Kaskus

Story

chrishanaAvatar border
TS
chrishana
[MATURE / 21+] Burung Kertas Merah Muda 2
[MATURE / 21+] Burung Kertas Merah Muda 2



Quote:


Cerita ini adalah kisah lanjutan dari Burung Kertas Merah Muda. Kalian boleh membaca dari awal atau memulai membaca dari kisah ini. Dengan catatan, kisah ini berkaitan dengan kisah pertama. Saya sangat merekomendasikan untuk membaca dari awal.


Silahkan klik link untuk menuju ke kisah pertama.


Terima kasih.



Spoiler for Perkenalan:


Quote:

Polling
0 suara
Siapakah sosok perempuan yang akan menjadi pendamping setia Rendy?
Diubah oleh chrishana 02-04-2020 09:31
japraha47Avatar border
aripinastiko612Avatar border
jalakhideungAvatar border
jalakhideung dan 59 lainnya memberi reputasi
54
274.3K
981
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.8KAnggota
Tampilkan semua post
chrishanaAvatar border
TS
chrishana
#699
Chapter 46
“Win, menurut kamu gimana?” tanya Rama.

“Gimana apanya, Ram? Gak ngerti aku sama pertanyaanmu.” jawab Winarto.

“Aku suka sama Ratna...” ujar Rama.

“Ya, kalau suka, kamu kejarlah...” ujar Winarto.

“Tapi, sainganku banyak. Bahkan, anak dari rektor kampus juga mengincarnya.” Rama berkata dengan putus asa.

****

Winarto Nugroho dan Ramaditya Aslam, dua orang yang saling bersahabat dari awal memasuki perguruan tinggi yang cukup bergengsi di Jawa Barat. Rama sudah lama megincar seorang perempuan bernama Ratna, mahasiswa dari fakultas ekonomi yang menjadi primadona kampus. Namun, cintanya selalu ditolak oleh Ratna karena Ratna lebih nyaman berteman dengan Rama.

Saat ini, kedua insan manusia yang saling bersahabat tersebut sedang merebahkan tubuhnya di pemantang padang rumput yang hijau. Ditemani oleh sebuah sepeda motor besutan Jepang dengan mesin dengan kapasitas silinder 98cc.
“Kamu pasti punya cara, Ram... Aku yakin...” ujar Winarto seraya membangkitkan tubuhnya.

“Bukannya kamu sudah lama dekat dengan Ratna?” lanjut Winarto.

“Iya sih...” Rama membangunkan diri. “Tapi, aku kerap ditolaknya...” ujarnya.

“Seperti ada yang dia sembunyikan, Win...” lanjut Rama.

“Ah, perasaanmu saja... Ayo, kita pulang... Tugas kuliah menumpuk...” ajak Winarto.

“Maaf, Rama... Aku belum bisa menceritakan semua...” ujar Winarto dalam hati.

****

Suara mesin dari motor 2 tak terdengar di depan rumah Rama. Di sana sudah ada Winarto yang memarkirkan sepeda motornya di depan pagar. Menunggu sahabatnya, Rama, untuk pergi menuju perguruan tinggi di mana mereka menuntut ilmu.

Suasana pagi di kota ini sangatlah sejuk walaupun matahari sedang tersenyum menampakkan diri tanpa dipayungi oleh butiran awan. Sama seperti suasana hati kedua orang ini, Rama dan Winarto. Mereka selalu bersama-sama kemana mereka pergi.
“Win, hari ini aku mau ajak Ratna jalan-jalan. Bagaimana menurutmu?” tanya Rama.

“Ke mana?”

“Mungkin ke taman kota. Aku mau coba meyakinkannya lagi.” ujar Rama.

“Terserahlah... Mungkin kamu bakalan ditolaknya lagi.” ujar Winarto.

“Hahahahaha... Kok kamu kayak gak senang gitu, Win? Aku gak akan lupa sama sahabatku.” ujar Rama.

Dua puluh menit Winarto dan Rama menunggangi sepeda motor, mereka tiba di area parkir kampus mereka. Sesampainya di sana, mereka langsung bergegas menuju kantin untuk memesan dua gelas kopi hitam yang menjadi rutinitas mereka berdua. Menyeruput kopi hitam dengan penuh kenikmatan selagi uapnya membuat mata berembun.
“Win...” panggil Rama.

“Apa?”

“Ratna...” ujar Rama. “Temani aku...” Rama menarik tangan Winarto.

“Temani apa sih, Ram...”

“Aku mau ajak dia pergi, tapi aku malu sendirian...” ujar Rama. “Ayo!” lanjutnya.

Rama menarik paksa tangan Winarto untuk menemaninya menemui Ratna yang sedang duduk sendiri di bangku kantin. Sambil membaca sebuah tulisan di sepucuk kertas yang pernah diberikan untuknya dari seseorang. Lamunannya buyar ketika Rama dan Winarto datang menghampiri.
“Ratna...” panggil Rama.

“Eh, Rama... Mas Win...”

“Mas Win?” Rama bingung sambil melihat Winarto.

“Eh... Maksudku Winarto... Hahahaha...” Ratna mengelak.

“Siang nanti kamu ada waktu?” tanya Rama.

“Hhmm... Ada apa memangnya?”

“Aku... Mau ajak kamu jalan-jalan...” Rama berkata terbata-bata.

“Oh, aku...”

Ratna melirik ke arah Winarto. Winarto hanya memberikan isyarat dengan anggukan kepala. Tanda untuk menerima ajakan Rama yang mengajaknya jalan siang nanti. Ratna menjadi bingung, karena ada lelaki yang mengajaknya pergi di depan kekasihnya sendiri.
“Gimana?” tanya Rama kembali.

“Iya, aku mau... Aku tunggu nanti siang...”

“Yes! Yes! Akhirnya... Win, aku duluan ke kelas...” Rama kegirangan dan berlari menuju kelasnya.

“Mas...”

“Gak apa-apa kok...” ujar Winarto.

“Tapi...”

“Ratna...” Winarto menggenggam kedua tangan Ratna. “Aku percaya sama kamu...” lanjutnya.

“...” Ratna hanya menundukkan kepala.

“Aku masuk ya...” Winarto melepaskan genggamannya dan berjalan ke kelasnya.

****

Arunika telah pergi. Berganti mentari yang berpindah posisi. Merubah pagi menjadi siang hari. Rama langsung bergegas keluar setelah dosen yang mengajar lekas pergi. Tanpa pamit dengan Winarto yang duduk di belakangnya. Tak sabar hati bertemu pujaan yang sedang menunggu di luar sana.
“Maaf, kamu nunggu lama ya?” tanya Rama.

“Aku baru keluar kelas juga.” jawab Ratna. “Kita mau ke mana?” tanyanya.

“Aku mau ajak kamu ke taman kota. Di sana banyak jajanan enak. Suasananya juga nikmat.” jawab Rama.

“Hhmm... Baiklah...”

“Yuk...”

Rama dan Ratna menumpang sebuah bus kota untuk sampai ke tujuan. Hanya butuh waktu lima belas menit untuk sampai di sana. Mereka berdua menghabiskan waktu untuk membeli makanan yang di jajakan oleh pedagang di sana. Hingga akhirnya, mereka singgah di sebuah bangku taman yang terbuat dari kayu.
“Ratna, aku mau tanya...”

“Apa, Ram?”

“Kenapa sih kamu selalu tolak aku? Kalau aku tau alasannya, aku akan berusaha memperbaikinya.”

“...” Ratna tertunduk lesu.

“Ratna... Aku mau jadi orang yang lebih baik buat kamu...” ujar Rama.

“Rama... Maaf...” Ratna mulai bicara. “Sebenarnya, aku sudah punya kekasih dari satu tahun lalu... Tepat di hari ini, harusnya aku merayakannya... Tapi, dia mengisyaratkan untuk pergi bersamamu...” lanjutnya.

“Dia tau aku ajak kamu pergi?” Rama penasaran.

“...” Ratna menganggukkan kepalanya.

“Siapa dia?” tanya Rama.

“Mas Win... Winarto Nugroho... Maaf Rama, aku dan Mas Win menyembunyikan ini... Kami berdua gak mau kamu marah, Rama... Karena kamu dan Mas Win bersahabat...”

“Mana ada sahabat menikam sahabatnya sendiri, Ratna!” ujar Rama dengan emosi.

“Rama... Hatiku yang memilihnya...” ujar Ratna.

“Bedebah kau, Win!” Rama berlari meninggalkan Ratna.

Diubah oleh chrishana 25-10-2019 16:14
elangbiru00
dany.agus
itkgid
itkgid dan 9 lainnya memberi reputasi
10
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.