- Beranda
- Stories from the Heart
SURYA Dikala SENJA (Horor, Komedi)
...
TS
ayahnyabinbun
SURYA Dikala SENJA (Horor, Komedi)

Assalamualaikum semua.
Ini hanya goresan tinta imajinasi seorang lelaki tua yang telat menemukan hasratnya dalam hal menulis.
No Junk.
No Spam.
Pokoknya ikuti Rules dari Kaskus ya.
Cerita ini murni Fiksi, jadi kalau ada kesamaan nama tokoh dan tempat mohon di maklumi.
Terakhir.
Selamat menikmati bacaan ringan ini.
Spoiler for Prolog:
-Jakarta-
UGD RS di jakarta.
"Bagaimana istri saya sus!? " tanya seorang pria kepada suster yang baru saja keluar dari ruang UGD.
"Maaf pak masih kritis saya tidak bisa memberitahu lebih rinci kondisi istri bapak, itu wewenang dokter," jawab suster cepat kemudian dia berlalu meninggalkan lelaki itu.
Lelaki itu pun bersandar di tembok rumah sakit, raut mukanya terlihat lemas dan pucat kedua tangannya gemetar tatkala menutup wajahnya.
"Maafkan aku Naura, hiks, maafkan aku, " gumam lelaki itu sambil terisak menangis tersedu-sedu.
Seberkas cahaya membentuk sosok manusia berjongkok di depan lelaki itu, "jangan menangis sayang, ini memang sudah waktuku, jaga anak kita ya, dia ganteng seperti kamu, cup. " seru sesosok cahaya tersebut sambil mencium kening sang lelaki, dan cahaya itu pun berlalu bersama sesosok laki-laki berjubah putih yang menemaninya.
Lelaki itu mengangguk lesu sambil tersenyum tipis, melihat ruh istrinya menghilang menuju ufuk matahari dikala senja.
"Krieeek" suara pintu UGD terbuka, keluar seorang dokter dan beberapa suster menggendong seorang bayi.
"Pak Bagas, bayi bapak kami bersihkan dulu di ruang bayi ya pak, dokter ingin bicara dengan bapak," jawab suster dengan lemah lembut ke lelaki itu.
Lelaki itu pun berdiri, berjalan pelan menuju dokter yang menundukkan kepala di depan lelaki itu, gurat penyesalan terlihat dari wajah sang dokter.
"Sudah tidak apa-apa dok, saya sudah tahu, sehebat apapun anda tidak bisa melawan takdir, " jawab lelaki itu sambil menepuk pundak sang dokter.
"Ba-bagaimana bapak bisa tahu!? " jawab dokter dengan rona kebingungan.
Lelaki itu kemudian berlalu menuju ruangan bayi, langkah demi langkah terasa berat, tangisan tak terbendung dari kedua matanya, lelaki itu memukul-mukul dadanya agar menyisakan kelegaan saat ia bernafas.
"OOOEeeeK...OOOEEEEK...OOOEEEK," seketika tangis bayi memecah kesunyian lorong rumah sakit, lelaki itu mempercepat langkah demi langkahnya, terlihat seorang bayi sedang di gendong suster, menangis dengan kencangnya.
"Silakan pak di gendong anaknya, sudah saya bersihkan dedek bayinya," jawab suster ke lelaki itu.
Sang lelaki menerima si bayi dari tangan suster, menggendong dengan penuh kehati-hatian, sang bayi yang tadi menangis kencang seketika terdiam di pelukan lembut sang ayah.
"Mau di beri nama siapa pak bayinya?" tanya suster.
"Surya, Surya dikala senja. " jawab bapak Bagas lirih.
Spoiler for Chapter 1 : sang Surya:
Jakarta, 2018.
"TENG!! TENG!! TENG!!" bunyi bel terdengar hingga ujung jalan setapak depan sebuah sekolah, segerombolan anak tunggang langgang berlarian menuju gerbang sekolah tersebut.
Pak Kusni penjaga sekolah, merangkap satpam, merangkap manusia terlihat mendorong gerbang dengan kepayahan, faktor usia seperti menggerogoti tenaganya yang dulu seperti kuda jantan, nafasnya terdengar mengebu-gebu seperti pemain film erotis tahun 80an, padahal gerbang sekolahnya hanya ada satu, bayangkan bila sekolah ini memiliki 7 gerbang layaknya pintu neraka, mungkin senin beliau sudah di kebumikan.
Dari ufuk timur terdengar suara dengan lantang.
"HEI KUSNI!!! HENTIKAN!!! GUA MASIH MAU SEKOLAH KUSNI!!!"
Remaja itu berlari bersama gerombolan murid yang telat bagai babi hutan.
Pak Kusni yang sedang mendorong gerbang terdiam sesaat, lalu melihat asal suara tersebut, matanya melotot melihat remaja tersebut berlari seperti maling BH yang dikejar warga, dengan sisa tenaga tuanya di dorong gerbang itu dengan tergesa-gesa,
"bocah sialan itu tak boleh masuk..! TIDAK BOLEH MASUK..! YOU SHALL NOT PASS..!" gumam lelaki tua itu sambil mengutip kata-kata Gandalf Lord Of The Ring.
"SIALAN KAU KUSNI! GUA TIDAK AKAN KALAH DENGAN TUA BANGKA MACAM KAU KUSNI!!" teriak lagi remaja itu dengan lantang, langkah kakinya semakin kencang ia sampai lupa resleting celananya masih menganga memberikan sensasi cooling breeze di sekujur pangkal pahanya.
Mendengar itu Kusni geram, ia semakin menggebu-gebu mendorong gerbang, akan tetapi, "KREEK!!" suara tulang bergeser bersua, teriakan tertahan mengema di kalbu Kusni.
"AAARRRGGHH!! AMPUN GUSTI!! PINGGANGKU!!" sakit encok strata tiga Kusni kambuh, tubuh kusni tertahan gerbang, tanpa adanya gerbang mungkin tubuh Kusni akan tersungkur ke tanah, ada hubungan simbiosis mutualisme yang ironis antara Kusni dan gerbang.
"Pagi beh, kambuh?! AHAAY!" ejek remaja itu ke pak Kusni sambil berlenggang menuju kelas.
Sakit, malu, vertigo menjadi satu, itulah yang di rasakan Kusni sekarang, melihat murid itu berlalu membuat matanya berkaca-kaca seutas kata terucap dari bibir Kusni.
"Dasar bocah KAMPRET!!" Kusni tertahan mematung sambil menggenggam gerbang sekolah yang masih seperempat terbuka.
Kelas 2-A sudah di penuhi manusia-manusia unggulan, datang setiap pagi untuk mencari ilmu, bersiap-siap menatap masa depan dengan penuh harapan cemerlang, di belakang dua insan lelaki saling bercakap.
"Cok, film bokep yang kemaren elu kirim crash, kirim lagi dong bro," celoteh Bambang ke Ucok di baris belakang.
"BAH!! Handphone kau saza yang zadul Bams, buktinya zalan-zalan zaja tuh di hp ku, makanya beli hape zangan di pasar malam lai," jawab Ucok dengan logat medannya yang kental, sungguh percakapan yang menginspirasi kaum muda mudi INDONESIA.
"Eh eh eh, guru guru guru!" riuh anak-anak kelas 2-a, sesosok lelaki tinggi, atletis nan tampan terlihat di depan pintu, kemudian berlalu, berganti menjadi lelaki pendek, tambun dengan kepala botak di tengah layaknya lapangan bola, sekilas adegan tadi seperti iklan L-men yang gagal.
Pak Hartono masuk ke dalam kelas, melihat sekeliling kelas sambil menyapa.
"Pagi anak-anak!!", sapa pak Hartono.
"PAGI PAK GURUUU!!" Jawab murid-murid dengan serentak dan kompak.
Tiba-tiba seorang anak berdiri di depan pintu kelas, wajahnya terlihat kecapaian dan pucat.
"Yaaah! Telat!" ujar anak itu, pak Hartono menelisik dengan teliti anak yang terlambat itu, kemudian berujar "hei kamu! Berani kamu telat di jam saya! Kesini kamu!" perintah pak Hartono dengan galaknya, anak itu pun maju dengan perlahan, kepalanya menunduk malu tidak bisa menatap pak Hartono, "Push up 25 kali! Jikalau tidak sanggup silakan keluar kelas saya!!" ujar pak Hartono dengan tegas, ketika anak itu mengambil ancang-ancang untuk melakukan push up, sesosok mahkluk mengintip dari balik jendela di barisan pojok kanan belakang, matanya nanar namun tajam melihat situasi kelas.
"oke situasi aman," ujarnya dengan percaya diri, dengan mode silent ia menyelundupkan tasnya dari balik jendela menuju bangku belajar, lalu ia merangsek masuk dari celah jendela, bak ular kadut dengan licinnya ia masuk melewati celah lumayan sempit itu, setengah badannya sudah masuk ke dalam ruang kelas, tangan kirinya menyentuh meja kemudian ia mendorong sisa tubuhnya melalui tembok menggunakan tangan kanan, dengan sangat cepat dan tanpa satu makhluk pun mengetahui ia sudah masuk ke dalam kelas, dengan posisi menungging di atas meja, misi pun berhasil, ia turun dari meja kemudian menikmati pemandangan Budi yang sedang push up.
"Budi, terima kasih ya, tanpa elu sebagai pengalih perhatian gua ngak bisa sampai di dalam kelas, Budi, kamu, numero uno," gumam pria itu di dalam hati.
Iya, pria itu tidak lain dan tidak bukan adalah Surya, anak dari bapak Bagas prakasa yang kalian liat kisah pilunya di prolog, anak ini tumbuh besar menjadi sosok lelaki tampan, pintar dan soleh, itu hanya menurut penuturan bapaknya sendiri.
Push up Budi sudah berada di angka 23 kali, keringat bercucuran dari kening sampai badan Budi, bahkan sampai muncul bercak basah di daerah selangkangannya, pergelangan tangannya mulai goyah, lututnya bergetar 4,5 skala richter, tubuh yang di rancang untuk main warnet seharian itu tidak mampu menerima push up lebih dari 20 kali.
"Pak, sudah ya pak, saya sudah tidak sanggup," nego Budi ke pak Hartono.
Pak Hartono sedikit terenyuh melihat Budi yang kecapaian, "aduh, kasihan kamu nak, ya sudah … tambah lima lagi push upnya, biar genap jadi 30," tutur pak Hartono dengan melepas topeng kesedihannya, mata Budi nanar namun kosong menatap lantai, terlihat raut penyesalan teramat sangat dari wajah Budi.
Pak Hartono mulai menuju meja ia mengambil daftar absensi lalu mulai mengabsen satu per satu muridnya, dimulai dari Ani, Deni dan seterusnya, murid-murid saling bersahutan saat nama mereka disebut pak Hartono, ketika mulut pak Hartono menyebut nama Surya, "HADIR PAK..!" sahut seseorang pemuda dari belakang dengan lantang.
Seisi kelas kaget, terperanga sambil menganga melihat Surya sudah di dalam kelas, pertanyaan dan praduga berkecamuk di hati mereka.
"Bagaimana ia bisa masuk!?"
"Sejak kapan ia ada di kelas?!"
"Kenapa aku ada di kelas ini!!" gumam Ari yang seharusnya masuk kelas 2-d.
semua perhatian itu berbanding terbalik dengan kondisi Budi yang tanpa perhatian satupun dari teman-temannya.
"Sakit, banget, tapi tak berdarah, sungguh biadab temen-temen gua, kata mereka kita teman sejati, selalu di hati, HILIH KINTHIL!!" ujar Budi di dalam hati kesal dengan teman-temannya.
Pelajaran berjalan setelah sesi absensi, pak Hartono mulai menjelaskan di depan kelas, suasana hening terasa, murid-murid mulai mendengarkan dengan seksama, kecuali Surya yang sedang terlelap di mejanya, posisinya yang berada paling belakang dan di tutupi Bambang yang jangkung dan Ucok yang bulat menjadikan tempat duduknya seperti vila di puncak, tempat paling nyaman untuk beristirahat.
"TOK TOK TOK TOK" bunyi ketukan pintu memecah keheningan kelas, pak Zul sang kepala sekolah sedang berdiri dengan seorang gadis cantik nan manis di sebelahnya, "pagi pak, maaf ganggu kelasnya, ini ada murid baru kelas 2-a," ujar pak Zul, "oh iya pak, silakan neng masuk, perkenalkan diri dulu sama teman yang lain," jawab pak Hartono sambil mempersilakan gadis itu masuk.
Sesosok gadis manis memakai hijab putih berjalan perlahan menuju depan kelas, wajah manisnya terlihat malu-malu ketika bertatap muka dengan murid-murid kelas 2-A, "pagi semua, nama aku Naura kelana subhi, panggil saja Naura," jawab Naura sambil tersenyum simpul memperlihatkan lesung pipinya, seketika itu juga rentetan panah asmara menusuk hati para lelaki di kelas 2-A, kecuali Surya yang sedang berkelana di pulau kapuk dan para murid perempuan yang menunjukkan ekspresi tersaingi secara jasmani dan rohani.
"kamu duduk di belakang ya nak Naura, soalnya bangku yang kosong cuman ada di sebelah sana, " ujar pak Hartono sambil menunjuk bangku disebelah Surya.
Naura pun berjalan menuju bangkunya, diiringi tatapan nakal murid laki-laki di kelas itu, ia kemudian duduk sambil mulai mengeluarkan peralatan belajarnya.
Bambang dan Ucok yang duduk di depan Naura pun sontak membalikkan badan untuk berkenalan.
"Hai Naura, namanya cantik secantik orangnya," puji Bambang dengan gaya sok coolnya.
"hei Naura, cantik kali kau, nanti pulang ku antar pakai motor ninja ku mau tak?" goda Ucok sambil menyisir jambul khatulistiwa miliknya.
Melihat gelagat kedua lelaki di depannya naura langsung ilfeel stadium akhir, didalam hatinya ia berteriak "TIDAAAAAAK..!" akan tetapi Naura hanya membalas dengan senyum malu tapi palsu ke kedua orang utan itu.
"ikh amit-amit jabang bayi, masa hari pertama di sekolah baru gua udah di godain cowok alay macem keset kayak gini, Ya tuhan salah apa hambamu ini, " ketus Naura di dalam hati.
"Jangan di anggap serius, mereka cuman bercanda."
"DEG...!!"
Rona wajah Naura terlihat terkejut, sebuah telepati terkirim langsung menuju fikirannya, ia mencari sumber telepati itu, dan matanya tertuju pada punggung lelaki teman sebangkunya, Surya.
Spoiler for Index:
PART 1
CHAPTER 1
CHAPTER 2
CHAPTER 3
CHAPTER 4
CHAPTER 5
CHAPTER 6
CHAPTER 7
CHAPTER 8
CHAPTER 9
CHAPTER 10
CHAPTER 11
CHAPTER 12
CHAPTER 13
CHAPTER 14
CHAPTER 15
CHAPTER 16
CHAPTER 17
CHAPTER 18
CHAPTER 19
CHAPTER 20
CHAPTER 21
CHAPTER 22
CHAPTER 23
CHAPTER 24
CHAPTER 25
CHAPTER 26
CHAPTER 27
CHAPTER 28
CHAPTER 29
CHAPTER 30
PART 2
CHAPTER 2.1
CHAPTER 2.2
CHAPTER 2.3
CHAPTER 2.4
CHAPTER 2.5
CHAPTER 2.6
CHAPTER 2.7
CHAPTER 2.8
CHAPTER 2.9
CHAPTER 2.10
CHAPTER 2.11
CHAPTER 2.12
CHAPTER 2.13
CHAPTER 2.14
CHAPTER 2.15
CHAPTER 2.16
CHAPTER 2.17
CHAPTER 2.18
CHAPTER 2.19
CHAPTER 2.20
CHAPTER 2.21
CHAPTER 2.22
CHAPTER 2.23
CHAPTER 2.24
CHAPTER 2.25
CHAPTER 2.26
CHAPTER 2.27
CHAPTER 2.28
CHAPTER 2.29
Diubah oleh ayahnyabinbun 29-05-2022 00:42
namakuve dan 116 lainnya memberi reputasi
115
161.2K
Kutip
916
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
ayahnyabinbun
#23
Spoiler for Uli dan ili:
Suara mobil menderu di malam dingin ini, seseorang lelaki tua sedang fokus dengan jalan di depannya sedangkan gadis di sebelahnya sedang melamun sembari melihat kerlap kerlip lampu di sepanjang jalan ibu kota.
"Kamu kenapa Ra? Lagi enggak enak badan?" tanya romo khawatir dengan gelagat cucunya yang tiba-tiba menjadi pendiam.
"Tidak kenapa-napa kek, Naura hanya lagi melamun doang kok," jawab Naura melanjutkan lamunannya tanpa melihat wajah sang kakek,
"Tadi gimana menurut kamu si Senja, ganteng ya? Banyak yang naksir tuh dia, kalo kamu mau kakek bisa kasih nomor hand.." pertanyaan romo terhenti, dua bola mata menatap tajam ke arah romo, aura tidak mengenakan terasa di dalam mobil ini.
"Enggak butuh..!" jawab Naura dingin.
Selang beberapa menit mobil pun sampai di depan rumah tinggal Naura, pintu mobil terbuka.
-BRAK..!-
Naura pun berjalan menuju kedalam rumah sambil menghentak-hentakkan kakinya "Kesel kesel kesel..!" umpat Naura sembari masuk ke dalam rumah.
Kakek terheran sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Ck..ck..ck, gadis jaman sekarang labil," dengus romo dari dalam mobil.
Naura masuk ke dalam rumah dan lekas beranjak ke kamarnya, kamar yang sangat terkesan girly bercorak pink dihiasi berbagai foto dari masa kecil Naura, Naura langsung membenamkan wajahnya dalam-dalam di atas bantal, kemudian teriak lepas.
"DASAR COWO GENIIIIIIIT...! AAAAAAA...! KESEEEEELLL....!"
Lin-lin yang sedari tadi didalam kamar tersentak melihat gelagat sahabat beda alamnya masuk tiba-tiba sambil berteriak-teriak di atas kasur.
"Kenapa kamu ra? Digodain om-om lagi?"
Dilain tempat..
Di sebuah gudang tua tak berpenghuni, seorang remaja lelaki masuk ke dalam celah pintu yang ringsek yang telah dimakan rayap, ia berjalan menyusuri lorong gelap di temani cahaya bulan yang masuk melewati celah-celah atap yang berlubang, sampai di tengah gudang ia merogoh sesuatu dari dalam tas selempangnya, sebuah botol diambil lalu di hempaskan ke depan hingga pecah terbentur lantai.
-PRAAANG..!-
Sebuah asap putih keluar dari pecahan botol tersebut membentuk sosok wanita berkaki ular.
"Sssshhhhh...." desis mahkluk itu kepada remaja di depannya.
"Kau aman di sini, jangan kembali ke rusun tadi dan jangan mengganggu lagi manusia," kata remaja itu kepada mahkluk di depannya
"Aku tidak akan menuruti manusia sepert..." kata-katanya terhenti, sekejap ia merasakan aura gelap di balik tubuhnya.
Sesosok mahkluk hitam layaknya gorila raksasa bermata biru berada di belakangnya, mengintimidasi sang mahluk ular.
"Raka..! Tolong jaga penghuni baru ini, jangan sampai ia berulah lagi," kata Senja kepada mahkluk tersebut.
Mahkluk raksasa itu mengangguk mengerti kepada Senja, kemudian mencengkram sang manusia ular dengan satu tangannya, sang manusia ular hanya bisa menggeliat tak berdaya.
Senja pun keluar dari gudang itu, memandang bintang yang kian malu menunjukkan cahayanya.
"Aku harus lekas pulang, semoga masih sempat mengerjakan titipan Surya," gumamnya kala itu jam di tangannya menunjukkan jam 2 pagi.
Malam ini pun berlalu, Matahari mulai memperlihatkan ronanya di langit jakarta, seorang gadis bersiap-siap berangkat sekolah, baju seragam dan tas warna pink menghiasi awal harinya.
"Bunda, Naura berangkat..!" kata Naura dengan semangat.
"Iya, hati-hati ya nak..!"
"Iya, assalamualaikum..!"
"Wa'alaikumsalam."
Pagi ini Naura terlihat ceria, entah kenapa langkahnya terasa ringan, seperti biasa dia akan menaiki angkutan kota, kakek mencoba mengantarnya akan tetapi ia menolaknya secara halus.
Pagi ini jalanan lumayan macet, ia menghabiskan waktu dengan mendengarkan lagu lewat gawai miliknya, setengah jam berlalu akhirnya ia sampai ke depan sekolah, sekolah Nusa Bakti, letaknya yang masuk ke dalam komplek perumahan membuat tidak banyak orang yang tahu keberadaan sekolah ini.
"Pagi pak," sapa Naura sopan ke penjaga sekolah.
"Hmm," jawab Kusni singkat, ingatan kemarin tentang Naura masih terngiang jelas di memori Kusni, disaat dirinya di tinggal sendirian bertumpu dengan gerbang.
Kusni bertengger di depan gerbang dengan gagahnya, otot-otot tulangnya terlihat jelas, persis cosplay alat praktikum lab biologi untuk kerangka manusia.
Naura berjalan menuju kelasnya, masih sedikit murid yang datang, matanya tertuju ke kelas 2-A.
"Hmm masih kosong," gumam Naura sendiri.
Naura pun menaruh tasnya di kursi belakang, kemudian duduk dengan tenang, rasa bosan menghinggapi Naura, masih ada setengah jam lebih sebelum kelas mulai.
"Hmmm," dengus panjang Naura.
Ia beranjak dari tempat duduknya menuju keluar kelas, melihat-lihat sekeliling kemudian berjalan menuju kantin.
Saat hendak menuju kantin sekelebat Naura melihat sosok mahkluk astral, bentuknya kecil seperti dua balita sedang mengendap-ngendap menuju belakang sekolah, samar-samar ia mendengar percakapan mahluk astral itu.
"Cepat uli, nanti kita ketahuan, sebelum tuan datang."
"Iya-iya ili barang curian kita terlalu banyak, aku...."
Kata-kata mereka terhenti, Naura dan kedua makhluk itu saling bertukar pandang.
"Kabuuuuur..!"
"Ili tunggu aku..! Aku takuuuut...!"
Mereka berdua berlari menuju belakang sekolah, beberapa makanan ringan jatuh saat mereka lari, karena penasaran Naura pun mengikuti mereka berdua hingga menuju hutan kecil di belakang sekolah.
"Ili bagaimana ini, perempuan itu mengikuti kita."
"Sssttt.. Diam uli, dia bisa mendengar kita, nanti persembunyian kita terbongkar dan tuan muda pasti marah."
"Hai.!" sapa Naura, "kalian menjatuhkan ini," Naura memberikan makanan yang mereka jatuhkan tadi.
Kedua mahkluk itu saling memandang, dan akhirnya mereka mulai maju secara perlahan ke arah naura.
"Terima kasih kakak perempuan yang cantik," jawab Uli.
"Nama aku Naura, kalian kenapa lari? Aku tidak jahat kok," tanya Naura lembut.
"Maafkan kami kak Naura yang cantik, kami hanya kaget, kami kira hanya tuan yang bisa melihat kami ternyata kak Naura juga bisa," jawab Uli panjang.
Ili membisikkan sesuatu ke kuping runcing Uli, Uli tersentak mendengar bisikan dari Ili, Ili hanya tersenyum sambil mengangguk ke arah Uli.
"Kak Naura mau ketempat persembunyian kami? hanya tinggal lurus ke dalam hutan kecil ini," tanya Uli.
-TEEENG..TEENG..TEENG-
Bunyi bel tanda masuk berbunyi membuat Naura tersentak, "baiklah, tapi nanti ya aku masuk kelas dulu," jawab Naura kedua mahluk astral tersebut.
Uli dan Ili kembali ke dalam hutan kecil di belakang sekolah sambil bermain kejar-kejaran dan menghilang semakin jauh.
Naura berjalan menjauhi kedua tuyul tersebut, dan mulai bertanya-tanya siapa gerangan tuan mereka.
Dilain tempat..
"KUUUUASSNIIIII...! JANGAN TUTUP GERBANGNYA..! LELAKI TAMVAN INI MAU SEKOLAH..!" teriak Surya sambil berlari menuju gerbang sekolah.
Kusni diujung lainnya berdecak pinggang, satu tangannya terangkat ke arah Surya, menjulurkan jari tengah ke arah Surya yang tengah berlari terengah-engah menuju kearah gerbang sekolah.
"Puck yu..!" ledek Kusni walau bahasa inggrisnya salah ia tetap percaya diri, puas telah meledek Surya sang penjaga sekolah babeh Kusni mengambil ancang-ancang mendorong gerbang jahanam itu.
"KUSNI..! TUNGGU KUSNI..! GUA MOHON KUSNI..! HARI INI PELAJARAN IBU DEMPLON..! BU GURU LOLA KUSNI...!"
Gerbang sudah tiga perempat tertutup, akan tetapi tiba-tiba terhenti, tubuh Kusni terdiam fikirannya melambung tinggi ke awang awang membayangkan bu guru Lola, guru cantik nan sintal, semok, demplon, asoy, geboy, lalala hoy hoy hoy, pemilik tubuh sempurna bak gitar spanyol yang dapat membuat setiap laki-laki normal berdecak kagum, dan lelaki tidak normal syirik, bu Lola membuat Kusni membayangkan fikiran tak senonoh di pagi hari, tanpa sadar Kusni memeluk gerbang sekolah sambil berkata lirih.
"Aahh.. Lola.. My huny buny swety," desah Kusni sambil memeluk gerbang.
Surya pun berlalu melewati Kusni yang sedang bergoyang erotis dengan gerbang sekolah sambil menyebut nama bu Lola di setiap gesekkan tubuhnya.
Kelas 2-A sudah ramai dengan anak murid, Naura sedang mempersiapkan alat tulis dan buku pelajaran.
"Ucok, Bambang, hari ini guru pertama siapa?" tanya Naura selidik ke dua orang utan di depannya.
"Ibu Lola hoy hoy hoy..!" jawab mereka serempak.
"Hoy hoy hoy?? Maksudnya?" tanya Naura heran.
"Itu maksud kita Ra," seru Ucok dan Bambang sambil menunjuk wanita muda yang tengah masuk ke dalam ruang kelas.
Seorang guru muda masuk dengan blous merah menyala rok hitam pendek sepaha, rambutnya panjang bergelombang, di perkuat dengan body bak gitar spanyol yang mempesona.
Mata murid-murid lelaki melotot tak berkedip, bahkan Naura yang notabenenya perempuan kagum dengan perawakan guru di depannya itu.
"Baik anak-anak buka buku kalian, halaman 40 kita lanjutkan pelajaran kita yang kemarin."
Tanpa satu kelas sadari sepasang mata menatap nanar dari balik jendela belakang kanan, sebuah tas turun dari celah jendela menuju kursi milik Surya, kemudian makhluk itu pun menghilang.
"Kamu kenapa Ra? Lagi enggak enak badan?" tanya romo khawatir dengan gelagat cucunya yang tiba-tiba menjadi pendiam.
"Tidak kenapa-napa kek, Naura hanya lagi melamun doang kok," jawab Naura melanjutkan lamunannya tanpa melihat wajah sang kakek,
"Tadi gimana menurut kamu si Senja, ganteng ya? Banyak yang naksir tuh dia, kalo kamu mau kakek bisa kasih nomor hand.." pertanyaan romo terhenti, dua bola mata menatap tajam ke arah romo, aura tidak mengenakan terasa di dalam mobil ini.
"Enggak butuh..!" jawab Naura dingin.
Selang beberapa menit mobil pun sampai di depan rumah tinggal Naura, pintu mobil terbuka.
-BRAK..!-
Naura pun berjalan menuju kedalam rumah sambil menghentak-hentakkan kakinya "Kesel kesel kesel..!" umpat Naura sembari masuk ke dalam rumah.
Kakek terheran sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Ck..ck..ck, gadis jaman sekarang labil," dengus romo dari dalam mobil.
Naura masuk ke dalam rumah dan lekas beranjak ke kamarnya, kamar yang sangat terkesan girly bercorak pink dihiasi berbagai foto dari masa kecil Naura, Naura langsung membenamkan wajahnya dalam-dalam di atas bantal, kemudian teriak lepas.
"DASAR COWO GENIIIIIIIT...! AAAAAAA...! KESEEEEELLL....!"
Lin-lin yang sedari tadi didalam kamar tersentak melihat gelagat sahabat beda alamnya masuk tiba-tiba sambil berteriak-teriak di atas kasur.
"Kenapa kamu ra? Digodain om-om lagi?"
Dilain tempat..
Di sebuah gudang tua tak berpenghuni, seorang remaja lelaki masuk ke dalam celah pintu yang ringsek yang telah dimakan rayap, ia berjalan menyusuri lorong gelap di temani cahaya bulan yang masuk melewati celah-celah atap yang berlubang, sampai di tengah gudang ia merogoh sesuatu dari dalam tas selempangnya, sebuah botol diambil lalu di hempaskan ke depan hingga pecah terbentur lantai.
-PRAAANG..!-
Sebuah asap putih keluar dari pecahan botol tersebut membentuk sosok wanita berkaki ular.
"Sssshhhhh...." desis mahkluk itu kepada remaja di depannya.
"Kau aman di sini, jangan kembali ke rusun tadi dan jangan mengganggu lagi manusia," kata remaja itu kepada mahkluk di depannya
"Aku tidak akan menuruti manusia sepert..." kata-katanya terhenti, sekejap ia merasakan aura gelap di balik tubuhnya.
Sesosok mahkluk hitam layaknya gorila raksasa bermata biru berada di belakangnya, mengintimidasi sang mahluk ular.
"Raka..! Tolong jaga penghuni baru ini, jangan sampai ia berulah lagi," kata Senja kepada mahkluk tersebut.
Mahkluk raksasa itu mengangguk mengerti kepada Senja, kemudian mencengkram sang manusia ular dengan satu tangannya, sang manusia ular hanya bisa menggeliat tak berdaya.
Senja pun keluar dari gudang itu, memandang bintang yang kian malu menunjukkan cahayanya.
"Aku harus lekas pulang, semoga masih sempat mengerjakan titipan Surya," gumamnya kala itu jam di tangannya menunjukkan jam 2 pagi.
Malam ini pun berlalu, Matahari mulai memperlihatkan ronanya di langit jakarta, seorang gadis bersiap-siap berangkat sekolah, baju seragam dan tas warna pink menghiasi awal harinya.
"Bunda, Naura berangkat..!" kata Naura dengan semangat.
"Iya, hati-hati ya nak..!"
"Iya, assalamualaikum..!"
"Wa'alaikumsalam."
Pagi ini Naura terlihat ceria, entah kenapa langkahnya terasa ringan, seperti biasa dia akan menaiki angkutan kota, kakek mencoba mengantarnya akan tetapi ia menolaknya secara halus.
Pagi ini jalanan lumayan macet, ia menghabiskan waktu dengan mendengarkan lagu lewat gawai miliknya, setengah jam berlalu akhirnya ia sampai ke depan sekolah, sekolah Nusa Bakti, letaknya yang masuk ke dalam komplek perumahan membuat tidak banyak orang yang tahu keberadaan sekolah ini.
"Pagi pak," sapa Naura sopan ke penjaga sekolah.
"Hmm," jawab Kusni singkat, ingatan kemarin tentang Naura masih terngiang jelas di memori Kusni, disaat dirinya di tinggal sendirian bertumpu dengan gerbang.
Kusni bertengger di depan gerbang dengan gagahnya, otot-otot tulangnya terlihat jelas, persis cosplay alat praktikum lab biologi untuk kerangka manusia.
Naura berjalan menuju kelasnya, masih sedikit murid yang datang, matanya tertuju ke kelas 2-A.
"Hmm masih kosong," gumam Naura sendiri.
Naura pun menaruh tasnya di kursi belakang, kemudian duduk dengan tenang, rasa bosan menghinggapi Naura, masih ada setengah jam lebih sebelum kelas mulai.
"Hmmm," dengus panjang Naura.
Ia beranjak dari tempat duduknya menuju keluar kelas, melihat-lihat sekeliling kemudian berjalan menuju kantin.
Saat hendak menuju kantin sekelebat Naura melihat sosok mahkluk astral, bentuknya kecil seperti dua balita sedang mengendap-ngendap menuju belakang sekolah, samar-samar ia mendengar percakapan mahluk astral itu.
"Cepat uli, nanti kita ketahuan, sebelum tuan datang."
"Iya-iya ili barang curian kita terlalu banyak, aku...."
Kata-kata mereka terhenti, Naura dan kedua makhluk itu saling bertukar pandang.
"Kabuuuuur..!"
"Ili tunggu aku..! Aku takuuuut...!"
Mereka berdua berlari menuju belakang sekolah, beberapa makanan ringan jatuh saat mereka lari, karena penasaran Naura pun mengikuti mereka berdua hingga menuju hutan kecil di belakang sekolah.
"Ili bagaimana ini, perempuan itu mengikuti kita."
"Sssttt.. Diam uli, dia bisa mendengar kita, nanti persembunyian kita terbongkar dan tuan muda pasti marah."
"Hai.!" sapa Naura, "kalian menjatuhkan ini," Naura memberikan makanan yang mereka jatuhkan tadi.
Kedua mahkluk itu saling memandang, dan akhirnya mereka mulai maju secara perlahan ke arah naura.
"Terima kasih kakak perempuan yang cantik," jawab Uli.
"Nama aku Naura, kalian kenapa lari? Aku tidak jahat kok," tanya Naura lembut.
"Maafkan kami kak Naura yang cantik, kami hanya kaget, kami kira hanya tuan yang bisa melihat kami ternyata kak Naura juga bisa," jawab Uli panjang.
Ili membisikkan sesuatu ke kuping runcing Uli, Uli tersentak mendengar bisikan dari Ili, Ili hanya tersenyum sambil mengangguk ke arah Uli.
"Kak Naura mau ketempat persembunyian kami? hanya tinggal lurus ke dalam hutan kecil ini," tanya Uli.
-TEEENG..TEENG..TEENG-
Bunyi bel tanda masuk berbunyi membuat Naura tersentak, "baiklah, tapi nanti ya aku masuk kelas dulu," jawab Naura kedua mahluk astral tersebut.
Uli dan Ili kembali ke dalam hutan kecil di belakang sekolah sambil bermain kejar-kejaran dan menghilang semakin jauh.
Naura berjalan menjauhi kedua tuyul tersebut, dan mulai bertanya-tanya siapa gerangan tuan mereka.
Dilain tempat..
"KUUUUASSNIIIII...! JANGAN TUTUP GERBANGNYA..! LELAKI TAMVAN INI MAU SEKOLAH..!" teriak Surya sambil berlari menuju gerbang sekolah.
Kusni diujung lainnya berdecak pinggang, satu tangannya terangkat ke arah Surya, menjulurkan jari tengah ke arah Surya yang tengah berlari terengah-engah menuju kearah gerbang sekolah.
"Puck yu..!" ledek Kusni walau bahasa inggrisnya salah ia tetap percaya diri, puas telah meledek Surya sang penjaga sekolah babeh Kusni mengambil ancang-ancang mendorong gerbang jahanam itu.
"KUSNI..! TUNGGU KUSNI..! GUA MOHON KUSNI..! HARI INI PELAJARAN IBU DEMPLON..! BU GURU LOLA KUSNI...!"
Gerbang sudah tiga perempat tertutup, akan tetapi tiba-tiba terhenti, tubuh Kusni terdiam fikirannya melambung tinggi ke awang awang membayangkan bu guru Lola, guru cantik nan sintal, semok, demplon, asoy, geboy, lalala hoy hoy hoy, pemilik tubuh sempurna bak gitar spanyol yang dapat membuat setiap laki-laki normal berdecak kagum, dan lelaki tidak normal syirik, bu Lola membuat Kusni membayangkan fikiran tak senonoh di pagi hari, tanpa sadar Kusni memeluk gerbang sekolah sambil berkata lirih.
"Aahh.. Lola.. My huny buny swety," desah Kusni sambil memeluk gerbang.
Surya pun berlalu melewati Kusni yang sedang bergoyang erotis dengan gerbang sekolah sambil menyebut nama bu Lola di setiap gesekkan tubuhnya.
Kelas 2-A sudah ramai dengan anak murid, Naura sedang mempersiapkan alat tulis dan buku pelajaran.
"Ucok, Bambang, hari ini guru pertama siapa?" tanya Naura selidik ke dua orang utan di depannya.
"Ibu Lola hoy hoy hoy..!" jawab mereka serempak.
"Hoy hoy hoy?? Maksudnya?" tanya Naura heran.
"Itu maksud kita Ra," seru Ucok dan Bambang sambil menunjuk wanita muda yang tengah masuk ke dalam ruang kelas.
Seorang guru muda masuk dengan blous merah menyala rok hitam pendek sepaha, rambutnya panjang bergelombang, di perkuat dengan body bak gitar spanyol yang mempesona.
Mata murid-murid lelaki melotot tak berkedip, bahkan Naura yang notabenenya perempuan kagum dengan perawakan guru di depannya itu.
"Baik anak-anak buka buku kalian, halaman 40 kita lanjutkan pelajaran kita yang kemarin."
Tanpa satu kelas sadari sepasang mata menatap nanar dari balik jendela belakang kanan, sebuah tas turun dari celah jendela menuju kursi milik Surya, kemudian makhluk itu pun menghilang.
namakuve dan 20 lainnya memberi reputasi
21
Kutip
Balas