- Beranda
- Stories from the Heart
Bukan Dia Tapi Kamu
...
TS
fallen.sakura
Bukan Dia Tapi Kamu

Quote:
Quote:
Quote:
Diubah oleh fallen.sakura 07-05-2021 09:58
nyamuk.kebon dan 17 lainnya memberi reputasi
16
38.6K
208
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52.1KAnggota
Tampilkan semua post
TS
fallen.sakura
#69
Part 10
Nggak nyangka, ternyata Riska tinggal di daerah sini, kata gue dalam hati sambil ngeliatin motor yang dinaiki Riska meninggalkan parkiran rumah makan. Kok aneh ya, kalo Riska punya motor, kenapa tadi dia naik bis ? Apa dia nggak punya SIM ? Atau SIM-nya mati ? Atau itu motor pinjaman ?
Pleeekk...!!! Tiba-tiba terdengar suara meja dipukul pelan, yang spontan membuyarkan lamunan gue. Ternyata Tiara menatap gue dengan muka masam.
"Sampai segitunya ya ngeliatin sang cewek pujaan. " kata Tiara sinis.
"Kamu ngomong apa sih ? " gue bertanya balik.
"Ih pake pura-pura lagi. Emang kamu kira aku gak liat ya, kamu sampai gak berkedip ngeliatin Mbak Riska. " jawab Tiara sambil bertopang dagu.
"Lho emang kenapa Ra ? Riska itu kan cantik dan aku sebagai cowok wajar aja dong kagum sama kecantikannya. " jawab gue membela diri.
"Iyaaa dia cantik udah gitu dewasa lagi… “ kata Tiara ketus.
“…. gak kayak aku masih bocah SMA. " timpal Tiara lalu membuang muka.
“Bukan gitu Ra, dia kan… “ gue tiba-tiba terdiam.
“Dia kenapa ? “ tanya Tiara lalu menatap gue.
“Hmmmm… aku tau nih. “ kata gue tersenyum penuh arti.
“Tau apaan ? “ tanya Tiara makin bingung.
“Kamu cemburu yah ? “ kata gue tersenyum lebar.
“Idih, nggak lah yaw !! “ jawab Tiara dengan nada sewot.
“Maksudku mas, kamu ini lagi sama cewek, meski kita gak pacaran nggak pantes kamunya malah lirak-lirik cewek lain. Itu sama aja kamu gak menghargai cewek di depan kamu. “
“Lirak-lirik gimana sih, kan si Riska sendiri yang nyamperin kesini. Masa iya aku diemin. “ jawab gue.
“Halah alesan. “ jawab Tiara pelan tapi ketus.
“Liat aja mas, lima tahun lagi, aku bakal jauh lebih cantik dibanding Mbak Riska. “
“Eh nggak, kamu yang sekarang ga kalah cantik kok. “ jawab gue.
“Bo’ong !! Kamu itu gak beda sama cowok lain mas, isi hati sama perkataan ga pernah sinkron. “ kata Tiara ketus.
"Makannya Ra, kamu jangan cemberut mulu, ntar cantiknya ilang. " jawab gue tersenyum, tapi Tiara diem aja lalu membuang muka.
"Eh iya kamu mau minum apa ? " tanya gue.
"..ssteh. " jawab Tiara ketus sambil tanpa menoleh. Melihat Tiara yang ngambek, gue lalu mengambil sendok dan mentowel lengan Tiara.
"Apaan sih mas colek-colek ?! " tanya Tiara dengan nada tinggi.
"Habis kamunya malah ngambek sih. " jawab gue ketawa.
"Kamunya nyebelin sih. " kata Tiara dengan wajah cemberut.
"Iya sorry sorry. " jawab gue tersenyum, dan Tiara gak menjawab dan tetep pasang wajah cemberut.
Untungnya Tiara nggak lama ngambeknya dan saat menu pesanan kami datang, dia kelihatan gembira. Tanpa basa basi dia langsung menyendok sepotong daging memakannya dengan lahap. Sedangkan gue yang memesan seporsi sate kambing, lalu mengambil sebotol merica bubuk dan membubuhkannya ke piring sate gue.
Tiba-tiba aja gue kembali teringat Riska dan kemaren gue dapet info kalo dia adalah asisten manager, tapi kenapa pulangnya naik bis ? Padahal rata-rata karyawan di kantor baru gue kebanyakan naik motor bahkan ada yang bawa mobil. Tapi kenapa Riska yang jabatannya tinggi malah naik bis ? Dan dia tanpa canggung bonceng gue yang hanya seorang driver. Apa dia gak malu... cruttt !!! Gue kaget karena tiba-tiba ada percikan air dingin mengenai muka gue.
"Aduh apaan sih ? Basah tau. " kata gue dengan kesal sambil melap muka gue yang basah.
"Itu sate kamu dimakan mas, malah ngelamun !! " kata Tiara ketus sambil memegangi sedotan yang tadi dipake buat menciprati muka gue.
"Mikirin Mbak Riska lagi ya ?! " tanya Tiara dengan nada tinggi.
"Eh enggak enggak. " jawab gue berkilah.
"Aku cuma bingung... "
"Bingung napaa ? Bingung gimana caranya deketin Mbak Riska ? " tanya Tiara yang kayaknya makin kesel.
"Ya nggak lah Ra. Aku cuma kepikiran... ngg.. kepikiran kamu. " jawab gue seadanya.
"Aku ? Aku kenapa mas ? " tanya Tiara mengernyitkan dahi.
"Maksudku... bapak kamu mondok, terus kamu yang harus nungguin. Apa kamu nggak ada saudara yang bisa kamu mintai tolong ? Besok kamu harus sekolah kan ? " tanya gue mengalihkan pembicaraan. Tiara cuma menatap gue dengan penuh arti saat mendengar pertanyaan gue.
"Bener kamu mikirin itu ? Bukannya mikirin Mbak Riska ? " tanya Tiara.
"Ya ampun enggak Ra, aku bener kepikiran itu tadi. " jawab gue dengan gugup.
Ternyata nggak gampang ngebohongin cewek satu ini. Mendengar pertanyaan gue, Tiara lalu menghela nafas dan menggeleng pelan.
"Bapak menikah dengan almarhum ibu itu bisa dibilang nggak direstui mas, sehingga membuat kedua orang tuaku dikucilkan sama semua saudara kami. " kata Tiara dengan wajah sendu.
"Jadi kamu jangan heran kalo saat bapak sakit kayak gini nggak ada saudara yang menjenguk. Karena mereka nggak peduli. " kata Tiara lagi.
"Nggak direstui karena apa ? " tanya gue, tapi Tiara nggak menjawab cuma menggeleng.
"Aku juga nggak tau mas, soalnya bapak gak pernah cerita sebabnya. Beliau bilang itu cuma masa lalu yang gak penting. " jawab Tiara tersenyum.
"Maaf ya Ra, aku turut prihatin atas masalah keluarga kamu. " kata gue dengan nada pelan.
"Mas... " panggil Tiara.
"Kenapa ? " tanya gue.
"Prihatin ya prihatin mas, tapi tangan kamu jangan kemana-mana dong. " kata Tiara sembari melihat tangan kanan gue yang memegang tangan kirinya.
"Oh !! Sorry sorry !! " jawab gue dengan gugup sambil cepet-cepet melepaskan tangan Tiara.
"Aku cuma kebawa suasana jadi... ya gitu deh. " jawab gue salah tingkah.
"Dasar. " jawab Tiara tersenyum kecut.
Pleeekk...!!! Tiba-tiba terdengar suara meja dipukul pelan, yang spontan membuyarkan lamunan gue. Ternyata Tiara menatap gue dengan muka masam.
"Sampai segitunya ya ngeliatin sang cewek pujaan. " kata Tiara sinis.
"Kamu ngomong apa sih ? " gue bertanya balik.
"Ih pake pura-pura lagi. Emang kamu kira aku gak liat ya, kamu sampai gak berkedip ngeliatin Mbak Riska. " jawab Tiara sambil bertopang dagu.
"Lho emang kenapa Ra ? Riska itu kan cantik dan aku sebagai cowok wajar aja dong kagum sama kecantikannya. " jawab gue membela diri.
"Iyaaa dia cantik udah gitu dewasa lagi… “ kata Tiara ketus.
“…. gak kayak aku masih bocah SMA. " timpal Tiara lalu membuang muka.
“Bukan gitu Ra, dia kan… “ gue tiba-tiba terdiam.
“Dia kenapa ? “ tanya Tiara lalu menatap gue.
“Hmmmm… aku tau nih. “ kata gue tersenyum penuh arti.
“Tau apaan ? “ tanya Tiara makin bingung.
“Kamu cemburu yah ? “ kata gue tersenyum lebar.
“Idih, nggak lah yaw !! “ jawab Tiara dengan nada sewot.
“Maksudku mas, kamu ini lagi sama cewek, meski kita gak pacaran nggak pantes kamunya malah lirak-lirik cewek lain. Itu sama aja kamu gak menghargai cewek di depan kamu. “
“Lirak-lirik gimana sih, kan si Riska sendiri yang nyamperin kesini. Masa iya aku diemin. “ jawab gue.
“Halah alesan. “ jawab Tiara pelan tapi ketus.
“Liat aja mas, lima tahun lagi, aku bakal jauh lebih cantik dibanding Mbak Riska. “
“Eh nggak, kamu yang sekarang ga kalah cantik kok. “ jawab gue.
“Bo’ong !! Kamu itu gak beda sama cowok lain mas, isi hati sama perkataan ga pernah sinkron. “ kata Tiara ketus.
"Makannya Ra, kamu jangan cemberut mulu, ntar cantiknya ilang. " jawab gue tersenyum, tapi Tiara diem aja lalu membuang muka.
"Eh iya kamu mau minum apa ? " tanya gue.
"..ssteh. " jawab Tiara ketus sambil tanpa menoleh. Melihat Tiara yang ngambek, gue lalu mengambil sendok dan mentowel lengan Tiara.
"Apaan sih mas colek-colek ?! " tanya Tiara dengan nada tinggi.
"Habis kamunya malah ngambek sih. " jawab gue ketawa.
"Kamunya nyebelin sih. " kata Tiara dengan wajah cemberut.
"Iya sorry sorry. " jawab gue tersenyum, dan Tiara gak menjawab dan tetep pasang wajah cemberut.
Untungnya Tiara nggak lama ngambeknya dan saat menu pesanan kami datang, dia kelihatan gembira. Tanpa basa basi dia langsung menyendok sepotong daging memakannya dengan lahap. Sedangkan gue yang memesan seporsi sate kambing, lalu mengambil sebotol merica bubuk dan membubuhkannya ke piring sate gue.
Tiba-tiba aja gue kembali teringat Riska dan kemaren gue dapet info kalo dia adalah asisten manager, tapi kenapa pulangnya naik bis ? Padahal rata-rata karyawan di kantor baru gue kebanyakan naik motor bahkan ada yang bawa mobil. Tapi kenapa Riska yang jabatannya tinggi malah naik bis ? Dan dia tanpa canggung bonceng gue yang hanya seorang driver. Apa dia gak malu... cruttt !!! Gue kaget karena tiba-tiba ada percikan air dingin mengenai muka gue.
"Aduh apaan sih ? Basah tau. " kata gue dengan kesal sambil melap muka gue yang basah.
"Itu sate kamu dimakan mas, malah ngelamun !! " kata Tiara ketus sambil memegangi sedotan yang tadi dipake buat menciprati muka gue.
"Mikirin Mbak Riska lagi ya ?! " tanya Tiara dengan nada tinggi.
"Eh enggak enggak. " jawab gue berkilah.
"Aku cuma bingung... "
"Bingung napaa ? Bingung gimana caranya deketin Mbak Riska ? " tanya Tiara yang kayaknya makin kesel.
"Ya nggak lah Ra. Aku cuma kepikiran... ngg.. kepikiran kamu. " jawab gue seadanya.
"Aku ? Aku kenapa mas ? " tanya Tiara mengernyitkan dahi.
"Maksudku... bapak kamu mondok, terus kamu yang harus nungguin. Apa kamu nggak ada saudara yang bisa kamu mintai tolong ? Besok kamu harus sekolah kan ? " tanya gue mengalihkan pembicaraan. Tiara cuma menatap gue dengan penuh arti saat mendengar pertanyaan gue.
"Bener kamu mikirin itu ? Bukannya mikirin Mbak Riska ? " tanya Tiara.
"Ya ampun enggak Ra, aku bener kepikiran itu tadi. " jawab gue dengan gugup.
Ternyata nggak gampang ngebohongin cewek satu ini. Mendengar pertanyaan gue, Tiara lalu menghela nafas dan menggeleng pelan.
"Bapak menikah dengan almarhum ibu itu bisa dibilang nggak direstui mas, sehingga membuat kedua orang tuaku dikucilkan sama semua saudara kami. " kata Tiara dengan wajah sendu.
"Jadi kamu jangan heran kalo saat bapak sakit kayak gini nggak ada saudara yang menjenguk. Karena mereka nggak peduli. " kata Tiara lagi.
"Nggak direstui karena apa ? " tanya gue, tapi Tiara nggak menjawab cuma menggeleng.
"Aku juga nggak tau mas, soalnya bapak gak pernah cerita sebabnya. Beliau bilang itu cuma masa lalu yang gak penting. " jawab Tiara tersenyum.
"Maaf ya Ra, aku turut prihatin atas masalah keluarga kamu. " kata gue dengan nada pelan.
"Mas... " panggil Tiara.
"Kenapa ? " tanya gue.
"Prihatin ya prihatin mas, tapi tangan kamu jangan kemana-mana dong. " kata Tiara sembari melihat tangan kanan gue yang memegang tangan kirinya.
"Oh !! Sorry sorry !! " jawab gue dengan gugup sambil cepet-cepet melepaskan tangan Tiara.
"Aku cuma kebawa suasana jadi... ya gitu deh. " jawab gue salah tingkah.
"Dasar. " jawab Tiara tersenyum kecut.
Diubah oleh fallen.sakura 09-05-2021 21:27
iamzero dan 4 lainnya memberi reputasi
5

