1. Mariyam “Al-Astrolabiya” al-Ijliya


Sumber: google.com

Sebelum mengenal ilmuwan yang satu ini mungkin agan sista, ikhwan dan akhwan yang baca mungkin sekarang kenal yang namanya terknologi GPS (Global Positioning System) atau kalo kita yang bisa jalan-jalan namanya penunjuk arah digital. Mungkin yang kita kenal selama ini penemu GPS adalah Roger Lee Easton, Bradford Parkinson, dan Ivan A. Getting yang ketiganya adalah ilmuwan dari Amerika. Namun penemu pertama kali teknologi GPS ini adalah seorang wanita yang bernama Mariyam Al-Astrolabiya al Ijliya wanita muslimah yang hidup pada abad ke 10.
 
Bahkan “Al-Astrolabiya” pada namanya tidak lain adalah julukan yang diberikan oleh para ilmuan Eropa kepadanya atas jasanya dalam bidang astronomi. Walaupun Astrolabe (star finding) sudah ada sejak zaman Yunani Kuno dan banyak dikembangkan oleh Ilmuan muslim tapi Mariyam mendesain ulang astrolabe ini dengan teknik yang lebih rumit pada desainnya dan menjadikan astrolabe kala itu menjadi inovatif, dan prestisi.

Menurut Prof. Saleem Al-Husaini, yang dikutip dari Arab Times, “Mariyam adalah Muslimah pertama pembuat cikal alat transportasi dan komunikasi untuk dunia modern. Pekerjaan yang dilakukannya rumit dan berkaitan dengan persamaan matematis tapi ia mampu membuktikan kemampuannya dalam bidang ini”. Mariyam juga menjadi inspirator bagi astronom Hendry E. Holt yang menemukan sabuk asteroid 7060 di pusat observasi Polomar hingga ia menamakan temuannya ini dengan nama al-ijliya untuk menghormati Mariyam yang pertama kali mendesain astrolabe pertama pada abad ke 10.

2. Sutayta al-Mahamli.


Sumber: google.com

Wanita selanjutnya adalah Sutayta al-Mahamli ia adalah seorang muslimah dan juga ahli pada bidang matematika, bahkan kehebatannya pada bidang matematika dapat pujian langsung oleh Ibnu Katsir, Ibnu al Jauzi, dan Ibnu al-Khatib Baghdadi. Sutayta hidup pada abad ke 10 namun sejarah tidak merinci tahun berapa beliau lahir, perlu agan-sista, ikhwan dan akhwan ketahui Sutayta merupakan putri dari seorang hakim di Baghdad bernama Abu Abdallah al-Hussein, yang juga merupakan penulis Kitab fi al-fiqh dan Salat al-‘idayn. Sutayta pandai dan menjadi ahli matimatika karena ia belajar ke beberapa guru yang khusus didatangkan oleh sang ayah.

Diketahui Sutayta menimba ilmu kepada beberapa ahli matematika pada masa itu, di antaranya Abu Hamza bin Qasim, Omar bin Abdul Aziz al-Hashimi, Ismail bin al-Abbas al-Warraq, dan Abdul Alghafir bin Salamah al-Homsi. Tak hanya itu Sutayta juga merupakan seorang wanita cerdas dan multi talenta diketahui selain ahli matimatika beliau juga menguasai bidang hadist dan syaroah, namun beliau terkenal sebagai ahli matimatika terkhusus Aritmatika yang mempelajari tentang bilangan bulat melalui pejumlahan,perkalian dan pengurangan yang dipakai pada kehidupan sehari-hari kala itu, beliau tutup usia pada tahun 987M.

3. Zaynab Shāhdā.


Sumber: Muslimheritage.com

Selanjutnya adalah Zaynab Shahda, beliau merupakan wanita yang ahli pada bidang seni terutama seni kaligrafi. Pada abad pertengahan perkembangan seni islam berkembang pesat terutama pada kerajaan Turki Utsmani dan kerajaan Mughal. Untuk mendapat gelar kaligrafer (Khattat)pada zaman itu sangat sulit banyak proses dan pendidikan panjang yang harus Zaynab lalui sebelum akhirnya sejarah mencatat namanya sebagai seorang seniman yang ahli dalam seni kaligrafi. Bahkan Ibn Khallikān, yang dikenal sebagai sejarawan penting era ini, menulis bahwa Zaynab telah menerima pelajaran dan ijazahnya dari para ilmuwan penting di abad ke-5 Hijriah seperti Abu al-Hattāb Nasr bin Ahmad al-Butruvānī dan Abū ‘Abdullāh Hussain bin Ahmad bin Talha an-Niālī. Bahkan sumber lain juga menyebutkan bahwa Muhammad bin ‘Abdul Mālīk, dari sekolah Mesir, adalah gurunya.

Zaynab dikenal juga multitalenta sama seperti Sutayta beliau juga menguasai bidang hadist, syariah bahkan sains. Selain Zaynab pada abad pertengahan banyak seniman dan kaligrafer wanita yang namanya ditulis dalam sejarah peradaban islam abad pertengahan antara lain ada uhtar-i ibn Mukla Shirāzī, Muznā, Fātima yang merupakan istri seorang khalifah Abdurahman III, Safiyyā binti Abdurrabī, Fātima binti Zakarīyā bin ‘Abdullāh as-Shebbarp yang dimana nama-nama tersebut tertulis dalam buku "Female Calligraphers: Past & Present" yang ditulis oleh Hilal Kazan