar sangat serius. Artinya dia sedang tidak main-main.

Aku mendadak gugup. Kulihat mimik Alfredo mengisyaratkan sesuatu; awas kalau berani kau buka mulut! Oh, apa yang harus kukatakan? Jika kukatakan yang sebenarnya, Alfredo pasti tidak akan mengampuniku. Alih-alih mengatakan yang sesungguhnya, aku justru …

“Sa-saya tidak tahu, Antonio. Seingat saya Alfredo paling terakhir meninggalkan crew mess.”

Sejenak Antonio memandangku penuh selidik. Lalu, memandang ke arah Alfredo. Beliau kemudian pergi tanpa bertanya apa-apa lagi. Meski demikian, aku yakin Antonio pasti tahu aku berbohong.

Sementara itu, raut wajah Alfredo tampak lega. Darah yang tadinya berkumpul di kepala hingga membuat telinganya memerah, seketika turun ke perutnya, kemudian keluar menjadi gas berbau busuk.

Brengsek! Dasar kingkong Filipina! Kentut sembarangan. Kalau tidak ada aturan ketat tentang perkelahian, pasti kutendang pantatnya.


***



Seattle dari sudut pandang manusia katrok sepertiku terlihat memukau. Padahal tidak jauh berbeda dengan kota-kota metropolitan lainnya. Yang membuatnya berbeda, karena aku memperhatikannya dari balik jendela crew mess. Sungguh sangat beruntung bisa melihat Seattle dari sisi dermaga, meskipun hanya dari sisi jendela kapal yang ukuranya tidak begitu lebar.

Pertama yang menarik perhatianku adalah menara Space Needle. Bangunan menyerupai jarum pentul dan menjadi ikon kota Seattle itu terlihat lebih menonjol di antara gedung-gedung tinggi lainnya. Kata salah seorang kru yang duduk di sisi jendela, Seattle terlihat sangat indah pada malam hari. Namun sayangnya, kapal akan kembali berlabuh sebelum hari berubah gelap.

Aku bermaksud ingin menikmati pemandangan kota di area terbuka dengan pergi ke sun deck, ketika Cici mengejutkanku dari belakang.

“Hey!”

Aku menoleh.

“Hey, Cici.”

“Kau libur hari ini?” tanya Cici.

Ah, wajah Cici seperti biasanya, selalu terlihat cerah, secerah bunga matahari. Diam-diam aku senang sekali melihatnya.

“Ya, kebetulan hari ini libur.”

“Keluar, yuk!” ajaknya. Belum sempat aku menjawab, Cici menambahkan. “Tenang saja, saya yang traktir, paling cuma jalan-jalan di sekitar port, makan dan beli perlengkapan pribadi.”

“Wah, utang kemarin malam kan belum dibayar, serius nih, mau traktir?”

“Serius. Ya sudah kita berangkat sekarang. Saya ganti baju dulu, terus kita ketemu di gangway.”

Lagi-lagi aku terlalu cepat senang. Tepat ketika aku dan Cici ingin segera pergi dari crew mess, Antonio datang menghapiriku. Beliau menyapa Cici sebelum berbicara padaku.

“Cici! Senang melihatmu di sini. Apa kau datang menemui pacarmu, Yudis?”

Cici tersipu, lalu membalas, “Dia bukan pacar saya, kami hanya berteman.”

Antonio tertawa ringan.

“So, kalian berdua ingin pergi keluar?” tanyanya kemudian.

“Saya dan Yudis ingin pergi bekeliling tidak jauh dari port.”

Antonio mengembuskan napas. “Duh, maafkan saya. Sepertinya saya akan merusak rencana kalian.” Perhatian Antonio kemudian beralih padaku. “Yudis, kau harus menghadiri safety training pagi ini di dek 8 pukul sepuluh. Training ini wajib bagi kru baru.”

Cici tampaknya kecewa.

“Sory, Cici,” ujar Antonio.

“It’s oke, mungkin lain kali kami bisa pergi bersama.”

Lalu aku berkata pada Cici. “Semoga libur berikutnya kita bisa bareng, ya.”

“Semoga saja.”

Ya, semoga saja, karena aku juga sangat mengaharapkannya.

Setelah itu Cici pergi. Sementara aku masih berbicara dengan Antonio.

“Tenang saja,” kata Antonio, “saya akan mengatur jadwal liburmu untuk cruise berikutnya. Namun perlu kau tahu, libur di sini diatur secara bergantian dengan kru lain. Itu artinya, jatah libur tiap kru khususnya di crew mess, bisa jadi tiap dua cruise sekali, bahkan tiga cruise sekali. Cruise depan kita sudah di Alaska. Kalau kau mau, kau bisa request jatah libur supaya kau dan temanmu bisa pergi bersama. Perlu dicatat, selama beberapa minggu ini kau masih wajib mengikuti serangkaian training. Ini jadwal training yang harus kau hadiri, simpanlah!” Antonio menjulurkan selembar kertas berisi jadwal training yang wajib aku hadiri.

“Baiklah, terima kasih. Saya akan menyimpannya.”

Ugh! Ternyata libur kilatku hari ini pun harus dipotong karena ada jadwal training. Gagal deh, hangout bareng Cici menghirup udara bebas di Seattle.









Diubah oleh storyharibawa 10-12-2018 07:38
5
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.