- Beranda
- Stories from the Heart
Sahabat Jadi Cinta
...
TS
mrs.deemeizar
Sahabat Jadi Cinta
Hello, newbie mau numpang berbagi kisah nih.
Entah kenapa abis baca-baca di forum SFTH gue tergugah buat ikut-ikutan nulis disini.
Padahal mah gue nggak ngerti sama sekali gimana bikin thread dan sebagainya. Modal nekat aja deh yaa hehehe..
Untungnya AganSis pada baik hati mau kasih saran buat gue. Makasih banget lho
Maaf kalo masih berantakan dan gaya nulis gue yang jauh dari kata PENULIS. Karena gue cuma pengen berbagi aja koq..
Sebuah cerita cinta sederhana dan persahabatan. Cerita tentang masa SMA, masa sekolah yang paling menyenangkan dan mendebarkan.

Entah kenapa abis baca-baca di forum SFTH gue tergugah buat ikut-ikutan nulis disini.
Padahal mah gue nggak ngerti sama sekali gimana bikin thread dan sebagainya. Modal nekat aja deh yaa hehehe..

Untungnya AganSis pada baik hati mau kasih saran buat gue. Makasih banget lho
Maaf kalo masih berantakan dan gaya nulis gue yang jauh dari kata PENULIS. Karena gue cuma pengen berbagi aja koq..
Sebuah cerita cinta sederhana dan persahabatan. Cerita tentang masa SMA, masa sekolah yang paling menyenangkan dan mendebarkan.

Quote:
Diubah oleh mrs.deemeizar 30-10-2023 16:39
yourchagiya memberi reputasi
3
27.9K
181
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
mrs.deemeizar
#108
Part 30
Tepuk tangan membahana ketika gue dan Krisna selesai menyanyikan lagu –Sahabat Jadi Cinta – versi akustik. Gue melihat Agam tergesa-gesa meninggalkan panggung. Raut wajah Agam nggak seperti biasanya. Gue pun dengan cepat mengejarnya.
Ketika udah beberapa langkah sampai di table 8, gue melihat Hans dan Naya sedang menikmati makan malam bergabung dengan Carin dan yang lainnya. Sekuat tenaga gue menghampiri mereka. Gue langsung duduk di sebelah Eky.
Gue mengangguk mengiyakan ucapan Carin barusan. Setelah satu suapan dengan susah payah gue berusaha menelan makanan kesukaan gue itu. Entah kenapa malam ini rasanya nggak seperti biasa. Gue melirik ke arah Hans dan Naya yang duduk tepat di hadapan gue. Mungkin ini yang bikin selera makan gue hilang. Adegan romantis yang mereka pertontonkan membuat gue sedikit mual.
Gue melihat gelagat yang nggak biasa dari Agam. Jangan-jangan dia masih mempermasalahkan kenapa Naya dan Hans akhirnya jadian. Duuh, gawat nih kalo sampe berantem. Gue panik. Ketika melihat keduanya sudah beranjak meninggalkan meja tempat kita makan, akhirnya gue pun pamit untuk menyusul mereka.
Gue mengedarkan pandangan mencari sosok keduanya yang tiba-tiba menghilang entah kemana. Ah, gue tau kemana Agam bawa Hans untuk bicara. Satu-satunya tempat hening ya di loker belakang. Tempat favorit Agam kalo lagi menyendiri. Karena seringnya gue ke café ini jadi udah hafal seluk beluk semua ruangan disini.
Sesampainya di ruangan itu, gue melihat Hans baru saja mendapat satu pukulan telak dari tangan Agam tepat di wajahnya.
Tepuk tangan membahana ketika gue dan Krisna selesai menyanyikan lagu –Sahabat Jadi Cinta – versi akustik. Gue melihat Agam tergesa-gesa meninggalkan panggung. Raut wajah Agam nggak seperti biasanya. Gue pun dengan cepat mengejarnya.
Quote:
Ketika udah beberapa langkah sampai di table 8, gue melihat Hans dan Naya sedang menikmati makan malam bergabung dengan Carin dan yang lainnya. Sekuat tenaga gue menghampiri mereka. Gue langsung duduk di sebelah Eky.
Quote:
Gue mengangguk mengiyakan ucapan Carin barusan. Setelah satu suapan dengan susah payah gue berusaha menelan makanan kesukaan gue itu. Entah kenapa malam ini rasanya nggak seperti biasa. Gue melirik ke arah Hans dan Naya yang duduk tepat di hadapan gue. Mungkin ini yang bikin selera makan gue hilang. Adegan romantis yang mereka pertontonkan membuat gue sedikit mual.
Quote:
Gue melihat gelagat yang nggak biasa dari Agam. Jangan-jangan dia masih mempermasalahkan kenapa Naya dan Hans akhirnya jadian. Duuh, gawat nih kalo sampe berantem. Gue panik. Ketika melihat keduanya sudah beranjak meninggalkan meja tempat kita makan, akhirnya gue pun pamit untuk menyusul mereka.
Gue mengedarkan pandangan mencari sosok keduanya yang tiba-tiba menghilang entah kemana. Ah, gue tau kemana Agam bawa Hans untuk bicara. Satu-satunya tempat hening ya di loker belakang. Tempat favorit Agam kalo lagi menyendiri. Karena seringnya gue ke café ini jadi udah hafal seluk beluk semua ruangan disini.
Sesampainya di ruangan itu, gue melihat Hans baru saja mendapat satu pukulan telak dari tangan Agam tepat di wajahnya.
Quote:
1