- Beranda
- Stories from the Heart
ASU AJAG PEGUNUNGAN TEPUS
...
TS
breaking182
ASU AJAG PEGUNUNGAN TEPUS
ASU AJAG PEGUNUNGAN TEPUS
Quote:

SINOPSIS
Quote:
Sekelompok anak muda dari universitas di Jogja yang sedang melaksanakan KKN di desa Telaga Muncar salah satu desa terpencil di kawasan Tepus Gunung Kidul. Tiga sosok anjing misterius mencegat salah satu dari mahasiswa itu yang bernama Zulham. Misteri berlanjut lagi tatkala sesampainya di base camp. Zulham harus dihadapkan dengan ketua kelompok KKN tersebut yang diterror oleh mahkluk –mahkluk asing yang memperlihatkan diri di mimpi –mimpi. Bahkan, bulu –bulu berwarna kelabu kehitaman ditemukan di ranjang Ida. Hingga pada akhirnya misteri ini berlanjut kedalam pertunjukan maut. Nyawa Zulham dan seluruh anggota KKN terancam oleh orang –orang pengabdi setan yang tidak segan –segan mengorbankan nyawa sesama manusia. Bahkan, nyawa darah dagingnya sendiri!
INDEX
Diubah oleh breaking182 22-02-2021 10:13
sukhhoi dan 35 lainnya memberi reputasi
32
110.5K
Kutip
378
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
breaking182
#270
TITISAN SANG RATU
Quote:
Ketika Aku membuka mata ku dapati diriku berdiri di gerbang desa Telaga Muncar. Pada saat itulah aku mendengar suara lolongan bersahut –sahutan dari tepi desa sebelah selatan. Setelah suara lolongan itu lenyap terdengar suara bentakan –bentakan ditimpali suara geraman yang membuat bumi yang aku pijak seperti bergetar hebat.
Aku dan lelaki tua misterius yang belum aku tahu namanya itu sama-sama terkesiap dan curiga bahwa pertempuran telah pecah di tempat itu. Lelaki tua tadi lalu menarik tangan ku hendak menuju ke tempat di mana suara –suara itu berasal.
Lelaki tua itu lalu mendongak ke arah purnama penuh yang menggantung tepat di atas kepala.
“Aku tidak tahu apakah kita datang terlambat atau bagaimana,” katanya seperti berbicara dengan dirinya sendiri.
“Tapi yang jelas itu suara perkelahian. Ayo kita lihat apa yang sebenarnya terjadi “
“Aku setuju saja dengan pendapatmu Kek,” kata ku walau hati kecil ini lebih suka untuk langsung mendatangi tempat di mana sumber suara berisik itu berada.
Lalu aku mengikuti si kakek mengambil jalan berputar. Menjauh untuk kemudian mendekat kembali dari jurusan lain. Benakku masih sangat terpukul dengan kejadian dari siang hingga malam ini. Kematian teman –temanku dan Ida yang menghilang raib entah kemana bercampur menjadi satu.
Saat aku sampai di tempat itu, dari balik pepohonan rapat aku dan kakek misterius itu sempat melihat tatkala Sobar dicabik –cabik dengan ganas oleh ajag jejadian itu. Bulu kuduk ku meremang dibarengi dengan perut yang serasa diaduk – aduk. Mual!
Aku dan lelaki tua misterius yang belum aku tahu namanya itu sama-sama terkesiap dan curiga bahwa pertempuran telah pecah di tempat itu. Lelaki tua tadi lalu menarik tangan ku hendak menuju ke tempat di mana suara –suara itu berasal.
Lelaki tua itu lalu mendongak ke arah purnama penuh yang menggantung tepat di atas kepala.
“Aku tidak tahu apakah kita datang terlambat atau bagaimana,” katanya seperti berbicara dengan dirinya sendiri.
“Tapi yang jelas itu suara perkelahian. Ayo kita lihat apa yang sebenarnya terjadi “
“Aku setuju saja dengan pendapatmu Kek,” kata ku walau hati kecil ini lebih suka untuk langsung mendatangi tempat di mana sumber suara berisik itu berada.
Lalu aku mengikuti si kakek mengambil jalan berputar. Menjauh untuk kemudian mendekat kembali dari jurusan lain. Benakku masih sangat terpukul dengan kejadian dari siang hingga malam ini. Kematian teman –temanku dan Ida yang menghilang raib entah kemana bercampur menjadi satu.
Saat aku sampai di tempat itu, dari balik pepohonan rapat aku dan kakek misterius itu sempat melihat tatkala Sobar dicabik –cabik dengan ganas oleh ajag jejadian itu. Bulu kuduk ku meremang dibarengi dengan perut yang serasa diaduk – aduk. Mual!
Quote:
Disisi lain pertempuran ajag jelmaan Dargo melawan Kuntini atau Nilam masih berlangsung dengan seru. Dua mahkluk jelmaan itu saling serang dengan kekuatan yang sangat hebat. Beberapa pohon tumbang dilabrak cakaran dari kuku –kuku yang tajam dan kuat. Tepi desa Telaga Muncar porak – poranda seperti dilanda gempa.
Dargo menerkam dengan ganas, kedua tangan dengan kuku tajam itu menukik kencang. Nilam tersentak kaget melihat dirinya kembali diserang. Dia melolong setinggi langit sembari berusaha menghindar. Tapi serbuan Dargo datang lebih cepat. Nilam membuang diri ke kiri. Ujung kuku Dargo menepis pipi kirinya. Nilam menjerit keras. Daging pipinya luka dalam seperti dirobek ujung pisau. Darah mengucur! Sekujur tubuhnya bergetar menahan sakit dan juga oleh luapan amarah! Tapi ajaib dalam hitungan detik luka tadi langsung menutup. Sembuh sedia kala tanpa berbekas.
Pada saat itulah tiba –tiba hembusan angin kencang menerpa, suasana menjadi sangat dingin. Perubahan suhu yang mendadak ini sangat aku rasakan. Ada sesuatu yang ganjil.
Blegeeerrr...!
Langit sempat berkerilap terang ketika cahaya petir menampakkan keangkerannya. Sungguh aneh cuaca cerah dengan purnama sempurna akan tetapi ada petir dan guntur yang menggelegar. Aku lirik orang tua yang turut bersembunyi di sampingku. Sesaat wajahnya tegang, bahkan aku sempat milihat titik keringat muncul di keningnya. Sayup- sayup terdengar suara orang merintih namun tak jelas.
Mataku melotot tidak berkedip. Di ujung jalan terlihat kepulan asap putih masih seperti berjalan mendekat terus mengambang setinggi lutut. Bau harum semerbak memenuhi tempat itu.
“ Dia datang “
Suara itu seperti berbisik , akan tetapi aku sangat jelas mendengarnya.
“ Siapa yang datang Kek?”
“ Lihat saja sendiri, kau akan tahu. Dan tujuanku membawamu kembali ke sini adalah untuk alasan itu”
Sebuah alasan? Alasan apa? Pertanyaan ku itu seperti tenggelam di tenggorokanku. Lelaki tua berpakaian aneh itu menjawabku tanpa melepaskan pandangannya dari pertempuran dua ajag jelmaan yang sedang mengadu nyawa. Jantungku berdegup kencang. Ketegangan kembali menyergap ku. Kepulan asap itu semakin tebal dan bergelung –gelung membentuk sesosok tubuh. Dan pada saat asap itu sirna terlihat jelas sosok seorang perempuan muda cantik dengan rambut tergerai.
Pada bagian atas kepalanya ada sebentuk mahkota kecil dihiasi batu-batu permata yang memancarkan sinar berkilauan. Detak jantungku berhenti manakala aku mengenali satu sosok itu. Ida! Tidak salah lagi itu Ida, aku sangat mengenalinya seperti mengelani telapak tangan ku sendiri. Ingin aku panggil namanya. Akan tetapi, suaraku tertelan dalam tenggorokan. Bagaimana ini bisa terjadi?!
Sesosok tubuh perempuan yang aku yakini sebagai Ida itu berdiri tegak. Dan kembali aku terperangah. Kakinya sama sekali tidak menjejak tanah. Sekitar dua jengkal mengambang seperti terbang. Apakah ia telah mati?
“ Dia belum mati Nak “
Lelaki tua itu mnejawabku, seperti bisa membaca kata hati yang sempat aku lontarkan tadi. Aku menoleh ke arah lelaki tua yang masih bersembunyi di sampingku.
“ Mengapa ia tidak menjejak tanah kek?”
“ Dia lah titisan dari siluman betina itu. Untuk mengalahkannya pun sepertinya aku tidak akan mampu. Aku butuh bantuan mu sekarang”
“ Apa kek? Bantuan?!”
Bantuan apa yang bisa aku lakukan pikir ku. Bertarung dengan mahkluk itu? Sangat tidak mungkin, sama saja menyerahkan nyawa secara gratis. Pertarungan akan berlanjut lagi, akan tetapi ajag jelmaan Nilam tiba –tiba mundur manakala melihat siapa yang berdiri tepat jauh di belakangnya. Memperhatikan setiap gerak –geriknya dengan pandangan matanya yang mencorong dingin.
Ajag raksasa jelmaan Nilam melompat mundur menghampiri perempuan yang baru datang. Mendekam duduk dengan moncong terbuka. Kedua matanya berwarna merah, memancarkan sinar aneh menggidikkan. Lidahnya terjulur basah. Taring dan gigi-giginya besar tajam mengerikan. Sementara darah masih terlihat dari bekas sayatan kuku di pipinya. Meski sayatan itu telah sirna. Suara nafas makhluk ini terdengar memburu.
Ajag jelmaan Dargo menoleh ke samping kanan binatang itu, terlihat satu pemandangan lain. Di bawah sinar bulan purnama tegak seorang perempuan berwajah cantik, mengenakan kemben dan kain panjang halus. Rambutnya yang panjang tergerai lepas di atas bahunya yang putih. Kalau binatang di sampingnya menyorotkan pandangan yang mengerikan sebaliknya perempuan cantik ini tampak tersenyum. Hanya saja di balik senyum itu tersembunyi satu bayangan angker menyeramkan.
“ Kau tidak becus Nilam “
Perempuan muda cantik itu tampak berbicara dengan ajag raksasa yang duduk bersimpuh di sebelahnya. Binatang besar itu hanya menunduk ke bawah seperti tidak berani mengangkat kepalanya. Moncongnya tertutup rapat – rapat.
“ Kau harus menerima hukuman dari ku “
"Ratu! Jangan lakukan itu...Aku minta ampun!" teriak Nilam. Tapi perempuan misterius yang disebut sang Ratu tidak memperdulikan.
Dari mulutnya keluar suara menggembor. Mulutnya terbuka lebar, lidah terjulur panjang, gigi- giginya tiba –tiba bertaring besar runcing bergemeletukan sedang kedua matanya membara merah. Mencorong menakutkan!
Dari mulut perempuan muda yang dipanggil Ratu itu tiba-tiba terdengar suara lolongan keras.
Kedua tangannya dengan cepat memiliki kuku-kuku panjang dan runcing melesat ke depan. Terdengar suara seperti kain dirobek berulang-ulang, dibarengi oleh suara pekik Nilam. Tubuh mahluk ini terhuyung- huyung lalu jatuh ke tanah dengan suara berdebum.
Aku memandang tak berkesiap ke depan. Tengkuk ku mengkirik. Sosok tubuh Nilam yang masih dalam bentuk ajag raksasa itu tampak mandi darah. Muka, dada dan perutnya sampai ke paha penuh robekan- robekan mengerikan! Dan puncaknya Sang Ratu membetot putus kepala ajag jelmaan Nilam dari lehernya.
Di hadapannya Sang Ratu tampak tegak dengan tangan basah oleh darah. Kedua matanya diarahkan sesaat pada ajag jelmaan Dargo yang masih berdiri tegak di seberang sana. Tiba-tiba dia pukulkan tangan kanannya seraya berteriak.
"Mahluk tak berguna! Pergi kau ke alam lain!"
Serangkum asap hitam menderu dari tangan kanan sang Ratu, menghantam sosok tubuh Nilam yang sudah tanpa kepala di bawah pohon. Tubuh itu lenyap ditelan asap disertai terdengarnya suara letusan keras. Terdengar suara jerit! Suara jeritan manusia. Ketika asap hitam pupus, sosok tubuh Nilam tak tampak lagi di tempatnya terbujur semula!
“ Dan sekarang giliran mu Dargo. Anak cucu Randu Alas akan aku tumpas malam ini “
“ Mana Randu Alas, aku tahu dia masih hidup. Datang kemari!dasar pengecut! Jangan hanya anak cucunya yang datang menyerahkan nyawa secara cuma –cuma kepadaku “
Setelah berkata seperti itu dari mulutnya menderu lidah api, menyambar ke arah ajag jelmaan Dargo. Tahu bahaya mengancam nyawa, ajag itu berkelit menghindari semburan lidah api.
Melihat serangannya gagal sang Ratu menggereng marah. Dia membalik dan kembali menyerang. Satu terkaman menderu dengan cepat. Dargo membuang diri ke samping. Terkaman kuku tajam itu lewat sejengkal dari batang lehernya.
Sang Ratu tiba-tiba tertawa mengekeh.
“ Kau tertipu jahanam! Tamat riwayatmu sekarang!”
Sang Ratu melompat beberapa tombak ke atas. Tiba –tiba dengan cepat titisan siluman ajag itu menyemburkan api dari mulutnya.
“Seerrrrr. Seerrrrr. Seerrrrr!”
Kobaran api ganas itu muncrat keluar. Dargo terpekik dalam lolongan yang panjang. Dia sama sekali tidak menyangka. Saat itu tak ada kesempatan untuk mengelak. Kalaupun dia mampu menghindar tetap saja sebagian wajah dan bahu kirinya akan terbakar!
Pada saat yang genting itu tiba-tiba dari balik sebatang pohon besar menderu satu serangan sedahsyat topan. Tubuh Dargo yang masih berwujud ajag terpelanting ke kiri dan jatuh ke tanah. Beberapa lidah api lewat di atas kepalanya. Beberapa helai bulunya hangus terbakar. Di sebelah sana Ratu berseru kaget ketika tiba-tiba ada yang menyerangnya dengan sangat cepat.
Dargo menerkam dengan ganas, kedua tangan dengan kuku tajam itu menukik kencang. Nilam tersentak kaget melihat dirinya kembali diserang. Dia melolong setinggi langit sembari berusaha menghindar. Tapi serbuan Dargo datang lebih cepat. Nilam membuang diri ke kiri. Ujung kuku Dargo menepis pipi kirinya. Nilam menjerit keras. Daging pipinya luka dalam seperti dirobek ujung pisau. Darah mengucur! Sekujur tubuhnya bergetar menahan sakit dan juga oleh luapan amarah! Tapi ajaib dalam hitungan detik luka tadi langsung menutup. Sembuh sedia kala tanpa berbekas.
Pada saat itulah tiba –tiba hembusan angin kencang menerpa, suasana menjadi sangat dingin. Perubahan suhu yang mendadak ini sangat aku rasakan. Ada sesuatu yang ganjil.
Blegeeerrr...!
Langit sempat berkerilap terang ketika cahaya petir menampakkan keangkerannya. Sungguh aneh cuaca cerah dengan purnama sempurna akan tetapi ada petir dan guntur yang menggelegar. Aku lirik orang tua yang turut bersembunyi di sampingku. Sesaat wajahnya tegang, bahkan aku sempat milihat titik keringat muncul di keningnya. Sayup- sayup terdengar suara orang merintih namun tak jelas.
Mataku melotot tidak berkedip. Di ujung jalan terlihat kepulan asap putih masih seperti berjalan mendekat terus mengambang setinggi lutut. Bau harum semerbak memenuhi tempat itu.
“ Dia datang “
Suara itu seperti berbisik , akan tetapi aku sangat jelas mendengarnya.
“ Siapa yang datang Kek?”
“ Lihat saja sendiri, kau akan tahu. Dan tujuanku membawamu kembali ke sini adalah untuk alasan itu”
Sebuah alasan? Alasan apa? Pertanyaan ku itu seperti tenggelam di tenggorokanku. Lelaki tua berpakaian aneh itu menjawabku tanpa melepaskan pandangannya dari pertempuran dua ajag jelmaan yang sedang mengadu nyawa. Jantungku berdegup kencang. Ketegangan kembali menyergap ku. Kepulan asap itu semakin tebal dan bergelung –gelung membentuk sesosok tubuh. Dan pada saat asap itu sirna terlihat jelas sosok seorang perempuan muda cantik dengan rambut tergerai.
Pada bagian atas kepalanya ada sebentuk mahkota kecil dihiasi batu-batu permata yang memancarkan sinar berkilauan. Detak jantungku berhenti manakala aku mengenali satu sosok itu. Ida! Tidak salah lagi itu Ida, aku sangat mengenalinya seperti mengelani telapak tangan ku sendiri. Ingin aku panggil namanya. Akan tetapi, suaraku tertelan dalam tenggorokan. Bagaimana ini bisa terjadi?!
Sesosok tubuh perempuan yang aku yakini sebagai Ida itu berdiri tegak. Dan kembali aku terperangah. Kakinya sama sekali tidak menjejak tanah. Sekitar dua jengkal mengambang seperti terbang. Apakah ia telah mati?
“ Dia belum mati Nak “
Lelaki tua itu mnejawabku, seperti bisa membaca kata hati yang sempat aku lontarkan tadi. Aku menoleh ke arah lelaki tua yang masih bersembunyi di sampingku.
“ Mengapa ia tidak menjejak tanah kek?”
“ Dia lah titisan dari siluman betina itu. Untuk mengalahkannya pun sepertinya aku tidak akan mampu. Aku butuh bantuan mu sekarang”
“ Apa kek? Bantuan?!”
Bantuan apa yang bisa aku lakukan pikir ku. Bertarung dengan mahkluk itu? Sangat tidak mungkin, sama saja menyerahkan nyawa secara gratis. Pertarungan akan berlanjut lagi, akan tetapi ajag jelmaan Nilam tiba –tiba mundur manakala melihat siapa yang berdiri tepat jauh di belakangnya. Memperhatikan setiap gerak –geriknya dengan pandangan matanya yang mencorong dingin.
Ajag raksasa jelmaan Nilam melompat mundur menghampiri perempuan yang baru datang. Mendekam duduk dengan moncong terbuka. Kedua matanya berwarna merah, memancarkan sinar aneh menggidikkan. Lidahnya terjulur basah. Taring dan gigi-giginya besar tajam mengerikan. Sementara darah masih terlihat dari bekas sayatan kuku di pipinya. Meski sayatan itu telah sirna. Suara nafas makhluk ini terdengar memburu.
Ajag jelmaan Dargo menoleh ke samping kanan binatang itu, terlihat satu pemandangan lain. Di bawah sinar bulan purnama tegak seorang perempuan berwajah cantik, mengenakan kemben dan kain panjang halus. Rambutnya yang panjang tergerai lepas di atas bahunya yang putih. Kalau binatang di sampingnya menyorotkan pandangan yang mengerikan sebaliknya perempuan cantik ini tampak tersenyum. Hanya saja di balik senyum itu tersembunyi satu bayangan angker menyeramkan.
“ Kau tidak becus Nilam “
Perempuan muda cantik itu tampak berbicara dengan ajag raksasa yang duduk bersimpuh di sebelahnya. Binatang besar itu hanya menunduk ke bawah seperti tidak berani mengangkat kepalanya. Moncongnya tertutup rapat – rapat.
“ Kau harus menerima hukuman dari ku “
"Ratu! Jangan lakukan itu...Aku minta ampun!" teriak Nilam. Tapi perempuan misterius yang disebut sang Ratu tidak memperdulikan.
Dari mulutnya keluar suara menggembor. Mulutnya terbuka lebar, lidah terjulur panjang, gigi- giginya tiba –tiba bertaring besar runcing bergemeletukan sedang kedua matanya membara merah. Mencorong menakutkan!
Dari mulut perempuan muda yang dipanggil Ratu itu tiba-tiba terdengar suara lolongan keras.
Kedua tangannya dengan cepat memiliki kuku-kuku panjang dan runcing melesat ke depan. Terdengar suara seperti kain dirobek berulang-ulang, dibarengi oleh suara pekik Nilam. Tubuh mahluk ini terhuyung- huyung lalu jatuh ke tanah dengan suara berdebum.
Aku memandang tak berkesiap ke depan. Tengkuk ku mengkirik. Sosok tubuh Nilam yang masih dalam bentuk ajag raksasa itu tampak mandi darah. Muka, dada dan perutnya sampai ke paha penuh robekan- robekan mengerikan! Dan puncaknya Sang Ratu membetot putus kepala ajag jelmaan Nilam dari lehernya.
Di hadapannya Sang Ratu tampak tegak dengan tangan basah oleh darah. Kedua matanya diarahkan sesaat pada ajag jelmaan Dargo yang masih berdiri tegak di seberang sana. Tiba-tiba dia pukulkan tangan kanannya seraya berteriak.
"Mahluk tak berguna! Pergi kau ke alam lain!"
Serangkum asap hitam menderu dari tangan kanan sang Ratu, menghantam sosok tubuh Nilam yang sudah tanpa kepala di bawah pohon. Tubuh itu lenyap ditelan asap disertai terdengarnya suara letusan keras. Terdengar suara jerit! Suara jeritan manusia. Ketika asap hitam pupus, sosok tubuh Nilam tak tampak lagi di tempatnya terbujur semula!
“ Dan sekarang giliran mu Dargo. Anak cucu Randu Alas akan aku tumpas malam ini “
“ Mana Randu Alas, aku tahu dia masih hidup. Datang kemari!dasar pengecut! Jangan hanya anak cucunya yang datang menyerahkan nyawa secara cuma –cuma kepadaku “
Setelah berkata seperti itu dari mulutnya menderu lidah api, menyambar ke arah ajag jelmaan Dargo. Tahu bahaya mengancam nyawa, ajag itu berkelit menghindari semburan lidah api.
Melihat serangannya gagal sang Ratu menggereng marah. Dia membalik dan kembali menyerang. Satu terkaman menderu dengan cepat. Dargo membuang diri ke samping. Terkaman kuku tajam itu lewat sejengkal dari batang lehernya.
Sang Ratu tiba-tiba tertawa mengekeh.
“ Kau tertipu jahanam! Tamat riwayatmu sekarang!”
Sang Ratu melompat beberapa tombak ke atas. Tiba –tiba dengan cepat titisan siluman ajag itu menyemburkan api dari mulutnya.
“Seerrrrr. Seerrrrr. Seerrrrr!”
Kobaran api ganas itu muncrat keluar. Dargo terpekik dalam lolongan yang panjang. Dia sama sekali tidak menyangka. Saat itu tak ada kesempatan untuk mengelak. Kalaupun dia mampu menghindar tetap saja sebagian wajah dan bahu kirinya akan terbakar!
Pada saat yang genting itu tiba-tiba dari balik sebatang pohon besar menderu satu serangan sedahsyat topan. Tubuh Dargo yang masih berwujud ajag terpelanting ke kiri dan jatuh ke tanah. Beberapa lidah api lewat di atas kepalanya. Beberapa helai bulunya hangus terbakar. Di sebelah sana Ratu berseru kaget ketika tiba-tiba ada yang menyerangnya dengan sangat cepat.
User telah dihapus dan 10 lainnya memberi reputasi
11
Kutip
Balas