- Beranda
- Stories from the Heart
Cerita Kita Untuk Selamanya 2 : Harpocrates [TAMAT]
...
TS
rendyprasetyyo
Cerita Kita Untuk Selamanya 2 : Harpocrates [TAMAT]
Quote:
SELAMAT DATANG DI CERITA KITA UNTUK SELAMANYA SERIES.
TENANG, CERITA KITA, APAPUN UJUNGNYA, AKAN DIKENANG SELAMANYA.
BASED ON TRUE STORY.
Seperti biasa, sebelum masuk ke inti cerita, ada beberapa hal yang harus gw jelasin dulu disini yah. Gak banyak kok dan sifatnya juga sepele, tapi demi menghindari hal-hal yang tidak diinginkan kedepannya hal-hal sedikit dan sepele ini tetep harus disampaikan
Pertama,dan yang paling penting, adalah cerita ini merupakan lanjutan dari cerita yang sudah gw tulis sebelumnya (Cerita kita untuk selamanya). 70% formatnya masih sama, cuma di cerita ini nanti ada beberapa tokoh baru dan latar baru juga. Anggap cerita ini fiksi supaya tidak ada asumsi-asumsi yang tidak diinginkan yang lahir dari anggapan kalau cerita ini non-fiksi, apa sih
ini cerita sebelumnya:
TENANG, CERITA KITA, APAPUN UJUNGNYA, AKAN DIKENANG SELAMANYA.
BASED ON TRUE STORY.
Seperti biasa, sebelum masuk ke inti cerita, ada beberapa hal yang harus gw jelasin dulu disini yah. Gak banyak kok dan sifatnya juga sepele, tapi demi menghindari hal-hal yang tidak diinginkan kedepannya hal-hal sedikit dan sepele ini tetep harus disampaikan

Pertama,dan yang paling penting, adalah cerita ini merupakan lanjutan dari cerita yang sudah gw tulis sebelumnya (Cerita kita untuk selamanya). 70% formatnya masih sama, cuma di cerita ini nanti ada beberapa tokoh baru dan latar baru juga. Anggap cerita ini fiksi supaya tidak ada asumsi-asumsi yang tidak diinginkan yang lahir dari anggapan kalau cerita ini non-fiksi, apa sih

ini cerita sebelumnya:
Cerita Kita Untuk Selamanya versi FULL SERIES (Series 1 dan 3) :
Kedua, Bibi masih ada? masih. bibi selalu ada didalam hati dan sanubari gw jadi dia masih dapet porsi dicerita ini, gak besar-besar amat tapi cukup, kalian ngertilah maksud gw apa.
Ketiga,karena cerita ini lanjutan dari cerita sebelumnya, jadi gw saranin kalian buat baca dulu cerita yang pertama sebelum lanjut ke cerita ini.
Ke-empat, poin ini masih gw tujukan untuk menjelaskan betapa apresiasi dari kalian itu berharga banget buat gw, jadi kalau berkenan selalu tinggalkan komen dan kalau suka jalan ceritanya bisa tinggalkan ratenya, it reaaallly means something guys for me, halah
Terakhir, sebelum baca cerita ini jangan lupa berdoa dulu, karena bakal ada adegan horror yang terjadi. jadi persiapkan diri kalian. Untuk genre, story lanjutan ini genre nya horror - romance - comedy
Jadwal update? Diusahakan tiap ada waktu luang.
Masih ada pertanyaan? we are good to go to first chapter?
Okeey, lets gooo.
------------------------------------
Ketiga,karena cerita ini lanjutan dari cerita sebelumnya, jadi gw saranin kalian buat baca dulu cerita yang pertama sebelum lanjut ke cerita ini.
Ke-empat, poin ini masih gw tujukan untuk menjelaskan betapa apresiasi dari kalian itu berharga banget buat gw, jadi kalau berkenan selalu tinggalkan komen dan kalau suka jalan ceritanya bisa tinggalkan ratenya, it reaaallly means something guys for me, halah

Terakhir, sebelum baca cerita ini jangan lupa berdoa dulu, karena bakal ada adegan horror yang terjadi. jadi persiapkan diri kalian. Untuk genre, story lanjutan ini genre nya horror - romance - comedy
Jadwal update? Diusahakan tiap ada waktu luang.
Masih ada pertanyaan? we are good to go to first chapter?
Okeey, lets gooo.

------------------------------------
Quote:
-------------------------------------------------------------------------------
CERITA KITA UNTUK SELAMANYA 2 : HARPOCRATES
KHATMANDU - PROLOG
PART I
DHAULAGIRI
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
DHAULAGIRI II
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
DHAULAGIRI III
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
PART II
MACHAPUCARE
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
MACHAPUCARE I
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44
Chapter 45
MACHAPUCARE II
Chapter 46
Chapter 47
Chapter 48
Chapter 49
Chapter 50
Chapter 51
Chapter 52
Chapter 53
Chapter 54
Chapter 55
Chapter 56
PART III
ANNAPURNA
Chapter 57
Chapter 58
Chapter 59 - Truth or Dare Part I
Chapter 60
Chapter 61
Chapter 62
Chapter 63
Chapter 64
Chapter 65
Chapter 66
ANNAPURNA I
Chapter 67
Chapter 68
Chapter 69
Chapter 70
Chapter 71
Chapter 72
Chapter 73
Chapter 74
Chapter 75
Chapter 76
ANNAPURNA II
Chapter 77
Chapter 78
Chapter 79
Chapter 80
Chapter 81
Chapter 82
Chapter 83
Chapter 84
PART IV
FINAL PART
Chapter 85
Chapter 86
Chapter 87
Chapter 88
Chapter 89
Chapter 90
Chapter 91
Chapter 92
Chapter 93
Chapter 94
Chapter 95
LAST PART
Chapter 96
Chapter 97
Chapter 98
Chapter 99
Chapter 100
Chapter 101
Chapter 102
Chapter 103
Chapter 104
Chapter 105
Chapter 106 - Truth or Dare Part II [END]
CERITA KITA UNTUK SELAMANYA 2 : HARPOCRATES
KHATMANDU - PROLOG
PART I
DHAULAGIRI
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
DHAULAGIRI II
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
DHAULAGIRI III
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
PART II
MACHAPUCARE
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
MACHAPUCARE I
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44
Chapter 45
MACHAPUCARE II
Chapter 46
Chapter 47
Chapter 48
Chapter 49
Chapter 50
Chapter 51
Chapter 52
Chapter 53
Chapter 54
Chapter 55
Chapter 56
PART III
ANNAPURNA
Chapter 57
Chapter 58
Chapter 59 - Truth or Dare Part I
Chapter 60
Chapter 61
Chapter 62
Chapter 63
Chapter 64
Chapter 65
Chapter 66
ANNAPURNA I
Chapter 67
Chapter 68
Chapter 69
Chapter 70
Chapter 71
Chapter 72
Chapter 73
Chapter 74
Chapter 75
Chapter 76
ANNAPURNA II
Chapter 77
Chapter 78
Chapter 79
Chapter 80
Chapter 81
Chapter 82
Chapter 83
Chapter 84
PART IV
FINAL PART
Chapter 85
Chapter 86
Chapter 87
Chapter 88
Chapter 89
Chapter 90
Chapter 91
Chapter 92
Chapter 93
Chapter 94
Chapter 95
LAST PART
Chapter 96
Chapter 97
Chapter 98
Chapter 99
Chapter 100
Chapter 101
Chapter 102
Chapter 103
Chapter 104
Chapter 105
Chapter 106 - Truth or Dare Part II [END]
----------------------------------------------------
![Cerita Kita Untuk Selamanya 2 : Harpocrates [TAMAT]](https://s.kaskus.id/images/2020/06/21/6035474_20200621091137.gif)
![Cerita Kita Untuk Selamanya 2 : Harpocrates [TAMAT]](https://s.kaskus.id/images/2020/06/21/6035474_20200621091137.gif)
Cerita Kita Untuk Selamanya versi FULL SERIES (Series 1 dan 3) :
BUDAYAKAN MENINGGALKAN JEJAK SUPAYA KITA BISA SALING KENAL


Polling
Poll ini sudah ditutup. - 8 suara
Perlu ditambah gak bre adegan BB17?
perlu
25%
sangat perlu
13%
bentar gw baca dulu
0%
sesempet yang nulis aja
63%
Diubah oleh rendyprasetyyo 08-07-2023 22:57
ugalugalih dan 33 lainnya memberi reputasi
34
134.9K
802
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
rendyprasetyyo
#632
PART II - MACHAPUCARE
Chapter 55
“Pinter ya, sepatunya robek bagian samping” kak apro tiba-tiba nyenggol tangan gw dan mulai komplain tentang sepatu kets merah yang gw pake. Sebagai catatan, gw emang pake setelan blazer dan celana resmi serba hitam, tapi untuk sepatu gw pilih sepatu kets merah yang sobek lumayan besar dibagian samping karena sering gesekan dengan papan skate. Dan kak Apro baru sadar sekarang tentang kondisi sepatu gw yang gak layak pakai ini, begitupun gw. Gw juga baru sadar sekarang kalau gw milih sepatu ini buat berangkat tadi.
Disepanjang trotoar jalanan yang letaknya disisi pagar istana, gw dan kak apro jalan berdampingan sambil sesekali memperhatikan beberapa tamu lain yang juga menyusuri jalur yang sama untuk masuk ke dalam istana. Kebanyakan tamu-tamu ini memakai stelan batik dan gw taksir usianya mungkin gak beda jauh sama gw. Melihat beberapa sampel tamu yang udah gw temuin, gw yakin banget kalau acara nanti bakal jadi acara formal.
Butuh waktu sekitar 10 menit untuk masuk kedalam istana. Wajar, jalur masuk agak dialihkan melalui jalur yang melewati kebun raya disebelah istana karena pintu masuk utama dipake buat jadi jalur masuknya tamu-tamu penting. Setelah masuk ke area kebun raya, gw liat dikejauhan kalau didepan pintu masuk yang disediakan ada tenda putih besar dan keramaian orang disana, kayaknya sih itu tempat yang jadi area pintu masuk acara sekarang. Dan udara dikebun ini malah lebih adem dari udara diluar tadi.
Gw, kak Apro, dan Abe langsung ngambil antrian dimeja registrasi begitu sampai didepan gerbang. Antrian di meja registrasi ini dibagi jadi 5 jalur yang letaknya dibawah tenda putih besar yang sengaja didirikan didepan pintu gerbang istana. Beberapa barisan anak-anak pramuka, pemuda-pemudi berpakaian ala pengibar bendera, dan beberapa petugas keamanan yang berbadan tinggi tegap terlihat mengantri untuk mencatat daftar hadir dijalur-jalur yang berbeda.
“Pokoknya kalau gak boleh masuk kamu tinggal disini, sendirian.” Kak apro ngelanjutin. Sementara nunggu antrian, gw sempat mengambil beberapa foto. Alasan gw ngambil foto ya kayaknya cuma insting dan refleks aja, karena field report yang harus dibikin nanti butuh dokumentasi acara keseluruhan, dari awal sampe akhir acara selesai dan gak ditiap jepretan hasilnya bisa bagus. Jadi gw simpulkan kalau gw butuh sampel foto dalam jumlah tak terhingga supaya enak memilah mana yang bakal dipost mana yang bakal dibuang nanti.
“I-i-ya, Kak.” gw jawab sambil menelan ludah dan fokus lagi ke jepretan anak-anak pramuka yang sedang diberi instruksi oleh seorang guru wanita berperawakan agak berisi dengan jiwa keibuan memancar dari tatapan mata nya ke anak-anak yang sedang dibimbing. Ngeliat anak kecil bersetelan pramuka lengkap gak tau kenapa sekilas memori gw berlari jauh ke belakang, waktu gw masih kelas 2 SMA dan masih aktif di ekskul pramuka.
Menimbang gak ada tamu lain yang tampilan sepatunya seacak-acakan gw, gw makin yakin kalau ketakutan ka Apro bisa aja bener-bener terjadi. Gimana kalau seandainya gw gak boleh masuk? Percuma dong semuanya? Momen sekali seumur hidup ini bakal hilang begitu aja cuma gara-gara sepatu. Gw mulai mikir buat cari cara untuk meghindari tatapan-tatapan penjaga meja registrasi terhadap sepatu gw, dan satu-satunya cara yang terpikir adalah dengan memisahkan diri dari kak Apro dan Abe saat penulisan absen. Ntah lah, cuma cara ini yang terbesit disaat sekarang.
Kak Apro dan Abe melangkah lebih dulu tepat ketika antrian terdepan dari posisi mereka selesai menuliskan absen. Samar-samar terlihat kalau mereka dapat semacam pin berbentuk bulat berlatar belakang merah darah yang harus dipasang sebagai atribut di pakaian masing-masing. Dari jauh terlihat kalau di Pin itu tertulis “Kita tidak sama, kita kerja sama (MEDIA)”. Gw memelankan langkah dan baru terlibat dalam rangkaian kegiatan registrasi setelah abe dan kak Apro selesai. Iya, semua dibuat gak terlalu mencolok supaya gak ada satupun dari pihak pendaftaran yang sadar dengan sepatu yang lagi gw pake. Setelah selesai menuliskan nama, nomer telfon, dan memasang pin disalah satu kerah blazer yang gw kenakan gw segera menyusul kak apro menuju gerbang masuk istana tempat beberapa PROVOST berjaga membawa senjata.
“Udah selesai? Yuk masuk. Untung bisa masuk kan” Kak Apro dan abe berdiri didepan gerbang sambil memegang gadget dan perlengkapan dokumentasi sebelum masuk kedalam istana. Samar-samar terlihat kalau didalam istana banyak orang sedang mempersiapkan seblum acara inti dimulai. Kalau dilihat dari Pin yang didapat, rombongan ini datang kesini sebagai perwakilan Media yang tugasnya buat mendokumentasikan acara. Tapi gak cuma pin merah darah, beberapa tamu lain yang punya pin dengan warna yang berbeda. Perbedaam warna pin ini mungkin menandakan porsi tanggung jawab yang beda juga.
“Yuk” gw jawab ajakan kak apro.
“untung bisa masuk kan” Abe nambahin, tapi tatapannya mengarah ke arah gerombolan cewek berpakaian serba putih yang mulai masuk kedalam gerbang. Sekilas mereka ini mirip sama gerombolan paskibraka yang sering gw liat diperayaan 17 agustusan.
“Minta roti dong, jadi dibawa gak?” gw nimpalin abe sambil mengikuti arah tatapan dia. Cantik sih emang, salah satu cewek punya rambut gaya bob dan dandanan tipis yang bikin aura sederhana-nya keluar. Perkiraan gw cewek-cewek paskibraka ini seumuran sama abe.
“gak lah, kan gak boleh, inget ren gak boleh macem-macem didalem” abe ngejawab dengan tatapan gak lepas dari cewek berambut ala-ala bob.
“satu macem aja, ngapain macem-macem” gw jawab dia sambil berencana mengambil momen cewek-cewek paskibraka ini sebelum bener-bener menghilang di gerbang masuk, dan tepat ketika akan memencet tombol tiba-tiba kak apro manggil.
“kalian ngapain? Ayo masuk!” kak apro yang tanpa disadari posisinya udah jauh didepan dan tinggal beberapa meter lagi sebelum bisa melewati gerbang.
“iya kak” gw jawab dengan keterpaksaan karena kehilangan momen masuknya cewek-cewek paskibraka.
“nanti didalem kita ambil fotonya, jangan sampe kak apro tau” abe berusaha menghibur gw dan ya padahal gw yakin yang butuh foto cewek itu sebenernya dia bukan gw.
“kita? Gw aja. Ayo kak apro nungguin” gw jawab abe sambil melangkah menghampiri kak apro.
Setelah melewati gerbang yang dijaga oleh banyak PROVOST, gw bisa liat kalau acara yang bakal diadakan berbeda 180 derajat dari konsepan yang ada dikepala gw sebelumnya. Dan ini bakal keren banget.
Chapter 55
“Pinter ya, sepatunya robek bagian samping” kak apro tiba-tiba nyenggol tangan gw dan mulai komplain tentang sepatu kets merah yang gw pake. Sebagai catatan, gw emang pake setelan blazer dan celana resmi serba hitam, tapi untuk sepatu gw pilih sepatu kets merah yang sobek lumayan besar dibagian samping karena sering gesekan dengan papan skate. Dan kak Apro baru sadar sekarang tentang kondisi sepatu gw yang gak layak pakai ini, begitupun gw. Gw juga baru sadar sekarang kalau gw milih sepatu ini buat berangkat tadi.
Disepanjang trotoar jalanan yang letaknya disisi pagar istana, gw dan kak apro jalan berdampingan sambil sesekali memperhatikan beberapa tamu lain yang juga menyusuri jalur yang sama untuk masuk ke dalam istana. Kebanyakan tamu-tamu ini memakai stelan batik dan gw taksir usianya mungkin gak beda jauh sama gw. Melihat beberapa sampel tamu yang udah gw temuin, gw yakin banget kalau acara nanti bakal jadi acara formal.
Butuh waktu sekitar 10 menit untuk masuk kedalam istana. Wajar, jalur masuk agak dialihkan melalui jalur yang melewati kebun raya disebelah istana karena pintu masuk utama dipake buat jadi jalur masuknya tamu-tamu penting. Setelah masuk ke area kebun raya, gw liat dikejauhan kalau didepan pintu masuk yang disediakan ada tenda putih besar dan keramaian orang disana, kayaknya sih itu tempat yang jadi area pintu masuk acara sekarang. Dan udara dikebun ini malah lebih adem dari udara diluar tadi.
Gw, kak Apro, dan Abe langsung ngambil antrian dimeja registrasi begitu sampai didepan gerbang. Antrian di meja registrasi ini dibagi jadi 5 jalur yang letaknya dibawah tenda putih besar yang sengaja didirikan didepan pintu gerbang istana. Beberapa barisan anak-anak pramuka, pemuda-pemudi berpakaian ala pengibar bendera, dan beberapa petugas keamanan yang berbadan tinggi tegap terlihat mengantri untuk mencatat daftar hadir dijalur-jalur yang berbeda.
“Pokoknya kalau gak boleh masuk kamu tinggal disini, sendirian.” Kak apro ngelanjutin. Sementara nunggu antrian, gw sempat mengambil beberapa foto. Alasan gw ngambil foto ya kayaknya cuma insting dan refleks aja, karena field report yang harus dibikin nanti butuh dokumentasi acara keseluruhan, dari awal sampe akhir acara selesai dan gak ditiap jepretan hasilnya bisa bagus. Jadi gw simpulkan kalau gw butuh sampel foto dalam jumlah tak terhingga supaya enak memilah mana yang bakal dipost mana yang bakal dibuang nanti.
“I-i-ya, Kak.” gw jawab sambil menelan ludah dan fokus lagi ke jepretan anak-anak pramuka yang sedang diberi instruksi oleh seorang guru wanita berperawakan agak berisi dengan jiwa keibuan memancar dari tatapan mata nya ke anak-anak yang sedang dibimbing. Ngeliat anak kecil bersetelan pramuka lengkap gak tau kenapa sekilas memori gw berlari jauh ke belakang, waktu gw masih kelas 2 SMA dan masih aktif di ekskul pramuka.
Menimbang gak ada tamu lain yang tampilan sepatunya seacak-acakan gw, gw makin yakin kalau ketakutan ka Apro bisa aja bener-bener terjadi. Gimana kalau seandainya gw gak boleh masuk? Percuma dong semuanya? Momen sekali seumur hidup ini bakal hilang begitu aja cuma gara-gara sepatu. Gw mulai mikir buat cari cara untuk meghindari tatapan-tatapan penjaga meja registrasi terhadap sepatu gw, dan satu-satunya cara yang terpikir adalah dengan memisahkan diri dari kak Apro dan Abe saat penulisan absen. Ntah lah, cuma cara ini yang terbesit disaat sekarang.
Kak Apro dan Abe melangkah lebih dulu tepat ketika antrian terdepan dari posisi mereka selesai menuliskan absen. Samar-samar terlihat kalau mereka dapat semacam pin berbentuk bulat berlatar belakang merah darah yang harus dipasang sebagai atribut di pakaian masing-masing. Dari jauh terlihat kalau di Pin itu tertulis “Kita tidak sama, kita kerja sama (MEDIA)”. Gw memelankan langkah dan baru terlibat dalam rangkaian kegiatan registrasi setelah abe dan kak Apro selesai. Iya, semua dibuat gak terlalu mencolok supaya gak ada satupun dari pihak pendaftaran yang sadar dengan sepatu yang lagi gw pake. Setelah selesai menuliskan nama, nomer telfon, dan memasang pin disalah satu kerah blazer yang gw kenakan gw segera menyusul kak apro menuju gerbang masuk istana tempat beberapa PROVOST berjaga membawa senjata.
“Udah selesai? Yuk masuk. Untung bisa masuk kan” Kak Apro dan abe berdiri didepan gerbang sambil memegang gadget dan perlengkapan dokumentasi sebelum masuk kedalam istana. Samar-samar terlihat kalau didalam istana banyak orang sedang mempersiapkan seblum acara inti dimulai. Kalau dilihat dari Pin yang didapat, rombongan ini datang kesini sebagai perwakilan Media yang tugasnya buat mendokumentasikan acara. Tapi gak cuma pin merah darah, beberapa tamu lain yang punya pin dengan warna yang berbeda. Perbedaam warna pin ini mungkin menandakan porsi tanggung jawab yang beda juga.
“Yuk” gw jawab ajakan kak apro.
“untung bisa masuk kan” Abe nambahin, tapi tatapannya mengarah ke arah gerombolan cewek berpakaian serba putih yang mulai masuk kedalam gerbang. Sekilas mereka ini mirip sama gerombolan paskibraka yang sering gw liat diperayaan 17 agustusan.
“Minta roti dong, jadi dibawa gak?” gw nimpalin abe sambil mengikuti arah tatapan dia. Cantik sih emang, salah satu cewek punya rambut gaya bob dan dandanan tipis yang bikin aura sederhana-nya keluar. Perkiraan gw cewek-cewek paskibraka ini seumuran sama abe.
“gak lah, kan gak boleh, inget ren gak boleh macem-macem didalem” abe ngejawab dengan tatapan gak lepas dari cewek berambut ala-ala bob.
“satu macem aja, ngapain macem-macem” gw jawab dia sambil berencana mengambil momen cewek-cewek paskibraka ini sebelum bener-bener menghilang di gerbang masuk, dan tepat ketika akan memencet tombol tiba-tiba kak apro manggil.
“kalian ngapain? Ayo masuk!” kak apro yang tanpa disadari posisinya udah jauh didepan dan tinggal beberapa meter lagi sebelum bisa melewati gerbang.
“iya kak” gw jawab dengan keterpaksaan karena kehilangan momen masuknya cewek-cewek paskibraka.
“nanti didalem kita ambil fotonya, jangan sampe kak apro tau” abe berusaha menghibur gw dan ya padahal gw yakin yang butuh foto cewek itu sebenernya dia bukan gw.
“kita? Gw aja. Ayo kak apro nungguin” gw jawab abe sambil melangkah menghampiri kak apro.
Setelah melewati gerbang yang dijaga oleh banyak PROVOST, gw bisa liat kalau acara yang bakal diadakan berbeda 180 derajat dari konsepan yang ada dikepala gw sebelumnya. Dan ini bakal keren banget.
rendicf memberi reputasi
1
![Cerita Kita Untuk Selamanya 2 : Harpocrates [TAMAT]](https://s.kaskus.id/images/2020/05/16/6035474_202005160112400749.png)
Cerita kita untuk selamanya: HARPOCRATES [A SEKUEL]