Kaskus

Story

MartincorpAvatar border
TS
Martincorp
[TAMAT] PACARKU KUNTILANAK
[TAMAT] PACARKU KUNTILANAK


[TAMAT] PACARKU KUNTILANAK


[TAMAT] PACARKU KUNTILANAK


Sebelumnya ane Mohon izin kepada para sesepuh di Forum SFTH, ane mau sharing cerita fiksi yang ane dapet dari wangsit di alam mimpi semalem berhubung kisah hidup ane nggak menarik buat di share jadi ane share cerita fiksi. 
ane mohon maaf juga bila ada kata-kata yang tidak berkenan di hati agan-agan yang baik dan penulisan yang berantakan karena ini pertama kalinya ane menulis wangsit yang ane terima ke dalam sebuah karya tulis.
Spoiler for Sinopsis:



Spoiler for INDEX:


Spoiler for Penampakan:



Mohon Commentnya ya gan, biar ane semangat Update wangsit nya emoticon-Blue Guy Peace
emoticon-Blue Guy Peace emoticon-Blue Guy Peace emoticon-Blue Guy Peace emoticon-Blue Guy Peace

Ane mau ngucapin terima kasih banyak buat Agan-agan yang baik hati yang udah ngasih Cendol Manis, Semoga Rezeki Agan-agan yang baik hati semakin Berlimpah ......emoticon-thumbsup emoticon-Salaman emoticon-Smilie emoticon-Smilie emoticon-Smilie
[TAMAT] PACARKU KUNTILANAK
[TAMAT] PACARKU KUNTILANAK

Akhirnya kisah ini selesai dengan meninggalkan banyak misteri yang belum terkuak, untuk itu nantikan kisah selanjutnya di novel lanjutan cerita ini
Spoiler for Sudah Terbit:


Follow Instagram Martincorp_Official di : Martincorp69

Kunjungi juga Wattpad ane di Link : PACARKU KUNTILANAK
Polling
0 suara
Siapakh Karakter Favorit Agan ?
Diubah oleh Martincorp 09-01-2020 12:25
habibhievAvatar border
aji601602662Avatar border
dukronisirya115Avatar border
dukronisirya115 dan 260 lainnya memberi reputasi
247
592.1K
2.3K
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.8KAnggota
Tampilkan semua post
MartincorpAvatar border
TS
Martincorp
#122
BAGIAN 20
6 KUNTILANAK

Dua jam sudah Asnawi mengendarai motornya menuju tempat asal Hayati di daerah irigasi Cimanuk. Dia memacu motornya dengan semangat yang berlipat ganda untuk memperbaiki hubungannya dengan Hayati dan membawanya kembali pulang ke kosannya. Dengan perasaan harap-harap cemas dia mulai melewati jalanan yang sangat sepi menuju ke daerah irigasi itu. Kali ini tidak ada cahaya rembulan yang menerangi Asnawi ketika memasuki kawasan itu, dia mulai melambatkan laju motornya dan sambil mengingat-ingat, dia mencari tempat dimana pertama kali dirinya bertemu dengan Hayati. Dengan keras dia berusaha terus mengingat dan tidak menghiraukan ketakutannya. Akhirnya dia menemukan sebuah pohon besar tempat mereka pertama kali bertemu yang berada di pinggir jalan. Asnawi menghentikan motor dan memarkirkannya di depan pohon itu. Kondisi di sekitar Asnawi sangat gelap sehingga Asnawi menggunakan senter dari smartphonenya. “HAYATI....KAMU DIMANA??” Asnawi berteriak memanggil Hayati sambil berjalan perlahan memasuki wilayah itu hanya dengan penyinaran dari lampu Smartphone. Asnawi berjalan semakin menjauhi tempat dia memarkirkan motor dan mulai masuk ke dalam sebuah tempat yang lebh mirip hutan. Setengah jam sudah Asnawi berkeliling sambil berteriak memanggil Hayati, namun cuma hasil nihil yang diterima, bahkan Smartphonenya mendadak mati karena kehabisan baterai dan cahaya pun lenyap seketika meninggalkan Asnawi sendirian didalam kegelapan malam yang sangat mencekam. Asnawi kemudian duduk di atas tanah sambil merogoh-rogoh saku jaketnya untuk mencari pemantik api . Akhirnya setelah merogoh semua saku jaket dan celana, dia menemukan pemantik api dan langsung menyalakannya. Cahaya remang-remang mulai berpendar dari api yang terpancar dari pemantik api dan langsung kembali menerangi Asnawi terbebas dari kungkungan kegelapan. Asnawi berjalan pelan dan memutar-mutar badan untuk melihat kondisi di sekitarnya. Beberapa saat kemudian dia melihat sebuah sosok perempuan berambut panjang dengan memakai baju gaun putih panjang tengah berjalan dengan posisi memunggungi Asnawi. Sosok perempuan itu berjalan perlahan menjauhi Asnawi. Melihat sosok prempuan itu, Asnawi langsung berlari menghampirinya sambil berteriak-teriak memanggil nama Hayati.
“HAYATI.....HAYATI...akhirnya aku nemuin kamu...maafin aku Hayati...huft..huft” kata Asnawi yang langsung memeluk sosok perempuan itu dai belakang dan menempelkan pipi ke pundaknya. Asnawi merasakan tubuh sosok perempuan itu yang dingin sama seperti Hayati, dia kemudian mengelus-elus dada perempuan itu. “Mas.....mas siapa” tanya perempuan itu. Sontak Asnawi kaget mendengar suara perempuan itu yang berbeda dengan Hayati. Dia langsung melepaskan pelukannya.
“loh ko mas malah ngelepasin aku...hihihihihi” kata perempuan itu yang masih memunggungi Asnawi.
“ siapa kamu...??” tanya Asnawi yag mulai merasakan takut dan mulai menyadari bahwa sosok itu bukan Hayati. Asnawi baru ingat bahwa ketika terakhir bertemu denganya, Hayati tidak memakai baju kuntilanaknya tetapi memakai baju manusia. Tiba-tiba sosok perempuan itu menoleh ke Asnawi dan menunjukan wajah aslinya yang sangat mengerikan. Perempuan berwajah rata, tidak mempunyai mata dan hidung . wajahnya hanya memilik mulut dengan gigi menyerupai gigi gergaji. Perempuan itu tersenyum lebar menyeringai ke Asnawi seperti senyuman seorang psikopat. Asnawi langsung lari setelah meliat wajah Kuntilanak itu. Dengan diterangi oleh cahaya remang-remang dari pemantik api, dia berlari dengan sangat kencang menjauhinya dan semain masuk ke dalam hutan menerjang semak-semak yang cukup tinggi, hingga akhirnya kaki Asnawi tersandung dan jatuh berguling guling ke sebuah turunan kecil. Asnawi terkapar dengan pemantik apinya yang mati, dia berusaha bangkit dan mencoba meyalakan pemantiknya.
Setelah pemantik kembali menyala, Asnawi kaget, ternyata tepat dihadapannya terdapat sebuah bangunan besar yang sangat angker. Bangunan dengan gaya arsitektur belanda ini terlihat sangat tidak terawat dengan kaca jendela yang pecah dan cat tembok yang sudah berlumut. Asnawi lagsung melihat ke arah dirinya jatuh tadi, ternyata Kunti Muka Rata masih mengikutinya, dia langsung kembali berlari menghindari pengejaran Kunti muka rata dan mencoba untuk masuk ke gedung tua itu. Dia mencoba satu persatu pintu masuk yang berjajar banyak di sepanjang dinding depan. Setidaknya ada 4 pintu berukuran kecil yang tersedia, namun semuanya dalam keadaan terkunci dan sampai akhirnya Asnawi sampai ke pintu utama yang berada di bagian tengah gedung, pintu itu berukuran besar. Asnawi mencoba membukanya dan berhasil.
Asnawi masuk melewati pintu besar menuju sebuah koridor yang panjang dan gelap. Dia tidak menutup kembali pintu besar itu supaya dapat mempemudahnya utuk melarikan diri bila bertemu dengan Kunti muka rata. Asnawi berjalan perlahan memasuki koridor gelap itu dengan cahaya dari pemantik api. Kondisi ruang sangat berantakan, banyak bangku dan meja yang sudah lapuk dimakan usia tergeletak begitu saja. Baru sepuluh langkah Asnawi menyusuri koidor itu, tiba-tiba pintu utama menutup dengan suara keras. Asnawi kaget dan langsung menengok ke arah pintu masuk. Dia memperthatikan dengan seksama pintu itu, takutnya kunti muka rata mengikutinya dan menutup pintu itu. Asnawi kemudian melanjutkan perjalanannya menyusuri koridor. Setiap kali dia melangkah selalu terdengar suara seperti benda yang begesekan, dia tidak menghiraukannya dan tetap melanjutkan langkahnya, namun makin lama suara gesekan itu semakin dekat dan serasa benda yang bergesekan itu berada di sebelah kirinya. Akhirnya dia menghentikan langkahnya, dengan tubuh yang gemetaran dan darah yang seakan mendidih karena hawa ketakutan, Asnawi menoleh dengan pelan ke arah pintu masuk. Ternyata tidak ada apa-apa di pintu dan untuk beberapa saat Asnawi mengehela napas leganya, namun tiba-tiba dia merasakan ada sesuatu yang mengenai pundak kirinya, terasa seperti sentuhan sebuah rambut. Dari situ dia kembali ketakutan dan kembali bernapas dengan cepat, kepalanya masih menoleh ke arah kanan karena tidak berani untuk melihat ke arah kiri. Dia mencoba memegang benda yang mirip rambut itu tanpa melihat. Ternyata banda itu adalah memang benar adalah rambut, kemudian Asnawi memberanikan diri untuk menoleh ke arah kiri, ternyata tepat di depan mukanya ada Kuntilanak yang bermuka hangus. Asnawi langsung teriak dan terjengkang saat menghindari kontak dengan kunti muka hangus itu. Seakan kakinya kaku, dia sangat sulit untuk sekedar bangkit. Kunti muka hangus itu menempel dan merayap di dinding, dia terus memandangi Asnawi yang ketakutan parah. Kunti itu mulai bergerak merayap dan mendekati Asnawi. Asnawi langsung berdiri dengan cepat. Dia langsung berlari meloncati bangku-bangku yang berserakan untuk segera menjauhi kunti muka hangus. Asnawi melihat sebuah pintu kecil yang terbuka diujung koridor. Dengan susah payah dan tergesa-gesa, Asnawi melewati bangku-bangku itu untuk mancapai pintu dan akhirnya dia pun sampai. Ketika masuk kedalam ruangan dibalik pintu itu tiba-tiba Asnawi terperosok ke sebuah lubang yang menganga di lantai dan jatuh kedalamnya.
Asnawi jatuh dengan keras dari ketinggan sekitar 5 meter. Tapi dia merasakan keanehan ketika dia membentur lantai, pantatnya sepertinya mengenai suatu benda yang empuk, sehingga dia tidak meraskan sakit akibat jatuh. Pemantik apinya padam dan terjatuh. Dalam keadaan gelap, Asnawi merasa dia duduk di atas benda empuk itu dan dia berusaha menyapu tangannya ke lantai untuk mencari pemantik apinya sambil tetap duduk. Beberapa saat kemudian dia berhasil menemkan pemantik apinya dan menyalakan kembali api. Dia penasaran dengan benda empuk yang didudukinya, dia menoleh ke bawah dengan perlahan. Asnawi melihat sesosok tubuh perempuan yang telungkup dengan Cumiai gaun putih dan berambut panjang. “ASTAGFIRULLAH.....” gumam Asnawi dengan ngeri setelah mengetahui bahwa benda yang didudukinya adalah Kuntilanak. Tiba-tiba dengan kepala kunti itu memutar kebelakang dan menampakkan wajahnya ke Asnawi. Kunti ini tidak mempunyai rahang, sehingga wajahnya hanya terlihat mata, hidung, bibir dan gigi bagian atas, sementara lidahnya tampak panjang dan bergerak-gerak ke arah Asnawi. Seketika Asnawi langsung berdiri dan berlari menjauhi kunti tanpa rahang. Ruangan bawah tanah itu sangat besar. Di dalamnya banyak sekali meja dan kursi yang ditumpuk di kedua belah sisi ruangan, sehingga membentuk suatu celah kecil di tengah ruangan sebagai jalan keluar. Asnawi melewati celah kecil itu dan melihat terdapat 3 buah pintu di ujung ruangan.
Asnawi mencoba membuka pintu pertama yang berada di sebelah kirinya dan terkunci. Begitu juga dengan pintu kedua yang berada di sebelahnya yang terkunci dan akhirnya dia mencoba membuka pintu yang ketiga. Asnawi berhasil membuka pintu ketiga dan langsung melewatinya. Dibalik pintu ketiga ternyata sebuah lorong yang panjang. Asnawi berjalan menelusuri lorong itu untuk mencari ujungnya dan keluar dari bangunan ini, namun baru beberapa langkah, Asnawi kembali terdiam. Dia melihat Kuntilanak yang berjalan mengesot diatas lantai. Kuntilanak ini berambut panjang dan menutupi seluruh wajahnya sampai tidak terlihat. Asnawi kembali lari berbalik arah kembali ke pintu yang tadi, dengan cepat dia membuka pintu itu dan masuk kembali ke ruangan besar yang tadi. Asnawi bersandar di pintu tadi untuk sekedar menghela napas dan dan istirahat sejenak, namun tiba tiba di depan pintu pertama tadi berdiri sesosok kuntilanak yang mamandangi dirinya. Asnawi sempat kaget namun setelah melihat wajahnya yang normal tidak seburuk rupa kuntilanak-kuntilanak sebelumnya. “cukup..cukup..aku sudah lelah daritadi dikejar terus sama kunti” kata Asnawi yang mencoba berkomunikasi ke kunti itu. Tiba tiba kunti itu melesat dengan cepat dan langsung berada di sebelah Asnawi. Kunti itu langsung menyeringai dan menunjukkan taringnya. Asnawi kembali kaget melihat kunti bertaring dan langsung berlari ke arah tempat kunti tanpa rahang berada.
Setelah melewati celah diantara tumpukan bangku, Asnawi tiba di tempat dirinya jatuh. Dia tidak melihat adanya kunti tanpa rahang yang didudukinya tadi dan dia memiliki ide untuk menyusun bangku bangku yang berserakan tadi untuk dipanjati ke arah lubang yang membuat dirinya terperosok. Asnawi menyimpan pemantik apinya di lantai untuk tetap meneranginya, dia mulai mengangkat, menggeser beberapa meja dan menyusunnya sampai menjulang ke atas mendekati lubang. Setelah tumpukan bangku dikirinya tinggi dan memungkinkan untuk dipanjat, Asnawi mulai bersiap. Dia memanjat ke tumpukan itu dengan sangat perlahan karena kondisi bangku-bangku yang sudah lapuk dimakan usia. Pemantik api sengaja disimpan diatas lantai oleh Asnawi dengan tujuan tetap meneranginya ketika memanjat. Tinggi tumpukan bangku hanya 3 meteran, akan tetapi karena dalam keadaan panik, takut dan lelah, Asnawi merasa seperti mendaki sebuah bukit. Tidak lama setelah Asnawi mulai memanjat naik, akhirnya dia sampai di puncak, ternyata jarak antara puncak dengan lubang masuk tadi masih cukup jauh, Asnawi dengan susah payah berusaha menggapai tepian lubang dan hampir jatuh. Tiba-tiba sebuah tangan mengulur ke arah Asnawi dan dengan spontan dia langsung menyambut uluran tangan itu. Namun Asnawi merasa aneh ketika memegang tangan itu, dalam hatinya bertanya-tanya tentang tangan siapakah itu. Perlahan lahan sosok yang mengulurkan tangan itu mulai terlihat jelas terkena pancaran dari cahaya api dari pemantik yang disimpan di lantai. Ternyata sosok itu adalah kuntilanak dengan muka tersayat (Scarface) yang tengah jongkok dan melemparkan sebuah senyuman mengerikan ke Asnawi. Di sebelah kunti muka tersayat berdirilah sang kunti muka rata yang terus-menerus tersenyum menyeringai.
“ANJIIINGGG....!!!” teriak Asnawi yang langsung melepaskan pegangan tangannya dan terjatuh dari tumpukan bangku menuju lantai. Asnawi merasakan sakit dibagian punggung akibat tubuhnya yang terhujam dan membentur keras ke lantai, tapi itu tidak membuatnya berdiam diri sementara kedua kunti mengerikan masih berada di atas dan memeandang Asnawi dengan senyuman horornya. Asnawi langsung berdiri dan berlari ke arah lain di ruangan itu, dia bingung mencari jalan keluar dan berharap menemukannya di sisi lain ruangan itu. Dia berlari dengan sedikit pincang menjauhi tumpukan bangku. Tiba-tiba Asnawi kembali tersandung sesuatu dan terjatuh. Dia berusaha merangkak terus mendekati ujung ruangan yang ternyata sebuah dinding tanpa adanya pintu keluar. Asnawi kemudian duduk dan menghadapkan tubuhnya ke arah dia datang. Dia melihat sesuatu yang membuat dirinya tersandung. Sesuatu itu adalah tubuh kunti tanpa rahang yang tengah tengkurap. Kunti itu kembali memutar kepalanya ke arah Asnawi. Dari atas dinding Asnawi juga melihat kunti bermuka hangus yang menembus tembok dan kemudian merayap mendekati dirinya. Dari kejauhan kunti ngesot dan kunti bertaring juga tengah melayang menghampirinya. Dan yang terakhir kunti bermuka rata dan kunti bermuka tersayat terbang dari lubang dan tiba tiba berdiri dihadapan Asnawi yang tengah terduduk lemah bersandar di dinding. Keenam kuntilanak itu sangat buruk rupa, Asnawi langsung pasrah dengan keadaanya kali ini. Dia tidak tahu harus lari kemana di tengah kepungan para kuntilanak. “FIX gue bakalan di GANGBANG oleh para kunti ini” gumam Asnawi dalam hati yang pasrah.


.......................................

AKU PASRAH ROBERTO............emoticon-Betty

symoel08
senggolbacok83
jamalfirmans282
jamalfirmans282 dan 25 lainnya memberi reputasi
26
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.