Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

chrishanaAvatar border
TS
chrishana
[MATURE / 21+] Burung Kertas Merah Muda 2
[MATURE / 21+] Burung Kertas Merah Muda 2



Quote:


Cerita ini adalah kisah lanjutan dari Burung Kertas Merah Muda. Kalian boleh membaca dari awal atau memulai membaca dari kisah ini. Dengan catatan, kisah ini berkaitan dengan kisah pertama. Saya sangat merekomendasikan untuk membaca dari awal.


Silahkan klik link untuk menuju ke kisah pertama.


Terima kasih.



Spoiler for Perkenalan:


Quote:

Polling
0 suara
Siapakah sosok perempuan yang akan menjadi pendamping setia Rendy?
Diubah oleh chrishana 02-04-2020 02:31
japraha47
aripinastiko612
jalakhideung
jalakhideung dan 59 lainnya memberi reputasi
54
270.9K
981
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.9KAnggota
Tampilkan semua post
chrishanaAvatar border
TS
chrishana
#607
Chapter 40
Seorang perempuan tengah terduduk di gelapnya malam. Melihat candra yang samar-samar tertutup awan. Tak ada penampakan pula dari kejora yang menghiasi langit pada saat gelap. Menunggu matahari yang tidak tahu kapan ia akan menampakkan diri.

Tak lama kemudian, datanglah sosok perempuan satunya yang terbangun dari mimpi indahnya. Perempuan yang tak kalah cantik dan baik hatinya. Namun, memiliki masa lalu yang gelap tertutup awan layaknya malam ini. Ia duduk di samping perempuan dengan hijab merah mudanya yang sedang menatap angkasa.
“Belum tidur, Kak?”

“Aku kebangun, Nes...”

“Kak Rendy masih belum bangun?”

“Belum... Kayaknya dia kecapean deh...”

“Orang tuanya gak nyariin, Kak?”

“Oh iya, aku lupa ngabarin!”

Secara kebetulan, telepon genggam milik Rendy berdering. Mamanya sudah menelpon untuk kali ketiga namun tak kunjung terjawab karena Rendy masih terbaring kelelahan. Perempuan berhijab yang bernama Anna membuka kunci telepon genggam tersebut dengan sidik jarinya, lalu menelpon ibunda Rendy yang sepertinya sedang mengkhawatirnya anaknya.
“Halo, Rendy! Kamu kemana aja sih!”

“Mama... Ini aku, Anna...”

“Anna, Rendy di mana?”

“Rendy lagi sama aku, Ma... Kalau Rendy sudah bangun, aku langsung antar Rendy pulang... Rendy habis berkelahi tadi.”

“Rendy kenapa, Na? Ada yang luka?”

“Cuma memar aja, Ma... Nanti di rumah aku ceritain ya...”

“Ma, Rendy udah bangun nih... Aku mau ngurus Rendy dulu habis itu langsung pulang ya...”

“Iya, terima kasih banyak ya Anna... Hati-hati nanti pulangnya...”

Vanessa yang sedang duduk di teras rumahnya pun masuk ke dalam karena mendengar suara dari Rendy yang baru saja terbangun. Rendy yang lelah karena berkelahi menyelamatkan Anna dan Vanessa kini sedang berusaha memulihkan tenaganya yang terkuras habis karena melawan Gavin yang memang tak sebanding dengannya.
“Duh...” Rendy bangun memegangi kepalanya.

“Kak...” Vanessa menghampiri Rendy. “Kakak jangan bangun dulu...” Vanessa membantu Rendy kembali merebahkan tubuhnya.

“Maaf ya aku ngerepotin kamu, dek... Aku ketiduran ya...” ujar Rendy.

“Rendy...” Anna menghampiri Rendy.

“Anna... Kamu di sini? Aku pikir kamu udah pulang...”

“Gimana aku bisa ninggalin kamu dengan keadaan seperti ini, Rendy...” ujar Anna.

“Aku mau duduk...”

****

Kumandang dari seruan ajakan bangun dari tidur terdengar dari masjid-masjid di sekitar rumah kontrakan yang ditinggali oleh Vanessa. Kondisi tubuh Rendy pun membaik meskipun luka di tubuhnya masih terasa sakit. Melihat kondisi Rendy sudah membaik, Anna berinisiatif untuk mengantar Rendy pulang ke rumahnya. Vanessa juga ikut membantu Rendy berjalan dari rumah menuju tempat mobil milik ibunda Rendy diparkirkan.
“Vanessa, terima kasih kamu udah bantu aku ngerawat Rendy di rumahmu.” ujar Anna dari dalam mobil.

“Iya, sama-sama, Kak... Kakak hati-hati di jalan ya... Jangan ngantuk... Kakak belum istirahat...” ujar Vanessa.

“Nggak kok tenang aja... Aku gak akan ngantuk atau lelah buat jaga dan rawat Rendy sekarang...” ujar Anna seraya menatap Rendy.

“Aku pulang ya, dek... Jaga diri kamu baik-baik...” ujar Rendy.

“Iya, Kak... Makasih udah nolongin aku dan Kak Anna kemarin...”

Kendaraan roda empat milik ibunda Rendy melaju perlahan keluar dari area parkir. Vanessa menatap hingga akhirnya kendaraan tersebut tak terlihat lagi sinar dari lampu belakangnya. Rendy pun sedikit terkejut karena menemukan Anna yang ternyata mampu mengendarai kendaraan roda empat.
“Sejak kapan kamu bisa bawa mobil, Na?” tanya Rendy.

“Sejak aku kuliah, Ren...” jawab Anna.

“Kamu gak cerita sama aku...” lanjut Rendy.

Anna menghela napas panjang. “Gimana mau cerita, kita aja hilang kontak dari kelas dua SMA...” ujarnya.

“Siapa suruh menghilang...”

“Kenapa kamu gak nahan aku waktu itu?” tanya Anna.

“Aku udah coba nahan kamu kan...”

“...”

“Aku gak bisa berkata apa-apa pada saat kamu bilang kita ini bagai matahari dan bumi, yang akan membinasakan jika disatukan.” ujar Rendy.

“...”

“Tapi nyatanya, kita disatukan kembali...” lanjut Rendy.

“Kamu gak berpikir bahwa aku pembawa sial lagi kan?” tanya Anna.

“Nggak kok, Na... Justru, aku beruntung bisa dimiliki sama hati kamu...”

“Walaupun sekarang kamu babak belur begini karena aku?”

“Ini adalah salah satu bukti bahwa aku benar-benar mencintaimu, Anna... Apapun akan aku korbankan demi kamu... Demi melihat senyummu, bahagiamu...” lanjut Rendy.

“Hahahahaha... Gombal...”

“Emang ya? Aku gak bisa gombal, Na... Aku sih realistis aja... Apa yang aku rasakan ya aku utarakan...”

“Aku percaya sama kamu, Rendy...” ujar Anna.

“...”

“Semua kata-kata cinta yang keluar dari bibirmu, itu bukan sebuah gombalan... Dan memang semua sudah terbukti dengan apa yang kamu lakukan...” lanjut Anna.

“Memang seharusnya seperti itu kan jika kita mencintai seseorang? Bukan dengan puisi romantis belaka.”

“That’s why I love you so much, Rendy!”ujar Anna.

****

Tiga puluh menit berkendara, Anna sampai di rumah Rendy. Lalu lintas belum padat karena matahari belum memancarkan cahaya hangatnya di pagi hari. Kedatangan mereka disambut oleh Papa dan Mama Rendy yang sudah menunggu. Terlihat Anna keluar dari mobil dan membantu Rendy berjalan untuk masuk ke dalam rumahnya.
“Ya ampun, Rendy! Kamu kenapa lagi?” tanya Mama panik.

“Hehehehe... Biasa, jagoan Ma...” jawab Rendy bercanda.

“Jagoan mana ada babak belur begini...” ujar Papa.

“Ada, Pa... Ini aku... Hahahaha...” jawab Rendy.

“Masih aja sih kamu bercanda! Lagi kayak gini juga...” ujar Anna.

Anna dan Papa Rendy membantu Rendy berjalan menaiki anak tangga satu per satu. Hingga akhirnya Rendy bisa merebahkan tubuhnya di atas ranjang miliknya. Serasa nyaman karena Rendy bisa merebahkan tubuhnya di alas yang nyaman.
“Kamu mau pulang jam berapa, Na?” tanya Papa.

“Aku mau di sini dulu, Pa... Mau rawat Rendy sampai sembuh... Gak apa-apa, kan?”

“Ya, Papa sih gak apa-apa...”

“Tenang aja, Pa... Atasanku itu Rendy... Walaupun aku gak masuk kerja pun, atasanku mengetahui kan...” ujar Anna.

“Iya ya... Hahahahaha...”

“Heh, mau aku kasih SP kamu, Na?” ujar Rendy.

“Wah, kalau gini, Papa gak ikutan... Daaahhh...” Papa beranjak meninggalkan kamar Rendy.

“Berani kamu SP aku?” tanya Anna.

“Kamu kan belum izin sama atasanmu...”

“Baiklah...” Anna menghela napas panjang. “Pak Rendy, saya Anna mohon izin untuk dua hari kedepan. Karena saya ingin merawat lelaki yang sangat saya cintai sehidup semati saya. Lelaki luar biasa yang dapat membuktikan sungguh-sungguh kecintaannya terhadap saya. Karena, semalam dia rela mengorbankan tenaga dan tubuhnya demi keselamatan dan keamanan saya.” ujar Anna sambil mengenggam erat tangan Rendy.

“Because, I love you so much, Anna!”ujar Rendy.

rieezy
dany.agus
jalakhideung
jalakhideung dan 6 lainnya memberi reputasi
7
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.