- Beranda
- Stories from the Heart
Ku Kejar Cintamu Sampai Garis Finish
...
TS
congyang.jus
Ku Kejar Cintamu Sampai Garis Finish

Tuhan tidak selalu memberi kita jalan lurus untuk mencapai suatu tujuan. Terkadang dia memberi kita jalan memutar, bahkan seringkali kita tidak bisa mencapai tujuan yg sudah kita rencanakan diawal. Bukan karena tuhan tidak memberi yg kita inginkan, tetapi untuk memberi kita yg terbaik. Percayalah, rencana Tuhan jauh lebih indah.
Quote:
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 13 suara
Siapa yang akan menjadi pemaisuri Raja?
Olivia
31%
Bunga
8%
Diana
15%
Zahra
15%
Okta
8%
Shinta
23%
Diubah oleh congyang.jus 04-03-2022 10:27
JabLai cOY dan 37 lainnya memberi reputasi
38
165.6K
793
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
congyang.jus
#460
Part 55
*Mei 2017, Rest Area Jalan Tol Kanci
Dia sedang tertidur lelap saat kami melakukan perjalanan, kurang lebih 200 an KM dari kota lumpia, tempat yang kami singgahi saat ini. Entah akan kemana kami pergi. Yang jelas, saat ini gw sedang membawa kabur tunangan orang. Gw yang tidak segera memberi kepastian berujung fatal. Wanita yang sedang tertidur ini, sudah diberi kepastian oleh lelaki lain. Bodohnya gw, baru mulai mengejar dia disaat langkah kakinya sudah berhenti mengikuti segala keegoisan gw.
Sekitar pukul 04.00 dini hari, gw terbangun dari tidur. Dengan fungsi otak yang belum sepenuhnya berfungsi normal, gw mencari nya di setiap sudut kamar, namun hasilnya nihil. Pintu kamar mandi yang terbuka lebar pun menandakan bahwa dia tidak di sana. Gw berjalan ke arah balkon kamar, Okta sedang asik berdiri, tangannya dilipat bertumpu pada pagar besi, pandangannya kosong.
"Dari jam brp di sini?" Gw peluk ia dari belakang. Okta tak menjawab, malah mencoba lepas dari pelukan gw.
"Kenapa?" Gw kebingungan, raut wajahnya nampak layu, seperti ekspresi sebuah kekecewaan. "Hffftttt"
Rokok gw bakar sebatang, lalu menghembuskannya ke udara, mencoba mencemari udara sehat di pagi hari. "Dingin ya?" Ucap gw mencoba mencairkan suasana, namun Okta masih enggan melontarkan satu kata pun dari mulutnya. Gw coba mengingat apa gw sudah berbuat salah tadi malam. Kemaren gw nyimeng di angkringan, trus gw pulang, Okta dateng sambil nangis. Tapi setelah itu kami berdua sudah baikan, ga ada lagi hal yang gw rasa membuat Okta menjadi bungkam.
"Mau teh?" Tawar gw, ia masih diam seribu bahasa. "Kopi?" Coba gw sekali lagi.
"Coffe milk" Balasnya singkat.
"Okey" Gw berjalan ke arah dapur, membuat secangkir teh dan secangkir kopi susu.
Terlintas di pikiran gw untuk mengerjai Okta..
"Coffe milk for my Queen" Gw taruh kopi nya di meja. Tak butuh waktu lama, Okta langsung meminumnya.
Disemburnya kopi tadi ke arah lantai "Asiiin
" Keluhnya dengan ekspresi menahan gurihnya rasa kopi tadi. Gw tertawa lepass
"Susu nya ga ada, jadi aku kasih santan deh
" ucap gw, sambil tertawa di atas penderitaan orang lain
Kopi tadi disiramkan ke gw "Kamu jahat banget sih" Belum puas membuat gw basah - basah lengket karena kopi - santan, Okta berusaha memukuli gw yang terus menghindar dari kemungkinan - kemungkinan yang disebabkan oleh amarah seorang wanita. Gw hanya menangkis pukulannya dengan kedua tangan gw.
Sengaja gw biarkan Okta meluapkan emosinya. Perlahan, pukulannya mulai mereda. Berganti dengan sebuah pelukan.
"Kenapa cemberut mulu?" *gw usap - usap rambutnya*
"Kamu masih kontak'an sama Shinta ya?" Tanya Okta dengan nada lirih
"Engga.. Kata siapa?"
"Tadi aku liat HP mu, kebetulan ada notif WA dari Shinta" jelasnya
"Aku engga ngerasa punya WA nya, orang sejak dia di asingkan ke Jepara kontak ku di blok semua"
"..."
Pagi itu, setelah gw mandi dan menggunakan seragam kebanggan, gw langsung mengantar Okta pulang. Zahra yang biasanya berangkat sekolah boncengan sama gw, kali ini gw suruh berangkat sendiri.
.
.
.
"Jangan lama - lama, entar kesiangan" pesan gw
"Bawel" Okta membuka pintu mobil, lalu berjalan masuk ke rumah. Sedangkan gw nongkrong bareng Sopir nya Okta di depan garasi.
"Kopi mas?" Tawar pak sopir yang lagi duduk santai abis ngelap mobil
"Wah, ga usah repot - repot, saya teh aja Pak
" balas gw
"Woke, nyantai dulu di sini. Palingan Mbak Okta dandannya masih lama" pergi ke dapur ninggalin gw. Kurang dari 10 menit, Pak Sopir balik lagi dengan secangkir kopi di tangan kiri dan secangkir teh di tangan kanan. Secangkir teh tersebut diletakkan di depan gw yang duduk lesehan depan garasi.
"Makasih Pak" Ga pake lama, langsung gw sruput teh nya. Sebatang rokok gw bakar, gw hisap dalam - dalam asapnya. "Rokok Pak" Tawar gw ke Pak Sopir
Sambil nunggu Okta bersiap, Pak Sopir banyak cerita tentang perilaku Okta waktu dahulu. Beliau bilang, sebagai anak terakhir, cewe pula, tentunya sifatnya ga beda jauh sama cewek - cewek bungsu lainnya, atau bisa dibilang Super Manja. Yang keluar dari mulutnya adalah sebuah titah yang tidak bisa ditunda atau bahkan dibantah. Contohnya ketika meminta sesuatu, permintaannya harus segera dipenuhi. Beliau juga berpesan, harus banyak sabar kalo sama Okta. Maklumin aja kalo sifatnya rada ngeselin, anak terakhir soalnya.
Sebelum waktu menunjukkan pukul 06.00, Okta sudah siap untuk berangkat.
"Ayok" Ucapnya, merapikan rambutnya sambil berjalan ke Mobil.
"Saya berangkat dulu Pak, makasih teh nya" Pamit gw ke Pak Sopir. "Mamahmu mana?" tanya gw ke Okta, bermaksud ingin pamitan
"Lagi mandi, udah aku pamitin tadi" jawabnya judes. Gw cuma manggut - manggut, lalu langsung tancap gas. Di perjalanan, Okta sibuk sendiri dengan penampilannya.
"Kenapa sih?" Tanya gw karena merasa terabaikan
"Bibir aku keliatan pucat ga sih?" tanya dia balik
"engga, biasa aja" jawab gw
"Aku lupa pake lipstik
" Jelasnya. Gw cuma ber 'ooo' tanpa suara
"Gitu doang?"
"Terus harus gimana? Balik ke rumahmu buat ngambil lipstik? Pagi - pagi udah bikin sebel"
"eheheh"
.
.
.
Dikecup pipi gw "Aku pulang jam 3" Ucapnya, bermaksud memberi tahu waktu untuk menjemputnya sepulang sekolah. "Daaa" Lanjutnya sambil melambaikan tangan
Gw hampir terlambat masuk sekolah karena harus mencari parkiran untuk mobil milik Okta (Di STM gw ga ada parkiran mobil buat murid
, jadi parkirnya agak jauhan dari sekolah)
Proses belajar mengajar hari itu gw lalui dengan biasa, tanpa ada hal istimewa sedikitpun. Jam 3 kurang, gw sudah dalam perjalanan menjemput Okta. Belum terlalu banyak siswa yang sudah keluar dari gerbang sekolah saat gw tiba. 15 menit kemudian, gadis yang gw tunggu terlihat berjalan menghampiri.
Gw buka kan pintu untuknya dari dalam. "Lama nunggunya?" Tanya Okta basa - basi setelah duduk di kursi penumpang
"Engga kok, baru aja" balas gw
"Beb?"
"hmm?"
"Ada acara ga?" tanya Okta, gw balas dengan menggelengkan kepala
"Ajak kemana gitu kek, aku lagi males dirumah" pintanya
.
.
.
Kami berdua turun dari mobil, gw gandeng tangan Okta sambil berjalan berdampingan menuju sebuah warung yang terdapat beberapa pelajar bertongkrong ria.
"Lama ga keliatan boss?" Tanya salah satu teman gw waktu SMP
"Iya nih, sibuk banget gw" jawab gw asal
Gw ajak Okta duduk di sebuah kursi panjang yang berada sedikit di ujung. Tempat ini adalah tongkrongan gw, alm. cungkring dan sebagian besar sahabat - sahabat gw waktu SMP. Masih banyak dari teman gw yang seusai pulang sekolah masih nyempetin nongkrong di tempat ini meskipun kami semua sudah berbeda seragam, sekedar untuk menjaga silaturahmi.
"Mau minum apa?" Tawar gw ke Okta
"Coffe Milk, dengerin baik - baik. Coffe Milk, bukan Kopi - Santan" Jawabnya, mukanya ditekuk mengingat kejadian tadi dini hari.
"Mintanya aneh - aneh, kamu kira ini kafe. Es teh aja, ada nya Es teh" balas gw. Okta hanya diam, gw anggap dia setuju. Kalo gw nongkrong di sini, gw jadi flashback waktu kemana - mana masih bareng cungkring haha. Gimana kabar lo, Boy?
"Sinyoooo.." Teriak Dita sambil berlari ke arah kami berdua (jaman SMP, beberapa temen gw ada yang manggil dengan sebutan 'sinyo'). Entah tidak tahu keberadaan Okta atau gimana, dita langsung 'ndusel' ke gw. Hal tersebut tentunya memancing kecemburuan Okta. Gw juga bingung sama hubungan gw dan Okta, pacaran kagak, tapi gandengan tangan, usep -usepan rambut, manggil babe, bae, honey, saling mencemburui satu sama lain juga. Kalo Dita, dia salah satu dari beberapa cewek yang setongkrongan sama gw jaman SMP. Orangnya asik, welcome ke semua orang walau kadang omongannya pedes, Cakep? lebih dari cakep
"Siapa nih?" Tanya Dita, Sambil ngelirik ke Okta
"Kenalin, Okta. Cewek gw" *ngenalin pake gaya tengil. Senyuman mengembang lebar di bibir Okta, karena gw mengakui dirinya
"Dita.. Gw sama Sinyo cuma temen kok hehe, santai aja. Kalo gw naksir sama dia, pasti udah gw embat dari jaman SMP" Jelas Dita agar tidak membuat my bae cemburu.
"Ini yang bikin lo jarang kesini lagi ya?" Tanya Dita
Gw garuk - garuk kepala "Ya engga gitu juga
"
*hening beberapa saat*
"Eh, kayaknya gw ganggu nih. Gw pindah ya?"
"Ah, kayak sama siapa aja lo dit. Duduk sini dulu napa, mau gw kenalin lebih jauh sama cewek gw juga" protes gw
"Ogah gw, yang ada malah jadi obat nyamuk" Dita tetap melangkah pindah ke meja lain yang berada agak jauh dari gw dan Okta, bergabung ke beberapa pelajar yang dahulu 'pernah' menggunakan satu seragam yang sama.
"Sinyo?" Tanya Okta keheranan
"Dulu, temen deket ku waktu SMP banyak yang manggil aku pake nama itu" Jawab gw
"oooo" balas Okta sambil manggut - manggut
Dia sedang tertidur lelap saat kami melakukan perjalanan, kurang lebih 200 an KM dari kota lumpia, tempat yang kami singgahi saat ini. Entah akan kemana kami pergi. Yang jelas, saat ini gw sedang membawa kabur tunangan orang. Gw yang tidak segera memberi kepastian berujung fatal. Wanita yang sedang tertidur ini, sudah diberi kepastian oleh lelaki lain. Bodohnya gw, baru mulai mengejar dia disaat langkah kakinya sudah berhenti mengikuti segala keegoisan gw.
*****
Sekitar pukul 04.00 dini hari, gw terbangun dari tidur. Dengan fungsi otak yang belum sepenuhnya berfungsi normal, gw mencari nya di setiap sudut kamar, namun hasilnya nihil. Pintu kamar mandi yang terbuka lebar pun menandakan bahwa dia tidak di sana. Gw berjalan ke arah balkon kamar, Okta sedang asik berdiri, tangannya dilipat bertumpu pada pagar besi, pandangannya kosong.
"Dari jam brp di sini?" Gw peluk ia dari belakang. Okta tak menjawab, malah mencoba lepas dari pelukan gw.
"Kenapa?" Gw kebingungan, raut wajahnya nampak layu, seperti ekspresi sebuah kekecewaan. "Hffftttt"
Rokok gw bakar sebatang, lalu menghembuskannya ke udara, mencoba mencemari udara sehat di pagi hari. "Dingin ya?" Ucap gw mencoba mencairkan suasana, namun Okta masih enggan melontarkan satu kata pun dari mulutnya. Gw coba mengingat apa gw sudah berbuat salah tadi malam. Kemaren gw nyimeng di angkringan, trus gw pulang, Okta dateng sambil nangis. Tapi setelah itu kami berdua sudah baikan, ga ada lagi hal yang gw rasa membuat Okta menjadi bungkam.
"Mau teh?" Tawar gw, ia masih diam seribu bahasa. "Kopi?" Coba gw sekali lagi.
"Coffe milk" Balasnya singkat.
"Okey" Gw berjalan ke arah dapur, membuat secangkir teh dan secangkir kopi susu.
Terlintas di pikiran gw untuk mengerjai Okta..
"Coffe milk for my Queen" Gw taruh kopi nya di meja. Tak butuh waktu lama, Okta langsung meminumnya.
Disemburnya kopi tadi ke arah lantai "Asiiin
" Keluhnya dengan ekspresi menahan gurihnya rasa kopi tadi. Gw tertawa lepass"Susu nya ga ada, jadi aku kasih santan deh
" ucap gw, sambil tertawa di atas penderitaan orang lainKopi tadi disiramkan ke gw "Kamu jahat banget sih" Belum puas membuat gw basah - basah lengket karena kopi - santan, Okta berusaha memukuli gw yang terus menghindar dari kemungkinan - kemungkinan yang disebabkan oleh amarah seorang wanita. Gw hanya menangkis pukulannya dengan kedua tangan gw.
Sengaja gw biarkan Okta meluapkan emosinya. Perlahan, pukulannya mulai mereda. Berganti dengan sebuah pelukan.
"Kenapa cemberut mulu?" *gw usap - usap rambutnya*
"Kamu masih kontak'an sama Shinta ya?" Tanya Okta dengan nada lirih
"Engga.. Kata siapa?"
"Tadi aku liat HP mu, kebetulan ada notif WA dari Shinta" jelasnya
"Aku engga ngerasa punya WA nya, orang sejak dia di asingkan ke Jepara kontak ku di blok semua"
"..."
Pagi itu, setelah gw mandi dan menggunakan seragam kebanggan, gw langsung mengantar Okta pulang. Zahra yang biasanya berangkat sekolah boncengan sama gw, kali ini gw suruh berangkat sendiri.
.
.
.
"Jangan lama - lama, entar kesiangan" pesan gw
"Bawel" Okta membuka pintu mobil, lalu berjalan masuk ke rumah. Sedangkan gw nongkrong bareng Sopir nya Okta di depan garasi.
"Kopi mas?" Tawar pak sopir yang lagi duduk santai abis ngelap mobil
"Wah, ga usah repot - repot, saya teh aja Pak
" balas gw"Woke, nyantai dulu di sini. Palingan Mbak Okta dandannya masih lama" pergi ke dapur ninggalin gw. Kurang dari 10 menit, Pak Sopir balik lagi dengan secangkir kopi di tangan kiri dan secangkir teh di tangan kanan. Secangkir teh tersebut diletakkan di depan gw yang duduk lesehan depan garasi.
"Makasih Pak" Ga pake lama, langsung gw sruput teh nya. Sebatang rokok gw bakar, gw hisap dalam - dalam asapnya. "Rokok Pak" Tawar gw ke Pak Sopir
Sambil nunggu Okta bersiap, Pak Sopir banyak cerita tentang perilaku Okta waktu dahulu. Beliau bilang, sebagai anak terakhir, cewe pula, tentunya sifatnya ga beda jauh sama cewek - cewek bungsu lainnya, atau bisa dibilang Super Manja. Yang keluar dari mulutnya adalah sebuah titah yang tidak bisa ditunda atau bahkan dibantah. Contohnya ketika meminta sesuatu, permintaannya harus segera dipenuhi. Beliau juga berpesan, harus banyak sabar kalo sama Okta. Maklumin aja kalo sifatnya rada ngeselin, anak terakhir soalnya.
Sebelum waktu menunjukkan pukul 06.00, Okta sudah siap untuk berangkat.
"Ayok" Ucapnya, merapikan rambutnya sambil berjalan ke Mobil.
"Saya berangkat dulu Pak, makasih teh nya" Pamit gw ke Pak Sopir. "Mamahmu mana?" tanya gw ke Okta, bermaksud ingin pamitan
"Lagi mandi, udah aku pamitin tadi" jawabnya judes. Gw cuma manggut - manggut, lalu langsung tancap gas. Di perjalanan, Okta sibuk sendiri dengan penampilannya.
"Kenapa sih?" Tanya gw karena merasa terabaikan
"Bibir aku keliatan pucat ga sih?" tanya dia balik
"engga, biasa aja" jawab gw
"Aku lupa pake lipstik
" Jelasnya. Gw cuma ber 'ooo' tanpa suara"Gitu doang?"
"Terus harus gimana? Balik ke rumahmu buat ngambil lipstik? Pagi - pagi udah bikin sebel"
"eheheh"
.
.
.
Dikecup pipi gw "Aku pulang jam 3" Ucapnya, bermaksud memberi tahu waktu untuk menjemputnya sepulang sekolah. "Daaa" Lanjutnya sambil melambaikan tangan
Gw hampir terlambat masuk sekolah karena harus mencari parkiran untuk mobil milik Okta (Di STM gw ga ada parkiran mobil buat murid
, jadi parkirnya agak jauhan dari sekolah)Proses belajar mengajar hari itu gw lalui dengan biasa, tanpa ada hal istimewa sedikitpun. Jam 3 kurang, gw sudah dalam perjalanan menjemput Okta. Belum terlalu banyak siswa yang sudah keluar dari gerbang sekolah saat gw tiba. 15 menit kemudian, gadis yang gw tunggu terlihat berjalan menghampiri.
Gw buka kan pintu untuknya dari dalam. "Lama nunggunya?" Tanya Okta basa - basi setelah duduk di kursi penumpang
"Engga kok, baru aja" balas gw
"Beb?"
"hmm?"
"Ada acara ga?" tanya Okta, gw balas dengan menggelengkan kepala
"Ajak kemana gitu kek, aku lagi males dirumah" pintanya
.
.
.
Kami berdua turun dari mobil, gw gandeng tangan Okta sambil berjalan berdampingan menuju sebuah warung yang terdapat beberapa pelajar bertongkrong ria.
"Lama ga keliatan boss?" Tanya salah satu teman gw waktu SMP
"Iya nih, sibuk banget gw" jawab gw asal
Gw ajak Okta duduk di sebuah kursi panjang yang berada sedikit di ujung. Tempat ini adalah tongkrongan gw, alm. cungkring dan sebagian besar sahabat - sahabat gw waktu SMP. Masih banyak dari teman gw yang seusai pulang sekolah masih nyempetin nongkrong di tempat ini meskipun kami semua sudah berbeda seragam, sekedar untuk menjaga silaturahmi.
"Mau minum apa?" Tawar gw ke Okta
"Coffe Milk, dengerin baik - baik. Coffe Milk, bukan Kopi - Santan" Jawabnya, mukanya ditekuk mengingat kejadian tadi dini hari.
"Mintanya aneh - aneh, kamu kira ini kafe. Es teh aja, ada nya Es teh" balas gw. Okta hanya diam, gw anggap dia setuju. Kalo gw nongkrong di sini, gw jadi flashback waktu kemana - mana masih bareng cungkring haha. Gimana kabar lo, Boy?
"Sinyoooo.." Teriak Dita sambil berlari ke arah kami berdua (jaman SMP, beberapa temen gw ada yang manggil dengan sebutan 'sinyo'). Entah tidak tahu keberadaan Okta atau gimana, dita langsung 'ndusel' ke gw. Hal tersebut tentunya memancing kecemburuan Okta. Gw juga bingung sama hubungan gw dan Okta, pacaran kagak, tapi gandengan tangan, usep -usepan rambut, manggil babe, bae, honey, saling mencemburui satu sama lain juga. Kalo Dita, dia salah satu dari beberapa cewek yang setongkrongan sama gw jaman SMP. Orangnya asik, welcome ke semua orang walau kadang omongannya pedes, Cakep? lebih dari cakep
"Siapa nih?" Tanya Dita, Sambil ngelirik ke Okta
"Kenalin, Okta. Cewek gw" *ngenalin pake gaya tengil. Senyuman mengembang lebar di bibir Okta, karena gw mengakui dirinya
"Dita.. Gw sama Sinyo cuma temen kok hehe, santai aja. Kalo gw naksir sama dia, pasti udah gw embat dari jaman SMP" Jelas Dita agar tidak membuat my bae cemburu.
"Ini yang bikin lo jarang kesini lagi ya?" Tanya Dita
Gw garuk - garuk kepala "Ya engga gitu juga
"*hening beberapa saat*
"Eh, kayaknya gw ganggu nih. Gw pindah ya?"
"Ah, kayak sama siapa aja lo dit. Duduk sini dulu napa, mau gw kenalin lebih jauh sama cewek gw juga" protes gw
"Ogah gw, yang ada malah jadi obat nyamuk" Dita tetap melangkah pindah ke meja lain yang berada agak jauh dari gw dan Okta, bergabung ke beberapa pelajar yang dahulu 'pernah' menggunakan satu seragam yang sama.
"Sinyo?" Tanya Okta keheranan
"Dulu, temen deket ku waktu SMP banyak yang manggil aku pake nama itu" Jawab gw
"oooo" balas Okta sambil manggut - manggut
Diubah oleh congyang.jus 08-10-2018 02:32
japraha47 dan 10 lainnya memberi reputasi
11