- Beranda
- Stories from the Heart
SURYA Dikala SENJA (Horor, Komedi)
...
TS
ayahnyabinbun
SURYA Dikala SENJA (Horor, Komedi)

Assalamualaikum semua.
Ini hanya goresan tinta imajinasi seorang lelaki tua yang telat menemukan hasratnya dalam hal menulis.
No Junk.
No Spam.
Pokoknya ikuti Rules dari Kaskus ya.
Cerita ini murni Fiksi, jadi kalau ada kesamaan nama tokoh dan tempat mohon di maklumi.
Terakhir.
Selamat menikmati bacaan ringan ini.
Spoiler for Prolog:
-Jakarta-
UGD RS di jakarta.
"Bagaimana istri saya sus!? " tanya seorang pria kepada suster yang baru saja keluar dari ruang UGD.
"Maaf pak masih kritis saya tidak bisa memberitahu lebih rinci kondisi istri bapak, itu wewenang dokter," jawab suster cepat kemudian dia berlalu meninggalkan lelaki itu.
Lelaki itu pun bersandar di tembok rumah sakit, raut mukanya terlihat lemas dan pucat kedua tangannya gemetar tatkala menutup wajahnya.
"Maafkan aku Naura, hiks, maafkan aku, " gumam lelaki itu sambil terisak menangis tersedu-sedu.
Seberkas cahaya membentuk sosok manusia berjongkok di depan lelaki itu, "jangan menangis sayang, ini memang sudah waktuku, jaga anak kita ya, dia ganteng seperti kamu, cup. " seru sesosok cahaya tersebut sambil mencium kening sang lelaki, dan cahaya itu pun berlalu bersama sesosok laki-laki berjubah putih yang menemaninya.
Lelaki itu mengangguk lesu sambil tersenyum tipis, melihat ruh istrinya menghilang menuju ufuk matahari dikala senja.
"Krieeek" suara pintu UGD terbuka, keluar seorang dokter dan beberapa suster menggendong seorang bayi.
"Pak Bagas, bayi bapak kami bersihkan dulu di ruang bayi ya pak, dokter ingin bicara dengan bapak," jawab suster dengan lemah lembut ke lelaki itu.
Lelaki itu pun berdiri, berjalan pelan menuju dokter yang menundukkan kepala di depan lelaki itu, gurat penyesalan terlihat dari wajah sang dokter.
"Sudah tidak apa-apa dok, saya sudah tahu, sehebat apapun anda tidak bisa melawan takdir, " jawab lelaki itu sambil menepuk pundak sang dokter.
"Ba-bagaimana bapak bisa tahu!? " jawab dokter dengan rona kebingungan.
Lelaki itu kemudian berlalu menuju ruangan bayi, langkah demi langkah terasa berat, tangisan tak terbendung dari kedua matanya, lelaki itu memukul-mukul dadanya agar menyisakan kelegaan saat ia bernafas.
"OOOEeeeK...OOOEEEEK...OOOEEEK," seketika tangis bayi memecah kesunyian lorong rumah sakit, lelaki itu mempercepat langkah demi langkahnya, terlihat seorang bayi sedang di gendong suster, menangis dengan kencangnya.
"Silakan pak di gendong anaknya, sudah saya bersihkan dedek bayinya," jawab suster ke lelaki itu.
Sang lelaki menerima si bayi dari tangan suster, menggendong dengan penuh kehati-hatian, sang bayi yang tadi menangis kencang seketika terdiam di pelukan lembut sang ayah.
"Mau di beri nama siapa pak bayinya?" tanya suster.
"Surya, Surya dikala senja. " jawab bapak Bagas lirih.
Spoiler for Chapter 1 : sang Surya:
Jakarta, 2018.
"TENG!! TENG!! TENG!!" bunyi bel terdengar hingga ujung jalan setapak depan sebuah sekolah, segerombolan anak tunggang langgang berlarian menuju gerbang sekolah tersebut.
Pak Kusni penjaga sekolah, merangkap satpam, merangkap manusia terlihat mendorong gerbang dengan kepayahan, faktor usia seperti menggerogoti tenaganya yang dulu seperti kuda jantan, nafasnya terdengar mengebu-gebu seperti pemain film erotis tahun 80an, padahal gerbang sekolahnya hanya ada satu, bayangkan bila sekolah ini memiliki 7 gerbang layaknya pintu neraka, mungkin senin beliau sudah di kebumikan.
Dari ufuk timur terdengar suara dengan lantang.
"HEI KUSNI!!! HENTIKAN!!! GUA MASIH MAU SEKOLAH KUSNI!!!"
Remaja itu berlari bersama gerombolan murid yang telat bagai babi hutan.
Pak Kusni yang sedang mendorong gerbang terdiam sesaat, lalu melihat asal suara tersebut, matanya melotot melihat remaja tersebut berlari seperti maling BH yang dikejar warga, dengan sisa tenaga tuanya di dorong gerbang itu dengan tergesa-gesa,
"bocah sialan itu tak boleh masuk..! TIDAK BOLEH MASUK..! YOU SHALL NOT PASS..!" gumam lelaki tua itu sambil mengutip kata-kata Gandalf Lord Of The Ring.
"SIALAN KAU KUSNI! GUA TIDAK AKAN KALAH DENGAN TUA BANGKA MACAM KAU KUSNI!!" teriak lagi remaja itu dengan lantang, langkah kakinya semakin kencang ia sampai lupa resleting celananya masih menganga memberikan sensasi cooling breeze di sekujur pangkal pahanya.
Mendengar itu Kusni geram, ia semakin menggebu-gebu mendorong gerbang, akan tetapi, "KREEK!!" suara tulang bergeser bersua, teriakan tertahan mengema di kalbu Kusni.
"AAARRRGGHH!! AMPUN GUSTI!! PINGGANGKU!!" sakit encok strata tiga Kusni kambuh, tubuh kusni tertahan gerbang, tanpa adanya gerbang mungkin tubuh Kusni akan tersungkur ke tanah, ada hubungan simbiosis mutualisme yang ironis antara Kusni dan gerbang.
"Pagi beh, kambuh?! AHAAY!" ejek remaja itu ke pak Kusni sambil berlenggang menuju kelas.
Sakit, malu, vertigo menjadi satu, itulah yang di rasakan Kusni sekarang, melihat murid itu berlalu membuat matanya berkaca-kaca seutas kata terucap dari bibir Kusni.
"Dasar bocah KAMPRET!!" Kusni tertahan mematung sambil menggenggam gerbang sekolah yang masih seperempat terbuka.
Kelas 2-A sudah di penuhi manusia-manusia unggulan, datang setiap pagi untuk mencari ilmu, bersiap-siap menatap masa depan dengan penuh harapan cemerlang, di belakang dua insan lelaki saling bercakap.
"Cok, film bokep yang kemaren elu kirim crash, kirim lagi dong bro," celoteh Bambang ke Ucok di baris belakang.
"BAH!! Handphone kau saza yang zadul Bams, buktinya zalan-zalan zaja tuh di hp ku, makanya beli hape zangan di pasar malam lai," jawab Ucok dengan logat medannya yang kental, sungguh percakapan yang menginspirasi kaum muda mudi INDONESIA.
"Eh eh eh, guru guru guru!" riuh anak-anak kelas 2-a, sesosok lelaki tinggi, atletis nan tampan terlihat di depan pintu, kemudian berlalu, berganti menjadi lelaki pendek, tambun dengan kepala botak di tengah layaknya lapangan bola, sekilas adegan tadi seperti iklan L-men yang gagal.
Pak Hartono masuk ke dalam kelas, melihat sekeliling kelas sambil menyapa.
"Pagi anak-anak!!", sapa pak Hartono.
"PAGI PAK GURUUU!!" Jawab murid-murid dengan serentak dan kompak.
Tiba-tiba seorang anak berdiri di depan pintu kelas, wajahnya terlihat kecapaian dan pucat.
"Yaaah! Telat!" ujar anak itu, pak Hartono menelisik dengan teliti anak yang terlambat itu, kemudian berujar "hei kamu! Berani kamu telat di jam saya! Kesini kamu!" perintah pak Hartono dengan galaknya, anak itu pun maju dengan perlahan, kepalanya menunduk malu tidak bisa menatap pak Hartono, "Push up 25 kali! Jikalau tidak sanggup silakan keluar kelas saya!!" ujar pak Hartono dengan tegas, ketika anak itu mengambil ancang-ancang untuk melakukan push up, sesosok mahkluk mengintip dari balik jendela di barisan pojok kanan belakang, matanya nanar namun tajam melihat situasi kelas.
"oke situasi aman," ujarnya dengan percaya diri, dengan mode silent ia menyelundupkan tasnya dari balik jendela menuju bangku belajar, lalu ia merangsek masuk dari celah jendela, bak ular kadut dengan licinnya ia masuk melewati celah lumayan sempit itu, setengah badannya sudah masuk ke dalam ruang kelas, tangan kirinya menyentuh meja kemudian ia mendorong sisa tubuhnya melalui tembok menggunakan tangan kanan, dengan sangat cepat dan tanpa satu makhluk pun mengetahui ia sudah masuk ke dalam kelas, dengan posisi menungging di atas meja, misi pun berhasil, ia turun dari meja kemudian menikmati pemandangan Budi yang sedang push up.
"Budi, terima kasih ya, tanpa elu sebagai pengalih perhatian gua ngak bisa sampai di dalam kelas, Budi, kamu, numero uno," gumam pria itu di dalam hati.
Iya, pria itu tidak lain dan tidak bukan adalah Surya, anak dari bapak Bagas prakasa yang kalian liat kisah pilunya di prolog, anak ini tumbuh besar menjadi sosok lelaki tampan, pintar dan soleh, itu hanya menurut penuturan bapaknya sendiri.
Push up Budi sudah berada di angka 23 kali, keringat bercucuran dari kening sampai badan Budi, bahkan sampai muncul bercak basah di daerah selangkangannya, pergelangan tangannya mulai goyah, lututnya bergetar 4,5 skala richter, tubuh yang di rancang untuk main warnet seharian itu tidak mampu menerima push up lebih dari 20 kali.
"Pak, sudah ya pak, saya sudah tidak sanggup," nego Budi ke pak Hartono.
Pak Hartono sedikit terenyuh melihat Budi yang kecapaian, "aduh, kasihan kamu nak, ya sudah … tambah lima lagi push upnya, biar genap jadi 30," tutur pak Hartono dengan melepas topeng kesedihannya, mata Budi nanar namun kosong menatap lantai, terlihat raut penyesalan teramat sangat dari wajah Budi.
Pak Hartono mulai menuju meja ia mengambil daftar absensi lalu mulai mengabsen satu per satu muridnya, dimulai dari Ani, Deni dan seterusnya, murid-murid saling bersahutan saat nama mereka disebut pak Hartono, ketika mulut pak Hartono menyebut nama Surya, "HADIR PAK..!" sahut seseorang pemuda dari belakang dengan lantang.
Seisi kelas kaget, terperanga sambil menganga melihat Surya sudah di dalam kelas, pertanyaan dan praduga berkecamuk di hati mereka.
"Bagaimana ia bisa masuk!?"
"Sejak kapan ia ada di kelas?!"
"Kenapa aku ada di kelas ini!!" gumam Ari yang seharusnya masuk kelas 2-d.
semua perhatian itu berbanding terbalik dengan kondisi Budi yang tanpa perhatian satupun dari teman-temannya.
"Sakit, banget, tapi tak berdarah, sungguh biadab temen-temen gua, kata mereka kita teman sejati, selalu di hati, HILIH KINTHIL!!" ujar Budi di dalam hati kesal dengan teman-temannya.
Pelajaran berjalan setelah sesi absensi, pak Hartono mulai menjelaskan di depan kelas, suasana hening terasa, murid-murid mulai mendengarkan dengan seksama, kecuali Surya yang sedang terlelap di mejanya, posisinya yang berada paling belakang dan di tutupi Bambang yang jangkung dan Ucok yang bulat menjadikan tempat duduknya seperti vila di puncak, tempat paling nyaman untuk beristirahat.
"TOK TOK TOK TOK" bunyi ketukan pintu memecah keheningan kelas, pak Zul sang kepala sekolah sedang berdiri dengan seorang gadis cantik nan manis di sebelahnya, "pagi pak, maaf ganggu kelasnya, ini ada murid baru kelas 2-a," ujar pak Zul, "oh iya pak, silakan neng masuk, perkenalkan diri dulu sama teman yang lain," jawab pak Hartono sambil mempersilakan gadis itu masuk.
Sesosok gadis manis memakai hijab putih berjalan perlahan menuju depan kelas, wajah manisnya terlihat malu-malu ketika bertatap muka dengan murid-murid kelas 2-A, "pagi semua, nama aku Naura kelana subhi, panggil saja Naura," jawab Naura sambil tersenyum simpul memperlihatkan lesung pipinya, seketika itu juga rentetan panah asmara menusuk hati para lelaki di kelas 2-A, kecuali Surya yang sedang berkelana di pulau kapuk dan para murid perempuan yang menunjukkan ekspresi tersaingi secara jasmani dan rohani.
"kamu duduk di belakang ya nak Naura, soalnya bangku yang kosong cuman ada di sebelah sana, " ujar pak Hartono sambil menunjuk bangku disebelah Surya.
Naura pun berjalan menuju bangkunya, diiringi tatapan nakal murid laki-laki di kelas itu, ia kemudian duduk sambil mulai mengeluarkan peralatan belajarnya.
Bambang dan Ucok yang duduk di depan Naura pun sontak membalikkan badan untuk berkenalan.
"Hai Naura, namanya cantik secantik orangnya," puji Bambang dengan gaya sok coolnya.
"hei Naura, cantik kali kau, nanti pulang ku antar pakai motor ninja ku mau tak?" goda Ucok sambil menyisir jambul khatulistiwa miliknya.
Melihat gelagat kedua lelaki di depannya naura langsung ilfeel stadium akhir, didalam hatinya ia berteriak "TIDAAAAAAK..!" akan tetapi Naura hanya membalas dengan senyum malu tapi palsu ke kedua orang utan itu.
"ikh amit-amit jabang bayi, masa hari pertama di sekolah baru gua udah di godain cowok alay macem keset kayak gini, Ya tuhan salah apa hambamu ini, " ketus Naura di dalam hati.
"Jangan di anggap serius, mereka cuman bercanda."
"DEG...!!"
Rona wajah Naura terlihat terkejut, sebuah telepati terkirim langsung menuju fikirannya, ia mencari sumber telepati itu, dan matanya tertuju pada punggung lelaki teman sebangkunya, Surya.
Spoiler for Index:
PART 1
CHAPTER 1
CHAPTER 2
CHAPTER 3
CHAPTER 4
CHAPTER 5
CHAPTER 6
CHAPTER 7
CHAPTER 8
CHAPTER 9
CHAPTER 10
CHAPTER 11
CHAPTER 12
CHAPTER 13
CHAPTER 14
CHAPTER 15
CHAPTER 16
CHAPTER 17
CHAPTER 18
CHAPTER 19
CHAPTER 20
CHAPTER 21
CHAPTER 22
CHAPTER 23
CHAPTER 24
CHAPTER 25
CHAPTER 26
CHAPTER 27
CHAPTER 28
CHAPTER 29
CHAPTER 30
PART 2
CHAPTER 2.1
CHAPTER 2.2
CHAPTER 2.3
CHAPTER 2.4
CHAPTER 2.5
CHAPTER 2.6
CHAPTER 2.7
CHAPTER 2.8
CHAPTER 2.9
CHAPTER 2.10
CHAPTER 2.11
CHAPTER 2.12
CHAPTER 2.13
CHAPTER 2.14
CHAPTER 2.15
CHAPTER 2.16
CHAPTER 2.17
CHAPTER 2.18
CHAPTER 2.19
CHAPTER 2.20
CHAPTER 2.21
CHAPTER 2.22
CHAPTER 2.23
CHAPTER 2.24
CHAPTER 2.25
CHAPTER 2.26
CHAPTER 2.27
CHAPTER 2.28
CHAPTER 2.29
Diubah oleh ayahnyabinbun 29-05-2022 00:42
namakuve dan 116 lainnya memberi reputasi
115
161.2K
Kutip
916
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
ayahnyabinbun
#73
Kunjungan
Spoiler for :
Klinik Sehat bersama, klinik masyarakat yang terletak di bilangan Jakarta selatan yang biasanya sepi seketika riuh ramai di kunjungi dua remaja berseragam anak sekolahan yang hendak menengok temannya.
"BAAH..! bohonglah kau Sur! Tak mungkin lah kau lupa di bacok begal...! Ini di bacok, bukan bayar gorengan di kang Jono...!" teriak Ucok geram.
"Beneran Cok, gua lupa sumpah, kata dokter gua ini tuh kena penyakit hilang ingatan, kalo kagak salah namanya amnerika," jawab Surya dengan penuh percaya diri.
"Amnesia panjul...!" sanggah Bambang yang sedang sibuk membaca brosur klinik.
"Itu kan penyakit dalam negeri, kalo gua udah nyampe luar negeri Bams, makanya disebut amnerika, penyakit import," seru Surya sombong.
"Serah kang cilok dah...!"
"Baah, lalu zelaskan mengapa kau bisa di zenguk Naura duluan, kau ada main ya sama dia? Tak kuduga kau, incaran aku kau embat juga," tanya Ucok sambil berdecak pinggang.
"Lah terus Susi, Rina, Wati, Denada dan masih banyak lagi incaran elu mau di kemanain kura?" tanya Bambang senewen dengan ujaran temannya tersebut.
"Bah, mereka hanya remah-remah kue nastar di toples hatiku, sedangkan Naura itu bagai ikan kakap di antara teri-teri receh di kelas kita."
"HALAH OTAK SEMVAK ENTE COK...!," teriak Bambang.
"Diam kau Bams, jika kau tidak mengerti duduk permasalahannya tak perlulah kau nimbrung pembicaraan aku dan Surya, this is guys talk you know," sanggah Ucok sok inggris.
"Sok lu pake bahasa inggris, selama J sama Z masih ketuker jangan sok pake bahasa asing Cok..!"
"Preeet lah kau Bams, tak terima kali kau."
"Gyahahahaha, aduh perut gua sakit, lu berdua kaya anjing sama kucing tau gak, kagak pernah rukun," celoteh Surya.
"Nah elu tikusnya Sur, pas tuh trimasketir yang kayak di Tom and Derry," jawab Bambang.
"Jerry panjul, JERRY...!" jelas Surya tak kalah geran dengan ujaran Bambang.
-Kriek-
"Permisi mas-mas sekalian, waktu jenguk sudah habis," kata perawat cantik yang hendak masuk ke dalam ruangan.
Surya terdiam memandangi dengan seksama sang perawat, sedangkan Bambang dan Ucok tertegun melihat sang perawat, seorang perempuan cantik nan seksi berdiri persis di depan daun pintu.
"Wow, ini seleraku, gurih hingga ke tulang," lirih Bambang.
"Hhmmm, incaran ku selanjutnya lai," balas Ucok.
Surya masih terdiam memandangi sang perawat yang sudah memasuki ruangan.
"Bam, Cok, kalian bukannya sudah waktunya pulang? Sepertinya jam jenguk sudah habis," kata Surya datar mengisyaratkan sesuatu ke Bambang dan Ucok.
Bambang dan Ucok mengerti isyarat Surya kemudian berlalu melewati sang perawat yang membelakangi mereka tanpa mengucapkan sepatah katapun.
-Brak-
-Srek-
-Srek-
Pintu tertutup secara tiba-tiba, tirai di jendela tertutup juga secara bersama-sama, tidak ada cahaya mentari lagi yang bersinar di dalam ruangan Surya berada, yang ada hanya udara dingin yang datang entah dari mana, dan bau anyir darah yang kian kuat tercium indera penciuman Surya.
"Untuk orang yang memiliki ilmu hitam anda sangat berani muncul di siang buta seperti ini," seru Surya kepada sosok yang menyerupai perawat tersebut yang sedang membelakanginya.
"Hehehehe, kau langsung tahu ya? kehebatanmu memang tidak di ragukan lagi Surya."
Sang wanita terlihat membenarkan posisi bunga di meja, seketika bunga yang ia pegang menjadi layu kering kerontang, seakan saripati kehidupan dari bunga tersebut di hisap oleh sang perawat.
"Ada perlu apa dan siapa engkau sebenarnya wahai budak setan?" tanya Surya.
"Tidak sopan, seperti itukah caramu menyambut nenekmu tercinta yang sudah lama tidak bertemu cucunya," jawab sang wanita tanpa memperlihatkan wajahnya.
"Nenek?! Maaf sepertinya anda salah orang, nenek saya sudah lama mening.."
"Meninggal terbakar di rumahnya, itu kata Bagas bukan? setelah ibumu meninggal ia telah kabur bersama dirimu dan tak pernah terdengar lagi kabarnya, tapi itu masa lalu, sekarang hanya ada masa depan di depan kita, iyakan?"
"Jikalau engkau nenekku, sebutkan nama lengkap ibuku,"
"Naura, Naura Agatha lingga."
Surya mengkerutkan dahinya, matanya melotot rona terkejut tersirat dari wajahnya.
"Sekarang engkau percaya cucuku?" sang wanita membalikkan tubuhnya sekarang ia bertatap muka dengan Surya.
"Sepertinya Jagal terlalu bersemangat menghadapimu sehingga kau terkapar di klinik menyedihkan ini."
"Cih, lain kali kirimkan cecungukmu menghadapiku bukannya malah Senja akan ku pastikan mereka menyesal bertemu denganku."
"Akanku catat itu Surya, bagaimana kabar ayahmu, masih menjadi seorang pengecut?"
"Hhahahaha, semua orang pasti akan lari jika memiliki mertua utusan iblis sepertimu."
"Hmhehahahahaha... Sangat lucu Surya, sangat lucu, akan kita lihat siapa yang tertawa terakhir."
"Kau sangat percaya diri sekali nenek tua, apa kau bisa tertawa selantang itu di neraka?"
"Kau memang benar-benar lancang, perlu di ajarkan sopan san..."
Kata-kata wanita itu terhenti setelah melihat energi sukma Surya yang berpendar layaknya sayap malaikat di belakang tubuhnya.
"Kenapa berhenti, takut? Ku kira kau akan mengajarkanku sopan santun, sudah aku katakan sebelumnya," Surya menghirup nafas dalam-dalam dan bersuara "akan ku pastikan kau dan cecungukmu akan menyesal melawanku."
"Hmhahahhahahaha, jikalau ku ingin kau sudah mati sedari tadi bocah, tubuhmu terlalu berharga untuk ku habisi sekarang, aku membutuhkan sesuatu yang ada di dalam tubuh kalian, dan ku ingatkan kepada mu Surya, Jangan halangi jalan ku atau kau akan menyesal."
Wanita itu beranjak pergi meninggalkan Surya sendirian di dalam kamar rawatnya, selang beberapa menit Bagas datang ke klinik dan langsung menuju ruang rawat Surya.
"Assalamuallaikum," sapa Bagas ketika hendak masuk ke ruang rawat Surya.
"Wa'allaikumsalam," jawab Surya pelan.
"Kamu sudah makan, nanti minum obat sam..."
"Tadi nenek kesini."
"Nenek?"
"Nenek Evelins."
-PRAANG-
Piring buah terjatuh seketika Surya menyebut nama itu.
BERSAMBUNG..
"BAAH..! bohonglah kau Sur! Tak mungkin lah kau lupa di bacok begal...! Ini di bacok, bukan bayar gorengan di kang Jono...!" teriak Ucok geram.
"Beneran Cok, gua lupa sumpah, kata dokter gua ini tuh kena penyakit hilang ingatan, kalo kagak salah namanya amnerika," jawab Surya dengan penuh percaya diri.
"Amnesia panjul...!" sanggah Bambang yang sedang sibuk membaca brosur klinik.
"Itu kan penyakit dalam negeri, kalo gua udah nyampe luar negeri Bams, makanya disebut amnerika, penyakit import," seru Surya sombong.
"Serah kang cilok dah...!"
"Baah, lalu zelaskan mengapa kau bisa di zenguk Naura duluan, kau ada main ya sama dia? Tak kuduga kau, incaran aku kau embat juga," tanya Ucok sambil berdecak pinggang.
"Lah terus Susi, Rina, Wati, Denada dan masih banyak lagi incaran elu mau di kemanain kura?" tanya Bambang senewen dengan ujaran temannya tersebut.
"Bah, mereka hanya remah-remah kue nastar di toples hatiku, sedangkan Naura itu bagai ikan kakap di antara teri-teri receh di kelas kita."
"HALAH OTAK SEMVAK ENTE COK...!," teriak Bambang.
"Diam kau Bams, jika kau tidak mengerti duduk permasalahannya tak perlulah kau nimbrung pembicaraan aku dan Surya, this is guys talk you know," sanggah Ucok sok inggris.
"Sok lu pake bahasa inggris, selama J sama Z masih ketuker jangan sok pake bahasa asing Cok..!"
"Preeet lah kau Bams, tak terima kali kau."
"Gyahahahaha, aduh perut gua sakit, lu berdua kaya anjing sama kucing tau gak, kagak pernah rukun," celoteh Surya.
"Nah elu tikusnya Sur, pas tuh trimasketir yang kayak di Tom and Derry," jawab Bambang.
"Jerry panjul, JERRY...!" jelas Surya tak kalah geran dengan ujaran Bambang.
-Kriek-
"Permisi mas-mas sekalian, waktu jenguk sudah habis," kata perawat cantik yang hendak masuk ke dalam ruangan.
Surya terdiam memandangi dengan seksama sang perawat, sedangkan Bambang dan Ucok tertegun melihat sang perawat, seorang perempuan cantik nan seksi berdiri persis di depan daun pintu.
"Wow, ini seleraku, gurih hingga ke tulang," lirih Bambang.
"Hhmmm, incaran ku selanjutnya lai," balas Ucok.
Surya masih terdiam memandangi sang perawat yang sudah memasuki ruangan.
"Bam, Cok, kalian bukannya sudah waktunya pulang? Sepertinya jam jenguk sudah habis," kata Surya datar mengisyaratkan sesuatu ke Bambang dan Ucok.
Bambang dan Ucok mengerti isyarat Surya kemudian berlalu melewati sang perawat yang membelakangi mereka tanpa mengucapkan sepatah katapun.
-Brak-
-Srek-
-Srek-
Pintu tertutup secara tiba-tiba, tirai di jendela tertutup juga secara bersama-sama, tidak ada cahaya mentari lagi yang bersinar di dalam ruangan Surya berada, yang ada hanya udara dingin yang datang entah dari mana, dan bau anyir darah yang kian kuat tercium indera penciuman Surya.
"Untuk orang yang memiliki ilmu hitam anda sangat berani muncul di siang buta seperti ini," seru Surya kepada sosok yang menyerupai perawat tersebut yang sedang membelakanginya.
"Hehehehe, kau langsung tahu ya? kehebatanmu memang tidak di ragukan lagi Surya."
Sang wanita terlihat membenarkan posisi bunga di meja, seketika bunga yang ia pegang menjadi layu kering kerontang, seakan saripati kehidupan dari bunga tersebut di hisap oleh sang perawat.
"Ada perlu apa dan siapa engkau sebenarnya wahai budak setan?" tanya Surya.
"Tidak sopan, seperti itukah caramu menyambut nenekmu tercinta yang sudah lama tidak bertemu cucunya," jawab sang wanita tanpa memperlihatkan wajahnya.
"Nenek?! Maaf sepertinya anda salah orang, nenek saya sudah lama mening.."
"Meninggal terbakar di rumahnya, itu kata Bagas bukan? setelah ibumu meninggal ia telah kabur bersama dirimu dan tak pernah terdengar lagi kabarnya, tapi itu masa lalu, sekarang hanya ada masa depan di depan kita, iyakan?"
"Jikalau engkau nenekku, sebutkan nama lengkap ibuku,"
"Naura, Naura Agatha lingga."
Surya mengkerutkan dahinya, matanya melotot rona terkejut tersirat dari wajahnya.
"Sekarang engkau percaya cucuku?" sang wanita membalikkan tubuhnya sekarang ia bertatap muka dengan Surya.
"Sepertinya Jagal terlalu bersemangat menghadapimu sehingga kau terkapar di klinik menyedihkan ini."
"Cih, lain kali kirimkan cecungukmu menghadapiku bukannya malah Senja akan ku pastikan mereka menyesal bertemu denganku."
"Akanku catat itu Surya, bagaimana kabar ayahmu, masih menjadi seorang pengecut?"
"Hhahahaha, semua orang pasti akan lari jika memiliki mertua utusan iblis sepertimu."
"Hmhehahahahaha... Sangat lucu Surya, sangat lucu, akan kita lihat siapa yang tertawa terakhir."
"Kau sangat percaya diri sekali nenek tua, apa kau bisa tertawa selantang itu di neraka?"
"Kau memang benar-benar lancang, perlu di ajarkan sopan san..."
Kata-kata wanita itu terhenti setelah melihat energi sukma Surya yang berpendar layaknya sayap malaikat di belakang tubuhnya.
"Kenapa berhenti, takut? Ku kira kau akan mengajarkanku sopan santun, sudah aku katakan sebelumnya," Surya menghirup nafas dalam-dalam dan bersuara "akan ku pastikan kau dan cecungukmu akan menyesal melawanku."
"Hmhahahhahahaha, jikalau ku ingin kau sudah mati sedari tadi bocah, tubuhmu terlalu berharga untuk ku habisi sekarang, aku membutuhkan sesuatu yang ada di dalam tubuh kalian, dan ku ingatkan kepada mu Surya, Jangan halangi jalan ku atau kau akan menyesal."
Wanita itu beranjak pergi meninggalkan Surya sendirian di dalam kamar rawatnya, selang beberapa menit Bagas datang ke klinik dan langsung menuju ruang rawat Surya.
"Assalamuallaikum," sapa Bagas ketika hendak masuk ke ruang rawat Surya.
"Wa'allaikumsalam," jawab Surya pelan.
"Kamu sudah makan, nanti minum obat sam..."
"Tadi nenek kesini."
"Nenek?"
"Nenek Evelins."
-PRAANG-
Piring buah terjatuh seketika Surya menyebut nama itu.
BERSAMBUNG..
Diubah oleh ayahnyabinbun 22-11-2018 10:30
namakuve dan 20 lainnya memberi reputasi
21
Kutip
Balas