kabar.kaburAvatar border
TS
kabar.kabur
Mardani Sebut Prabowo Pemimpin 'Gentleman', Budiman Ungkit Aktivis 98 yang Hilang

Tangkapan layar YouTube Najwa Shihab

Mardani Ali Sera yang mewakili tim kampanye Prabowo-Sandiaga Uno (kiri) dan Budiman Sudjatmiko yang mewakili tim kampanye Jokowi-Maruf Amin (kanan) dalam diskusi Mata Najwa, Rabu (10/10/2018) malam.


TRIBUNJAKARTA.COM - Jelang Pilpres 2019, kedua kubu calon presiden dan calon wakil presiden Jokowi-Maruf Amin dan Prabowo-Sandiaga Uno menampilkan kualitas dan rekam jejak masing-masing.

Dalam diskusi di acara Mata Najwa yang dipandu Najwa Shihab yang tayang pada Rabu (10/10/2018) malam, Mardani Ali Sera mewakili tim kampanye Prabowo-Sandiaga Uno.

Ia menyebut Prabowo Subianto merupakan pemimpin yang
gentleman .

Mardani beralasan, sikap itu tampak karena Prabowo Subianto berani meminta maaf ke publik saat terseret kasus kebohongan Ratna Sarumpaet.

Prabowo Subianto sempat menggelar konferensi pers untuk meminta maaf kepada publik setelah Ratna Sarumpaet yang dibelanya ternyata berbohong dan segala cerita tentang penganiayaan dirinya tidak benar.

"Kasus Ratna Sarumpaet itu menunjukkan betapa kualitas kepemimpinan Prabowo itu gentleman, bisa mengaku salah," ujar Mardani seperti TribunJakarta.com kutip dari kanal YouTube Najwa Shihab pada Kamsi (11/10/2018).

Budiman Sudjatmiko, yang mewakili tim kampanye Jokowi-Maruf Amin dalam diskusi tersebut lalu menanggapi pernyataan Mardani.

Politikus PDI Perjuangan itu mengungkit kasus aktivis yang hilang pada 1998 silam.

"Najwa, rekam jejak soal gentleman dan fairness . Ketika anak buahnya sebagian diadili karena melakukan penculikan terhadap rekan-rekan saya, apakah Prabowo bersama mereka di balik jeruji penjara? Atau harus pergi ke Yordania?" tanya pria yang pernah mendekam di penjara lantaran dituduh terlibat kerusuhan 27 Juli 1996 ini.

"Dan bagaimana kode etik kehormatan perwira? Memutuskan seperti apa?" tanya Budiman.

"Kenapa beliau, dengan segala hormat, tidak menemani anak buahnya di penjara dan kemudian dipecat. Kenapa?" sambung dia.

Budiman menilai atas kasus tersebut sisi gentleman Prabowo sudah gugur sejak awal.

"Artinya apa? Saya ingin mengatakan bahwa syarat menjadi
gentleman gugur sejak awal, tepat ketika rekan-rekan saya belum kembali hingga saat ini," ungkap dia.

Ferdinand Hutahaean dari tim kemenangan Prabowo-Sandiaga Uno berikan tanggapan atas pernyataan Budiman.

"Pantaslah mereka rupanya bernafsu ingin memenjarakan Pak Prabowo. Pantas melaporkan ke polisi karena di pikirannya masih harus memenjarakan Prabowo. Malang sekali nasib kalian kalau begitu," ujar Ferdinand Hutahaean yang justru disambut tawa oleh Budiman.

"Tentang penculikan ini, kita harus melihat mereka itu adalah prajurit yang sejak awal melaksanakan tugas. Mereka dibebani pikiran dan tanggung jawab sebagai seorang prajurit," ujar Ferdinand.

Tanggapi pernyataan Ferdinand, Budiman justru sepakat akan pernyataan Kadiv Advokasi dan Bantuan Hukum DPP Partai Demokrat itu soal tugas prajurit.

"Prajurit tidak pernah salah, saya sepakat! Tapi komandan yang harus selalu bersalah. Dan kenapa komandannya tidak pernah justru tidak menanggung itu?" tanya Budiman.


Debat Budiman Sudjatmiko dan Ferdinand Hutahaean dalam diskusi Mata Najwa, Rabu (10/10/2018) malam. (Tangkapan layar YouTube Najwa Shihab)

"Prabowo sudah menebusnya dengan diberhentikan oleh Dewan Kehormatan Perwira," jawab Ferdinand.

"Semua kesalahan itu ada skalanya. Tidak bisa semuanya dipenjara," sambungnya.


Pilih Jokowi karena panggilan sejarah

Pada kesempatan yang sama, Budiman Sudjatmiko sebelumnya mengungkapkan alasan mengapa Jokowi layak dipilih di Pilpres 2019 mendatang.

Pria kelahiran tahun 1970 bahkan menganalogikannya dengan seorang mantri di Puskesmas Majenang.

"Jokowi adalah wajah tetangga kita, KH Ma'ruf Amin adalah kyai di langgar dan musala dekat rumah kita," imbuhnya.

Budiman menyatakan, sosok Jokowi mengingatkannya dengan seorang mantri di Puskemas Majenang, Cilacap.

"Yang bernama Pak Sulaiman hidup seorang single parents tapi merawat anaknya dengan baik," tuturnya.

"KH Ma'ruf Amin seorang kiai pesantren yang selalu mengajar ngaji kepada saya dan saya ingat betul jika dia marah karena saya salah tajwid," sambungnya.

Menurut Budiman, Jokowi dan KH Ma'ruf Amin merupakan cerminan tetangga di sekitar lingkungan.

"Tetapi oleh sejarah, seorang Jokowi dituntun untuk memimpin Indonesia," bebernya.

"Diminta mengerjakan hal yang mustahil menurut ahli teori pembangunan dan transisi politik. Apa yang dikatakan mustahil itu? Pak Jokowi mengerjakan pekerjaan rumah yang harusnya dikerjakan rezim otoriter, yaitu membangun infrastruktur," lanjutnya.

Lalu, Budiman Sudjatmiko memberikan berbagai contoh rezim otoriter yang ada di dunia yang membangun infrasturktur, seperti rezim Hitler di Jerman membangun jalan tol dan China membangun jalan tol ribuan kilometer.

Menurut Budiman, bagi rezim tersebut mudah untuk membangun infrastruktur namun di sistem demokrasi seperti di Indonesia hal tersebut terkadang menyulitkan.

Namun, Jokowi telah membuktikan pembangunan infrastruktur tersebut.

“Ini menjungkirbalikkan teori-teori pembangunan atau politik, yang biasanya hadir dari klan politik atau dinasti. Namun berhasil membangun bangsa ini, dan jadi role model kepemimpinan,” tutur Budiman.

Budiman menyatakan, Jokowi dan KH Ma'ruf Amin bukanlah lahir dari orang tua yang terkenal sehingga mereka hanya membuat sejarah dengan namanya sendiri.

"Tapi itu kesempatan kita untuk membuat sejarah kita sendiri," ungkap Budiman.


Video bisa disaksikan di sini:





http://jakarta.tribunnews.com/2018/1...ilang?page=all


0
1.9K
21
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
670.4KThread40.6KAnggota
Tampilkan semua post
yuswijayaAvatar border
yuswijaya
#1
perkasa
0
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.