- Beranda
- Stories from the Heart
DIARY MATA INDIGO - SEASON 3 : THE NEXT LEVEL
...
TS
jeniussetyo09
DIARY MATA INDIGO - SEASON 3 : THE NEXT LEVEL
ONCE AGAIN…. WELCOME TO MY THREAD

Pict by Rido Irdam
Thread ini adalah thread lanjutan dari Thread sebelumnya DIARYMATA INDIGO SEASON 2 : Sebuah Cerita Lanjutan Indigo Interdimensional
DIARY MATA INDIGO SEASON 3 : THE NEXT LEVEL
Cerita Season 3 kali ini bercerita tentang pengalaman sesudah kuliah dan memasuki dunia kerja. Penulis pada season 3 ini akan lebih banyak menambah bumbu-bumbu fiksi sebagai pembungkus pengalaman yang pernah ada. Tentu saja dengan tetap mengedepankan prinsip "Fiksi Rasa Real" daripada "Real Rasa Fiksi". Tentu saja semua nya diambil dari apa yang dihasilkan oleh penglihatan seseorang yang bisa melihat “mereka”. Mereka yang tak kasat mata. Mereka yang berada di alam sebelah. Mereka yang sering disebut dengan hantu, jin, siluman, roh, makhluk halus atau arwah.
Istilah indigo adalah sebutan bagi mereka yang memiliki kemampuan indra keenam, dan dalam thread ini khusus hanya membahas tentang pengalaman Indigo Interdimensional, bukan indigo yang lain. Indigo Interdimensional adalah salah satu kemampuan Indigo dimana seseorang bisa melihat, mendengar bahkan berkomunikasi dengan makhluk halus atau penghuni alam sebelah.
Isi thread ini murni berbagi cerita dan pengalaman dan sama sekali tidak bicara tentang pengertian atau pemahaman tertentu. Bagi orang yang mungkin punya pemahaman atau pengertian yang berbeda dipersilahkan. Tapi yang jelas hal-hal itu tidak akan direspon
Penulis tidak mengharapkan komentar yang menimbulkan perpecahan, apalagi yang berbau SARA, akan tetapi jika ternyata ada juga yang berkomentar demikian, maka semoga mendapatkan hidayah dan semoga orang tersebut semakin dimulikan dan dan ditinggikan derajatnya oleh Tuhan Yang Maha Esa. Terlepas nanti ada syarat dan ketentuan berlakunya atau tidak.
Selebihnya ane cuma bisa mengucapkan, selamat menikmati.
Enjoy….

by Rido Irdam
PS :
Untuk memudahkan dan karena Diary ini terdiri dari beberapa part ane sediakan link nya. Dengan rendah hati ane juga tidak lupa menghimbau untuk membudayakan komeng bagi Agan & Sista. Cendol bila Agan & Sista ikhlas, rate jika berkenan, bata mohon ditiadakan
Part 1 : DMI 3 - Prolog
Part 2 : DMI 3 - Misteri Gudang Tembakau 1
Part 3 : DMI 3 - Misteri Gudang Tembakau 2
Part 4 : DMI 3 - Misteri Gudang Tembakau 3
Part 5 : DMI 3 - Misteri Gudang Tembakau 4
Part 6 : DMI 3 - Misteri Gudang Tembakau 5
Part 7 : DMI 3 - Misteri Gudang Tembakau 6
Part 8 : DMI 3 - Kembali Ke Pak Sam 1
Part 9 : DMI 3 - Kembali Ke Pak Sam 2
Part 10 : DMI 3 – Siap kah Kau Untuk Jatuh Cinta Lagi?
Part 11 : DMI 3 - Bocah Astral
Part 12 : DMI 3 - Mendua Dalam Astral
Part 13 : DMI 3 - Indahnya Mendua
Part 14 : DMI 3 - Pertempuran 1
Part 15 : DMI 3 - Pertempuran 2
Part 16 : DMI 3 - Dead End
Part 17 : DMI 3 - Not Alone
Part 18 : DMI 3 - Berperang Kembali 1
Part 19 : DMI 3 - Berperang Kembali 2
Part 20 : DMI 3 - Berperang Kembali 3
Part 21 : DMI 3 - Kemenangan
Part 22 : DMI 3 - Pagelaran Wayang di Merapi
Part 23 : DMI 3 - Jagad Gumelar
Part 24 : DMI 3 - Harus Memilih
Part 25 : DMI 3 - Good Bye
Part 26 : DMI 3 - Restu
Part 27 : DMI 3 - Legenda Raden Rangga
Part 28 : DMI 3 - Usaha Terakhir
Part 29 : DMI 3 - Menyelamatkan Arya
Part 30 : DMI 3 - Sesuatu Tak Terduga
SIDE STORY :
PULANG 1
PULANG 2
MEMBUKA MATA KETIGA PART 1
MEMBUKA MATA KETIGA PART 2
MEMBUKA MATA KETIGA PART 3
TANGISAN ARWAH 1
TANGISAN ARWAH 2
TANGISAN ARWAH 3
TANGISAN ARWAH 4
HILANG 1
HILANG 2
GERBANG DIMENSI IMOGIRI 1
GERBANG DIMENSI IMOGIRI 2
Jon Sansiro Story :
Story 1 : Gundul Pringis
Sekarang Mas Yus juga sudah merambah spotify. Dengarkan celoteh dan obrolan Mas Yus yang akan selalu menghantui anda di Podcast Mas Yus di Spotify. Cekidot
Spotify Mas Yus - Diary DImensi Ketiga
Top 5 Astral Feminim selain Kuntilanak
Top 5 Pesugihan Underrated
[/QUOTE]
Mas Yus sekarang sudah punya Channel Youtube judulnya Ngopi Mistis alias Ngobrol Pokoknya Intinya Mistis. Jangan lupa Share, Like, dan Subscribenya yaaaa
[/QUOTE]
Penampilan Perdana di TV, di Acara KERAMATINews
Sebuah acara bertema kan penelusuran tempat-tempat angker dan keramat. Menguak misteri-misteri yang tersimpan di dalamnya. Bersama paranormal dan host-host kece. Tayang setiap hari SABTU dan MINGGU, pukul 20:30 WIB. Hanya di channel INEWS
Kalau ketinggalan programnya nggak usah khawatir, subscribe channel youtubenya : https://www.youtube.com/channel/UC5c...H0tQ3l49G-_rtw
Ini penampakan pertama Mas Yus dalam episode Keramat :
1. Misteri Gedung Biru Kalimalang - Bekasi
2. Setan dilarang masuk - Bioskop Atoom Citeureup
3. Misteri Sinden Marni - Studio Alam TVRI Depok
4. Misteri Sumur 7- Sumur 7 Beji Depok
5. Pastur Tanpa Kepala VS Nenek Gayung - Makam Jeruk Purut
7. Jangan Fitnah Setan - Bekas Pabrik Ciputat
Anda bertanya Indigo Menjawab. Sekali-sekali coba bikin konten di youtube. Isinya tentang menjawab pertanyaan-pertanyaan yang masuk ke Instagram diarymataindigo09. Penasaran? Klik Linknya....
Jangan lupa like nya :
[/QUOTE]
Cek Juga karya ane yang lain ya Gan..
DIARY MATA INDIGO SEASON 1
DIARY MATA INDIGO SEASON 2
EKSPEDISI KRAMAT - HIDDEN STORY
DARK SIDE INDONESIAN FAIRYTALE
BUAT TAMBAH PENGETAHUAN :
1. Melihat Hantu Tanpa Mata Ketiga / Indra Keenam
2. Kenali Jenis-Jenis Distorsi Pada Anak Indigo
3. Thread Kaskus yang jadi Novel
4. Gunung-gunung yang memiliki Pasar Setan
5. 5 Fakta yang jarang orang ketahui tentang Pocong

by Rido Irdam

Pict by Rido Irdam
Thread ini adalah thread lanjutan dari Thread sebelumnya DIARYMATA INDIGO SEASON 2 : Sebuah Cerita Lanjutan Indigo Interdimensional
DIARY MATA INDIGO SEASON 3 : THE NEXT LEVEL
Cerita Season 3 kali ini bercerita tentang pengalaman sesudah kuliah dan memasuki dunia kerja. Penulis pada season 3 ini akan lebih banyak menambah bumbu-bumbu fiksi sebagai pembungkus pengalaman yang pernah ada. Tentu saja dengan tetap mengedepankan prinsip "Fiksi Rasa Real" daripada "Real Rasa Fiksi". Tentu saja semua nya diambil dari apa yang dihasilkan oleh penglihatan seseorang yang bisa melihat “mereka”. Mereka yang tak kasat mata. Mereka yang berada di alam sebelah. Mereka yang sering disebut dengan hantu, jin, siluman, roh, makhluk halus atau arwah.
Istilah indigo adalah sebutan bagi mereka yang memiliki kemampuan indra keenam, dan dalam thread ini khusus hanya membahas tentang pengalaman Indigo Interdimensional, bukan indigo yang lain. Indigo Interdimensional adalah salah satu kemampuan Indigo dimana seseorang bisa melihat, mendengar bahkan berkomunikasi dengan makhluk halus atau penghuni alam sebelah.
Isi thread ini murni berbagi cerita dan pengalaman dan sama sekali tidak bicara tentang pengertian atau pemahaman tertentu. Bagi orang yang mungkin punya pemahaman atau pengertian yang berbeda dipersilahkan. Tapi yang jelas hal-hal itu tidak akan direspon
Penulis tidak mengharapkan komentar yang menimbulkan perpecahan, apalagi yang berbau SARA, akan tetapi jika ternyata ada juga yang berkomentar demikian, maka semoga mendapatkan hidayah dan semoga orang tersebut semakin dimulikan dan dan ditinggikan derajatnya oleh Tuhan Yang Maha Esa. Terlepas nanti ada syarat dan ketentuan berlakunya atau tidak.
Selebihnya ane cuma bisa mengucapkan, selamat menikmati.
Enjoy….

by Rido Irdam
PS :
Untuk memudahkan dan karena Diary ini terdiri dari beberapa part ane sediakan link nya. Dengan rendah hati ane juga tidak lupa menghimbau untuk membudayakan komeng bagi Agan & Sista. Cendol bila Agan & Sista ikhlas, rate jika berkenan, bata mohon ditiadakan

Part 1 : DMI 3 - Prolog
Part 2 : DMI 3 - Misteri Gudang Tembakau 1
Part 3 : DMI 3 - Misteri Gudang Tembakau 2
Part 4 : DMI 3 - Misteri Gudang Tembakau 3
Part 5 : DMI 3 - Misteri Gudang Tembakau 4
Part 6 : DMI 3 - Misteri Gudang Tembakau 5
Part 7 : DMI 3 - Misteri Gudang Tembakau 6
Part 8 : DMI 3 - Kembali Ke Pak Sam 1
Part 9 : DMI 3 - Kembali Ke Pak Sam 2
Part 10 : DMI 3 – Siap kah Kau Untuk Jatuh Cinta Lagi?
Part 11 : DMI 3 - Bocah Astral
Part 12 : DMI 3 - Mendua Dalam Astral
Part 13 : DMI 3 - Indahnya Mendua
Part 14 : DMI 3 - Pertempuran 1
Part 15 : DMI 3 - Pertempuran 2
Part 16 : DMI 3 - Dead End
Part 17 : DMI 3 - Not Alone
Part 18 : DMI 3 - Berperang Kembali 1
Part 19 : DMI 3 - Berperang Kembali 2
Part 20 : DMI 3 - Berperang Kembali 3
Part 21 : DMI 3 - Kemenangan
Part 22 : DMI 3 - Pagelaran Wayang di Merapi
Part 23 : DMI 3 - Jagad Gumelar
Part 24 : DMI 3 - Harus Memilih
Part 25 : DMI 3 - Good Bye
Part 26 : DMI 3 - Restu
Part 27 : DMI 3 - Legenda Raden Rangga
Part 28 : DMI 3 - Usaha Terakhir
Part 29 : DMI 3 - Menyelamatkan Arya
Part 30 : DMI 3 - Sesuatu Tak Terduga
SIDE STORY :
PULANG 1
PULANG 2
MEMBUKA MATA KETIGA PART 1
MEMBUKA MATA KETIGA PART 2
MEMBUKA MATA KETIGA PART 3
TANGISAN ARWAH 1
TANGISAN ARWAH 2
TANGISAN ARWAH 3
TANGISAN ARWAH 4
HILANG 1
HILANG 2
GERBANG DIMENSI IMOGIRI 1
GERBANG DIMENSI IMOGIRI 2
Jon Sansiro Story :
Story 1 : Gundul Pringis
Sekarang Mas Yus juga sudah merambah spotify. Dengarkan celoteh dan obrolan Mas Yus yang akan selalu menghantui anda di Podcast Mas Yus di Spotify. Cekidot
Spotify Mas Yus - Diary DImensi Ketiga
Top 5 Astral Feminim selain Kuntilanak
Top 5 Pesugihan Underrated
[/QUOTE]
Mas Yus sekarang sudah punya Channel Youtube judulnya Ngopi Mistis alias Ngobrol Pokoknya Intinya Mistis. Jangan lupa Share, Like, dan Subscribenya yaaaa
[/QUOTE]
Penampilan Perdana di TV, di Acara KERAMATINews
Sebuah acara bertema kan penelusuran tempat-tempat angker dan keramat. Menguak misteri-misteri yang tersimpan di dalamnya. Bersama paranormal dan host-host kece. Tayang setiap hari SABTU dan MINGGU, pukul 20:30 WIB. Hanya di channel INEWS
Kalau ketinggalan programnya nggak usah khawatir, subscribe channel youtubenya : https://www.youtube.com/channel/UC5c...H0tQ3l49G-_rtw
Ini penampakan pertama Mas Yus dalam episode Keramat :
1. Misteri Gedung Biru Kalimalang - Bekasi
2. Setan dilarang masuk - Bioskop Atoom Citeureup
3. Misteri Sinden Marni - Studio Alam TVRI Depok
4. Misteri Sumur 7- Sumur 7 Beji Depok
5. Pastur Tanpa Kepala VS Nenek Gayung - Makam Jeruk Purut
7. Jangan Fitnah Setan - Bekas Pabrik Ciputat
Anda bertanya Indigo Menjawab. Sekali-sekali coba bikin konten di youtube. Isinya tentang menjawab pertanyaan-pertanyaan yang masuk ke Instagram diarymataindigo09. Penasaran? Klik Linknya....
Jangan lupa like nya :
[/QUOTE]
Quote:
Quote:
Cek Juga karya ane yang lain ya Gan..
DIARY MATA INDIGO SEASON 1
DIARY MATA INDIGO SEASON 2
EKSPEDISI KRAMAT - HIDDEN STORY
DARK SIDE INDONESIAN FAIRYTALE
BUAT TAMBAH PENGETAHUAN :
1. Melihat Hantu Tanpa Mata Ketiga / Indra Keenam
2. Kenali Jenis-Jenis Distorsi Pada Anak Indigo
3. Thread Kaskus yang jadi Novel
4. Gunung-gunung yang memiliki Pasar Setan
5. 5 Fakta yang jarang orang ketahui tentang Pocong
Quote:
Quote:
Quote:

by Rido Irdam
Diubah oleh jeniussetyo09 02-03-2020 09:42
recktry dan 82 lainnya memberi reputasi
77
1.5M
3.5K
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
jeniussetyo09
#2770
SIDE STORY - MEMBUKA MATA KETIGA PART 3
Giliran Yus yang bingung setelah itu. Tinus menagih janjinya dan mengingatkan nya setiap waktu, di setiap ada kesempatan. Bahkan dengan sengaja menunggui Yus sampai selesai kuliah. Yus jelas risih, bahkan apa yang dilakukan Tinus tidak ubahnya seperti sedang meneror. Tinus dengan sengaja seperti mengikuti nya kemana pun Yus pergi. Lagi pula Yus khawatir kalau Tinus malah melakukan tindakan-tindakan nekat lagi.
“Ayolah Yus, kamu kan sudah janji. Kapan bisa dimulai? Tolong lah Yus. Aku hanya ingin lihat dia sekali saja Yus. Aku janji. Hanya sekali, walau sebentar, itu sudah cukup buatku....”. Itulah kata-kata yang sudah sering diucapkan oleh Tinus. Di setiap ada kesempatan. Setiap dirinya bertemu dan ada bersama Yus. Hanya hal itu yang dibahas nya. Tanpa bosan mengingatkan nya. Kapan pun, dimana pun. Jujur, itu semua membuat Yus terpojok. Apalagi Yus bukan orang yang suka Kardus, alias ingkar dan dusta. Sejak dulu Yus selalu berprinsip bahwa sifat seorang pria, dinilai dari ucapan nya. Dan dirinya sudah terlanjur berjanji. Apalagi dilihatnya Tinus sudah berjuang keras untuk pulih dan menepati perkataan nya. Kali ini giliran dirinya untuk menepati janji.
“Oke lah Tin, Sabtu minggu depan. Aku tunggu di depan kampus jam 17:00. Seminggu ini tiap jam 12:00 malam kamu minta sama Tuhan supaya bisa diijinkan melihat yang tidak kelihatan atau supaya bisa melihat Rica”. Tinus seketika bersemangat mendengarnya. Hari itu hari Rabu. Yus sebenarnya berusaha memikirkan tempat yang cocok. Dirinya butuh tempat yang sepi dan tidak banyak orang. Selain itu dirinya perlu mengajak satu orang lagi, untuk membantunya jika seandainya terjadi apa-apa. Sampai dengan hari Sabtu yang ditunggu-tunggu, Yus belum menemukan ide kira-kira dimana tempat yang aman. Entah kenapa dirinya malah teringat dengan Mbak Lova. Mbak Lova setiap weekend pasti pulang ke rumah orang tua nya di Wonosari. Yus terpikirkan untuk mengajak Tinus ke rumah Mbak Lova dulu di Wonosari.
“Kita kemana Yus?”. Tinus bertanya kepada Yus saat motor yang dikemudikan oleh Yus keluar dari parkiran kampus. Dirinya sebenarnya agak deg-deg an dan sama sekali tidak ada bayangan Yus akan melakukan apa pada dirinya hari itu.
“Kita ke Wonosari, ke tempatnya Mbak Lova”, ujar Yus disela-sela perjalanan. Perjalanan Jogja Wonosari tidak membutuhkan waktu lama. Hanya sejam lebih sedikit, mereka sudah sampai di kota Wonosari. Tepat waktu maghrib mereka sudah sampai di pusat kota Kabupaten Gunung Kidul itu. Mereka berdua langsung menuju ke rumah Mbak Lova. Mbak Lova sebelumnya sempat kaget karena Yus tidak memberitahu sebelumnya kalau mau datang. Apalagi dirinya datang bersama Tinus.
“Mbak, ada ide tempat yang sepi atau nggak banyak orang?”. Yus bertanya pada Mbak Lova setelah dirinya menceritkan rencana nya pada hari itu. Mbak Lova sebenarnya kaget ketika mendengar rencana Yus, tetapi satu sisi dirinya penasaran. Seperti apa yang akan terjadi kemudian.
“Coba di Pantai Ngobaran Yus. Di sana masih sepi.....”. Yus langsung setuju dengan tempat yang direkomendasikan oleh Mbak Lova. Yus memang butuh tempat yang sepi untuk berkonsentrasi, dan yang paling penting agar apa yang dilakukan nya tidak menarik perhatian orang banyak. Yus mencoba mempertimbangkan beberapa resiko yang akan terjadi. Tinus harus dijauhkan dari perhatian orang banyak untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.
Yus lalu juga mengajak Mbak Lova untuk ikut. Dirinya memang butuh satu orang untuk membantu nya. Mbak Lova pun setuju untuk ikut. Satu sisi selain karena dirinya penasaran, satu sisi juga karena dirinya merasa sudah terlibat semenjak awal pada saat menjenguk Tinus di rumah sakit bersama Yus.
Tinus, Yus dan Mbak Lova lalu akhirnya berangkat ke Pantai Ngobaran. Mbak Lova terpaksa membawa motor sendiri ke sana. Sesampainya di sana, sesuai dengan dugaan Mbak Lova, suasananya begitu sepi. Tak seorangpun tampak di sepanjang garis pantai itu. Yus lalu membuat sebuah lingkaran yang mengelilingi tubuh nya dan Tinus. Yus lalu mengeluarkan botol air mineral yang dibawanya dari dalam tas nya. Air di dalam botol itu telah dirajah oleh Pak Sam. Guru yang juga sekaligus pendamping spiritual Yus. Setelah itu Yus melilitkan sebuah kain kecil diujung telunjuknya.
“Tin kamu minum ini, habiskan.....”. Yus memberi perintah. Setelah Tinus menghabiskan isi botol itu, Yus lalu memerintahkan Mbak Lova untuk memegangi tangan Tinus. Yus lalu dengan keras menekan sebelah samping leher di bagian bawah dagu Tinus. Sementara Tangan kirinya yang ujung jarinya telah dililit kain kecil memaksa masuk ke dalam mulut Tinus.
Membuka Mata Ketiga dengan paksa sebenarnya bisa dilakukan dengan menghilangkan selaput yang ada di kelenjar pineal, lalu mengaktifkan nya dengan bantuan energi prana ujung jari. Semua itu dilakukan lewat mulut atau oral. Cara ini masih dipergunakan sampai dengan saat ini oleh pendeta-pendeta di Tibet. Karena pengaktifan kelenjar Pineal dipercaya dapat meningkatkan kesadaran karena terbuka nya Mata Ketiga. Akhirnya setelah selesai dengan kelenjar pineal, Yus lalu menyalurkan energi nya dan mulai membuka cakra mahkota milik Tinus. Ternyata Cakra mahkota Tinus sudah terbuka dengan sendirinya. Mungkin akibat air yang sudah diminumnya sebelumnya.
Semua dilakukan Yus dengan cepat. Dirinya tahu apa yang dilakukan nya akan membuat Tinus kesakitan dan tidak nyaman. Yus lalu menyuruh Mbak Lova membiarkan Tinus dan melepaskan pergelangan tangan nya. Awalnya Tinus merasa pusing. Badannya berasa tidak karuan. Belum lagi sakit luar biasa pada bagian yang ditekan Yus tadi. Berulangkali Tinus harus meludah. Ludahnya kental bercampur darah. Yus lalu menempelkan tangan nya di punggung Tinus. Memberikan energi untuk sedikit menenangkannya.
“Tin sekarang fokus..... Tarik napas. Ayo Tin jangan dipikirkan sakitnya. Kamu ingin melihat Rica kan?”. Yus mencoba mengingatkan Tinus. Membuat Tinus berusaha menenangkan diri dan fokus. Mencoba mengatur napasnya kembali dan tidak memperdulikan sakitnya.
“Sekarang pelan-pelan buka mata kamu. Apa pun yang terjadi tetap tenang. Tetap di dekat Aku. Jangan jauh-jauh. Jangan sampai kamu keluar dari lingkaran ini”. Tinus lalu perlahan-lahan membuka mata nya. Awalnya tidak ada yang berbeda dari pandangannya yang sebelumnya. Sampai akhirnya dirinya melihat pandangan nya seperti diliputi kabut. Tinus lalu mencoba menajamkan pandangan nya ke depan. Di antara kabut itu lalu muncul sosok bayangan putih. Terlihat menonjol berdiri di sekeliling kabut yang ada di hadapan nya
“Yus... itu Rica?”. Tinus berusaha mengerjap-ngerjapkan mata nya. Memfokuskan pandangan nya ke depan. Siluet putih di depan nya semakin jelas. Membentuk sosok perempuan bertubuh padat dan tidak terlalu tinggi. Rambutnya tergerai panjang sebahu. Wajahnya tidak begitu jelas terlihat
“Fokus Tin..... Lihat lebih jelas lagi”. Tinus mengikuti saran Yus. Kali ini sosok itu semakin terlihat jelas. Wajahnya pun akhirnya terlihat. Wajah imut polos yang sangat dikenalinya. Walaupun tampak terlihat sendu. Wajah yang sangat dirindukan dan didambakan nya.
“Yus, itu Rica... Rica”. Tinus bersorak girang. Prosesi pembukaan mata bantin nya sukses. Dirinya bisa melihat Rica. Rica yang sudah berbeda alam. Kini dapat dilihatnya dan berdiri di hadapan nya. Dadanya terasa menggebu oleh rindu yang tak tertahan. Berulangkali Tinus memanggil-manggil ke arah Rica.
“Kak Tinuusss....”. Dilihatnya Rica tampak melambai arahnya. Menyambut panggilan nya. Membuat Tinus menjadi seperti lupa diri. Ingin mendekat dan menghambur ke arah Rica. Namun Yus mencegahnya.
“Tinus.... jangan..... Jangan keluar dari lingkaran. Cukup lihat dari sini”. Yus berusaha memegang tangan Tinus erat-erat. Tidak membiarkannya keluar dari lingkaran dan berlari ke arah Rica.
“Lepasin Aku Yus. Itu Rica panggil-panggil Aku. Dia pingin Aku lihat lebih dekat lagi. Sebentar saja Yus. Aku pingin ketemu dia”. Tinus berusaha keras melepaskan diri dari Yus. Namun Yus tetap berusaha keras dan bersikeras menahan nya.
“Tin... JANGAN !!”.
BUG !!
Tadinya Mbak Lova berniat membantu Yus memegangi tangan Tinus. Namun Tinus keburu melayangkan sebuah pukulan ke arah Yus. Tepat mengenai dagu sebelah kirinya. Membuat Yus yang tidak siap sampai terjengkang ke belakang. Mbak Lova sampai terpekik kaget. Secepatnya memberikan pertolongan pada Yus. Sempat dilihatnya ada darah mengalir di sudut bibir Yus.
Tinus dengan tidak sabar berlari ke arah sosok Rica. Yang tampak hanya berjarak sekitar 20 meter dari tempatnya berdiri tadi. Tidak memperdulikan Tinus yang tak sadarkan diri gara-gara pukulan nya. Tidak perduli dengan Mbak Lova yang berusaha berteriak-teriak memanggilnya, sambil berusaha menyadarkan Yus. Yang dipikirkan nya hanya Rica. Rica yang sangat ingin dilihatnya dan saat ini tampak dihadapan nya. Seperti juga menunggunya.
Saat ini sosok Rica sudah berdiri di hadapan nya. Menatap Tinus dengan wajah sendu nya. Tampak sedih. Ada seperti menangis, namun tanpa mengeluarkan air mata. Sukma memang sudah tidak bisa lagi mengeluarkan air mata.
“Kak Tinus..... Rica rindu sekali Kak...”. Tinus bisa mendengar suara nya. Suara itu memang suara Rica. Sudah lama suara itu tidak didengarnya. Saat ini begitu menyayat rasanya bisa mendengar suara nya kembali. Dalam wujud seperti ini.
“Iya Rica... Aku juga rindu sama kamu. Aku kangen sekali.....”. Tinus mencoba berbicara pada sosok itu. Matanya berkaca-kaca. Tak mampu membendung air mata nya. Perjumpaan ini ternyata begitu menyakitkan. Tinus berusaha menggapa Rica. Ingin menyentuhnya. Tetapi ternyata tangan nya hanya seperti menyentuh angin. Rica sudah tidak mampu disentuhnya. Rica sudah berbeda alam dengan nya. Hal itu membuat hatinya semakin perih.
“Kak.... Rica cinta sama Kak Tinus.... Rica pengen kayak dulu. Sama Kak Tinus lagi”. Suara Rica terdengar semakin mengiris kalbu. Membuat Tinus makin berusaha mendekat ke arahnya. Air mata Tinus semakin deras mengalir. Terasa hawa dingin memancar dari sosok Rica. Tinus merasa hawa dingin itu seperti menyengat kulitnya.
“Rica.... Aku nggak akan lupain kamu. Cinta ini akan selalu ada buat kamu”. Nada suara Tinus tak kalah terdengar merintih. Dilihatnya wajah Rica mulai tertunduk. Seperti tak kuasa menatap Tinus karena begitu sedih.
“Kak Tinus beneran cinta sama Rica?”. Suara Rica seperti terisak, bertanya pada Tinus. Seperti ingin memastikan perkataan Tinus sebelumnya.
“Iya Ric... Iya.... Aku cinta sama kamu. Selamanya....”. Tinus cepat menjawab. Berharap Rica senang dengan jawaban nya. Ingin Tinus melihat Rica tersenyum di hadapan nya saat ini.
“Kalau begitu kenapa Kak Tinus buat Rica mati?”.Perkataan Rica membuat Tinus tercekat. Tidak disangkanya Rica akan bertanya seperti itu. Rica mulai mengangkat wajahnya perlahan. Matanya tajam menatap Tinus. Tidak ada lagi rona manis. Wajah imutnya sekonyong-konyong berubah menjadi wajah pucat yang mengerikan.
“Tidak Ric, Aku nggak sengaja”. Tinus berusaha menjawab. Jujur dirinya mulai ketakutan.
“Kenapa Kak Tinus buat Rica tersiksa sebelum meninggal? Rasanya sakit Kak.... Sakit......”. Mata Rica mulai melotot. Tatapan nya semakin tajam dan mengerikan. Membuat Tinus mulai melangkah mundur ketakutan.
“Ampun Ric.. Ampun... Jangan”. Tinus sama sekali ketakutan sekarang. Rica yang ada di hadapannya perlahan berubah menjadi sosok yang menyeramkan. Rambut Rica yang panjang mulai mengembang. Matanya mendelik tak berkedip menatap Tinus. Ekspresinya marah, dengan rona pucat yang menakutkan.
“Kenapa Kak Tinus tega? Rica masih ingin kuliah Kak... Masih ingin lulus.... Masih mau membahagiakan Ayah dan Ibu..... Gara-gara Kak Tinus sekarang Rica jadi begini...... Kak Tinus biarkan Rica seperti ini.....”. Tangan Rica mulai terangkat ke arah Tinus. Jari-jari nya melengkung keras, mengincar leher Tinus. Seperti ingin mencekiknya. Tinus semakin beringsut mundur.
“Kak Tinus harus tanggung-jawab.... Harus tanggung-jawab......”. Kali ini tangan Rica benar-benar sudah berada di leher Tinus. Sampai-sampai Tinus jatuh terduduk. Namun tetap berusaha bergerak mundur menjauh.
“TIDAK RIC !!!! TIDAAAAAKKKK !!!!”. Tinus mulai berteriak-teriak. Jika Tinus tidak bisa melihat Rica mungkin tidak jadi soal. Tapi masalahnya saat ini Tinus bisa melihat Rica, yang saat ini berusaha mencekiknya dan meminta pertanggung-jawaban nya.
Apalagi Tinus juga melihat di belakang Rica banyak sosok-sosok mengerikan beraneka macam, dengan bentuk tak kalah menyeramkan. Ada yang berbentuk pocong, ada yang tinggi besar dan berbulu seperti Genderuwo, ada sosok Buto Ijo, ada yang seperti mayat hidup dengan kulit membusuk dan mengelupas, dan lain sebagainya. Sosok-sosok itu juga mendekat ke arahnya seperti ingin turut membantu Rica mencekik dan menghajarnya. Anehnya tubuhnya seperti tak berdaya. Hanya bisa meronta-ronta. Menggeliat-geliat tak tentu arah. Makhluk-makhluk itu bersama Rica seperti mengeroyoknya.
Sementara di sudut lain Mbak Lova masih berusaha menyadarkan Yus, dan akhirnya berhasil. Begitu Yus siuman, Tinus dilihatnya sudah menggelepar-gelepar tidak jelas. Mulutnya meracau, berteriak-teriak. Beberapa makhluk Astral sudah menempel di tubuhnya. Termasuk Rica. Seperti yang Yus takutkan. Pembukaan mata ketiga dengan paksa memang beresiko membuat orang yang dibuka mata batin nya jadi gampang kesurupan, karena orang yang dibuka mata batin nya akan menjadi semakin sensitif menerima paparan energi astral.
“Mbak Lova, bantu pegangi Tinus. Kita harus cepat tolong dia......”. Mbak Lova dengan sigap membantu Yus berdiri. Secepatnya kemudian mereka berdua berlari ke arah Tinus.

Malam itu, semalaman Yus berusaha habis-habisan membersihkan Tinus dari energi astral yang menempel. Susah payah mati-matian berusaha menyadarkan Tinus kembali. Tidak mudah memang, karena selain harus menutup Mata Ketiga Tinus kembali, makhluk-makhluk astral yang lain juga masuk silih berganti. Kadang yang sudah dikeluarkan bisa masuk lagi, atau digantikan dengan yang lain. Sedangkan Mbak Lova hanya bisa membantu dengan membaca doa-doa. Malam berbalut bintang di pantai Ngobaran menjadi saksi semua itu.
Hampir dua jam Yus bergulat berusaha menyadarkan Tinus. Sampai kemudian beberapa orang yang kebetulan datang dan lewat mendekati mereka. Untungnya Tinus sudah agak tenang. Orang-orang itu lalu menawarkan membawa Tinus ke rumah sakit untuk diberi pertolongan. Yus yang sudah kepayahan hanya bisa pasrah dan membiarkan Tinus di bawa, didampingi oleh Mbak Lova. Kejadian malam itu tidak akan pernah dilupakan nya. Menjadi sebuah kesalahan yang akan diingatnya seumur hidupnya.
Setelah saat itu Tinus tidak pernah mengontaknya lagi. Di kampus juga jarang bertemu. Tidak ada pembicaraan yang intens atau berarti. Yus pun memilih menyibukkan diri dengan kegiatan perkuliahan.
Hari berganti hari. Tahun berganti tahun. Yus sudah lulus sekarang. Begitu pun juga Tinus. Mereka pun lalu melanjutkan hidup mereka. Keduanya akhirnya mendapatkan pekerjaan dan meniti karir. Yus menjadi personalia di sebuah perusahaan, sementara Tinus menjadi pekerja di sebuah LSM atau NGO. Sampai pada suatu kesempatan yang tak disangka mereka bertemu lagi. Di sebuah Cafe di bilangan Jakarta Pusat.
“Hai Yus apa kabar?”. Tinus menyapa duluan.
“Hei Tin, kemana saja dirimu? Wah gemukan sekarang...”. Tinus hanya mengulum senyum mendengar nya. Mereka pun mengobrol dengan akrab. Sesekali bercanda dan membahas berbagai hal ngalor-ngidul. Tanpa terasa tiga jam kemudian, akhirnya Tinus berpamitan.
“Aku cabut dulu ya Bos. Aku dah ada janji sama dokter”. Kata-kata Tinus membuat Yus agak terkejut.
“Dokter? Kamu sakit apa?”. Spontan Yus bertanya. Postur Tinus memang agak aneh. Seperti orang yang agak bungkuk sekarang. Jalan nya juga seperti tertatih dengan langkah yang berat. Gerakan nya juga terlihat tidak leluasa.
“Iya nih Yus. Nggak tahu kenapa. Sebenarnya pas terakhir dirawat sama diterapi di Jogja terakhir dulu itu, harusnya sih sudah sembuh. Cuma ini kok habis itu jadi kayak begini. Badan rasanya berat. Kadang susah digerakin. Berdiri tegak juga susah. Walau pun di dalam punggung sudah dipasang penyangga. Sudah hampir 4 tahun ini pasca kecelakaan sama terakhir kamu ajak Aku ke pantai Ngobaran itu Yus. Ini Aku juga sudah berobat rutin bolak-balik masih belum sembuh”. Yus hanya terdiam. Tidak menjawab. Memandang Tinus dengan mata mengeryit serius. Ada ekspresi seperti kebingungan yang tidak bisa dijelaskan.
“Ya sudah ya Yus, makasih traktiran kopi nya. Nanti kabar-kabarin ya... Bye”. Tinus pun pamit meninggalkan Yus. Yus sebenarnya tidak tega dan ingin mengatakan yang sebenarnya. Teringat kejadian di pantai Ngobaran, ketika dirinya berusaha membersihkan Tinus dari kesurupan. Semua sudah bisa dilepaskan dari tubuh Tinus kecuali satu. Rica tidak mau lepas dari Tinus. Yus lalu hanya bisa mencegahnya agar tidak merasukinya, namun tetap membiarkannya menempel. Rica juga sepertinya tidak mau berpisah dari Tinus. Dirinya ingin bersatu dengan Tinus selamanya.
Tatapan Yus mengiringi tubuh Tinus yang bergerak terseret, seperti membawa sebuah beban berat di tubuhnya. Dalam pandangan indra keenam, sosok Rica tampak menempel memeluk tubuh Tinus dari belakang. Seperti tas ransel besar yang melekat di punggungnya. Mereka pada akhirnya memang tak terpisahkan.
END OF SIDE STORY
Giliran Yus yang bingung setelah itu. Tinus menagih janjinya dan mengingatkan nya setiap waktu, di setiap ada kesempatan. Bahkan dengan sengaja menunggui Yus sampai selesai kuliah. Yus jelas risih, bahkan apa yang dilakukan Tinus tidak ubahnya seperti sedang meneror. Tinus dengan sengaja seperti mengikuti nya kemana pun Yus pergi. Lagi pula Yus khawatir kalau Tinus malah melakukan tindakan-tindakan nekat lagi.
“Ayolah Yus, kamu kan sudah janji. Kapan bisa dimulai? Tolong lah Yus. Aku hanya ingin lihat dia sekali saja Yus. Aku janji. Hanya sekali, walau sebentar, itu sudah cukup buatku....”. Itulah kata-kata yang sudah sering diucapkan oleh Tinus. Di setiap ada kesempatan. Setiap dirinya bertemu dan ada bersama Yus. Hanya hal itu yang dibahas nya. Tanpa bosan mengingatkan nya. Kapan pun, dimana pun. Jujur, itu semua membuat Yus terpojok. Apalagi Yus bukan orang yang suka Kardus, alias ingkar dan dusta. Sejak dulu Yus selalu berprinsip bahwa sifat seorang pria, dinilai dari ucapan nya. Dan dirinya sudah terlanjur berjanji. Apalagi dilihatnya Tinus sudah berjuang keras untuk pulih dan menepati perkataan nya. Kali ini giliran dirinya untuk menepati janji.
“Oke lah Tin, Sabtu minggu depan. Aku tunggu di depan kampus jam 17:00. Seminggu ini tiap jam 12:00 malam kamu minta sama Tuhan supaya bisa diijinkan melihat yang tidak kelihatan atau supaya bisa melihat Rica”. Tinus seketika bersemangat mendengarnya. Hari itu hari Rabu. Yus sebenarnya berusaha memikirkan tempat yang cocok. Dirinya butuh tempat yang sepi dan tidak banyak orang. Selain itu dirinya perlu mengajak satu orang lagi, untuk membantunya jika seandainya terjadi apa-apa. Sampai dengan hari Sabtu yang ditunggu-tunggu, Yus belum menemukan ide kira-kira dimana tempat yang aman. Entah kenapa dirinya malah teringat dengan Mbak Lova. Mbak Lova setiap weekend pasti pulang ke rumah orang tua nya di Wonosari. Yus terpikirkan untuk mengajak Tinus ke rumah Mbak Lova dulu di Wonosari.
“Kita kemana Yus?”. Tinus bertanya kepada Yus saat motor yang dikemudikan oleh Yus keluar dari parkiran kampus. Dirinya sebenarnya agak deg-deg an dan sama sekali tidak ada bayangan Yus akan melakukan apa pada dirinya hari itu.
“Kita ke Wonosari, ke tempatnya Mbak Lova”, ujar Yus disela-sela perjalanan. Perjalanan Jogja Wonosari tidak membutuhkan waktu lama. Hanya sejam lebih sedikit, mereka sudah sampai di kota Wonosari. Tepat waktu maghrib mereka sudah sampai di pusat kota Kabupaten Gunung Kidul itu. Mereka berdua langsung menuju ke rumah Mbak Lova. Mbak Lova sebelumnya sempat kaget karena Yus tidak memberitahu sebelumnya kalau mau datang. Apalagi dirinya datang bersama Tinus.
“Mbak, ada ide tempat yang sepi atau nggak banyak orang?”. Yus bertanya pada Mbak Lova setelah dirinya menceritkan rencana nya pada hari itu. Mbak Lova sebenarnya kaget ketika mendengar rencana Yus, tetapi satu sisi dirinya penasaran. Seperti apa yang akan terjadi kemudian.
“Coba di Pantai Ngobaran Yus. Di sana masih sepi.....”. Yus langsung setuju dengan tempat yang direkomendasikan oleh Mbak Lova. Yus memang butuh tempat yang sepi untuk berkonsentrasi, dan yang paling penting agar apa yang dilakukan nya tidak menarik perhatian orang banyak. Yus mencoba mempertimbangkan beberapa resiko yang akan terjadi. Tinus harus dijauhkan dari perhatian orang banyak untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.
Yus lalu juga mengajak Mbak Lova untuk ikut. Dirinya memang butuh satu orang untuk membantu nya. Mbak Lova pun setuju untuk ikut. Satu sisi selain karena dirinya penasaran, satu sisi juga karena dirinya merasa sudah terlibat semenjak awal pada saat menjenguk Tinus di rumah sakit bersama Yus.
Tinus, Yus dan Mbak Lova lalu akhirnya berangkat ke Pantai Ngobaran. Mbak Lova terpaksa membawa motor sendiri ke sana. Sesampainya di sana, sesuai dengan dugaan Mbak Lova, suasananya begitu sepi. Tak seorangpun tampak di sepanjang garis pantai itu. Yus lalu membuat sebuah lingkaran yang mengelilingi tubuh nya dan Tinus. Yus lalu mengeluarkan botol air mineral yang dibawanya dari dalam tas nya. Air di dalam botol itu telah dirajah oleh Pak Sam. Guru yang juga sekaligus pendamping spiritual Yus. Setelah itu Yus melilitkan sebuah kain kecil diujung telunjuknya.
“Tin kamu minum ini, habiskan.....”. Yus memberi perintah. Setelah Tinus menghabiskan isi botol itu, Yus lalu memerintahkan Mbak Lova untuk memegangi tangan Tinus. Yus lalu dengan keras menekan sebelah samping leher di bagian bawah dagu Tinus. Sementara Tangan kirinya yang ujung jarinya telah dililit kain kecil memaksa masuk ke dalam mulut Tinus.
Membuka Mata Ketiga dengan paksa sebenarnya bisa dilakukan dengan menghilangkan selaput yang ada di kelenjar pineal, lalu mengaktifkan nya dengan bantuan energi prana ujung jari. Semua itu dilakukan lewat mulut atau oral. Cara ini masih dipergunakan sampai dengan saat ini oleh pendeta-pendeta di Tibet. Karena pengaktifan kelenjar Pineal dipercaya dapat meningkatkan kesadaran karena terbuka nya Mata Ketiga. Akhirnya setelah selesai dengan kelenjar pineal, Yus lalu menyalurkan energi nya dan mulai membuka cakra mahkota milik Tinus. Ternyata Cakra mahkota Tinus sudah terbuka dengan sendirinya. Mungkin akibat air yang sudah diminumnya sebelumnya.
Semua dilakukan Yus dengan cepat. Dirinya tahu apa yang dilakukan nya akan membuat Tinus kesakitan dan tidak nyaman. Yus lalu menyuruh Mbak Lova membiarkan Tinus dan melepaskan pergelangan tangan nya. Awalnya Tinus merasa pusing. Badannya berasa tidak karuan. Belum lagi sakit luar biasa pada bagian yang ditekan Yus tadi. Berulangkali Tinus harus meludah. Ludahnya kental bercampur darah. Yus lalu menempelkan tangan nya di punggung Tinus. Memberikan energi untuk sedikit menenangkannya.
“Tin sekarang fokus..... Tarik napas. Ayo Tin jangan dipikirkan sakitnya. Kamu ingin melihat Rica kan?”. Yus mencoba mengingatkan Tinus. Membuat Tinus berusaha menenangkan diri dan fokus. Mencoba mengatur napasnya kembali dan tidak memperdulikan sakitnya.
“Sekarang pelan-pelan buka mata kamu. Apa pun yang terjadi tetap tenang. Tetap di dekat Aku. Jangan jauh-jauh. Jangan sampai kamu keluar dari lingkaran ini”. Tinus lalu perlahan-lahan membuka mata nya. Awalnya tidak ada yang berbeda dari pandangannya yang sebelumnya. Sampai akhirnya dirinya melihat pandangan nya seperti diliputi kabut. Tinus lalu mencoba menajamkan pandangan nya ke depan. Di antara kabut itu lalu muncul sosok bayangan putih. Terlihat menonjol berdiri di sekeliling kabut yang ada di hadapan nya
“Yus... itu Rica?”. Tinus berusaha mengerjap-ngerjapkan mata nya. Memfokuskan pandangan nya ke depan. Siluet putih di depan nya semakin jelas. Membentuk sosok perempuan bertubuh padat dan tidak terlalu tinggi. Rambutnya tergerai panjang sebahu. Wajahnya tidak begitu jelas terlihat
“Fokus Tin..... Lihat lebih jelas lagi”. Tinus mengikuti saran Yus. Kali ini sosok itu semakin terlihat jelas. Wajahnya pun akhirnya terlihat. Wajah imut polos yang sangat dikenalinya. Walaupun tampak terlihat sendu. Wajah yang sangat dirindukan dan didambakan nya.
“Yus, itu Rica... Rica”. Tinus bersorak girang. Prosesi pembukaan mata bantin nya sukses. Dirinya bisa melihat Rica. Rica yang sudah berbeda alam. Kini dapat dilihatnya dan berdiri di hadapan nya. Dadanya terasa menggebu oleh rindu yang tak tertahan. Berulangkali Tinus memanggil-manggil ke arah Rica.
“Kak Tinuusss....”. Dilihatnya Rica tampak melambai arahnya. Menyambut panggilan nya. Membuat Tinus menjadi seperti lupa diri. Ingin mendekat dan menghambur ke arah Rica. Namun Yus mencegahnya.
“Tinus.... jangan..... Jangan keluar dari lingkaran. Cukup lihat dari sini”. Yus berusaha memegang tangan Tinus erat-erat. Tidak membiarkannya keluar dari lingkaran dan berlari ke arah Rica.
“Lepasin Aku Yus. Itu Rica panggil-panggil Aku. Dia pingin Aku lihat lebih dekat lagi. Sebentar saja Yus. Aku pingin ketemu dia”. Tinus berusaha keras melepaskan diri dari Yus. Namun Yus tetap berusaha keras dan bersikeras menahan nya.
“Tin... JANGAN !!”.
BUG !!
Tadinya Mbak Lova berniat membantu Yus memegangi tangan Tinus. Namun Tinus keburu melayangkan sebuah pukulan ke arah Yus. Tepat mengenai dagu sebelah kirinya. Membuat Yus yang tidak siap sampai terjengkang ke belakang. Mbak Lova sampai terpekik kaget. Secepatnya memberikan pertolongan pada Yus. Sempat dilihatnya ada darah mengalir di sudut bibir Yus.
Tinus dengan tidak sabar berlari ke arah sosok Rica. Yang tampak hanya berjarak sekitar 20 meter dari tempatnya berdiri tadi. Tidak memperdulikan Tinus yang tak sadarkan diri gara-gara pukulan nya. Tidak perduli dengan Mbak Lova yang berusaha berteriak-teriak memanggilnya, sambil berusaha menyadarkan Yus. Yang dipikirkan nya hanya Rica. Rica yang sangat ingin dilihatnya dan saat ini tampak dihadapan nya. Seperti juga menunggunya.
Saat ini sosok Rica sudah berdiri di hadapan nya. Menatap Tinus dengan wajah sendu nya. Tampak sedih. Ada seperti menangis, namun tanpa mengeluarkan air mata. Sukma memang sudah tidak bisa lagi mengeluarkan air mata.
“Kak Tinus..... Rica rindu sekali Kak...”. Tinus bisa mendengar suara nya. Suara itu memang suara Rica. Sudah lama suara itu tidak didengarnya. Saat ini begitu menyayat rasanya bisa mendengar suara nya kembali. Dalam wujud seperti ini.
“Iya Rica... Aku juga rindu sama kamu. Aku kangen sekali.....”. Tinus mencoba berbicara pada sosok itu. Matanya berkaca-kaca. Tak mampu membendung air mata nya. Perjumpaan ini ternyata begitu menyakitkan. Tinus berusaha menggapa Rica. Ingin menyentuhnya. Tetapi ternyata tangan nya hanya seperti menyentuh angin. Rica sudah tidak mampu disentuhnya. Rica sudah berbeda alam dengan nya. Hal itu membuat hatinya semakin perih.
“Kak.... Rica cinta sama Kak Tinus.... Rica pengen kayak dulu. Sama Kak Tinus lagi”. Suara Rica terdengar semakin mengiris kalbu. Membuat Tinus makin berusaha mendekat ke arahnya. Air mata Tinus semakin deras mengalir. Terasa hawa dingin memancar dari sosok Rica. Tinus merasa hawa dingin itu seperti menyengat kulitnya.
“Rica.... Aku nggak akan lupain kamu. Cinta ini akan selalu ada buat kamu”. Nada suara Tinus tak kalah terdengar merintih. Dilihatnya wajah Rica mulai tertunduk. Seperti tak kuasa menatap Tinus karena begitu sedih.
“Kak Tinus beneran cinta sama Rica?”. Suara Rica seperti terisak, bertanya pada Tinus. Seperti ingin memastikan perkataan Tinus sebelumnya.
“Iya Ric... Iya.... Aku cinta sama kamu. Selamanya....”. Tinus cepat menjawab. Berharap Rica senang dengan jawaban nya. Ingin Tinus melihat Rica tersenyum di hadapan nya saat ini.
“Kalau begitu kenapa Kak Tinus buat Rica mati?”.Perkataan Rica membuat Tinus tercekat. Tidak disangkanya Rica akan bertanya seperti itu. Rica mulai mengangkat wajahnya perlahan. Matanya tajam menatap Tinus. Tidak ada lagi rona manis. Wajah imutnya sekonyong-konyong berubah menjadi wajah pucat yang mengerikan.
“Tidak Ric, Aku nggak sengaja”. Tinus berusaha menjawab. Jujur dirinya mulai ketakutan.
“Kenapa Kak Tinus buat Rica tersiksa sebelum meninggal? Rasanya sakit Kak.... Sakit......”. Mata Rica mulai melotot. Tatapan nya semakin tajam dan mengerikan. Membuat Tinus mulai melangkah mundur ketakutan.
“Ampun Ric.. Ampun... Jangan”. Tinus sama sekali ketakutan sekarang. Rica yang ada di hadapannya perlahan berubah menjadi sosok yang menyeramkan. Rambut Rica yang panjang mulai mengembang. Matanya mendelik tak berkedip menatap Tinus. Ekspresinya marah, dengan rona pucat yang menakutkan.
“Kenapa Kak Tinus tega? Rica masih ingin kuliah Kak... Masih ingin lulus.... Masih mau membahagiakan Ayah dan Ibu..... Gara-gara Kak Tinus sekarang Rica jadi begini...... Kak Tinus biarkan Rica seperti ini.....”. Tangan Rica mulai terangkat ke arah Tinus. Jari-jari nya melengkung keras, mengincar leher Tinus. Seperti ingin mencekiknya. Tinus semakin beringsut mundur.
“Kak Tinus harus tanggung-jawab.... Harus tanggung-jawab......”. Kali ini tangan Rica benar-benar sudah berada di leher Tinus. Sampai-sampai Tinus jatuh terduduk. Namun tetap berusaha bergerak mundur menjauh.
“TIDAK RIC !!!! TIDAAAAAKKKK !!!!”. Tinus mulai berteriak-teriak. Jika Tinus tidak bisa melihat Rica mungkin tidak jadi soal. Tapi masalahnya saat ini Tinus bisa melihat Rica, yang saat ini berusaha mencekiknya dan meminta pertanggung-jawaban nya.
Apalagi Tinus juga melihat di belakang Rica banyak sosok-sosok mengerikan beraneka macam, dengan bentuk tak kalah menyeramkan. Ada yang berbentuk pocong, ada yang tinggi besar dan berbulu seperti Genderuwo, ada sosok Buto Ijo, ada yang seperti mayat hidup dengan kulit membusuk dan mengelupas, dan lain sebagainya. Sosok-sosok itu juga mendekat ke arahnya seperti ingin turut membantu Rica mencekik dan menghajarnya. Anehnya tubuhnya seperti tak berdaya. Hanya bisa meronta-ronta. Menggeliat-geliat tak tentu arah. Makhluk-makhluk itu bersama Rica seperti mengeroyoknya.
Sementara di sudut lain Mbak Lova masih berusaha menyadarkan Yus, dan akhirnya berhasil. Begitu Yus siuman, Tinus dilihatnya sudah menggelepar-gelepar tidak jelas. Mulutnya meracau, berteriak-teriak. Beberapa makhluk Astral sudah menempel di tubuhnya. Termasuk Rica. Seperti yang Yus takutkan. Pembukaan mata ketiga dengan paksa memang beresiko membuat orang yang dibuka mata batin nya jadi gampang kesurupan, karena orang yang dibuka mata batin nya akan menjadi semakin sensitif menerima paparan energi astral.
“Mbak Lova, bantu pegangi Tinus. Kita harus cepat tolong dia......”. Mbak Lova dengan sigap membantu Yus berdiri. Secepatnya kemudian mereka berdua berlari ke arah Tinus.

Malam itu, semalaman Yus berusaha habis-habisan membersihkan Tinus dari energi astral yang menempel. Susah payah mati-matian berusaha menyadarkan Tinus kembali. Tidak mudah memang, karena selain harus menutup Mata Ketiga Tinus kembali, makhluk-makhluk astral yang lain juga masuk silih berganti. Kadang yang sudah dikeluarkan bisa masuk lagi, atau digantikan dengan yang lain. Sedangkan Mbak Lova hanya bisa membantu dengan membaca doa-doa. Malam berbalut bintang di pantai Ngobaran menjadi saksi semua itu.
Hampir dua jam Yus bergulat berusaha menyadarkan Tinus. Sampai kemudian beberapa orang yang kebetulan datang dan lewat mendekati mereka. Untungnya Tinus sudah agak tenang. Orang-orang itu lalu menawarkan membawa Tinus ke rumah sakit untuk diberi pertolongan. Yus yang sudah kepayahan hanya bisa pasrah dan membiarkan Tinus di bawa, didampingi oleh Mbak Lova. Kejadian malam itu tidak akan pernah dilupakan nya. Menjadi sebuah kesalahan yang akan diingatnya seumur hidupnya.
Setelah saat itu Tinus tidak pernah mengontaknya lagi. Di kampus juga jarang bertemu. Tidak ada pembicaraan yang intens atau berarti. Yus pun memilih menyibukkan diri dengan kegiatan perkuliahan.
Hari berganti hari. Tahun berganti tahun. Yus sudah lulus sekarang. Begitu pun juga Tinus. Mereka pun lalu melanjutkan hidup mereka. Keduanya akhirnya mendapatkan pekerjaan dan meniti karir. Yus menjadi personalia di sebuah perusahaan, sementara Tinus menjadi pekerja di sebuah LSM atau NGO. Sampai pada suatu kesempatan yang tak disangka mereka bertemu lagi. Di sebuah Cafe di bilangan Jakarta Pusat.
“Hai Yus apa kabar?”. Tinus menyapa duluan.
“Hei Tin, kemana saja dirimu? Wah gemukan sekarang...”. Tinus hanya mengulum senyum mendengar nya. Mereka pun mengobrol dengan akrab. Sesekali bercanda dan membahas berbagai hal ngalor-ngidul. Tanpa terasa tiga jam kemudian, akhirnya Tinus berpamitan.
“Aku cabut dulu ya Bos. Aku dah ada janji sama dokter”. Kata-kata Tinus membuat Yus agak terkejut.
“Dokter? Kamu sakit apa?”. Spontan Yus bertanya. Postur Tinus memang agak aneh. Seperti orang yang agak bungkuk sekarang. Jalan nya juga seperti tertatih dengan langkah yang berat. Gerakan nya juga terlihat tidak leluasa.
“Iya nih Yus. Nggak tahu kenapa. Sebenarnya pas terakhir dirawat sama diterapi di Jogja terakhir dulu itu, harusnya sih sudah sembuh. Cuma ini kok habis itu jadi kayak begini. Badan rasanya berat. Kadang susah digerakin. Berdiri tegak juga susah. Walau pun di dalam punggung sudah dipasang penyangga. Sudah hampir 4 tahun ini pasca kecelakaan sama terakhir kamu ajak Aku ke pantai Ngobaran itu Yus. Ini Aku juga sudah berobat rutin bolak-balik masih belum sembuh”. Yus hanya terdiam. Tidak menjawab. Memandang Tinus dengan mata mengeryit serius. Ada ekspresi seperti kebingungan yang tidak bisa dijelaskan.
“Ya sudah ya Yus, makasih traktiran kopi nya. Nanti kabar-kabarin ya... Bye”. Tinus pun pamit meninggalkan Yus. Yus sebenarnya tidak tega dan ingin mengatakan yang sebenarnya. Teringat kejadian di pantai Ngobaran, ketika dirinya berusaha membersihkan Tinus dari kesurupan. Semua sudah bisa dilepaskan dari tubuh Tinus kecuali satu. Rica tidak mau lepas dari Tinus. Yus lalu hanya bisa mencegahnya agar tidak merasukinya, namun tetap membiarkannya menempel. Rica juga sepertinya tidak mau berpisah dari Tinus. Dirinya ingin bersatu dengan Tinus selamanya.
Tatapan Yus mengiringi tubuh Tinus yang bergerak terseret, seperti membawa sebuah beban berat di tubuhnya. Dalam pandangan indra keenam, sosok Rica tampak menempel memeluk tubuh Tinus dari belakang. Seperti tas ransel besar yang melekat di punggungnya. Mereka pada akhirnya memang tak terpisahkan.
END OF SIDE STORY
Diubah oleh jeniussetyo09 22-02-2019 17:37
sipandia dan 19 lainnya memberi reputasi
20
Tutup




