fallen.sakuraAvatar border
TS
fallen.sakura
Bukan Dia Tapi Kamu

Quote:


Quote:


Quote:
Diubah oleh fallen.sakura 07-05-2021 02:58
SupermanBalap
yusuffajar123
nyamuk.kebon
nyamuk.kebon dan 17 lainnya memberi reputasi
16
38.3K
208
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread42.2KAnggota
Tampilkan semua post
fallen.sakuraAvatar border
TS
fallen.sakura
#77
PART 11
Setelah makan malam kami langsung kembali ke rumah sakit. Setelah menyelesaikan beberapa syarat administrasi dan gue harus tanda tangan ini itu, Pak Rahmat langsung dipindah ke sebuah bangsal kelas III. Untungnya bangsal itu cuma keisi satu orang, dan ruangannya pun bisa dibilang sangat nyaman.

Kata dokter, Pak Rahmat perlu mondok paling lama dua hari, dan bisa aja pulang lebih cepat, tergantung perkembangan kondisi beliau.

“Makasih ya dok. “ kata Tiara tersenyum ke dokter yang sudah menjelaskan panjang lebar kondisi bapaknya.

“Kalo gitu, saya permisi dulu. “ ucap dokter itu kemudian berjalan keluar bangsal.

Gue lihat Pak Rahmat terbaring di ranjang dengan mask respirator di hidung dan mulutnya. Matanya terlihat sedikit terbuka dan sempat tersenyum ke gue sembari mengangguk, yang mungkin artinya ucapan terima kasih. Sedangkan Tiara duduk di samping beliau, wajahnya terlihat senang melihat bapaknya udah terlihat baikan. Gue lalu melihat jam di dinding yang ternyata udah menunjukkan pukul setengah sembilan malam.

Sebenarnya gue gak tega sama Tiara yang mungkin bakal semalaman menjaga bapaknya, tapi ya mau gimana lagi. Soalnya di kartu penunggu pasien udah tertulis nama Tiara dan hanya satu orang yang diijinkan menjaga. Untungnya aja ada suster yang berbaik hati meminjamkan selembar tikar ke kami, jadi setidaknya Tiara nggak tidur beralaskan lantai.

"Mas kamu kalau mau pulang, pulang aja ga papa. " kata Tiara.

"Kamu pasti juga capek kan seharian tadi kerja. "

"Oke. " jawab gue mengangguk.

"Bapak kamu udah tidur kan ? " tanya gue sambil melihat ke Pak Rahmat yang sepertinya udah tertidur.

"Udah mas. Moga-moga aja besok bapak udah bisa pulang. " jawab Tiara tersenyum, meski jelas terlihat kalo dia juga letih.

"Oh ya. " kata gue lalu merogoh saku celana.

"Ini kalo kamu butuh sesuatu. " kata gue lagi sembari menyodorkan dua lembar limapuluhan ribu yang dilipet agak kecil.

"Aduh, gak usah mas. " jawab Tiara.

"Kamu udah keluarin duwit banyak. Aku nggak mau... "

"Udah, gapapa Ra. " potong gue lalu memegang tangan Tiara dan menaruh uang tersebut ke genggamannya.

"Makasih banyak ya mas. " jawab Tiara pelan sembari menatap gue.

"Aku nggak tau gimana caranya bales semua ini ke kamu. " kata Tiara lagi.

"Caranya gampang kok Ra. " jawab gue cepat.

"Gampang gimana ? " tanya Tiara penasaran.

"Besok kalo bapak kamu udah sembuh... "

"Iya ? " tanya Tiara lagi.

"Kamu temeni aku nonton. " kata gue sembari tersenyum simpul. Mendengar kata-kata gue, wajah Tiara yang tadinya serius langsung ketawa tertahan.

"Kamu ini lho mas, ada aja caranya buat cari-cari kesempatan. " kata Tiara sembari tersenyum masam.

"Kamu mau kan ? " tanya gue penuh harap.

"Iyaaa... " jawab Tiara tersenyum sembari mengangguk pelan.

"Tapi tetep nunggu bapak sembuh total dulu ya mas. Soalnya nggak mungkin kan, beliau masih sakit kok akunya malah keluyuran. " timpal Tiara.

"Siap tuan putri. " jawab gue dengan hati senang tak terhingga.

"Kalo gitu aku pulang dulu ya. "

"Iya mas, hati-hati. Ntar aku kabari deh kalo ada sesuatu. " jawab Tiara.

"Oke. " jawab gue, lalu berjalan meninggalkan bangsal, tapi nggak lupa melambaikan tangan ke Tiara.

Sembari memacu sepeda motor meninggalkan rumah sakit dan menuju rumah, perasaan gue senang bukan kepalang. Berkali-kali gue bersorak "yess!!" dalam hati karena dengan semua sikap yang ditunjukkan Tiara tadi, itu artinya 99% dia udah menerima permintaan maaf gue. Jadi perasaan bersalah yang udah menghantui gue selama ini akan lenyap.

Jam sembilan lebih gue udah sampai rumah kontrakan gue, dan ada satu lagi PR yang harus gue selesaikan. Apalagi kalo bukan memastikan si Yuli pulang tepat waktu. Sembari menunggu Yuli pulang, gue duduk santai di depan TV. Rasa lelah yang amat sangat membuat gue ketiduran dan gue terbangun saat mendengar suara klotek-klotek di teras. Saat gue tengok ternyata si Yuli baru aja pulang dan baru aja melepas sepatu, dan saat gue liat jam ternyata astagaa... udah jam sebelas kurang sepuluh. Cowok yang namanya Reno tadi juga udah gak ada.

"Heh Yul !! Kok malem banget pulangnya ?! " tanya gue dengan nada ketus.

"Ih ya biarin lah !! Terserah aku dong !! " jawab Yuli gak kalah ketus.

"Kamu jangan macem-macem ya, mau aku aduin ke ibu ?! " ancam gue.

"Silahkan aja. " jawab Yuli cuek.

"Asal kakak tau ya, tadi ibu udah BBM aku dan aku udah minta ijin kalo pulang jam sebelas, dan ibu bilang boleh kok. " kata Yuli lagi.

"Halah aku gak percaya, jangan ngarang kamu. " jawab gue mencibir.

"Nih kalo ga percaya. " kata Yuli lalu mengambil HP dari saku celana jeansnya, dan menunjukkan sebuah chattingan BBM yang langsung membuat gue terdiam.

"Gini lho Yul, aku ngelarang kamu pulang malem-malem, itu semata-mata karena kuatir sama kamu... "

"Iya kakaaak. Makasih banget atas perhatiannya. " jawab Yuli cepat sembari tersenyum meledek lalu ngeloyor masuk ke kamarnya, yang membuat gue makin gemes sama adek gue satu-satunya ini.

Karena gue males ribut dan si Yuli udah punya senjata ampuh buat ngelawan, gue pun juga masuk ke kamar buat tidur, karena besok gue harus masuk kerja jam delapan. Selama ini gue emang selalu cerewet sama Yuli, karena gue bener-bener kuatir karena pergaulan remaja jaman now yang sering gak bener. Apalagi setau gue, Yuli punya banyak temen cowok, ditambah lagi potongan dia yang lumayan good looking untuk ukuran cewek SMU.

"Kak, aku berangkat ya. " tiba-tiba suara Yuli terdengar dari luar kamar gue, yang spontan membangunkan gue.

Tanpa ngeliat jam, gue udah tau kalo sekarang udah sekitar jam setengah tujuh pagi. Gue lalu membuka kamar dan gak lama terdengar suara deru motor Yuli meninggalkan rumah. Saat melihat HP, ternyata nggak ada notif apapun, Sebenarnya gue pengen ngebel Tiara, tapi gue urungkan karena siapa tau sekarang dia lagi sibuk ngurusin bapaknya.

Jam udah menunjukkan pukul tujuh lebih seperempat, dan gue asyik menikmati sarapan berupa sepotong roti tawar dan selai coklat, yang merupakan sarapan favorit gue dan Yuli selain sebungkus mi instan. Berhubung aktivitas harian kami yang beda jam, jadinya gue sama Yuli jarang banget sarapan bareng,

Saat sampai di kantor, pekerjaan pertama yang gue lakuin yaitu melap mobil kantor yang diparkir di parkiran basemen. Yah, mobil itulah yang bakalan jadi rekan kerja gue sehari-hari. Lagi asyik-asyiknya gue melap body sang rekan kerja yang mulus dan mengkilap, tiba-tiba HP gue berbunyi, dan saat gue liat ternyata dari Tiara. Semoga aja kabar baik, batin gue.

emoticon-phone "Halo Ra, gimana ? " jawab gue.

emoticon-phone "Sorry ya mas ganggu kamu. " kata Tiara.

emoticon-phone "Ga papa, buat kamu apa sih yang nggak. " jawab gue ketawa.

emoticon-phone "Apaan sih mas, gombal. " kata Tiara sewot, dan gue lagi-lagi ketawa.

emoticon-phone "Mas, kamu bisa kan jam empat ke rumah sakit ? Kata suster hari ini bapak udah boleh pulang. " timpal Tiara dengan nada senang.

emoticon-phone "Siap tuan putri. Nanti setelah pulang kantor aku langsung ke rumah sakit. " jawab gue bersemangat.

emoticon-phone "Makasih ya mas. Oh ya kalo bisa ntar... "

"Fer !! " tiba-tiba terdengar suara orang memanggil gue, saat gue menoleh ternyata satpam kantor berjalan mendekati gue.

emoticon-phone "Ra, sorry, nanti aku telpon lagi ya, oke ? " kata gue ke Tiara.

emoticon-phone "Iya mas. Aku tunggu ya. " jawab Tiara.

"Ada apa pak ? " tanya gue ke satpam itu.

"Kamu dicari tuh. " jawab si satpam sambil menunjuk pos security yang gak jauh dari situ. Gue lalu berjalan mengikuti si satpam yang belum begitu gue kenal, tapi gue tau namanya adalah Tarjo.

"Mana ? " tanya gue saat melihat pos security yang kosong ga ada orang.

"Tuh. " kata si Tarjo sambil menunjuk gagang telpon yang tergeletak di meja, yang buru-buru gue angkat.

emoticon-phone "Halo. " jawab gue.

emoticon-phone "Mas Ferdy ya ? " terdengar suara cewek di telpon, yang udah pasti suara staff kantor atas.

emoticon-phone "Iya mbak, gimana ? " jawab gue dengan ramah.

emoticon-phone "Mas hari ini kamu belum ada jadwal kan ? "

emoticon-phone "Belum sih. Emang kenapa mbak ? " tanya gue.

emoticon-phone "Hari ini kamu saya jadwalin ke ******** ya ? " tanya staff itu sembari menyebut nama sebuah kota, yang membuat gue agak kaget.

emoticon-phone "Jadi saya hari ini ke luar kota mbak ? Sama siapa ? "

emoticon-phone "Sama Mbak Riska. Kebetulan Mbak Riska hari ini ada meeting di kantor pusat dan dia pengen kamu yang nganter. " jawab staff itu.

emoticon-phone "Lho mbak, bukannya ada si Herman yang biasanya nganter-nganter staff keluar kota ? " tanya gue.

emoticon-phone "Iya sih mas, tapi Mbak Riska pengennya kamu yang nganter dia. Jangan kuatir mas, ntar ada uang lemburnya kok. "

emoticon-phone "Bukan masalah itu mbak. Saya ntar pulang jam berapa ya soalnya saya jam empat ada keperluan. " kata gue.

emoticon-phone "Aduh kalo masalah itu Mas Ferdy ngomong langsung aja ke Mbak Riska, soalnya saya cuma disuruh nyampaikan ke kamu, mas. " kata staff itu yang membuat gue langsung lemes.
Diubah oleh fallen.sakura 09-05-2021 14:27
alverno.10
bonita71
andrian0509
andrian0509 dan 3 lainnya memberi reputasi
4
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.