- Beranda
- Stories from the Heart
SURYA Dikala SENJA (Horor, Komedi)
...
TS
ayahnyabinbun
SURYA Dikala SENJA (Horor, Komedi)

Assalamualaikum semua.
Ini hanya goresan tinta imajinasi seorang lelaki tua yang telat menemukan hasratnya dalam hal menulis.
No Junk.
No Spam.
Pokoknya ikuti Rules dari Kaskus ya.
Cerita ini murni Fiksi, jadi kalau ada kesamaan nama tokoh dan tempat mohon di maklumi.
Terakhir.
Selamat menikmati bacaan ringan ini.
Spoiler for Prolog:
Spoiler for Chapter 1 : sang Surya:
Spoiler for Index:
Diubah oleh ayahnyabinbun 29-05-2022 00:42
namakuve dan 116 lainnya memberi reputasi
115
161.2K
916
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
ayahnyabinbun
#5
Chapter 2 : Sekolah Baru
Rumah putih dengan ornamen kayu berpadu selaras dengan suasana dingin pagi itu, kumandang adzan menggema memanggil para insan manusia untuk bersujud pada-nya.
"ENghh, lima menit lagi Lin," tubuh seorang gadis tergoyang-goyang oleh sesosok makhluk astral tanpa wujud yang fana.
"Ra..bangun..ra..sholat..raa" suara lirih mengema dari balik bibir pucatnya.
"UGHH IYA..IYA gua bangun..!" pekik kesal Naura kepada mahkluk tak kasat mata tersebut.
Udara dingin dan air di pagi hari menyapa Naura dan dua rakaat pun terlaksana, doa tak lupa di panjatkan Naura kepada sang pencipta.
"Lin, elu liat bunda Lin?" tanya Naura sambil memakai baju seragam sekolah barunya.
"Tadi Bunda ke pasar, kakek romo mau datang, jadi mau masak-masak hari ini" jawab makhluk tak kasat mata itu kepada Naura.
"Okelah kalo begitu gua cabut dulu ya Lin, hari pertama enggak boleh telat, apa kata cogan-cogan disana kalo gua sampe telat," jawab Naura sambil memakai tali sepatunya.
Naura akhirnya berlalu meninggalkan Lin-lin teman beda alam tersebut, Linda yang biasa di panggil Lin-lin merupakan hantu penasaran yang telah mendiami rumahnya sejak tahun 90an, Naura berjalan menyusuri pagi yang sedikit berawan, berdesak-desakan di angkot berpeluh keringat, mandi tadi pagi seperti luntur diterjang kepulan asap rokok bapak-bapak yang tidak tahu aturan.
"KIRI BANG..!!" pekik Naura pada sang supir angkutan kota.
Angkot berhenti, kemudian melalu kembali meninggalkan sesosok gadis manis berjibab putih di bibir trotoar.
"Akhirnya sampai juga," lega Naura bergumam pada dirinya sendiri, Naura kembali berjalan menuju sekolah barunya yang terlihat menanjak ke atas, di pinggirnya melintas kali yang lumayan deras disaat sedang menyusuri jalan setapak langkahnya tiba-tiba terhenti dan bulu kuduknya berdiri, sebuah pohon beringin besar nan gagah perkasa menjulang di pinggir kali, yang membuat Naura bergidik bukan pohonnya akan tetapi sesosok penunggu pohon beringin tersebut yang berupa kuntilanak berwajah rusak setinggi 7 meter menatap nanar kearah Naura dengan mata merah kulit pucat di selimuti kain putih lusuh bercampur darah melambai-lambai seperti mengajak naura untuk "bermain".
Naura mematung dan waktu pun kian berlalu, Naura masih saja mematung di tengah jalan, tiap murid yang lewat tidak di gubrisnya, akal fikirannya bergelut.
"haruskan aku pulang?" gumamnya di dalam hati.
ketika kaki naura hendak melangkah kembali ke arah jalan raya seorang lelaki berlari sambil berteriak.
"KUSNIIIIII...!!!"
Ia berlari menuju arah pohon beringin, rona ketakutan terpancar, bukan dari Naura akan tetapi dari kuntilanak yang menghadang Naura tadi, ia melayang menjauh dari pohon beringin, melihat kesempatan Naura mengikuti langkah kaki anak lelaki tersebut.
Di gerbang Naura berpapasan dengan seorang lelaki tua yang sedang menunduk sambil memeluk gerbang, pelukannya terlihat mesra seperti dua remaja sedang memadu cinta.
"Permisi pak, maaf mengganggu aktifitasnya, saya murid pindahan saya ingin bertanya ruang guru dimana ya pak?" tanya Naura dengan santun.
"Oh iya neng, eneng lurus lorong ntu tuh, pintu pertama sebelah kanan ntu ruang guru," jawab pak Kusni lirih.
"Terima kasih pak, maaf, tapi bapak tidak kenapa-napakan ?" tanya Naura lagi khawatir.
"Oh enggak kenapa-kenapa neng, makasih ya neng, cuman eneng yang perhatian pagi ini ke bapak, tadi pagi bini bapak kagak bikinin kopi, sarapan juga bekas nasi kemaren, apesnya tadi ketemu si KAMPRET, malah encok bapak kambuh, apes aje nih pagi, perhatian eneng ke bapak memberi secercah harapan ke hari bapak yang kelam ini"
"Neng..."
"Neng..."
"Kok enggak dijawab."
"Neng..."
Ternyata, tak disangka si Kusni, Naura sudah beranjak pergi meninggalkan dia sendirian sejak kata "tidak kenapa-kenapa neng.."
Di sepanjang lorong Naura berjalan mencari ruang guru akan tetapi belum sempat ketemu ruangannya sebuah panggilan tertuju pada Naura.
"HEI KAMU! BERHENTI!!"
Langkah Naura terhenti, ia melihat ke arah asal suara tersebut, seorang bapak-bapak umur 50an memanggil dirinya dengan lantang.
"Kamu anak kelas berapa? Jam pelajaran sudah mulai kok masih di luar seperti ini, mau bapak hukum kamu!!" ancam bapak tersebut.
"Maaf pak, nama saya Naura murid pindahan untuk kelas 2A, ibu saya tidak bisa mengantar saya jadi saya mau ke ruang guru untuk minta petunjuk kelasnya, ini surat keterangannya pak," jawab Naura santun sambil memberikan surat ke pak kepala sekolah.
"Oh, ok kalau begitu ayo ikut bapak, saya Zulfikar kepala sekolah, ayo mari nak Naura," seru pak Zul pada Naura dan mereka berdua berjalan menuju ruang 2A.
Tanpa disadari Naura dua mahkluk tak kasat mata berwujud anak kecil melihat dirinya dari kejauhan.
"ENghh, lima menit lagi Lin," tubuh seorang gadis tergoyang-goyang oleh sesosok makhluk astral tanpa wujud yang fana.
"Ra..bangun..ra..sholat..raa" suara lirih mengema dari balik bibir pucatnya.
"UGHH IYA..IYA gua bangun..!" pekik kesal Naura kepada mahkluk tak kasat mata tersebut.
Udara dingin dan air di pagi hari menyapa Naura dan dua rakaat pun terlaksana, doa tak lupa di panjatkan Naura kepada sang pencipta.
"Lin, elu liat bunda Lin?" tanya Naura sambil memakai baju seragam sekolah barunya.
"Tadi Bunda ke pasar, kakek romo mau datang, jadi mau masak-masak hari ini" jawab makhluk tak kasat mata itu kepada Naura.
"Okelah kalo begitu gua cabut dulu ya Lin, hari pertama enggak boleh telat, apa kata cogan-cogan disana kalo gua sampe telat," jawab Naura sambil memakai tali sepatunya.
Naura akhirnya berlalu meninggalkan Lin-lin teman beda alam tersebut, Linda yang biasa di panggil Lin-lin merupakan hantu penasaran yang telah mendiami rumahnya sejak tahun 90an, Naura berjalan menyusuri pagi yang sedikit berawan, berdesak-desakan di angkot berpeluh keringat, mandi tadi pagi seperti luntur diterjang kepulan asap rokok bapak-bapak yang tidak tahu aturan.
"KIRI BANG..!!" pekik Naura pada sang supir angkutan kota.
Angkot berhenti, kemudian melalu kembali meninggalkan sesosok gadis manis berjibab putih di bibir trotoar.
"Akhirnya sampai juga," lega Naura bergumam pada dirinya sendiri, Naura kembali berjalan menuju sekolah barunya yang terlihat menanjak ke atas, di pinggirnya melintas kali yang lumayan deras disaat sedang menyusuri jalan setapak langkahnya tiba-tiba terhenti dan bulu kuduknya berdiri, sebuah pohon beringin besar nan gagah perkasa menjulang di pinggir kali, yang membuat Naura bergidik bukan pohonnya akan tetapi sesosok penunggu pohon beringin tersebut yang berupa kuntilanak berwajah rusak setinggi 7 meter menatap nanar kearah Naura dengan mata merah kulit pucat di selimuti kain putih lusuh bercampur darah melambai-lambai seperti mengajak naura untuk "bermain".
Naura mematung dan waktu pun kian berlalu, Naura masih saja mematung di tengah jalan, tiap murid yang lewat tidak di gubrisnya, akal fikirannya bergelut.
"haruskan aku pulang?" gumamnya di dalam hati.
ketika kaki naura hendak melangkah kembali ke arah jalan raya seorang lelaki berlari sambil berteriak.
"KUSNIIIIII...!!!"
Ia berlari menuju arah pohon beringin, rona ketakutan terpancar, bukan dari Naura akan tetapi dari kuntilanak yang menghadang Naura tadi, ia melayang menjauh dari pohon beringin, melihat kesempatan Naura mengikuti langkah kaki anak lelaki tersebut.
Di gerbang Naura berpapasan dengan seorang lelaki tua yang sedang menunduk sambil memeluk gerbang, pelukannya terlihat mesra seperti dua remaja sedang memadu cinta.
"Permisi pak, maaf mengganggu aktifitasnya, saya murid pindahan saya ingin bertanya ruang guru dimana ya pak?" tanya Naura dengan santun.
"Oh iya neng, eneng lurus lorong ntu tuh, pintu pertama sebelah kanan ntu ruang guru," jawab pak Kusni lirih.
"Terima kasih pak, maaf, tapi bapak tidak kenapa-napakan ?" tanya Naura lagi khawatir.
"Oh enggak kenapa-kenapa neng, makasih ya neng, cuman eneng yang perhatian pagi ini ke bapak, tadi pagi bini bapak kagak bikinin kopi, sarapan juga bekas nasi kemaren, apesnya tadi ketemu si KAMPRET, malah encok bapak kambuh, apes aje nih pagi, perhatian eneng ke bapak memberi secercah harapan ke hari bapak yang kelam ini"
"Neng..."
"Neng..."
"Kok enggak dijawab."
"Neng..."
Ternyata, tak disangka si Kusni, Naura sudah beranjak pergi meninggalkan dia sendirian sejak kata "tidak kenapa-kenapa neng.."
Di sepanjang lorong Naura berjalan mencari ruang guru akan tetapi belum sempat ketemu ruangannya sebuah panggilan tertuju pada Naura.
"HEI KAMU! BERHENTI!!"
Langkah Naura terhenti, ia melihat ke arah asal suara tersebut, seorang bapak-bapak umur 50an memanggil dirinya dengan lantang.
"Kamu anak kelas berapa? Jam pelajaran sudah mulai kok masih di luar seperti ini, mau bapak hukum kamu!!" ancam bapak tersebut.
"Maaf pak, nama saya Naura murid pindahan untuk kelas 2A, ibu saya tidak bisa mengantar saya jadi saya mau ke ruang guru untuk minta petunjuk kelasnya, ini surat keterangannya pak," jawab Naura santun sambil memberikan surat ke pak kepala sekolah.
"Oh, ok kalau begitu ayo ikut bapak, saya Zulfikar kepala sekolah, ayo mari nak Naura," seru pak Zul pada Naura dan mereka berdua berjalan menuju ruang 2A.
Tanpa disadari Naura dua mahkluk tak kasat mata berwujud anak kecil melihat dirinya dari kejauhan.
namakuve dan 28 lainnya memberi reputasi
27