- Beranda
- Stories from the Heart
Berbeda Agama
...
TS
natgeas2
Berbeda Agama
~Berbeda Agama~
Saya cuma seorang anak penjual pastel yang mencoba mencari peruntungan untuk mengubah nasib dimulai dengan kuliah di Universitas Gedhe Mbayare, salah satu kampus tertua di yogyakarta bahkan di indonesia. Langkah yang cukup berani menurut saya, karena bagi seorang anak penjual pastel yang penghasilannya hanya cukup untuk sehari-hari, tidak sedikit yang mencibir bahkan memandang rendah bahwa saya dan keluarga tidak akan mampu menyelesaikan kuliah saya.
Udah segitu aja, karena saya bingung mau bikin prolog apa, ga pernah bikin prolog, ngikutin thread lain bagus-bagus prolognya, tapi saya ga bisa ternyata
Udah segitu aja, karena saya bingung mau bikin prolog apa, ga pernah bikin prolog, ngikutin thread lain bagus-bagus prolognya, tapi saya ga bisa ternyata

Daftar Karakter :

Arjuna
Karakter saya, ya bisa dilihat potongan saya seperti gambar diatas, tinggi, tegap, kepala cepak. ya walaupun gak mirip-mirip banget sama pak miller, tapi karena banyak orang yang bilang saya mirip pak miller ini, maka saya pasang saja foto pak miller sebagai representasi diri saya.

Ibu&Ayah
Ibu saya bernamaSri Hartuti, ayah saya bernama lengkap Hendrikus Leon. ibu ras jawa, ayah ras indonesia timur. mereka berbeda agama, walaupun pas nikah ayah pindah menjadi muslim, tak beberapa lama setelah menikah ayah kembali ke keyakinan asalnya. Ayah saya dulunya pengusaha kontraktor di bidang maintenance elektrikal, namun saat ini nganggur. ibu saya penjual pastel yang dititipkan di setiap warung sarapan pagi disekitar rumah.
Adik-Adik
Saya punya dua adik, satu bernama Desi, perempuan usianya lebih muda dari saya yang lebih mirip ayah saya warna kulitnya sehingga sering dipanggil Rihanna, dan satu lagi Henrysepuluh tahun lebih muda dari saya, walau secara kasat lebih mirip ayah, namun warna kulitnya mengambil warna kulit ibu.

Annisa
Perempuan idaman saya, berjilbab walaupun menurut sebagian manhaj tidak syar'i jilbabnya. wajahnya teduh, adem. siapapun yang memandangnya pasti akan jatuh cinta dengan wajah sendu-sendunya. pipinya bisa sangat merah jika tertawa dan malu.

Ibu dan Ayah Annisa
Ayahnya bernama santoso, seorang pengacara yang cukup terkenal di jakarta. ibunya, kita panggil saja ibu. ayahnya merupakan teman baik ayah saya dan ibunya merupakan teman satu kampung masa kecil ibu saya.

Dhanin
Walaupun wajahnya agak oriental, namun dhanin bukan lah ras china atau keturunan. dia lahir bandung, besar dijakarta. ayahnya seorang kristen yang taat dan seorang pengusaha besar yang bergerak dibidang properti dan perkebunan sawit. ibunya meninggal karena kecelakaan tragis di satu ruas jalan tol saat mengendarai mobil saat dhanin masih kecil.
Ayah Dhanin
Telah dijelaskan sebelumnya. oh iya tambahan, walaupun pengusaha yang bergerak dibidang properti, sebenarnya beliau adalah sarjana kedokteran hewan. keahlian bisnisnya didapat dari orang tuanya yaitu kakek dhanin yang berasal dari sumatra barat yang mempunyai bisnis kelapa sawit dan neneknya aseli bandung pengusaha properti yang masih merupakan keturunan raden patah.

Felisiana
Seorang wanita aseli solo. wajahnya khas wajah aseli cantiknya seorang wanita jawa. siapapun yang didekatnya pasti jatuh cinta dibuatnya. ayah dan ibunya adalah seniman internasional dibidang seni lukis dan fashion designer. entah mengapa dia berkuliah dijurusan teknik tidak mengikuti kedua orang tuanya.

Fauziyyah
Perempuan cantik berjilbab syar'i, walaupun kelakuannya agak sedikit maskulin. perbedaan keyakinan tidak menghalanginya menjadi "Teman baik" felisiana.
Yusuf
Teman felisiana dari SMA dulu, agak kemayu walaupun laki-laki. namun cukup bersih dan rapih dalam segala hal terutama perawatan wajah.

Annchi / Angchi
Seorang wanita chinese yang energik. salah satu anggota resimen mahasiswa kampus. kakeknya seorang pedagang terkenal dikawasan malioboro dan saya bekerja paruh waktu disana. oh iya dia menyukai salah satu teman kos saya.

Valerie
Agamis, professional, Pekerja Keras dan cantik, kombinasi sempurna dari seorang wanita idaman untuk pria yang mencari seorang istri, minus, menurut saya ya, walaupun sebenarnya bukan poin minus, pandangan islam dan politiknya bisa dibilang garis keras (PKS)
Band Saya

Ini adalah band saya yang beranggotakan enam orang,
Intan: Vokalis, badannya tinggi putih, rambutnya agak ikal dibawah dan panjang terurai, suaranya kayak mulan jameela.
Galih : Gitaris yang skillnya setingkat paul gilbert. mantap lah pokoknya ni orang.
Adi: Tambun, gemuk berkacamata, gak ganteng, tapi dialah otak dibalik semua lagu band kami.
Tanco/Ardi: salah satu personil paling tampan, putih ganteng, cuma sayang agak telmi.
Arrie: Drummer bermuka arab, walau aselinya dari sumatra utara medan.

Temen-temen Kos
Putra : Jawa timur, kalo ngomong kaya ngajak berantem bagi yang baru kenal, tapi sebetulnya baik.
Viki : Bocah gamers dari tangerang. pinter boy.
Mas Peri : Jenius. namanya memang benar2 hanya PERI, di KTPnya juga begitu, chinese.
Didit
Ternyata saudaranya fauziah, ga ada yang spesial

Myrna
Saudara kembarnya indra, campuran sunda banjarmasin, wajahnya ayu dan sangat putih, putihnya putih bening ya, bukan kaleng-kaleng apalagi pake pemutih yang bikin muka kaya zombi, macem orang-orang kota lah, dia nih cantiknya 100% natural.
Indra
Saudara kembarnya myrna, wajahnya mirip, ini laki-laki tapi cantik kalo saya mau bilangg, bersih, pinter, kutu buku, tapi doyan mabok, aduh susah dah dibilanginnya

Ciput
Si gingsul yang keibuan, pengertian dan penengah konflik yang handal
Nanti saya update lagi kalau ada tokoh-tokoh baru yang masuk dalam cerita, hehehe.. sementara itu dulu. mohon maaf jika ada kesalahan link pada index yang saya buat, karena baru dalam perapihan. biar enak dibaca awal-awalnya seperti thread2 yang lain hehehe...

Quote:
Diubah oleh natgeas2 03-01-2020 21:28
8
105.7K
694
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
natgeas2
#306
Follow Your Heart
"nin,bangun" ucap saya mengusak-usak kepalanya untuk membangunkannya dari tidur pulasnya.,"mau ikut ga, ini sunrise, abis itu kita turun"
"hoaaamm" ucapnya sambil mendudukan diri dan tangannya meregang keatas,"aduh kak, masih ngantuk"
"kamu tidur lama juga"
"emmh.." ucapnya mendelesik sambil mengucek-ucek matanya,"iya ya? sebentar kak"
saya meninggalkannya dan bergabung menuju putra mas peri dan annchi yang sudah bersiap untuk berangkat keatas. saya pun merapihkan sajadah yang berpasir tempat saya dan putra sholat berjamaah dengan kiblat yang benar. hari itu sepertinya gurat putih sudah terlihat dilangit, namun matahari masih enggan sepertinya beranjak dari peraduannya. cuaca cerah, tanpa kabut, suasana sangat ideal untuk menikmati sunrise di puncak merapi, atapnya jogjakarta.
Dhanin keluar dari tenda, dia seperti tampak sudah bersiap untuk ikut menaiki atap jogja, ya, walaupun sudah saya wanti-wanti kepada semuanya agar tidak usah memaksakan diri untuk mendaki puncak garuda, tapi ga tau deh kalo sudah diatas.
"kira-kira perjalanan berapa lama?" tanya mas peri.
1,5 jam mas paling lama itu juga" jawab putra
"sip..lah"
"ga usah bawa barang banyak-banyak, ga akan ilang juga disini" tegas saya mengingatkan
"aku bawa kamera ya kak, buat foto-foto" tanya dhanin
"iya, yaudah ayo"
"bismillah" putra dan saya mengucap bismillah, sedang dhanin dan mas peri mengedekapkan kedua tangannya seraya menunduk, annchi terlihat berbeda sendiri, dia membentuk simbol salip diantara kening dan tengah tubuhnya dan menakhirkannya ditengah dada sambil memegang kalub salibya.
Langkah pertama kami menuju puncak disambut oleh bebatuan dan kerikil tajam. garis putih mulai memudar dan berganti warna merah yang berpendar. didalam dada kami, itu bukan halangan karena kami sangat bersemangat menyambut matahari terbit. jalan masih agak gelap karena memang suasana masih suasana malam, trek agak sulit terlihat dan kamipun harus berhati-hati jika angin kencang berhembus karena formasi bebatuan tajam itu mudah bergeser.
"uhuk..uhuk...."
"kamu gapapa mas per?" tanya annchi ke masperi yang ada dibawahnya.
"anginnya kencang kemasukan debu,dan bau belerangnya menyengat banget"
"oke, pakai masker dari sini" ucap putra membagikan kami masker berwarna hijau yang biasa digunakan di meja operasi untuk sekedar menghalangi saluran pernafasan kami dari debu vuklanis yang di terbangkan angin dan.. tentu saja bau belerang yang semerbak hehehe.
ternyata kami adalah rombongan pertama pagi ini yang berangkat menuju puncak, beberapa lampu berkilauan dibawah kami, pertanda beberapa rombongan ikut menyusul dibawah kami. kami sangat berhati-hati dalam melangkah, beberapa kali langkah saya terselip oleh batu yang membuat saya kehilangan keseimbangan. saya juga terus mengawasi dhanin, jangan sampai dia tersesat lagi. she is mine.
terus lereng kami daki perlahan hingga matahari mulai menampakkan cahaya mulai menghangati kami. kami mempercepat langkah untuk menyambut kelahiran sang mentari hari ini dan akhirnya, kami berlima tiba di puncak dengan selamat bersamaan dengan kilauan cahaya kuning.
kami semua tidak bergeming sambil berdiri, menikmati hangatnya sang mentari dengan semilir angin menelisik dikedua telinga kami. sejenak mengisitrahatkan badan, kami bernafas dalam dengan bau belerang yang sudah tidak tercium lagi karena sudah terbiasa. ada kepuasan tersendiri, perjalanan pendakian merapi yang paling lama, hingga 2 malam terbayar dengan keindahan surga yang disemburatkan tuhan di tanah jogja.
"kak, kalian bertiga kesitu, biar aku foto"
"ga usah nin"
"udah cepet"
kami bertiga mengambil posisi sambil mengembangkan bendera kebanggan putra. yah ternyata dia sudah persiapan, alamak

"dah kak"
kami bertiga langsung menghampiri untuk melihat sekilas hasil jepretan dhanin, dan ternyata di posisi yang salah dan hasilnya GELAP!! wkwkwkw
This is the time to be free
****
Follow Your Heart (By Scorpion)
Have you ever climbed the mountain?
Have you ever crossed the sea?
Take a look around the corner
And listen to your heartbeat
Have you ever touched the rainbow
Take a ride in the ferris wheel
It takes one step to start a journey
It's up to you, to make it real
This is the time for yourself to be free
You gotta follow your heart
This is the time in your life and it's never too late
To see the light in the dark
You gotta follow your heart
Walking far away horizons
You will never walk alone
You'll be at home where your heart is
A million miles away from home
Show me the way, who knows the way
This is the only road to go
Life brings me down, it takes me up
And only, only heaven knows
****
"ayo turun udah mulai terik matahari" ajak mas peri.
"ayo lah" ajak putra.
"wait... lewat mana nih?" tanya saya."jalannya agak beda, semalem gelap soalnya"
"ikut gue aja"
Akhirnya kami semua mengikuti putra, menuruni puncak yang saya rasakan jalurnya berbeda dari jalur yang kita naiki tadi. namun, karena ada beberapa "prasasti" yang ditinggalkan oleh para pendaki terdahulu beserta seismograf yang berdiri tegak diatas gundukan tanah, saya menghilangkan prasangka buruk bahwa kami "Salah lajur"
Semakin jauh kami berjalan, semakin jauh pula kami meninggalkan puncak Merapi. Rasa optimis masih saja menghinggapi kami, hingga pada akhirnya kami tidak menemukan jalur ataupun tanda tanda dari pendaki melintasi jalur yang kami lalui. Sejenak kami berhenti dan berdiskusi mempertanyakan jalur yang kami lalui. Terlanjur basah ya sudah mandi sekali, itulah mungkin yang ada di dalam hati kami masing-masing. Jalur menuruni bukit pasir bebatuan di samping tebing curam yang hampir runtuh kami lewati bersama.
"pelan-pelan ya" ujar saya meneriaki teman-teman didepan."kita salah jalur"
"maaf!!" teriak putra.

kami meneruskan perjalanan, melewati balik bukit. tiba-tiba kaki dhanin terselip karena memang turunannya agak curam dan batunya sangat tajam. "aduh kak sakit" dhanin mengerang kesakitan,
"kalian gapapa?" ucap putra didepan.
"oke, gapapa lanjutin aja dulu, lurus aja ya!!!" teriak saya ke annchi putra dan mas peri yang melanjutkan perjalanan meninggalkan saya yang menghampiri dhanin yang sedang terduduk ditanah.
"sakit kak"
Saya menyingkap kakinya, ternyata dengkulnya lebam karena terbentur dan agak sedikit lecet yang masih bisa ditahan oleh celananya jadi tidak menimbulkan luka.
"yaudah, kamu sanggup jalan gak?"
"sebentar kak," dia mencoba berdiri "Sanggup deh"
"sebentar" saya mengeluarkan balsam gelibay dan mengoleskannya di lebamnya.
"udah kak, enakan nih dikasih balsem"
Akhirnya kami berdua melanjutkan perlajanan menuruni bukit berbatu tajam melewati sisi dan ternyata dibalik sisi jalur ada dua jalur yang membagi, satu adalah jalur landai meneruskan jalur sebelumnya dan satu lagi kita agak melompat sedikit kebawah. saya yang bingung mencoba melihat bekas tanda atau jejak mereka, tidak ada ditemukan diantara kedua cabang jalur tersebut.
Akhirnya, saya memutuskan untuk meneruskan jalur, karena kondisi kaki dhanin yang masih sakit tidak mungkin digunakan melompat sedikit kebawah takut keseleo malah terperosok nanti. dan, pilihan jalur yang saya ambil berujung petaka, trek selanjutnya adalah jurang curam yang mau tak mau harus kami lewati mengingat untuk kembali keatas memerlukan usaha yang cukup keras karena sebelumnya kami turun agak jauh.
saya terlanjur menuruni tebing dan jurang yang dalam dan tidak memungkinkan lagi untuk kembali ke atas bukit. Perasaan was2 di iringi dengan detak jantung yang keras mulai menghantui kami. Kami lihat di depan sana hamparan tanah hijau yang terasa amat dekat dengan kami, ternyata itu hanyalah fatamorgana. Kenyataanya jauhnya bukan main, ini benar2 jalur yang sesat buat saya dan dhanin dan ini adalah pilihan terbodoh saya yang akan berujung mencekalakan kami!!!.
"duh maaf ya nin, kayanya kita kepisah dari mereka"
"gapapa kak, lanjut aja, aku percaya kakak"
Oke, saya melanjutkan perjalanan membuka langkah, dan benar-benar diluar dugaan. kami dihadapkan oleh tebing curam, atau kalau mau saya sebut jurang!! seterjal empat puluh lima derajat. saya menarik nafas dalam-dalam begitu juga dhanin ketika saya perhatikan. saya menatap kebawah dengan tajam.
"kakak duluan yang lewat, dhanin ikutin jalur kakak ya"
"iya kak"
saya mulai menyisir tebing yang labil ini dengan perlahan memegan batu yang sebisanya saya tangkap dengan pijakan kaki yang minim. tetiba lempengan batu yang saya pegang lepas dari tebing dan goyah
"Astagfirullah"
"kak hati-hhati kak" teriak dhanin.
"oke!!"

saya menyandarkan dada ke dinding tebing dan perlahan melepaskan kaitan ransel dari punggung. nafas saya mulai berat, saya mengambil obat dan menenggak obat anti cemas guna menghindari hal yang tidak perlu. dan, Glodak dag dag dag…dug dag duk, tas yang saya gendong jatuh kebawah jauh berguling-guling sampai kelihatan sangat kecil. saya langsung membayangkan jika saja saya yang jatuh, pasti tubuh saya sudah berserakan dibawah dengan bagian yang terpisah-pisah.
Hufft...Hutfft... Hutff...
"ayo nin!!" mulai jalan, ikuti jalur kakak sudah aman!"
"Iya kak,"
Teriak dhanin mulai ikut menuruni jalur yang saya lewati dengan perlahan. ia perlahan terus mengikuti saya menyusuri jalur menuruni tebing.
"nin,bangun" ucap saya mengusak-usak kepalanya untuk membangunkannya dari tidur pulasnya.,"mau ikut ga, ini sunrise, abis itu kita turun"
"hoaaamm" ucapnya sambil mendudukan diri dan tangannya meregang keatas,"aduh kak, masih ngantuk"
"kamu tidur lama juga"
"emmh.." ucapnya mendelesik sambil mengucek-ucek matanya,"iya ya? sebentar kak"
saya meninggalkannya dan bergabung menuju putra mas peri dan annchi yang sudah bersiap untuk berangkat keatas. saya pun merapihkan sajadah yang berpasir tempat saya dan putra sholat berjamaah dengan kiblat yang benar. hari itu sepertinya gurat putih sudah terlihat dilangit, namun matahari masih enggan sepertinya beranjak dari peraduannya. cuaca cerah, tanpa kabut, suasana sangat ideal untuk menikmati sunrise di puncak merapi, atapnya jogjakarta.
Dhanin keluar dari tenda, dia seperti tampak sudah bersiap untuk ikut menaiki atap jogja, ya, walaupun sudah saya wanti-wanti kepada semuanya agar tidak usah memaksakan diri untuk mendaki puncak garuda, tapi ga tau deh kalo sudah diatas.
"kira-kira perjalanan berapa lama?" tanya mas peri.
1,5 jam mas paling lama itu juga" jawab putra
"sip..lah"
"ga usah bawa barang banyak-banyak, ga akan ilang juga disini" tegas saya mengingatkan
"aku bawa kamera ya kak, buat foto-foto" tanya dhanin
"iya, yaudah ayo"
"bismillah" putra dan saya mengucap bismillah, sedang dhanin dan mas peri mengedekapkan kedua tangannya seraya menunduk, annchi terlihat berbeda sendiri, dia membentuk simbol salip diantara kening dan tengah tubuhnya dan menakhirkannya ditengah dada sambil memegang kalub salibya.
Langkah pertama kami menuju puncak disambut oleh bebatuan dan kerikil tajam. garis putih mulai memudar dan berganti warna merah yang berpendar. didalam dada kami, itu bukan halangan karena kami sangat bersemangat menyambut matahari terbit. jalan masih agak gelap karena memang suasana masih suasana malam, trek agak sulit terlihat dan kamipun harus berhati-hati jika angin kencang berhembus karena formasi bebatuan tajam itu mudah bergeser.
"uhuk..uhuk...."
"kamu gapapa mas per?" tanya annchi ke masperi yang ada dibawahnya.
"anginnya kencang kemasukan debu,dan bau belerangnya menyengat banget"
"oke, pakai masker dari sini" ucap putra membagikan kami masker berwarna hijau yang biasa digunakan di meja operasi untuk sekedar menghalangi saluran pernafasan kami dari debu vuklanis yang di terbangkan angin dan.. tentu saja bau belerang yang semerbak hehehe.
ternyata kami adalah rombongan pertama pagi ini yang berangkat menuju puncak, beberapa lampu berkilauan dibawah kami, pertanda beberapa rombongan ikut menyusul dibawah kami. kami sangat berhati-hati dalam melangkah, beberapa kali langkah saya terselip oleh batu yang membuat saya kehilangan keseimbangan. saya juga terus mengawasi dhanin, jangan sampai dia tersesat lagi. she is mine.
terus lereng kami daki perlahan hingga matahari mulai menampakkan cahaya mulai menghangati kami. kami mempercepat langkah untuk menyambut kelahiran sang mentari hari ini dan akhirnya, kami berlima tiba di puncak dengan selamat bersamaan dengan kilauan cahaya kuning.
kami semua tidak bergeming sambil berdiri, menikmati hangatnya sang mentari dengan semilir angin menelisik dikedua telinga kami. sejenak mengisitrahatkan badan, kami bernafas dalam dengan bau belerang yang sudah tidak tercium lagi karena sudah terbiasa. ada kepuasan tersendiri, perjalanan pendakian merapi yang paling lama, hingga 2 malam terbayar dengan keindahan surga yang disemburatkan tuhan di tanah jogja.
"kak, kalian bertiga kesitu, biar aku foto"
"ga usah nin"
"udah cepet"
kami bertiga mengambil posisi sambil mengembangkan bendera kebanggan putra. yah ternyata dia sudah persiapan, alamak

"dah kak"
kami bertiga langsung menghampiri untuk melihat sekilas hasil jepretan dhanin, dan ternyata di posisi yang salah dan hasilnya GELAP!! wkwkwkw
This is the time to be free
****
Follow Your Heart (By Scorpion)
Have you ever climbed the mountain?
Have you ever crossed the sea?
Take a look around the corner
And listen to your heartbeat
Have you ever touched the rainbow
Take a ride in the ferris wheel
It takes one step to start a journey
It's up to you, to make it real
This is the time for yourself to be free
You gotta follow your heart
This is the time in your life and it's never too late
To see the light in the dark
You gotta follow your heart
Walking far away horizons
You will never walk alone
You'll be at home where your heart is
A million miles away from home
Show me the way, who knows the way
This is the only road to go
Life brings me down, it takes me up
And only, only heaven knows
****
"ayo turun udah mulai terik matahari" ajak mas peri.
"ayo lah" ajak putra.
"wait... lewat mana nih?" tanya saya."jalannya agak beda, semalem gelap soalnya"
"ikut gue aja"
Akhirnya kami semua mengikuti putra, menuruni puncak yang saya rasakan jalurnya berbeda dari jalur yang kita naiki tadi. namun, karena ada beberapa "prasasti" yang ditinggalkan oleh para pendaki terdahulu beserta seismograf yang berdiri tegak diatas gundukan tanah, saya menghilangkan prasangka buruk bahwa kami "Salah lajur"
Semakin jauh kami berjalan, semakin jauh pula kami meninggalkan puncak Merapi. Rasa optimis masih saja menghinggapi kami, hingga pada akhirnya kami tidak menemukan jalur ataupun tanda tanda dari pendaki melintasi jalur yang kami lalui. Sejenak kami berhenti dan berdiskusi mempertanyakan jalur yang kami lalui. Terlanjur basah ya sudah mandi sekali, itulah mungkin yang ada di dalam hati kami masing-masing. Jalur menuruni bukit pasir bebatuan di samping tebing curam yang hampir runtuh kami lewati bersama.
"pelan-pelan ya" ujar saya meneriaki teman-teman didepan."kita salah jalur"
"maaf!!" teriak putra.

kami meneruskan perjalanan, melewati balik bukit. tiba-tiba kaki dhanin terselip karena memang turunannya agak curam dan batunya sangat tajam. "aduh kak sakit" dhanin mengerang kesakitan,
"kalian gapapa?" ucap putra didepan.
"oke, gapapa lanjutin aja dulu, lurus aja ya!!!" teriak saya ke annchi putra dan mas peri yang melanjutkan perjalanan meninggalkan saya yang menghampiri dhanin yang sedang terduduk ditanah.
"sakit kak"
Saya menyingkap kakinya, ternyata dengkulnya lebam karena terbentur dan agak sedikit lecet yang masih bisa ditahan oleh celananya jadi tidak menimbulkan luka.
"yaudah, kamu sanggup jalan gak?"
"sebentar kak," dia mencoba berdiri "Sanggup deh"
"sebentar" saya mengeluarkan balsam gelibay dan mengoleskannya di lebamnya.
"udah kak, enakan nih dikasih balsem"
Akhirnya kami berdua melanjutkan perlajanan menuruni bukit berbatu tajam melewati sisi dan ternyata dibalik sisi jalur ada dua jalur yang membagi, satu adalah jalur landai meneruskan jalur sebelumnya dan satu lagi kita agak melompat sedikit kebawah. saya yang bingung mencoba melihat bekas tanda atau jejak mereka, tidak ada ditemukan diantara kedua cabang jalur tersebut.
Akhirnya, saya memutuskan untuk meneruskan jalur, karena kondisi kaki dhanin yang masih sakit tidak mungkin digunakan melompat sedikit kebawah takut keseleo malah terperosok nanti. dan, pilihan jalur yang saya ambil berujung petaka, trek selanjutnya adalah jurang curam yang mau tak mau harus kami lewati mengingat untuk kembali keatas memerlukan usaha yang cukup keras karena sebelumnya kami turun agak jauh.
saya terlanjur menuruni tebing dan jurang yang dalam dan tidak memungkinkan lagi untuk kembali ke atas bukit. Perasaan was2 di iringi dengan detak jantung yang keras mulai menghantui kami. Kami lihat di depan sana hamparan tanah hijau yang terasa amat dekat dengan kami, ternyata itu hanyalah fatamorgana. Kenyataanya jauhnya bukan main, ini benar2 jalur yang sesat buat saya dan dhanin dan ini adalah pilihan terbodoh saya yang akan berujung mencekalakan kami!!!.
"duh maaf ya nin, kayanya kita kepisah dari mereka"
"gapapa kak, lanjut aja, aku percaya kakak"
Oke, saya melanjutkan perjalanan membuka langkah, dan benar-benar diluar dugaan. kami dihadapkan oleh tebing curam, atau kalau mau saya sebut jurang!! seterjal empat puluh lima derajat. saya menarik nafas dalam-dalam begitu juga dhanin ketika saya perhatikan. saya menatap kebawah dengan tajam.
"kakak duluan yang lewat, dhanin ikutin jalur kakak ya"
"iya kak"
saya mulai menyisir tebing yang labil ini dengan perlahan memegan batu yang sebisanya saya tangkap dengan pijakan kaki yang minim. tetiba lempengan batu yang saya pegang lepas dari tebing dan goyah
"Astagfirullah"
"kak hati-hhati kak" teriak dhanin.
"oke!!"

saya menyandarkan dada ke dinding tebing dan perlahan melepaskan kaitan ransel dari punggung. nafas saya mulai berat, saya mengambil obat dan menenggak obat anti cemas guna menghindari hal yang tidak perlu. dan, Glodak dag dag dag…dug dag duk, tas yang saya gendong jatuh kebawah jauh berguling-guling sampai kelihatan sangat kecil. saya langsung membayangkan jika saja saya yang jatuh, pasti tubuh saya sudah berserakan dibawah dengan bagian yang terpisah-pisah.
Hufft...Hutfft... Hutff...
"ayo nin!!" mulai jalan, ikuti jalur kakak sudah aman!"
"Iya kak,"
Teriak dhanin mulai ikut menuruni jalur yang saya lewati dengan perlahan. ia perlahan terus mengikuti saya menyusuri jalur menuruni tebing.
1