- Beranda
- Stories from the Heart
SURYA Dikala SENJA (Horor, Komedi)
...
TS
ayahnyabinbun
SURYA Dikala SENJA (Horor, Komedi)

Assalamualaikum semua.
Ini hanya goresan tinta imajinasi seorang lelaki tua yang telat menemukan hasratnya dalam hal menulis.
No Junk.
No Spam.
Pokoknya ikuti Rules dari Kaskus ya.
Cerita ini murni Fiksi, jadi kalau ada kesamaan nama tokoh dan tempat mohon di maklumi.
Terakhir.
Selamat menikmati bacaan ringan ini.
Spoiler for Prolog:
-Jakarta-
UGD RS di jakarta.
"Bagaimana istri saya sus!? " tanya seorang pria kepada suster yang baru saja keluar dari ruang UGD.
"Maaf pak masih kritis saya tidak bisa memberitahu lebih rinci kondisi istri bapak, itu wewenang dokter," jawab suster cepat kemudian dia berlalu meninggalkan lelaki itu.
Lelaki itu pun bersandar di tembok rumah sakit, raut mukanya terlihat lemas dan pucat kedua tangannya gemetar tatkala menutup wajahnya.
"Maafkan aku Naura, hiks, maafkan aku, " gumam lelaki itu sambil terisak menangis tersedu-sedu.
Seberkas cahaya membentuk sosok manusia berjongkok di depan lelaki itu, "jangan menangis sayang, ini memang sudah waktuku, jaga anak kita ya, dia ganteng seperti kamu, cup. " seru sesosok cahaya tersebut sambil mencium kening sang lelaki, dan cahaya itu pun berlalu bersama sesosok laki-laki berjubah putih yang menemaninya.
Lelaki itu mengangguk lesu sambil tersenyum tipis, melihat ruh istrinya menghilang menuju ufuk matahari dikala senja.
"Krieeek" suara pintu UGD terbuka, keluar seorang dokter dan beberapa suster menggendong seorang bayi.
"Pak Bagas, bayi bapak kami bersihkan dulu di ruang bayi ya pak, dokter ingin bicara dengan bapak," jawab suster dengan lemah lembut ke lelaki itu.
Lelaki itu pun berdiri, berjalan pelan menuju dokter yang menundukkan kepala di depan lelaki itu, gurat penyesalan terlihat dari wajah sang dokter.
"Sudah tidak apa-apa dok, saya sudah tahu, sehebat apapun anda tidak bisa melawan takdir, " jawab lelaki itu sambil menepuk pundak sang dokter.
"Ba-bagaimana bapak bisa tahu!? " jawab dokter dengan rona kebingungan.
Lelaki itu kemudian berlalu menuju ruangan bayi, langkah demi langkah terasa berat, tangisan tak terbendung dari kedua matanya, lelaki itu memukul-mukul dadanya agar menyisakan kelegaan saat ia bernafas.
"OOOEeeeK...OOOEEEEK...OOOEEEK," seketika tangis bayi memecah kesunyian lorong rumah sakit, lelaki itu mempercepat langkah demi langkahnya, terlihat seorang bayi sedang di gendong suster, menangis dengan kencangnya.
"Silakan pak di gendong anaknya, sudah saya bersihkan dedek bayinya," jawab suster ke lelaki itu.
Sang lelaki menerima si bayi dari tangan suster, menggendong dengan penuh kehati-hatian, sang bayi yang tadi menangis kencang seketika terdiam di pelukan lembut sang ayah.
"Mau di beri nama siapa pak bayinya?" tanya suster.
"Surya, Surya dikala senja. " jawab bapak Bagas lirih.
Spoiler for Chapter 1 : sang Surya:
Jakarta, 2018.
"TENG!! TENG!! TENG!!" bunyi bel terdengar hingga ujung jalan setapak depan sebuah sekolah, segerombolan anak tunggang langgang berlarian menuju gerbang sekolah tersebut.
Pak Kusni penjaga sekolah, merangkap satpam, merangkap manusia terlihat mendorong gerbang dengan kepayahan, faktor usia seperti menggerogoti tenaganya yang dulu seperti kuda jantan, nafasnya terdengar mengebu-gebu seperti pemain film erotis tahun 80an, padahal gerbang sekolahnya hanya ada satu, bayangkan bila sekolah ini memiliki 7 gerbang layaknya pintu neraka, mungkin senin beliau sudah di kebumikan.
Dari ufuk timur terdengar suara dengan lantang.
"HEI KUSNI!!! HENTIKAN!!! GUA MASIH MAU SEKOLAH KUSNI!!!"
Remaja itu berlari bersama gerombolan murid yang telat bagai babi hutan.
Pak Kusni yang sedang mendorong gerbang terdiam sesaat, lalu melihat asal suara tersebut, matanya melotot melihat remaja tersebut berlari seperti maling BH yang dikejar warga, dengan sisa tenaga tuanya di dorong gerbang itu dengan tergesa-gesa,
"bocah sialan itu tak boleh masuk..! TIDAK BOLEH MASUK..! YOU SHALL NOT PASS..!" gumam lelaki tua itu sambil mengutip kata-kata Gandalf Lord Of The Ring.
"SIALAN KAU KUSNI! GUA TIDAK AKAN KALAH DENGAN TUA BANGKA MACAM KAU KUSNI!!" teriak lagi remaja itu dengan lantang, langkah kakinya semakin kencang ia sampai lupa resleting celananya masih menganga memberikan sensasi cooling breeze di sekujur pangkal pahanya.
Mendengar itu Kusni geram, ia semakin menggebu-gebu mendorong gerbang, akan tetapi, "KREEK!!" suara tulang bergeser bersua, teriakan tertahan mengema di kalbu Kusni.
"AAARRRGGHH!! AMPUN GUSTI!! PINGGANGKU!!" sakit encok strata tiga Kusni kambuh, tubuh kusni tertahan gerbang, tanpa adanya gerbang mungkin tubuh Kusni akan tersungkur ke tanah, ada hubungan simbiosis mutualisme yang ironis antara Kusni dan gerbang.
"Pagi beh, kambuh?! AHAAY!" ejek remaja itu ke pak Kusni sambil berlenggang menuju kelas.
Sakit, malu, vertigo menjadi satu, itulah yang di rasakan Kusni sekarang, melihat murid itu berlalu membuat matanya berkaca-kaca seutas kata terucap dari bibir Kusni.
"Dasar bocah KAMPRET!!" Kusni tertahan mematung sambil menggenggam gerbang sekolah yang masih seperempat terbuka.
Kelas 2-A sudah di penuhi manusia-manusia unggulan, datang setiap pagi untuk mencari ilmu, bersiap-siap menatap masa depan dengan penuh harapan cemerlang, di belakang dua insan lelaki saling bercakap.
"Cok, film bokep yang kemaren elu kirim crash, kirim lagi dong bro," celoteh Bambang ke Ucok di baris belakang.
"BAH!! Handphone kau saza yang zadul Bams, buktinya zalan-zalan zaja tuh di hp ku, makanya beli hape zangan di pasar malam lai," jawab Ucok dengan logat medannya yang kental, sungguh percakapan yang menginspirasi kaum muda mudi INDONESIA.
"Eh eh eh, guru guru guru!" riuh anak-anak kelas 2-a, sesosok lelaki tinggi, atletis nan tampan terlihat di depan pintu, kemudian berlalu, berganti menjadi lelaki pendek, tambun dengan kepala botak di tengah layaknya lapangan bola, sekilas adegan tadi seperti iklan L-men yang gagal.
Pak Hartono masuk ke dalam kelas, melihat sekeliling kelas sambil menyapa.
"Pagi anak-anak!!", sapa pak Hartono.
"PAGI PAK GURUUU!!" Jawab murid-murid dengan serentak dan kompak.
Tiba-tiba seorang anak berdiri di depan pintu kelas, wajahnya terlihat kecapaian dan pucat.
"Yaaah! Telat!" ujar anak itu, pak Hartono menelisik dengan teliti anak yang terlambat itu, kemudian berujar "hei kamu! Berani kamu telat di jam saya! Kesini kamu!" perintah pak Hartono dengan galaknya, anak itu pun maju dengan perlahan, kepalanya menunduk malu tidak bisa menatap pak Hartono, "Push up 25 kali! Jikalau tidak sanggup silakan keluar kelas saya!!" ujar pak Hartono dengan tegas, ketika anak itu mengambil ancang-ancang untuk melakukan push up, sesosok mahkluk mengintip dari balik jendela di barisan pojok kanan belakang, matanya nanar namun tajam melihat situasi kelas.
"oke situasi aman," ujarnya dengan percaya diri, dengan mode silent ia menyelundupkan tasnya dari balik jendela menuju bangku belajar, lalu ia merangsek masuk dari celah jendela, bak ular kadut dengan licinnya ia masuk melewati celah lumayan sempit itu, setengah badannya sudah masuk ke dalam ruang kelas, tangan kirinya menyentuh meja kemudian ia mendorong sisa tubuhnya melalui tembok menggunakan tangan kanan, dengan sangat cepat dan tanpa satu makhluk pun mengetahui ia sudah masuk ke dalam kelas, dengan posisi menungging di atas meja, misi pun berhasil, ia turun dari meja kemudian menikmati pemandangan Budi yang sedang push up.
"Budi, terima kasih ya, tanpa elu sebagai pengalih perhatian gua ngak bisa sampai di dalam kelas, Budi, kamu, numero uno," gumam pria itu di dalam hati.
Iya, pria itu tidak lain dan tidak bukan adalah Surya, anak dari bapak Bagas prakasa yang kalian liat kisah pilunya di prolog, anak ini tumbuh besar menjadi sosok lelaki tampan, pintar dan soleh, itu hanya menurut penuturan bapaknya sendiri.
Push up Budi sudah berada di angka 23 kali, keringat bercucuran dari kening sampai badan Budi, bahkan sampai muncul bercak basah di daerah selangkangannya, pergelangan tangannya mulai goyah, lututnya bergetar 4,5 skala richter, tubuh yang di rancang untuk main warnet seharian itu tidak mampu menerima push up lebih dari 20 kali.
"Pak, sudah ya pak, saya sudah tidak sanggup," nego Budi ke pak Hartono.
Pak Hartono sedikit terenyuh melihat Budi yang kecapaian, "aduh, kasihan kamu nak, ya sudah … tambah lima lagi push upnya, biar genap jadi 30," tutur pak Hartono dengan melepas topeng kesedihannya, mata Budi nanar namun kosong menatap lantai, terlihat raut penyesalan teramat sangat dari wajah Budi.
Pak Hartono mulai menuju meja ia mengambil daftar absensi lalu mulai mengabsen satu per satu muridnya, dimulai dari Ani, Deni dan seterusnya, murid-murid saling bersahutan saat nama mereka disebut pak Hartono, ketika mulut pak Hartono menyebut nama Surya, "HADIR PAK..!" sahut seseorang pemuda dari belakang dengan lantang.
Seisi kelas kaget, terperanga sambil menganga melihat Surya sudah di dalam kelas, pertanyaan dan praduga berkecamuk di hati mereka.
"Bagaimana ia bisa masuk!?"
"Sejak kapan ia ada di kelas?!"
"Kenapa aku ada di kelas ini!!" gumam Ari yang seharusnya masuk kelas 2-d.
semua perhatian itu berbanding terbalik dengan kondisi Budi yang tanpa perhatian satupun dari teman-temannya.
"Sakit, banget, tapi tak berdarah, sungguh biadab temen-temen gua, kata mereka kita teman sejati, selalu di hati, HILIH KINTHIL!!" ujar Budi di dalam hati kesal dengan teman-temannya.
Pelajaran berjalan setelah sesi absensi, pak Hartono mulai menjelaskan di depan kelas, suasana hening terasa, murid-murid mulai mendengarkan dengan seksama, kecuali Surya yang sedang terlelap di mejanya, posisinya yang berada paling belakang dan di tutupi Bambang yang jangkung dan Ucok yang bulat menjadikan tempat duduknya seperti vila di puncak, tempat paling nyaman untuk beristirahat.
"TOK TOK TOK TOK" bunyi ketukan pintu memecah keheningan kelas, pak Zul sang kepala sekolah sedang berdiri dengan seorang gadis cantik nan manis di sebelahnya, "pagi pak, maaf ganggu kelasnya, ini ada murid baru kelas 2-a," ujar pak Zul, "oh iya pak, silakan neng masuk, perkenalkan diri dulu sama teman yang lain," jawab pak Hartono sambil mempersilakan gadis itu masuk.
Sesosok gadis manis memakai hijab putih berjalan perlahan menuju depan kelas, wajah manisnya terlihat malu-malu ketika bertatap muka dengan murid-murid kelas 2-A, "pagi semua, nama aku Naura kelana subhi, panggil saja Naura," jawab Naura sambil tersenyum simpul memperlihatkan lesung pipinya, seketika itu juga rentetan panah asmara menusuk hati para lelaki di kelas 2-A, kecuali Surya yang sedang berkelana di pulau kapuk dan para murid perempuan yang menunjukkan ekspresi tersaingi secara jasmani dan rohani.
"kamu duduk di belakang ya nak Naura, soalnya bangku yang kosong cuman ada di sebelah sana, " ujar pak Hartono sambil menunjuk bangku disebelah Surya.
Naura pun berjalan menuju bangkunya, diiringi tatapan nakal murid laki-laki di kelas itu, ia kemudian duduk sambil mulai mengeluarkan peralatan belajarnya.
Bambang dan Ucok yang duduk di depan Naura pun sontak membalikkan badan untuk berkenalan.
"Hai Naura, namanya cantik secantik orangnya," puji Bambang dengan gaya sok coolnya.
"hei Naura, cantik kali kau, nanti pulang ku antar pakai motor ninja ku mau tak?" goda Ucok sambil menyisir jambul khatulistiwa miliknya.
Melihat gelagat kedua lelaki di depannya naura langsung ilfeel stadium akhir, didalam hatinya ia berteriak "TIDAAAAAAK..!" akan tetapi Naura hanya membalas dengan senyum malu tapi palsu ke kedua orang utan itu.
"ikh amit-amit jabang bayi, masa hari pertama di sekolah baru gua udah di godain cowok alay macem keset kayak gini, Ya tuhan salah apa hambamu ini, " ketus Naura di dalam hati.
"Jangan di anggap serius, mereka cuman bercanda."
"DEG...!!"
Rona wajah Naura terlihat terkejut, sebuah telepati terkirim langsung menuju fikirannya, ia mencari sumber telepati itu, dan matanya tertuju pada punggung lelaki teman sebangkunya, Surya.
Spoiler for Index:
PART 1
CHAPTER 1
CHAPTER 2
CHAPTER 3
CHAPTER 4
CHAPTER 5
CHAPTER 6
CHAPTER 7
CHAPTER 8
CHAPTER 9
CHAPTER 10
CHAPTER 11
CHAPTER 12
CHAPTER 13
CHAPTER 14
CHAPTER 15
CHAPTER 16
CHAPTER 17
CHAPTER 18
CHAPTER 19
CHAPTER 20
CHAPTER 21
CHAPTER 22
CHAPTER 23
CHAPTER 24
CHAPTER 25
CHAPTER 26
CHAPTER 27
CHAPTER 28
CHAPTER 29
CHAPTER 30
PART 2
CHAPTER 2.1
CHAPTER 2.2
CHAPTER 2.3
CHAPTER 2.4
CHAPTER 2.5
CHAPTER 2.6
CHAPTER 2.7
CHAPTER 2.8
CHAPTER 2.9
CHAPTER 2.10
CHAPTER 2.11
CHAPTER 2.12
CHAPTER 2.13
CHAPTER 2.14
CHAPTER 2.15
CHAPTER 2.16
CHAPTER 2.17
CHAPTER 2.18
CHAPTER 2.19
CHAPTER 2.20
CHAPTER 2.21
CHAPTER 2.22
CHAPTER 2.23
CHAPTER 2.24
CHAPTER 2.25
CHAPTER 2.26
CHAPTER 2.27
CHAPTER 2.28
CHAPTER 2.29
Diubah oleh ayahnyabinbun 29-05-2022 00:42
namakuve dan 116 lainnya memberi reputasi
115
161.2K
Kutip
916
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
ayahnyabinbun
#31
Satu Tubuh
Spoiler for satu tubuh:
Di sebuah ruangan luas nan gelap, cahaya lilin berpendar remang-remang di tiap sisi tiang pancang, cahayanya menerpa sesosok wanita cantik nan seksi yang sedang duduk di singgasana, ratusan arwah wanita melayang-layang mengelilingi dirinya dan ribuan arwah wanita telanjang bersimbah darah menjadi latar lantainya.
-Puff..!-
tiba-tiba sebuah asap hitam menyembul 10 meter dari dalam lantai di depan wanita itu, sepasang mata putih melotot melihat sang wanita kemudian bersujud di depannya.
"Informasi apa yang telah kau dapatkan ?" tanya sang wanita pada bawahannya tersebut.
"Ratu, kita telah di kelabuhi, Bagas ternyata masih berada di Jakarta, ia tidak melarikan diri ke luar negeri seperti desas desus yang beredar."
"Jadi maksudmu, selama 15 tahun kau mencari sia-sia dan dia ada di depan mata kita selama ini." tanya wanita itu lagi.
"I-iya ratu, maafkan hamba," jawab mahkluk itu dengan gugup.
"Hmm..h.hahahahahaha.."
Mahkluk hitam itu semakin gugup mendengar tawa sang ratu yang menyiratkan aura kegelapan.
"Kau beruntung hati ku sedang baik, jika tidak kau sudah pasti menghilang dari alam ini, panggilkan si Jagal, aku punya tugas untuknya."
Dilain tempat..
"Tok..Tok..Tok.." bunyi pintu mengalihkan perhatian bu Lola.
"Assalamualaikum bu Lola sayang," salam santun dari seorang remaja di bibir pintu.
"Wa'alailumsalam, loh Surya kamu terlambat?" tanya bu lola selidik.
"Tidak bu, saya sudah masuk dari tadi, itu tas saya sudah ada di bangku," jawab Surya lidahnya gesit tak tersendat mengatakan kebohongan layaknya koruptor kelas kakap.
Semua murid menatap takjub lelaki ini, terutama Naura yang tidak menyadari keberadaan tas Surya yang sedari tadi ada di sebelahnya.
"Se-sejak kapan?!!" gumam Naura bingung dengan tas yang tiba-tiba muncul di sebelahnya.
Surya melangkah menuju bu Lola kemudian mengambil jemari tangan bu Lola untuk bersalaman, 15 detik berlalu, waktu yang cukup lama untuk hanya bersalaman dengan seorang guru.
"Hoy..Hoy..Hoy udah hoy.." riuh murid-murid lelaki di kelas tidak terima gukiber (guru kita bersama) mereka dicium tangannya terlalu lama.
"Lama amat salaman doang."
"Lepasin Sur, bisa kena najis tangan bu Lola," komen-komen menyidir terdengar dari kaum lelaki yang tidak terima guru "kesayangan" mereka di pegang lama oleh Surya.
"Sana kamu ke bangku," tukas bu Lola malu-malu.
"Siap bu Lola sayang..!" goda Surya sambil berjalan menuju ke mejanya, senyum licik tersungging tertuju ke murid-murid lelaki di kelas yang iri pada Surya.
"Surya tunggu..!" bu Lola menghentikan langkah Surya.
"Itu pundak kamu kenapa berdarah ?"
Surya melihat pundak kanannya keheranan.
"Ini pasti gara-gara lari-larian di gerbang tadi," gumam Surya dalam hati.
"Oh ini, pundak saya lagi datang bulan bu," jawabnya dengan candaan.
Seisi kelas tertawa mendengar banyolan Surya, hanya Naura saja yang melihat Surya dengan ribuan pertanyaan di benaknya.
"Ibu serius Surya, itu kenapa pundak kamu?" tanya kembali ibu Lola.
"Ini bisul kok bu, sepertinya pecah saya izin ke UKS dulu ya bu buat ngebersihin," jawab Surya berbohong, setelah mendapat persetujuan ibu Lola ia berlari kecil keluar kelas menuju ruang UKS kelas pun kembali hening, kembali ke aktifitas belajar mengajar.
"BU..!" seseorang memecah keheningan.
"Iya Naura, ada apa?" tanya bu Lola.
"S-saya izin ke kamar mandi, perut saya mules," jawab Naura berbohong.
Bu Lola hanya mengangguk tanda memperbolehkan Naura pergi, Naura pun berlalu menyusul Surya ke ruang UKS.
Naura sampai di depan ruang UKS, suasana lorong saat itu sangat sepi, tidak ada satupun mahkluk yang lewat, Naura membuka pintu UKS secara perlahan, di depannya duduk seorang lelaki sedang berusaha membersihkan luka di pundak kanannya, Naura terperanjak melihat punggung itu.
"Tidak mungkin!" Seru Naura terperanjak dengan apa yang ia lihat.
Punggung yang sama dengan punggung yang semalam di sentuhnya, luka-luka dan bekas tusukannya sama persis dengan yang semalam, tidak mungkin ia salah.
"Sebenarnya siapa kamu? Surya atau Senja?!" tanya Naura dengan nada kebingungan.
"Masuklah dulu, tutup pintu dan gordennya rapat-rapat, aku enggak ingin ada yang menguping pembicaraan kita," kata Surya yang masih terduduk di depan Naura.
Naura pun melakukan apa yang Surya suruh, lalu ia duduk di belakang punggung Surya.
"Jelaskan, tolong jelaskan Surya."
Surya mengambil sepucuk surat kemudian memberikannya ke Naura dan Surya melanjutkan aktifitasnya membersihkan lukanya.
Naura membuka kertasnya dan membaca tulisan yang ada disitu.
Surya maafkan aku, malam ini aku terluka lagi, akan tetapi luka ini karena melindungi seorang bidadari, percayalah, namanya Naura aku yakin dia teman sebangku kamu, tolong titipkan salam buat dia, oh iya dan katakan aku masih menunggu jawabannya, bilang itu ke dia, dia pasti mengerti.
Wajah Naura memerah, kontras dengan jilbab putihnya.
"Memang apa yang ditanyakan Senja Ra?" tanya Surya selidik.
"Hah.. En..enggak, bu..bukan apa-apa kok," jawab Naura gugup.
"Jadi sebenarnya kamu Surya atau.."
"Kami satu tubuh," jawab Surya memotong pertanyaan Naura.
"Aku ada disaat pagi hingga petang, sedangkan Senja muncul saat malam menuju subuh, para ahli psikologi menyebut ini kepribadian ganda atau alter ego, namun nyatanya jiwa kami yang berdempetan dalam satu tubuh." jawab Surya setengah meringis menahan sakit di bahunya.
Naura mendengarkan dengan seksama, pertanyaan di benaknya mulai terungkap satu persatu.
Nanti kamu juga akan tahu.
Kata-kata Senja semalam terngiang lagi di kepala Naura.
"Bisa tolong tutup luka aku Ra?" tanya Surya sambil menyodorkan kapas dan perekat luka.
Naura pun mengambil kapas yang di sodorkan Surya dan mulai membersihkan punggung itu lagi, ia melihat punggung Surya dengan seksama, tubuh yang sama di mimpi Naura semalam, di mimpinya tubuh ini memeluknya dengan lembut, Naura pun kembali membayangkan wajah Senja kala ia memeluknya semalam dalam alam mimpi, hal ini yang menyebabkan langkah pagi Naura terasa sangat ringan.
"Kyaaa..!" Naura Cumiik sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
Surya hanya bisa keheranan melihat gelagat temannya tersebut.
"Hmm, cantik tapi gila, kok Senja bisa suka ama cewe kayak gini, demplonan juga bu Lola kemana-mana." gumam Surya di dalam hati.
Selang beberapa menit Surya dan Naura keluar dari ruang UKS berbarengan, mereka berjalan sejajar dan saling terdiam menyusuri lorong sekolah melewati kelas-kelas.
"Makasih ya Ra, udah perbanin luka aku." kata Surya memecah keheningan.
"I..iya, Surya bisa aku meminta sesuatu?" tanya Naura gugup.
"Apa?"
"Aku minta no handphone Senja."
-Puff..!-
tiba-tiba sebuah asap hitam menyembul 10 meter dari dalam lantai di depan wanita itu, sepasang mata putih melotot melihat sang wanita kemudian bersujud di depannya.
"Informasi apa yang telah kau dapatkan ?" tanya sang wanita pada bawahannya tersebut.
"Ratu, kita telah di kelabuhi, Bagas ternyata masih berada di Jakarta, ia tidak melarikan diri ke luar negeri seperti desas desus yang beredar."
"Jadi maksudmu, selama 15 tahun kau mencari sia-sia dan dia ada di depan mata kita selama ini." tanya wanita itu lagi.
"I-iya ratu, maafkan hamba," jawab mahkluk itu dengan gugup.
"Hmm..h.hahahahahaha.."
Mahkluk hitam itu semakin gugup mendengar tawa sang ratu yang menyiratkan aura kegelapan.
"Kau beruntung hati ku sedang baik, jika tidak kau sudah pasti menghilang dari alam ini, panggilkan si Jagal, aku punya tugas untuknya."
Dilain tempat..
"Tok..Tok..Tok.." bunyi pintu mengalihkan perhatian bu Lola.
"Assalamualaikum bu Lola sayang," salam santun dari seorang remaja di bibir pintu.
"Wa'alailumsalam, loh Surya kamu terlambat?" tanya bu lola selidik.
"Tidak bu, saya sudah masuk dari tadi, itu tas saya sudah ada di bangku," jawab Surya lidahnya gesit tak tersendat mengatakan kebohongan layaknya koruptor kelas kakap.
Semua murid menatap takjub lelaki ini, terutama Naura yang tidak menyadari keberadaan tas Surya yang sedari tadi ada di sebelahnya.
"Se-sejak kapan?!!" gumam Naura bingung dengan tas yang tiba-tiba muncul di sebelahnya.
Surya melangkah menuju bu Lola kemudian mengambil jemari tangan bu Lola untuk bersalaman, 15 detik berlalu, waktu yang cukup lama untuk hanya bersalaman dengan seorang guru.
"Hoy..Hoy..Hoy udah hoy.." riuh murid-murid lelaki di kelas tidak terima gukiber (guru kita bersama) mereka dicium tangannya terlalu lama.
"Lama amat salaman doang."
"Lepasin Sur, bisa kena najis tangan bu Lola," komen-komen menyidir terdengar dari kaum lelaki yang tidak terima guru "kesayangan" mereka di pegang lama oleh Surya.
"Sana kamu ke bangku," tukas bu Lola malu-malu.
"Siap bu Lola sayang..!" goda Surya sambil berjalan menuju ke mejanya, senyum licik tersungging tertuju ke murid-murid lelaki di kelas yang iri pada Surya.
"Surya tunggu..!" bu Lola menghentikan langkah Surya.
"Itu pundak kamu kenapa berdarah ?"
Surya melihat pundak kanannya keheranan.
"Ini pasti gara-gara lari-larian di gerbang tadi," gumam Surya dalam hati.
"Oh ini, pundak saya lagi datang bulan bu," jawabnya dengan candaan.
Seisi kelas tertawa mendengar banyolan Surya, hanya Naura saja yang melihat Surya dengan ribuan pertanyaan di benaknya.
"Ibu serius Surya, itu kenapa pundak kamu?" tanya kembali ibu Lola.
"Ini bisul kok bu, sepertinya pecah saya izin ke UKS dulu ya bu buat ngebersihin," jawab Surya berbohong, setelah mendapat persetujuan ibu Lola ia berlari kecil keluar kelas menuju ruang UKS kelas pun kembali hening, kembali ke aktifitas belajar mengajar.
"BU..!" seseorang memecah keheningan.
"Iya Naura, ada apa?" tanya bu Lola.
"S-saya izin ke kamar mandi, perut saya mules," jawab Naura berbohong.
Bu Lola hanya mengangguk tanda memperbolehkan Naura pergi, Naura pun berlalu menyusul Surya ke ruang UKS.
Naura sampai di depan ruang UKS, suasana lorong saat itu sangat sepi, tidak ada satupun mahkluk yang lewat, Naura membuka pintu UKS secara perlahan, di depannya duduk seorang lelaki sedang berusaha membersihkan luka di pundak kanannya, Naura terperanjak melihat punggung itu.
"Tidak mungkin!" Seru Naura terperanjak dengan apa yang ia lihat.
Punggung yang sama dengan punggung yang semalam di sentuhnya, luka-luka dan bekas tusukannya sama persis dengan yang semalam, tidak mungkin ia salah.
"Sebenarnya siapa kamu? Surya atau Senja?!" tanya Naura dengan nada kebingungan.
"Masuklah dulu, tutup pintu dan gordennya rapat-rapat, aku enggak ingin ada yang menguping pembicaraan kita," kata Surya yang masih terduduk di depan Naura.
Naura pun melakukan apa yang Surya suruh, lalu ia duduk di belakang punggung Surya.
"Jelaskan, tolong jelaskan Surya."
Surya mengambil sepucuk surat kemudian memberikannya ke Naura dan Surya melanjutkan aktifitasnya membersihkan lukanya.
Naura membuka kertasnya dan membaca tulisan yang ada disitu.
Surya maafkan aku, malam ini aku terluka lagi, akan tetapi luka ini karena melindungi seorang bidadari, percayalah, namanya Naura aku yakin dia teman sebangku kamu, tolong titipkan salam buat dia, oh iya dan katakan aku masih menunggu jawabannya, bilang itu ke dia, dia pasti mengerti.
Wajah Naura memerah, kontras dengan jilbab putihnya.
"Memang apa yang ditanyakan Senja Ra?" tanya Surya selidik.
"Hah.. En..enggak, bu..bukan apa-apa kok," jawab Naura gugup.
"Jadi sebenarnya kamu Surya atau.."
"Kami satu tubuh," jawab Surya memotong pertanyaan Naura.
"Aku ada disaat pagi hingga petang, sedangkan Senja muncul saat malam menuju subuh, para ahli psikologi menyebut ini kepribadian ganda atau alter ego, namun nyatanya jiwa kami yang berdempetan dalam satu tubuh." jawab Surya setengah meringis menahan sakit di bahunya.
Naura mendengarkan dengan seksama, pertanyaan di benaknya mulai terungkap satu persatu.
Nanti kamu juga akan tahu.
Kata-kata Senja semalam terngiang lagi di kepala Naura.
"Bisa tolong tutup luka aku Ra?" tanya Surya sambil menyodorkan kapas dan perekat luka.
Naura pun mengambil kapas yang di sodorkan Surya dan mulai membersihkan punggung itu lagi, ia melihat punggung Surya dengan seksama, tubuh yang sama di mimpi Naura semalam, di mimpinya tubuh ini memeluknya dengan lembut, Naura pun kembali membayangkan wajah Senja kala ia memeluknya semalam dalam alam mimpi, hal ini yang menyebabkan langkah pagi Naura terasa sangat ringan.
"Kyaaa..!" Naura Cumiik sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
Surya hanya bisa keheranan melihat gelagat temannya tersebut.
"Hmm, cantik tapi gila, kok Senja bisa suka ama cewe kayak gini, demplonan juga bu Lola kemana-mana." gumam Surya di dalam hati.
Selang beberapa menit Surya dan Naura keluar dari ruang UKS berbarengan, mereka berjalan sejajar dan saling terdiam menyusuri lorong sekolah melewati kelas-kelas.
"Makasih ya Ra, udah perbanin luka aku." kata Surya memecah keheningan.
"I..iya, Surya bisa aku meminta sesuatu?" tanya Naura gugup.
"Apa?"
"Aku minta no handphone Senja."
Diubah oleh ayahnyabinbun 01-11-2018 21:24
namakuve dan 14 lainnya memberi reputasi
15
Kutip
Balas