Ada grup, teman-teman SMA. Ada grup teman kuliah, ada grup komunitas, bahkan grup satu RT pun ada. Sayangnya, tidak banyak atau bahkan tidak ada yang berani membuka grup, calon gebetan.Jadi siapapun anda, pria/wanita membuat sebuah grup di mana di dalam grup tersebut berisi orang-orang yang ingin anda jadikan target. Target istri misalnya. Anda masukkan semua bakal calon nya. Bisa 3 wanita, atau bahkan 20 wanita. Silahkan ngobro; bebas, hehe.

Atau yang lebih ekstrem, mengumpulkan semua mantan pacar anda, plus pacar anda dalam satu grup. Wah kalau ini bisa anda lakukan, sepertinya anda adalah buaya level dewa. Tak dapat dipungkiri, anda adalah Mad Dog dalam dunia per-boyo-an. Saya harus banyak belajar kepada anda dalam hal ini. Hehe..



Balik soal grup WA, diakui atau tidak sudah menjadi pisau bermata dua hari ini. Di satu sisi bisa menjadi sarana silaturahim dan komunikasi yang sangat efektif untuk menyebar informasi. Namun di sisi lain juga bisa menjadi alat pemecah belah nomor satu yang bisa merusak persatuan masyarakat. Untuk poin pertama, jika grup WA dimanfaatkan sebagaimana mestinya. Share info menarik, joke, berita yang benar atau info seputar keadaan kota.

Poin kedua, grup jatuh ke organisasi macam Saracen. Capture gambar sembarangan tanpa verifikasi, sebar ke grup dengan kalimat penuh provokasi. Atau menyebarkan informasi yang belum terverifikasi benar-salahnya jelas akan menimbulkan dampak yang tidak baik bagi member maupun orang di luar member. Lho kok orang di luar? Ya iyalah, kalau membernya ember dan menyebarkan postingan hoax, kan semua kena.



Saya juga punya beberapa Grup WA, tapi belakangan mulai menyeleksi mana saja yang layak diikuti dan tidak. Grup dengan tema tutorial bisnis, iklan, adalah grup yang saya hindari. Jika menemukan grup macam itu, tidak ada opsi lain selain out. Tipe grup kedua yang saya hindari adalah grup debat agama. Paling malas kalau sudah ketemu yang beginian. Grup teman sekolah, ada yang tinggalkan setelah memaki semua membernya gara-gara bahas ginian.

Grup ketiga yang rada bikin ngeri-ngeri sedap adalah grup keluarga besar. Lho kok? Serius, ini paling susah untuk mensiaasatinya. Terlalu aktif dibilang caper, tidak aktif dibilang sombong. Kalau sudah masuk sesi parenting, ini nih. Saya memang mendidik anak saya dengan agak kejam kalau kata orang. Mana pernah saya menghibur anak saya yang nangis karena jatuh. Pernah viral di grup keluarga saat anak laki-laki saya jatuh dari sepeda sampai berdarah dan saya hanya melihat saja.

Karena sudah saya bilang itu track licin, kenapa masih nekad? Anaknya jawab "pengen mencoba Pa, mungkin caranya salah." Saya tanya lagi, "Mau mencoba lagi?" Dia jawab, "nanti Pa setelah kasih obat merah." Tanpa saya tolong, anaknya tidak nangis, dan degan mandiri oles obat merah bethadine. Lho gitu kok saya dipersepsikan kejam. Wong anaknya saja biasa saja. Dari situ saya agak malas ngetik di grup keluarga besar.



Yang paling menyenangkan itu grup dengan member terbatas, bebas mau nulis apa saja, bebas mau bersuara apa saja, bebas dari anggota yang baper. Mau saling menghina kayak apa woles. Mau share video apapun, tidak ada yang mendadak jadi Ustadz yang ceramah ke sana ke mari. Jika anda menemukan grup seperti ini, bersyukurlah, anda akan bahagia.

Mungkin hanya ada dua atau tiga yang seperti ini di smartphone saya. Satu grup Orang Gila, satunya lagi Grup Asal Kau Bahagia. Kaskus Kreator grup? Hehehehee. Saya pernah ditendang gara-gara ngatai orang di sana. Maaf grupnya biasa saja.

Well, saya hanya ingin berpesan, apapun grup mu bahagialah. Tidak perlu terlalu mengekang anggota dengan aturan yang ketat. Sekiranya ada yang melenceng dari rules, ya silahkan ditegur baik-baik. Kalau untuk pengujar kebencian, SARA dan hoax memang tidak ada ampun sih, harus diberangus. Satu hal, Jadikan grup mu menjadi alasan kamu lebih bermanfaat, berguna dan bahagia, jangan malah sebaliknya. Salam Damai.


Merdeka!


Referensi :Opini pribadi
Sumber Gambar : Koleksi Pribadi, sini, sini