Kaskus

Story

chrishanaAvatar border
TS
chrishana
[MATURE / 21+] Burung Kertas Merah Muda 2
[MATURE / 21+] Burung Kertas Merah Muda 2



Quote:


Cerita ini adalah kisah lanjutan dari Burung Kertas Merah Muda. Kalian boleh membaca dari awal atau memulai membaca dari kisah ini. Dengan catatan, kisah ini berkaitan dengan kisah pertama. Saya sangat merekomendasikan untuk membaca dari awal.


Silahkan klik link untuk menuju ke kisah pertama.


Terima kasih.



Spoiler for Perkenalan:


Quote:

Polling
0 suara
Siapakah sosok perempuan yang akan menjadi pendamping setia Rendy?
Diubah oleh chrishana 02-04-2020 09:31
japraha47Avatar border
aripinastiko612Avatar border
jalakhideungAvatar border
jalakhideung dan 59 lainnya memberi reputasi
54
274.3K
981
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.8KAnggota
Tampilkan semua post
chrishanaAvatar border
TS
chrishana
#664
Chapter 43
“Aku tak bisa melakukan seperti apa yang kamu lakukan untukku. Bahkan, aku sempat bertanya apakah kamu percaya dengan apa yang aku rasakan. Sebuah perasaan yang hanya bisa ku ungkapkan melalui tiap bait dalam paragraf yang aku tuliskan di atas kertas merah muda.
Ya, aku sadar. Aku tak bisa melakukan apa-apa. Tapi, aku hanya bisa melakukan satu hal. Yaitu...
Mecintaimu...

Entah sampai kapan rasa ini dapat ku tanam dalam-dalam.

Devianna Azzahra.”

****

Rendy mendapatkan sebuah burung kertas berwarna merah muda di samping tempat tidurnya. Di dalamnya ada untaian kalimat yang dituliskan dengan tinta berwarna hitam lengkap dengan tanda tangan dari seseorang yang sampai kini masih terpahat namanya dalam hati.
Rendy pun bangkit dari tidurnya dan berjalan menuju ruang tengah yang berada di lantai satu rumahnya. Di sana, dia menemukan ibunya yang sedang bersantai di atas sofa dengan secangkir teh leci buatannya.
“Baru bangun, Ren?” tanya Mama seraya melihat jam dinding tepat menunjukkan pukul 09.00 WIB.

“Iya, Ma. Anna mana, Ma?”

“Anna mau pulang dulu katanya. Sini duduk. Mama mau bicara.” ujar Mama.

“Ada apa, Ma?”

“Mama mau bilang seseuatu tapi Mama harap kamu gak marah ya. Soalnya Mama seperti ngelangkahin kamu ini.”

“Yah, Mama... Kayak sama orang lain aja.” ujar Rendy.

“Kemarin, Mama udah bilang dan menawarkan ke Anna...” ujar Mama.

“Bilang apa, Ma?”

“Mama nawarin Anna untuk jadi istri kamu...”

“...”

“Rendy, umurmu sudah matang... Sudah saatnya kamu melepas masa lajangmu...”

“Iya, Ma... Sebenarnya aku mau banget Anna jadi istriku... Tapi, masih ada yang mengganjal...” ujar Rendy.

“Apa itu?”

“Dia sudah dilamar oleh Gavin... Dan orang tuanya taunya juga gitu...”

“Apa dengan kejadian kemarin, dia masih mau memilih Gavin untuk jadi suaminya? Kalau Mama jadi orang tuanya, Mama akan batalkan semua karena mendengar apa yang sudah dilakukan Gavin.” ujar Mama.

“Dan satu lagi, Anna mau kamu bicara langsung dengannya bahwa kamu bersedia untuk jadi suaminya.” lanjut Mama.

“...”

“Gimana keadaan kamu sekarang?” tanya Mama.

“Udah lebih baik, Ma.” jawab Rendy.

“Nih...” Mama memberikan kunci mobil miliknya.

“Buat aku?”

“Enak aja! Belinya pakai duit tau... Gak metik dari pohon... Maksud Mama, kamu pakai mobil Mama terus kamu ke rumah Anna... Bilang deh apa yang kita omongin barusan... Mau Anna direbut orang lain lagi?” ujar Mama.

“Beres, Ma... Aku berangkat...” Rendy beranjak dari duduknya.

Tiba-tiba, Mama menarik telinga Rendy. “Eh eh eh... Enak aja main pergi...”

“Aduh! Apaan sih, Ma!” Rendy memegangi telinganya.

“Udah mandi emangnya?” tanya Mama.

“Hehehehehe... Lupa...”

“Haduh... Mandi terus sarapan... Baru deh ke sana...”

“Iya, Mama...”

****

Suara gemuruh dari mobil buatan Jerman dengan mesin bertipe TwinPower Turbo4 silinder dengan valvetonic menggetarkan jalan. Mobil tersebut terparkir di depan rumah Anna. Ada seorang pemuda kelua dari mobil tersebut seraya mesin dari mobil tersebut dimatikan.
Lalu, keluarlah seorang perempuan cantik dengan hijabnya dari balik pintu rumahnya. Menatap pemuda tersebut dan menghampirinya. Berjalan dengan senyuman manisnya untuk menyambut sang pujaan hati yang berdiri di depan pagar rumahnya.
“Hai, Anna...”

“Rendy... Kok kamu ke sini? Memang udah sembuh?” tanya Anna.

“Iya, aku udah lebih baik kok semenjak dirawat kamu...” jawab Rendy.

“Eh iya, aku bawa ini...” lanjut Rendy seraya memberikan burung kertas merah muda pada Anna.

“...”

“Kamu butuh jawaban dari pernyataanmu di burung kertas ini kan?” tanya Rendy.

“Pernyataan yang mana?” tanya Anna kembali.

Rendy membuka burung kertas tersebut dan menunjuk ke arah salah satu untaian kalimat.
“Entah sampai kapan rasa ini dapat ku tanam dalam-dalam... Jawabanku hanya satu...”

“...”

“Sampai darahmu berhenti mengalir di tubuhku.” ujar Rendy.

****

Tiba pada suatu malam. Di atas sebuah gedung dengan gemuruh angin malam yang menyejukkan hati dan jiwa. Lantunan musik dengan irama cenderung lambat membuat suasana menjadi nikmat. Di sebuah restoran yang berada di puncak sebuah menara yang megah di pusat ibukota.
Di sana, sudah berkumpul dua keluarga yang sedang menikmati makan malam bersama. Diselingi dengan canda-tawa dan cerita-cerita dari kedua belah pihak untuk memecahkan kebuntuan komunikasi. Mereka semua menertawakan hal lucu yang pernah terjadi dalam hidup mereka. Seakan-akan mereka sudah kenal lama dan dekat.
*DUG DUG!*

Terdengar suara dari microphonedi atas panggung kecil yang diketuk pelan oleh seorang pemuda bertubuh tegap. Membuat semua perhatian dan mata tertuju padanya kini.
“Selamat malam, semua! Mohon maaf mengganggu waktu makan malam kalian. Perkenalkan, nama saya Rendy Adrian Mahardika. Saya hanya ingin memberikan sebuah rangkaian kata-kata untuk seseorang di sini.” ujar Rendy di atas panggung.

“Ya, memang ini bukanlah salah satu dari acara yang saya buat dan saya berhasil membuat keluarga saya terkejut.” lanjutnya.

Rendy menghela napas panjang. “Untukmu, anugerah terindah dari Tuhan yang diturunkan padaku. Papa, Mama, keluargaku, keluargamu, sahabatku, dan orang-orang yang hadir di sini berkumpul akan menjadi saksi kesungguhan hati. Bulan, bintang, dan langit juga meyaksikan. Bahkan, angin malam pun turut memeriahkan.”

“Devianna Azzahra, wanita terhebat dan terindah yang dihadirkan Tuhan untuk menghiasi hidupku. Bersediakah kamu memberikan separuh jiwa raga dan hidupmu untukku?” ujar Rendy dari atas panggung.

Anna yang melihatnya terlihat kaget. Terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Rendy. Hal yang tak disangka-sangka sebelumnya, membuat dia tersipu malu dan memerah. Seluruh pengunjung restoran ikut bergemuruh dan bersorak. Mendorong Anna untuk menjawab apa yang diutarakan oleh Rendy.
“Terima! Terima! Terima!” sorak suara pengunjung.

“Ayo! Maju, Na!” ujar Danu yang sedang duduk bersebelahan dengan Tasya.

“Maju ngapain?” tanya Anna kebingungan.

“Ayo, Kak! Maju dong... Jawab permintaannya Kak Rendy...” Tasya meminta.

“Harus maju banget?” Anna semakin kebingungan.

“Maju! Maju! Maju!” sorak Danu seraya diikuti oleh seluruh pengunjung.

Anna tak punya pilihan lain. Dia bangkit dari duduknya lalu berjalan perlahan menuju panggung yang kini Rendy tengah berdiri di atasnya. Menatap Rendy dengan senyuman manisnya lalu mengambil microphoneyang ada di tangan Rendy dan mulai berbicara.
“Rendy Adrian Mahardia, lelaki tangguh dan hebat yang pernah ku temui. Kegigihan hati untuk mempertahankan cinta yang tak sanggup orang lain untuk melakukannya. Tak ada yang bisa ku lakukan untukmu. Aku hanya bisa melakukan satu hal. Yaitu... Mencintaimu...” ujar Anna.

Seluruh pengunjung semakin bersorak keras melihat Anna dan Rendy. Seperti sedang melihat drama romantis di depan mata. Ibunda dari Anna sampai terharu mengeluarkan air mata melihat anaknya di atas panggung. Tasya dan Anita juga terdiam mendengar apa yang diucapkan oleh Anna.
“Tak perlu kamu meminta. Bahkan, aku bersedia memberikan seluruh jiwa dan hidupku untukmu, Rendy. Asalkan kamu mau menerima segala kekurangan dari tulang rusukmu.” lanjut Anna.

“Jadi?” tanya Rendy tanpa microphone.

“Jawabanku... Ya, aku bersedia!” jawab Anna dengan lantang.

Pengunjung seketika meriuh. Bersorak gembira dalam acara ini. Bahkan, tak sedikit yang mengabadikan momen ini dengan telepon genggam mereka. Tak sedikit pula yang kagum dengan pesona dan rangkaian kata dari Rendy dan Anna. Hingga ada pengunjung yang mendatangi mereka untuk memberikan selamat.
“Gila! Romantis banget sih mereka!” ujar salah satu pengunjung wanita di sana.

“Astaga! Ngiri gue...” pengunjung wanita yang lain berkata seraya menitikkan air mata.

****

“Kamu benar, aku adalah matahari. Matahari yang selalu memberi cahaya pada hidupmu. Namun, kamu salah. Kamu bukan bumi.”

“Lalu, aku ini apa?”

“Kamu adalah langit. Langit menjadi indah terlihat jika bersatu dengan matahari. Dan itu adalah kita.”


dany.agus
jalakhideung
itkgid
itkgid dan 11 lainnya memberi reputasi
12
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.