Kaskus

Story

Dauh.TukadAvatar border
TS
Dauh.Tukad
[TAMAT] Inilah Kisah Hidupku (Horor)
Ini Merupakan beberapa kisah hidup yang telah saya jalani kawan, beberapa hal kadang bisa dikatakan diluar nalar kita sebagai manusia. Akan saya ceritakan beberapa kisah ini saya coba untuk urut dari semenjak kecil, dimana kalian semasa kecil pasti punya yang namanya teman khayalan, entah itu sekedar khayalan atau memang makhluk tak kasat mata yang berkawan dengan kita kala itu sebagai teman bermain. Sama halnya dengan kalian kawan, saya juga memiliki kawan khayalan semasa kecil yang ternyata setelah saya ketahui "DIA" adalah mahkluk gaib dan juga beberapa pengalaman gaib yang saya alami hingga saat ini. Baiklah..... Agar tak terlalu lama menunggu, akan saya mulai kisah ini. Kisah berdasarkan pengalaman pribadi, dimana nama-nama dalam tokoh cerita ini sengaja saya samarkan agar menjaga dari kawan-kawan yang suka penasaran. Jika ada yang bertanya apakah saya ini INDIGO??? sejatinya susah untuk menjelaskan kepada kawan-kawan semua disini. Biarlah..... nanti akan ada saat dimana saya jelaskan dalam cerita ini. Oiyaa.... Sebelumnya saya mohon permisi dulu ama mimin dan momod serta para sesepuh kaskus dimari yang menghuni forum SFTH numpang cerita dimari dan mohon bimbingannya jika masih banyak kekurangan dalam penulisan cerita ini. Selain itu buat kawan yang sudah tahu siapa saya ataupun penasaran siapa saya ini?? lebih baik nikmati saja ceritanya, tidak usah KEPO ikuti RULES yang ada di SFTH ini. Terlepas dari kawan semua mau nanti akan bilang kalo cerita ini  ini fiktif atau real itu hak kawan semua. Saya hanya sekedar berbagi bercerita. Semoga dari cerita saya ini ada hikmah dan kebaikan yang bisa diambil. Dan inilah kisah hidupku:
Bagian 1 Teman Khayalan
Bagian 2 Bertemu Jin Qarin
Bagian 3 Pengalaman Horor Semasa Di Kampung
Bagian 4 Hijrah Ke Pulau Seberang
Bagian 5 Menutup Penglihatanku
Bagian 6 Mengenang Masa SMP
Bagian 7 Ada Cerita Dimasa SMA
Bagian 8 Pengalaman Mistis Kala SMA
Bagian 9 Selamat Dari Kiriman Gaib
Bagian 10 Memacu Adrenaline
Bagian 11 Si Pahit Lidah
Bagian 12 Teror Baksos Kuliah
Bagian 13 Baksos Mencekam
Bagian 14 masa Perkuliahan
Bagian 15 Masa Sulit
Bagian 16 Terpecah-Belah
Bagian 17 Astral Projection
Bagian 18 merajut Asa
Bagian 19 Gadis Penjual Kue
Bagian 20 Bermain Hati
Bagian 21 Penunggu kost
Bagian 22 Bertandang
Bagian 23 Sebuah Jawaban
Bagian 24 Bertemu Bapak
Bagian 25 Menyerupaiku
>>Lanjutan Story Inilah Kisah Hidupku<<

Bagian 1 Teman Khayalan
Sebut saja saya Santoso Lelaki Keturunan Jawa Tulen yang sampai sekarang ini saya masih menetap di sebuah Pulau yang terkenal dengan keindahan alam dan adat istiadatnya yang masih kental, Pulau yang terkenal dengan julukan pulau seribu Pura. Yappzzz..... disinilah saya berada saat ini kawan. Okee.... Kita Flashback ke masa saya kecil dulu ya, Saya kurang begitu ingat betul ketika kecil diasuh oleh nenek dan kakek saya di kota yang terkenal dengan julukan Kota Gadis. Hanya sedikit yang mampu saya ingat semasa kecil, nampaknya usia memang mempengaruhi memori ingatan. Ketika itu saya hanyalah anak kecil yang ditinggalkan oleh kedua orang tua saya merantau diluar pulau Jawa, tak ada satu pun kawan yang berteman dengan saya saat itu, sering kali saat pulang bermain saya akan tiba di rumah dalam keadaan menangis dan baju penuh noda tanah. Mungkin karna saya ini anak yang aneh dan sedikit gila??....... ya, kenapa saya bisa berkata begitu?? Karna yang saya ingat saat itu, kawan-kawan kecil saya menjauhi dan menganggap saya ini orang aneh, sering ngomong sendiri tak jelas dengan siapa saya berbicara. Kejadian itu terjadi dimana saya belum memasuki masa sekolah SD bahkan TK pun belum.

Disuatu siang yang terik sedang bermain sendirian di teras karna tak ada yang mau berkawan denganku sambil sesekali melirik ke arah jalan melihat kereta pengangkut tebu lewat, datanglah seorang anak kecil menggunakan gaun berwarna putih layaknya seorang putri raja yang sedan berulang tahun menghampiri saya yang masih bocah. kamu kok sendirian nggak main ama teman-temanmu???
Saya: ra gelem dolan ambek aku jarene aku kie aneeh??!!! eeehh..... koe kie sopo??? (nggak mau main sama aku, katanya aku ini aneh)
"SARI"
Saya: SANTOSO.... Sambil kuulurkan tangan kepada Sari untuk berkenalan dengannya dan kami pun berjabat tangan kemudian.... saya ingat betul benar-benar menjabat tangannya saat itu
Saya; Laah.... kok aku ndak tau kamu
Sari: iya.... baru saja pindah kesini, aku juga nggak punya teman

Tak lama kemudian kami sudah saling akrab, karna saat itu aku merasa Sarilah teman Pertama yang mau bermain denganku saat itu, yang kuingat Sari ini kulitnya putih rambut berponi dan lurus hingga sebahu. Tak terasa kami pun asiek bermain hingga Ketika nenek memanggilku untuk mandi, maka saat itu pulalah Sari pamit pulang kepadaku dan aku pun berkata "besok main sama aku lagi ya" IYA, jawab Sari kepadaku, kemudian berlari kearah jalan depan rumahku berbelok ke kanan. Ketika nenek menghampiriku bertanyalah Beliau, Ngobrol karo sopo Le????

Saya: Iku mbah Ibu (sebutan ku kepada eyang putri kala itu) ono cah wedog anyar ayu ngejak dolan aku neng kene (ada anak perempuan baru, cantik ngajak main disini)
 Nenek: lhaaa..... terus dimana sekarang??
Saya: sudah pamit pulang mbah Ibu
Nenek: ya sudah sekarang mandi ya Nak
saya: nggih iya mbah Ibu

Hari berganti hari pun terlewati, saya sudah tak kesepian lagi karna setiap saya main di Teras rumah, entah darimana sosok Sari ini tiba-tiba muncul dan selalu dengan pakaian yang sama menemani ku bermain dan tak pernah terbesit pun rasa curiga kenapa Sari ini setiap menemuiku tak pernah berganti pakaian. Hingga suatu ketika sedang asyiknya kami bermain, nenek mengejutkanku dengan kehadirannya seraya berkata "ooohhh.... iki tho sing jenenge Sari??" seketika itu Sari kaget dan menjawab nggih mbah, Kulo pamit nggih mbah  (iya, saya pamit ya mbah) kata Sari yang kemudian buru-buru lari meninggalkanku.

Nenek: lee..... jangan sering main dengan Sari, main sama teman lainnya kan banyak
Saya: Nggak.... aku cman dijadikan bahan ejekan saja, sambil nunjuk teman-teman yang sedang lewat depan rumah ingin bermain ke sawah sebelah rumah
Nenek: ya pokoknya jangan sering-sering mbah Ibu tidak suka
Saya: YOOO...... berlalu melewati mbah sambil mutung karna kesal teman bermain satu-satunya mendadak pulang.
Setelah merasa cukup lama mengenal Sari, aku pun menanyakan kepadanya dimana dia sebenarnya tinggal
Saya: Sari, sebenarnya rumahmu dimana??? aku pengen tahu!!!
Sari: ya... nanti aku tunjukkan, rumahku dekat kok
Saya: sekarang saja ya... aku pengen tahu
Sari: ya udah aku anterin ke rumahku, tapi kamu nggak boleh masuk rumahku ya, nanti nganterin aku sampai depan gerbang saja
Saya: gampang itu Sari, yang penting aku tahu rumahmu, aku kan bisa gantian main ke rumahmu
Sari: tidak usah.... Biar aku saja yang main ke rumahmu
Saya: gimana jadi nggak aku nganterin?? sampe depang gerbang rumahmu
Sari: Aayooo.... kalo gitu sekalian antarkan aku pulang
Kami pun berjalan sambil ngobrol ngalor ngidul entah apa yang saya obrolkan saat itu karna sudah benar-benar lupa dan yang saya ingat hanyalah pandangan orang-orang di kampung saya yang saya lewati melihat dengan tatapan aneh ke Saya. Tibalah di depan gerbang rumahnya Sari, rumah itu tak besar namun terlihat bergaya arsitektur modern saat itu. pagar dengan pondasi setengah meter yang kemudian bagian atas dilanjutkan dengan teralis besi. Rumah sederhana namun cukup mewah bagi orang kampung dijaman itu, dindingnya bercat putih dengan beberapa hiasan bunga anggrek tertempel dengan indahnya
Sari: ini rumahku ya sudah aku pulang ya..... kamu ndak usah ikut ke rumahku soalnya Bapakku galak, pokoknya jangan pernah main ke rumahku
Saya: masak sudah tahu rumahmu nggak boleh main ke rumahmu??
Sari: udahlah.... Kamu nggak usah keras kepala
Saya: iyo.... iyoo (sambil bersungut-sungut) Yaa...... ya udah aku balik pulang dasar pelit
Sari: tenang aja, besok aku pasti main ke rumahmu

Tapi ternyata pertemanan aku dengan Sari ini tak lama, karna sebelum Sari pamit untuk pindah keluar kota bersama keluarganya, dimana sebelumnya aku sempat ditunjukkan rumahnya yang berada dipinggir jalan yang masih sederet dengan rumah Eyangku namun ternyata jaraknya cukup jauh bagiku yang kala itu masih bocah. Aku pun sebenarnya sering kali mengantarkan Sari pulang hingga depan Pintu gerbang rumahnya. Hingga pada saat sedang beristirahat setelah keasyikan bermain Sari berkata kepadaku:

Sari: maaaf ya Santoso.... aku nggak bisa lama jadi temanmu
Saya: lhaaa... mangnya Bapakmu tidak senang kamu main denganku
Sari: bukan Santoso.... aku sekeluarga akan pindah karna Bapakku pindah tugas kerja
Saya; Ya udah nanti kabari ya kalo mau pindahan..... aku pengen ketemu terakhir kali sebelum pindah
Sari: Ra usah..... ]Nggak usah........ Nanti kalo aku sudah nggak pernah main kesini brarti aku sudah pindah......(dengan mimik muka sedih)
Saya: yo wes ayo dolan neh...
Sari: tapi tenang aja nanti kamu pasti punya teman seperti aku
Tau ndak..... saat itu permainan yang sering saya lakukan dengan Sari biasanya bermain masak-masakan atau bermain tanah, kadang pula bermain sembunyi-sembunyian yang entah saat itu saya juga lupa-lupa ingat permainan apalagi yang saya lakukan bersama dengan Sari.
Hingga tibalah saat Sari akan pindah, Dia datang seorang diri seperti biasanya saat dia datang untuk menemaniku bermain, namun kedatangannya kali ini ternyata untuk mengucapkan pamit perpisahan kepadaku, sungguh saat itu hatiku terasa amat pilu, teman satu-satunya harus pergi meninggalkanku
Sari: Santoso.... Santoso....... Maaf ya seumpama banyak kesalahan, aku sudah saatnya pindah (dengan mimik wajah sedih dan terlihat menitikkan air mata)
Saya: lhaaa....... Aku disini nggak punya teman, sipa yang mau berteman kecuali kamu SARI
Sari: Tenang aja nanti kamu juga pindah darisini, temanmu juga banyak nggak bakal kesepian, kamu bakal jadi orang besar, semua orang segan dengan kamu
Saya: beneran kamu pindah ( tak kuasa air mataku pun mengalir deras ) sambil terisak-isak dan terbata-bata.... Ayoo aku antar pulang, pokoknya aku antar pulang seperti biasanya ya...
Sari: tidak usah.... aku pamit yo (terlihat raut wajah kesedihan dari perpisahan antara aku dan Sari)

Kemudian Sari berjalan meninggalkanku yang masih menangis karna ditinggal satu-satunya teman terbaik yang selalu menemani, Tak menunggu lama aku pun berlari menyusul Sari yang masih tak jauh dari hadapanku sambil kupanggil-panggil namanya Sari...Sari...Sari... sesekali Sari menoleh dan tersenyum melihatku. Namun anehnya aku tak menyadari bahwa aku yang berlari kencang sambil menangis mengejar Sari yang berjalan rasanya tak juga bisa mendekatinya bahkan semakin menjauh di depanku, hingga saat aku lihat Sari memasuki gerbang rumahnya tiba-tiba saja rumah tersebut menghilang, berganti menjadi sebuah rumah yang sudah rusak di bagian sana-sini, jendela sudah pecah kacanya bahkan atapnya pun sudah berlubang. Bangunan rumah tersebut sama persis saat pertama mengantarkan Sari hingga depan gerbang rumahnya hanya saja kondisinya sangat-sangat jauh sekali berbeda dari sebelumnya, berbanding 180 derajat.
Saat itu aku masih tak percaya dengan penglihatanku..... masih menangis layaknya bocah yang kehilangan mainan kesayangannya sembari memanggil-manggil nama Sari di depan pintu gerbang yang sudah reyot itu. Melintaslah Pak Kamidi (bukan nama sebenarnya) melihat saya dengan penuh keheranan sedang menangis di depan rumah yang ternyata bagi warga situ merupakan rumah yang sangat angker.

Pak Kamidi: Lhaaa.... kenapa kamu nangis disitu Nak??
Saya: masih menangis tak menghiraukan perkataan Pak kamidi
Pak kamidi: Nak..... Ikut Bapak ya, nanti dianterin pulang sekalian mampir warung saya belikan jajan
saya: aku mencari temanku SARI Pak, tadi rumahnya disini, sekarang kok berubah rumahnya
Pak kamidi: (dengan wajah heran) ya sudah... besok saya antar lagi ke rumah SARi ya..... ayoo sekarang pulang ikut Bapak, sisan bapak gendong sekalian nyari jajajn kesukaanmu ya Nak
saya: aku pun menuruti permintaan Pak Kamidi dengan masih tetap menangis sesekali menyebut nama Sari.
setelah dari warung membeli jajan kesukaanku, diantarkannya aku pulang sampai ke rumah. Dirumah saat itu yang kuingat hanya Mbah Kung dan mbah Ibu saja. Berhari-hari aku diam di depan teras rumah tanpa melakukan kegiatan apapun, sesekali teman-teman sebayaku lewat memanggil namaku Santoso....Santoso... Ayo dolan neng sawah, tapi belum sempat aku menjawab sudah mereka jawab sendiri dengan mengatakan cah aneh kuwi rodo kenthir ojo dijak ngko melu edan.( orang aneh itu agak gila jangan diajak nanti ikutan gila )
Entah kapan.... waktu itu kedua orang tuaku pulang, bahkan aku tak mengenali kedua orang tuaku karna yang kutahu saat itu orang tuaku hanyalah mbah Kung dan mbah Ibu saja, bahkan merasa aku takut saat itu karna bertemu dengan orang asing yang mengatakan bahwa mereka itu kedua orang tuaku.


Bagian 2 ( bertemu Jin Qarin )
Sepasang orang dewasa yang datang ke rumahku itu mengaku sebagai kedua orang tuaku, dimana si Wanitanya saat itu sedang hamil besar, saat itu aku belum tahu kalo itu Ibuku. Saat itu aku merasa tidak tenang karna terdengar kabar jika nanti aku akan dibawa oleh mereka (kedua orang tuaku) pindah. Hingga pada suatu sore saat asyik bermain sendiri datanglah seorang anak perempuan cantik dengan senyumnya yang lucu memperlihatkan beberapa giginya yang ompong karna terlalu banyak memakan kembang gula. berpakaian agak tomboy dengan celana jeans pendek ala tokoh games mario bross, sayangnya aku lupa nama anak itu. namun aku merasa sangat akrab sekali seperti sudah sangat lama kenal dengan anak perempuan itu. Aku merasakan Dia itu seperti sodaraku sendiri, aku mengenalnya berbarengan dengan kedatangan kedua orang tuaku. Aku pun bertanya kamu anaknya om sama tante itu ya???
Anak Perempuan: ssstt..... jangan keras-keras aku ini adikmu
Saya: haaaah...... Adik darimana, aku kan ndak punya adik
anak perempuan: iyaa.... tapi bentar lagi aku akan jadi adikmu
tibalah hari dimana saat mamaku akan melahirkan adik ku yang sekarang, aku masih disibukkan dengan kegiatanku bermain dengan anak perempuan misterius itu. Suara erangan mamaku dibantu oleh mbah Ibu terdengar dari luar kamar bersalin. oiyaaa.... Saya lupa mengatakan kalo nenek/eyang adalah seorang Bidan yang buka praktek di rumah, sedangkan kakek pensiunan Pegawai pabrik Gula. Yang ternyata sebenarnya setelah aku Tahu bahwa kakek adalah salah satu orang penting yang menumpas pemberontakan terkenal yang terjadi di tahun 1965 di kota Gadis. Berkatalah si Anak perempuan misterius kepadaku

Anak perempuan: Waktunya sudah Tiba!! adikmu akan segera lahir dan aku yang akan menemani adikmu dilain sisi hingga akhir hayat.
Saya: maksudmu apa??? aku ndak ngerti
anak perempuan: sudah waktunya aku pergi, nanti ada saatnya kamu akan tahu sendiri
kemudian dia berlari menuju ruangan dimana mamaku sedang mempertaruhkan nyawa untuk melahirkan adik ku, aku pun mengejarnya hingga terlihat si anak perempuan ini masuk menembus kamar tersebut. ketika akan aku buka pintunya ternyata terkunci dan aku pun ditarik oleh eyang kakung agar tidak ganggu si mbah yang lagi membantu proses persalinan. Pecahlah tangis keras seorang bayi perempuan di ruang persalinan itu dan yang kutahu setelah mamaku merasa cukup lama dan bisa meninggalkan anak perempuannya. maka berangkatlah kembali merantau ke pulau seberang dengan papaku, aku juga tak ingat berapa lama kedua orang tuaku tinggal di kampung hingga saat mereka menitipkan lagi salah seorang anaknya dan akhirnya  aku mulai tumbuh bersama adekku dalam asuhan mbah kung dan mbah Ibu. Disitu aku masih belum mengerti hanya merasa sosok adik perempuanku ini seperti sudah pernah kenal sebelumnya tapi entah dimana???..... seperti Dejavu dan aku baru tersadar saat akan memasuki masa SMP, dimana kubuka album foto semasa kecil. Disitu aku teringat jelas mulai dari pakaian, model potongan rambut bop hingga senyum lucu dihiasi gigi ompong karna terlalu banyak makan kembang gula. Ini akan anak perempuan misterius itu?? kenapa ini menjadi adekku ya?? siapa dia sebenarnya?? Pertanyaan itu aku simpan sangat lama hingga akhirnya aku dapatkan ketika sudah menginjak masa SMA dimana saat khutbah jumat berkumandang, dijelaskannya tentang Jin Qarin yang menemani manusia sedari lahir hingga ke liang lahat. Bertanyalah aku dalam hati.... jangan-jangan!! sosok anak perempuan misterius itu dulu adalah Jin Qarin adikku??? Tapi, apa mungkin aku bisa bertemu Qarin dari orang yang saat itu belum lahir?? sampai sekarang masih menjadi misteri bagiku
Diubah oleh Dauh.Tukad 22-11-2018 19:00
arieaduhAvatar border
pulaukapokAvatar border
senjaperenunganAvatar border
senjaperenungan dan 45 lainnya memberi reputasi
46
117.4K
473
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread52.1KAnggota
Tampilkan semua post
Dauh.TukadAvatar border
TS
Dauh.Tukad
#4
Bagian 3 (pengalaman horor semasa di kampung)
Sebagai gambaran, rumah eyangku ini bagi ukuran di kampung termasuk besar dengan halamannya yang luas ditumbuhi oleh 9 jenis pohon mangga. Rumah ini juga digunakan sebagai tempat praktek Eyangku yang kebetulan memang berprofesi sebagai Bidan di desa tersebut. Namun tak jarang pula Eyangku datang ke rumah mereka yang kebetulan rumahnya jauh ataupun beda kampung. Rumah bergaya tahun 70an dengan teras luas beralaskan marmer dengan atap teras menggunakan seng yang berwarna-warni, dipercantik dengan sepasang kursi tamu dari anyaman karet berwarna-warni layaknya pelangi senada dengan atap teras. Rumah eyangku berada tepat dipinggir jalan besar, dimana jalan tersebut merupakan salah satu akses jalan jika ingin menuju ke Kota dimana Kanjeng Sri Sultan Pakubuwono tinggal. Masuk ke dalam kalian akan menemukan banyak sekali ruangan, baik itu permanen maupun hanya disekat dengan papan, tiap kali melewati tempat ini aku selalu ditakuti dengan banyak sekali penampakan, mulai dari penampakan wanita berbaju putih dengan rambutnya yang panjang dan lurus bak iklan shampoo sambil menggendong bayi sampe dengan yang paling seram yaitu penampakan berbentuk seseorang yang mengenakan pakaian berwarna layaknya malaikat pencabut nyawa sambil memegang sebuah tongkat kayu yang diujungnya terdapat sebilah celurit melengkung berukuran besar dan panjang. Sosok itu yang paling sering aku temui di rumah eyangku bahkan sosok itu sering kali mengejarku hingga aku lari terbirit-birit ketakutan.

Kenakalanku paling parah adalah ketika ada bus lewat di depan rumah pasti melaju dengan sangat kencang dan entah kenapa aku sering kali melemparinya dengan batu, sungguh kenakalan yang tak masuk diakal bagiku hingga sampai sekarang. Bahkan tak jarang sang sopir memberhentikan busnya dan meminta ganti rugi kepada eyangku, jika sudah begitu aku pasti distrap/dihukum dengan dikunci dalam gudang yang sangat gelap dan menyeramkan. Aku tak hanya takut pada gelap tapi juga pada penampakan makhluk gaib yang menghampiriku saat berada di gudang, jumlah mereka jauh lebih banyak daripada yang ada diruangan depan.

Puncaknya Karna aku nie bocah laki-laki tapi terlalu cengeng dan bandel saat itu hingga membuat eyang kakung geram. Suatu malam diajaknya aku ke pemakaman, kawan tau sendiri pemakaman itu saat siang hari terasa ngeri dan mistisnya seperti apa??.... Ini aku dibawa oleh eyang kakung saat malam hari dengan mata tertutup hingga sampai ketengah pemakaman kemudian tutup mataku dibuka dan eyang kakungku meninggalkanku dengan lari sekencang-kencangnya, awalnya hanya gelap yang aku lihat. Kemudian hawa dingin menerpa seluruh tubuhku, hawa dingin yang terasa sangat berbeda hingga menaikkan semua bulu kudukku. Aku hanya bisa berteriak memanggil mbah kung.... Mbah kung.... Aku kenapa ditinggalkan disini??..... Mbah kung..... Mbah Kung....Aku tak sadar keberadaanku memancing banyak makhluk halus datang, terdengar suara geraman yang sangat berat dan terasa jauh disebelah kiriku.

Saat ku tolehkan pandangan ternyata sesosok mahkluk gaib dibungkus kain kafan putih dengan banyak noda tanah disertai bau anyir yang membuatku mual, saat kutatap wajahnya yang hitam legam bagai arang dengan salah satu bola matanya yang keluar tergelantung dipipinya terlihat dari lubang matanya banyak sekali belatung. Aku pun tak kuasa lari pukang langkang sambil menangis sembari menyebut mbaaah Kung..... Mbaaahh Kuuung, aku takuutt.... Ada setan mbah. Ku terus berlari menyusuri jalan setapak di pemakaman itu, hingga langkahku terhenti saat melihat sesosok wanita berpakaian putih disebelah pohon bunga kamboja memanggilku Lee..... Leee.... Kulihat kakinya yang pucat tergelantung tak menyentuh tanah, kemudian tertawa melengking hihi..... Hiiihiiii...... Hiiii..... Hiiihihiiii......
Lari dan terus berlari sambil menangis dan memanggil mbah kung ku, hanya itu yang bisa kulakukan. Kemudian dihadangnya aku oleh sesosok makhluk hitam besar berperawakan seperti gorila dengan rupa mirip anjing dan matanya yang merah menyala ditambah suara erangannya yang menakutkan aaaarrrgh...... Aaarrrgh..... Aaaarrrrrgghh.... Ku ambil arah sebelah kanan tak peduli kuburan siapa pun itu aku injak yang penting nyawaku selamat. Sampai aku terjatuh sat sebuah tangan memegang salah satu kakiku.

Kutendangnya tangan itu dengan salah satu kakiku hingga kakiku yang digenggamnya terlepas, tak lagi ku pedulikan sandal yang tertinggal, bangkit dan berlari lagi menyusuri jalan setapak di pemakaman itu. Hingga aku akhirnya benar- benar bertemu eyang kakungku, kupeluk.... Menangis sejadi-jadinya, eyang kakung hanya kemudian menggendongku dan menghela napas lalu mengatakan Cah lanang kok Gembeng...... (anak laki kok nangisan)..... Arep dadi opo koe??.... Koe kie kudu dadi wong gedi koyok mbahmu kie, ra oleh sitik-sitik gembeng koyok ngene (mau jadi apa kamu??.... Kamu itu harus jadi orang besar, nggak boleh dikit-dikit nangisan).
Pernah juga ada satu kejadian saat aku sedang tidur siang dengan om ku, kala itu aku yang tak bisa tidur sengaja mengganggu om yang sedang tidur. Agar terbangun dan mengajakku bermain. Tapi apa yang terjadi??..... Ketika om ku membalikkan badan seketika wajah dan tangannya berubah menjadi seperti seekor Harimau disertai suara geraman dan erangan Aaaarrrghh..... Aaauuumm.... Laksana seekor harimau sang siap melahap mangsanya. Dicekiknya leherku, aku yang sekecil itu tak berdaya melawan kecikan dari makhluk berwujud manusia harimau itu. Disaat aku hampie pingsan kehabisan napas, tiba-tiba tangan kananku mengeluarkan sebuah sinar putih, kukepalkan tanganku dan kesembarang arah hingga mengenai lehernya dan makhluk itu terjatuh dari kasur. Kemudian aku tak sadarkan diri. Tiba-tiba ku terbangun dan merasakan sakit dibagian leher, menangis..... Ya, hanya itu yang aku bisa lakukan. Aku bangun dari kasurku, kulihat om ku masih nyenyak dalam tidur siangnya. Lalu aku berlari keluar kamar menghampiri mbah Ibu/eyang putri sambil menangis dilihatnya leherku.
Mbah Ibu: lhaaa... Iki gulumu keno opo?? ( ini lehermu kena apa?)
Saya: iku mbah... Mau kan raiso turu, terus om ta gudo ben tangi, lhaaa kok malah dadi macan, guluku ditekek mbah terus pas ta antem gulune langsung mencelat soko kasur, terus aku kaget tibake mimpi ( ini mbah.... Tadi kan nggak bisa tidur, terus om aku godain biar bangun, lhaaa kok malah jadi macan, leherku dicekik mbah terus aku pukul kena lehernya langsung terpental dari kasur, terus aku kaget ternyata cman mimpi )
Mbah Ibu: iki udu mimpi Le.... Sik mbah arep ngomong neng om mu (ini bukan mimpi nak..... Ntar, mbah mau ngomong sama om kamu)
Masuklah eyang putri membangunkan om ku, saat terbangun ditutupnya pintu kamar. Sayup-sayup terdengar kalo eyang putri sedang memarahi om ku dan mengatakan jangan mencelakai keponakan sendiri dengan ilmu yang dimiliki.
Diubah oleh Dauh.Tukad 17-10-2018 19:26
redrices
simounlebon
a.wicaksono
a.wicaksono dan 17 lainnya memberi reputasi
18
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.