- Beranda
- Stories from the Heart
Balai desa merah
...
![achanyoe](https://s.kaskus.id/user/avatar/2014/10/28/avatar7312165_1.gif)
![Avatar border](https://s.kaskus.id/images/avatarborder/1.gif)
TS
achanyoe
Balai desa merah
Quote:
]
Untuk Agan agan pembaca setia thread ane terimakasih ane ucapkan atas kesetiannya. Mau menunggu dan bersabar, Ane setelah rutin nulis ini sering diteror gan, mulai dari mimpi aneh. Dan beberapa kejadian yang aneh seperti laptop rusak yang sebelumnya gak kenapa kenapa. Jatuh juga gak padahal dan kemarin sempet sakit juga. Jadi ane ucapkan terimakasih buat pembaca setia thread ane yang mau bersabar.
Dan juga ane ucapkan Mohon maaf lahir dan batin karena ini masih suasana lebaran. Terimakasih.![Shakehand2 emoticon-Shakehand2](https://s.kaskus.id/images/smilies/smilies_fbeqyos6i5nk.gif)
Yaudah gan langsung aja di nikmati threadnya gan.
![Balai desa merah](https://s.kaskus.id/images/2017/05/07/7312165_20170507042550.jpg)
Untuk Agan agan pembaca setia thread ane terimakasih ane ucapkan atas kesetiannya. Mau menunggu dan bersabar, Ane setelah rutin nulis ini sering diteror gan, mulai dari mimpi aneh. Dan beberapa kejadian yang aneh seperti laptop rusak yang sebelumnya gak kenapa kenapa. Jatuh juga gak padahal dan kemarin sempet sakit juga. Jadi ane ucapkan terimakasih buat pembaca setia thread ane yang mau bersabar.
Dan juga ane ucapkan Mohon maaf lahir dan batin karena ini masih suasana lebaran. Terimakasih.
![Shakehand2 emoticon-Shakehand2](https://s.kaskus.id/images/smilies/smilies_fbeqyos6i5nk.gif)
Yaudah gan langsung aja di nikmati threadnya gan.
![Balai desa merah](https://s.kaskus.id/images/2017/05/07/7312165_20170507042550.jpg)
Balai desa merah
Quote:
Part I
Wanita penjaga pintu masuk
Wanita penjaga pintu masuk
Spoiler for Kuntilanak:
![Balai desa merah](https://s.kaskus.id/images/2017/04/15/7312165_20170415091553.jpg)
Quote:
Waktu itu, gerimis menyambut kedatanganku. Suasana gelap ditambah sepinya jalan yang kulalui membuat suasana malam itu jadi sedikit menakutkan. Supir becak yang umurnya sudah lumayan tua, mengayuh becak dengan tenaga ala kadarnya. Jadilah perjalananku menuju kampugku terasa begitu lama. Waktu itu pukul 9 malam, namun tidak ada satupun warga yang kelihatan. Mungkin faktor gerimis membuat orang orang malas keluar rumah. Jalanan yang kulalui banyak lubang sana sini. Menambah ketidaknyamanan perjalanan ku. Aku heran kenapa jalanan yang sudah hancur lebur seperti ini masih dipiara saja. Apa yang dilakukan pak lurah selama menjabat. Untuk memecah keheningan aku coba mengajak supir becak yang dari tadi susah payah mengayuh becaknya bicara
.
Aku : “Pak ini ko jalan gak dibenerin sih pak, udah ancur gini padahal?”
Pak Becak :“Oh nganu mas, ga tau juga saya udah lama gak dibenerin udah 6 tahun dibiarin gini aja mas”
Aku : “ Udah lama juga yah pak, terakhir saya kesini 6 tahun lalu pak, makannya saya bingung ko jalannya bukan nambah bagus malah nambah parah. Apa ngga ditanyain sama lurahnya Pak”
Pak becak : “ Sudah mas, tapi jawabnya ya gitu mas. Dananya belum ada katanya”
Saat asik berbicara tiba tiba ada sekelebat bayangan lewat tepat didepan becak. Tiba tiba saja aku merinding.
Aku : “ Pak tadi liat ada bayangan lewat ga pak?”
Pak becak tidak menjawab pertanyaanku. Aku coba bertanya lagi namun pak becak masih diam seribu bahasa. Tapi entah kenapa aku merasa becaknya melaju lebih cepat dari sebelumnya. Aku lihat kebelakang pak becak nampak berkeringat disekujur tubuhnya. Lantas ia memberi isyarat kepadaku untuk jangan berbicara. Aku tidak mengerti maksud pak becak. Namun aku yakin isyarat itu ada hubungannya dengan bayangan yang lewat tadi. Aku menurut saja dengan pak becak. Sepanjang jalan kami hanya diam. Dan sepanjang jalan itu juga bulu kudukku merinding bukan main. Sampai akhirnya kami melewati sebuah balai desa. Balai desa itu adalah balai desa kampungku. Balai desa yang tidak terlalu besar namun memiliki lapangan yang luas. Di sisi kanannya ada pohon beringin besar. Didepan balai desa ada 4 pohon cemara yang sudah sangat tinggi. Entah kenapa tepat sampai disini aku merasa pak becak semakin cepat mengayuh becaknya. Firasatku makin tak enak, sepertinya pak becak tau sesuatu tentang tempat ini. Becak melaju dengan cepat gerimis masih menemani perjalanan kami sepi lengang ditambah dengan suasana ganjil ini. Sampai akhirnya kita akan melewati sebuah jembatan. Aku melihat ada wanita yang sedang duduk dijembatan itu. Mengadap kebelakang sambil mengayun ayunkan kakinya. Aku tau kalau itu bukan manusia. Malam malam begini ditambah suasana ganjil ini mana mungkin wanita itu manusia. Aku merinding bukan main. Aku menengok ke pak becak. Terlihat kringat pak becak makin membanjir Dia menggeleng gelengkan kepala dan memberi isyarat kepadaku untuk tetap diam. Aku tak tau harus bagaimana jadi aku menurut saja dengan yang dikatakan oleh pak becak. Wanita itu masih ada di jembatan itu masih mengayun ayukan kakinya. Rambutnya panjang sepinggang. Baju putih yang sudah tercampur dengan tanah menjadi lusuh dan berwarna kecoklat coklatan. Hingga akhirnya kami lewat tepat dibelakangnya aku tak berani menoleh. Bau busuk menusuk hidung. Benar benar busuk baunya sampai sampai aku mau muntah. Kami makin jauh melewati wanita tadi sekarang baunya sudah tidak begitu terasa. Pak becak mulai menghela nafas, becak kembali berjalan lambat. Aku pun sudah tidak mencium bau busuk lagi. Aku mulai memberanikan diri bertanya kembali dengan pak becak.
Aku : “ Pak yang tadi itu bukan manusia kan ?”
Pak becak : “ Demit itu mas, mana mungkin manusia malem malem duduk dijembatan sendirian. Mana perempuan lagi, sebenernya bayangan yang mas liat itu perempuan yang tadi dijembatan mas’
Aku : “ Owh, saya bener bener takut pak. Hampir kencing dicelana saya. Terus tadi kenapa bapak suruh saya diem aja?
Pak Becak : “ Mas emang pas 6 tahun lalu kesini ga tau apa apa mas tentang cerita kampung mas?”
Aku : “ Gak pak, Saya kesini 6 tahun lalu kesini Cuma main beberapa hari aja. Itupun saya naik mobil tau tau udah sampai rumah nenek.”
Pak becak : “ Jalan yang pas mas liat bayangan itu pintu masuk kampung demit mas, didesa mas ini ada kampung demit mas. Nah balai desa sampai ngelewatin jembatan itu pasarnya mas. Kenapa saya suruh mas diem aja. Soalnya konon kalau kita liat penampakan perempuan tadi terus dia noleh kekita terus senyum sambil nunjukin wajah ancurnya dia bakalan buka pintu pasar demitnya mas. Dan kita bisa kesasar disana mas. Kalau kita diem dia kira kita sopan mas.
Aku : Waduh serem amat pak, terus kalau sampai masuk pasar itu gimana pak?
Pak becak : Ya kalau kita ga kuat bisa pingsan dijalan pak. Disana bakalan ditampakin penduduk desa demitnya mas,
Dalam hati aku bersyukur untung ga sampai mampir kepasar demit. Hufft,ibu ku kenapa ga cerita masalah ini yah. Kalau saja sudah diceritakan kan jadi ada persiapan, Mau kirim anaknya buat sekolah dikampung tapi ga bilang apa apa. Untung aja anakmu ga pingsan dijalan.
Pak becak : Mas kan rumahnya deket balai desa jangan aja main kesitu lebih dari jam 9 malem yah mas..
Aku : Emangnya kenapa pak ? Angker yah..
Pak becak : Entar mas juga tau dari orang sini ,, saya ga berani cerita ini masih wilayahnya soalnya mas...
Bersambung ke part II..... lanjut besok ya merinding disko nih ngetiknya
.
Aku : “Pak ini ko jalan gak dibenerin sih pak, udah ancur gini padahal?”
Pak Becak :“Oh nganu mas, ga tau juga saya udah lama gak dibenerin udah 6 tahun dibiarin gini aja mas”
Aku : “ Udah lama juga yah pak, terakhir saya kesini 6 tahun lalu pak, makannya saya bingung ko jalannya bukan nambah bagus malah nambah parah. Apa ngga ditanyain sama lurahnya Pak”
Pak becak : “ Sudah mas, tapi jawabnya ya gitu mas. Dananya belum ada katanya”
Saat asik berbicara tiba tiba ada sekelebat bayangan lewat tepat didepan becak. Tiba tiba saja aku merinding.
Aku : “ Pak tadi liat ada bayangan lewat ga pak?”
Pak becak tidak menjawab pertanyaanku. Aku coba bertanya lagi namun pak becak masih diam seribu bahasa. Tapi entah kenapa aku merasa becaknya melaju lebih cepat dari sebelumnya. Aku lihat kebelakang pak becak nampak berkeringat disekujur tubuhnya. Lantas ia memberi isyarat kepadaku untuk jangan berbicara. Aku tidak mengerti maksud pak becak. Namun aku yakin isyarat itu ada hubungannya dengan bayangan yang lewat tadi. Aku menurut saja dengan pak becak. Sepanjang jalan kami hanya diam. Dan sepanjang jalan itu juga bulu kudukku merinding bukan main. Sampai akhirnya kami melewati sebuah balai desa. Balai desa itu adalah balai desa kampungku. Balai desa yang tidak terlalu besar namun memiliki lapangan yang luas. Di sisi kanannya ada pohon beringin besar. Didepan balai desa ada 4 pohon cemara yang sudah sangat tinggi. Entah kenapa tepat sampai disini aku merasa pak becak semakin cepat mengayuh becaknya. Firasatku makin tak enak, sepertinya pak becak tau sesuatu tentang tempat ini. Becak melaju dengan cepat gerimis masih menemani perjalanan kami sepi lengang ditambah dengan suasana ganjil ini. Sampai akhirnya kita akan melewati sebuah jembatan. Aku melihat ada wanita yang sedang duduk dijembatan itu. Mengadap kebelakang sambil mengayun ayunkan kakinya. Aku tau kalau itu bukan manusia. Malam malam begini ditambah suasana ganjil ini mana mungkin wanita itu manusia. Aku merinding bukan main. Aku menengok ke pak becak. Terlihat kringat pak becak makin membanjir Dia menggeleng gelengkan kepala dan memberi isyarat kepadaku untuk tetap diam. Aku tak tau harus bagaimana jadi aku menurut saja dengan yang dikatakan oleh pak becak. Wanita itu masih ada di jembatan itu masih mengayun ayukan kakinya. Rambutnya panjang sepinggang. Baju putih yang sudah tercampur dengan tanah menjadi lusuh dan berwarna kecoklat coklatan. Hingga akhirnya kami lewat tepat dibelakangnya aku tak berani menoleh. Bau busuk menusuk hidung. Benar benar busuk baunya sampai sampai aku mau muntah. Kami makin jauh melewati wanita tadi sekarang baunya sudah tidak begitu terasa. Pak becak mulai menghela nafas, becak kembali berjalan lambat. Aku pun sudah tidak mencium bau busuk lagi. Aku mulai memberanikan diri bertanya kembali dengan pak becak.
Aku : “ Pak yang tadi itu bukan manusia kan ?”
Pak becak : “ Demit itu mas, mana mungkin manusia malem malem duduk dijembatan sendirian. Mana perempuan lagi, sebenernya bayangan yang mas liat itu perempuan yang tadi dijembatan mas’
Aku : “ Owh, saya bener bener takut pak. Hampir kencing dicelana saya. Terus tadi kenapa bapak suruh saya diem aja?
Pak Becak : “ Mas emang pas 6 tahun lalu kesini ga tau apa apa mas tentang cerita kampung mas?”
Aku : “ Gak pak, Saya kesini 6 tahun lalu kesini Cuma main beberapa hari aja. Itupun saya naik mobil tau tau udah sampai rumah nenek.”
Pak becak : “ Jalan yang pas mas liat bayangan itu pintu masuk kampung demit mas, didesa mas ini ada kampung demit mas. Nah balai desa sampai ngelewatin jembatan itu pasarnya mas. Kenapa saya suruh mas diem aja. Soalnya konon kalau kita liat penampakan perempuan tadi terus dia noleh kekita terus senyum sambil nunjukin wajah ancurnya dia bakalan buka pintu pasar demitnya mas. Dan kita bisa kesasar disana mas. Kalau kita diem dia kira kita sopan mas.
Aku : Waduh serem amat pak, terus kalau sampai masuk pasar itu gimana pak?
Pak becak : Ya kalau kita ga kuat bisa pingsan dijalan pak. Disana bakalan ditampakin penduduk desa demitnya mas,
Dalam hati aku bersyukur untung ga sampai mampir kepasar demit. Hufft,ibu ku kenapa ga cerita masalah ini yah. Kalau saja sudah diceritakan kan jadi ada persiapan, Mau kirim anaknya buat sekolah dikampung tapi ga bilang apa apa. Untung aja anakmu ga pingsan dijalan.
Pak becak : Mas kan rumahnya deket balai desa jangan aja main kesitu lebih dari jam 9 malem yah mas..
Aku : Emangnya kenapa pak ? Angker yah..
Pak becak : Entar mas juga tau dari orang sini ,, saya ga berani cerita ini masih wilayahnya soalnya mas...
Bersambung ke part II..... lanjut besok ya merinding disko nih ngetiknya
Part II Penampakan 4 pocong
Part III Indra
Part IV Si mata merah
Part V Cerita dibalik Kesurupan
Part VI Kembalinya kuntilanak
Part VII Pocong dan Kunti
Thread ane lain di SFTH Tanpa Kaca Mata.. Mampir yah gan
Part VIII - Kebenaran dukun desa
Part IX - Andi, Joni Dan Kuntilanak Merah
Part X - Kamis Sore Horror
Part XI - The Dukun Is Back
Part XII - Kesurupan Bagian Kedua
Part XIII - Penampakan Jin Pendamping
Part XIV - Teror jin pendamping
Part XV - Review Part I - Part XIV
Part XVI - Pak Joko Si Tukang kebun
Part XVII - Pertempuran pak Joko Vs jin Pendamping aka Khadam
Part XVIII - Firasat
Part XIX - Seminggu sebelum kematian pak joko
Part XX - Malam paling mencekam Part I
Part XXI - Malam paling Mencekam Part II
Part XXII - Misteri yang terpecahkan
Part XXIII - Identitas dibalik mbah ngadiman dukun desa misterius
Part XXIV - Kisah Yudi
Part XXV - Munculnya Penolong Baru
Part XXVI - Mendekati akhir cerita
Part XXVII - Bersekutu dengan jin
Part XXVIII - Hidup Atau Mati
Part XIX - Yang Nyata dan Tidak Nyata
Sekuel Balai Desa Merah
Quote:
Original Posted By pipiettripitaka►kebayang kalo jadi film, tp yg garap sineas thailand, kebayang tuh ngeri luar biasa. tengkyu udah berbagi cerita gan,, 5* buat agan,,
Quote:
Original Posted By paking.disgrace►Bagus gan critanya
Bisa membawa pembaca larut dalam alur ceritanya plus ada twist nya
Kasihan juga dengan pak joko, niat menolong nya kuat, sayang agak over PD ketika sukses menundukkan jin pendamping malah langsung nantang ke balai desa.
Udah gregetan pas agan disuruh minum tu air sumur, duh kenapa diminum sih, katanya klo ada hidangan dari jin jangan pernah disentuh.
Dari crita agan dan hasil penjelasan dari ust danu di TV, ternyata emang manusia dan jin berdampingan. Dan klo mo lawan jin, manusia/dukun akan juga mengandalkan jin juga. Mereka yg akan bertempur saling adu kuat. Dan makanan jin adalah sesaji dan memakai tumbal untuk memperbesar kekuatan mereka.
Yg paling baik emang berharap ke Allah semata, yg maha memiliki kekuatan.
Thx gan, atas critanya, jadi memperjelas apa yg selama ini ust danu sering cerita kan
Bisa membawa pembaca larut dalam alur ceritanya plus ada twist nya
Kasihan juga dengan pak joko, niat menolong nya kuat, sayang agak over PD ketika sukses menundukkan jin pendamping malah langsung nantang ke balai desa.
Udah gregetan pas agan disuruh minum tu air sumur, duh kenapa diminum sih, katanya klo ada hidangan dari jin jangan pernah disentuh.
Dari crita agan dan hasil penjelasan dari ust danu di TV, ternyata emang manusia dan jin berdampingan. Dan klo mo lawan jin, manusia/dukun akan juga mengandalkan jin juga. Mereka yg akan bertempur saling adu kuat. Dan makanan jin adalah sesaji dan memakai tumbal untuk memperbesar kekuatan mereka.
Yg paling baik emang berharap ke Allah semata, yg maha memiliki kekuatan.
Thx gan, atas critanya, jadi memperjelas apa yg selama ini ust danu sering cerita kan
Diubah oleh achanyoe 20-01-2019 09:15
![sampeuk](https://s.kaskus.id/user/avatar/2020/08/07/avatar10904274_1.gif)
![3.maldini](https://s.kaskus.id/user/avatar/2011/04/11/avatar2812903_2.gif)
![arieaduh](https://s.kaskus.id/user/avatar/default.png)
arieaduh dan 37 lainnya memberi reputasi
38
145.3K
Kutip
749
Balasan
![Guest](https://s.kaskus.id/user/avatar/default.png)
![Avatar border](https://s.kaskus.id/images/avatarborder/1.gif)
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
![Stories from the Heart](https://s.kaskus.id/r200x200/ficon/image-51.png)
Stories from the Heart![KASKUS Official KASKUS Official](https://s.kaskus.id/kaskus-next/next-assets/images/icon-official-badge.svg)
31.6KThread•43KAnggota
Tampilkan semua post
![achanyoe](https://s.kaskus.id/user/avatar/2014/10/28/avatar7312165_1.gif)
![Avatar border](https://s.kaskus.id/images/avatarborder/1.gif)
TS
achanyoe
#605
Quote:
Part XIX
Yang Nyata dan Tidak Nyata
Yang Nyata dan Tidak Nyata
Quote:
Sebelumnya ane mau ucapin terimakasih yang sebesar besarnya sama semua pembaca setia Thread ini, terutama buat yang udah ikutin thread ini dari tahun 2016. Di Part Terakhir ini sekaligus ane izini pakai bahasa baku biar lebih terasa endingnya. Oke disimak ya endingnya.
Quote:
Perlahan aku membuka mata, awalnya terasa gelap bahkan ketika mataku sudah setengah terbuka masih belum terlihat apapun. Aku masih berusaha melihat, kubuka lebih lebar lagi mataku agar aku bisa melihat sekeliling. Perlahan terlihat aku ada di sebuah ruangan dengan cahaya terang tepat di depanku. Kini aku bisa melihat jelas bahwa cahaya itu adalah cahaya lampu. Aku sekarang terbaring di sebuah kasur, dan tepat disisiku ada seorang wanita paruh baya, yang aku kenal. Iya ibuku tampak tertidur disampingku sambil tangannya dijadikan bantal olehnya.
Sebenarnya apa yang terjadi, bukankah ingatanku terakhir aku masih ada di alam lain bersama dengan dukun sialan dan penguasa balai desa. Kenapa aku tiba tiba ada di kamar rumah sakit, lengkap dengan infus di tanganku.
Aku perlahan membangunkan ibu, ibu yang tau aku sudah siuman. Reflek memelukku, dan tak henti hentinya bersyukur. Aku yang masih bingung dan tidak tau apa yang terjadi sebenarnya hanya diam saja. Tapi aku merasa tubuhku memang seperti sedang sakit. Dan benar saja ada bekas lebam tepat di depan dada. Entah kenapa muncul lebam disitu.
Ibu memanggil semua orang yang menunggu di luar kamar. Tak lama nenek dan paman pamanku masuk. Ditambah satu lagi orang yang tak kukenal. Seorang lelaki yang memakai pakaian ustadz Baju koko dengan peci menutup rambutnya.
Mereka semua mengucapkan syukur karena aku sudah sadar, dari tidur panjang hampir 2 minggu aku tidak sadarkan diri. Aku tau dari nenek yang mengucapkan itu setelah mengucapkan kalimat syukurnya. Namun aku merasa aku baru semalam pergi ke balai desa untukku menyelesaikan proses ritual tumbalnnya. Bagaimana bisa 2 minggu, kenapa jaraknya bisa begitu lama. Tanyaku dalam hati.
Tiga hari berlalu setelah aku siuman, dokter berkata bahwa aku sudah boleh pulang. Sebenarnya dari awal aku masuk rumah sakit dokter sudah bilang kepada ibu untuk membawaku pulang saja. Karena tidak ada diagnosis penyakit apapun didalam tubuhku. Hanya ada bekas lebam yang di duga karena kekurangan zat besi.
Akhirnya aku pulang kerumah nenek, rumah yang teramat dekat dengan balai desa tempat terakhir yang aku ingat. Setelah sampai rumah nenek mengantarku di ruang kamar. Ibu sempat menemaniku sebentar sambil membawa beberapa snack dan buah. Sampai akhirnya pria yang berpakaian seperti ustadz hadir dan meminta izin kepada ibu untuk berbicara empat mata denganku. Sebelum ibu pergi ibu memperkenalkan pria itu, pria itu bernama ustadz muri, beliau adalah ahli rukyah yang cukup terkenal di jakarta. Ibu memintanya datang kekampung khusus untuk menolongku yang sudah lama tidak sadarkan diri.
Akhirnya tinggalah kami berdua dikamarku, ustadz bertanya apakah aku masih merasa sakit pasca kejadian itu dibalai desa. Aku menjawab masih terasa sakit sedikit. Lalu ustadz itu berkata,apakah saya sholat 5 waktu. Aku jawab lebih banyak bolongnya dari pada sholatnya. Ia menghela nafas, dia berkata orang yang jauh dari sang penciptanya adalah sasaran empuk dari makhluk makhluk jahat yang ingin mengganggu manusia. Dia mengajarkanku mulai ini dan seterusnya untuk sholat 5 waktu di masjid.
Setelah sedikit tausiyah ustadz berkata bahwa menurut cerita penduduk, aku ditemukan 2 minggu lalu dengan kondisi lusuh dan ada bekas lebam di dada juga tidak sadarkan diri. Aku lalu dibawa dirumah nenek, dan di obati oleh semua orang pintar yang ada di desa. Tapi tidak berhasil, lalu khawatir terjadi apa apa yang berhubungan dengan medis maka ibu dan nenekku membawaku kerumah sakit. Dan disana dokter juga tidak bisa banyak membantu. Sampai akhirnya ustadz muri datang dan merukyahku hampir 8 jam lamanya. Baru esoknya aku sadarkan diri.
Malamnya ketika rukyah, yang awalnya aku terpejam tiba tiba saja terbangun sambil teriak kesakitan. Teriakanku sampai mengganggu pasien diruangan yang lain sangking kencangnya. Setelah beberapa kali melakukan perlawanan, aku akhirnya bisa tenang kembali dan tidak sadarkan diri lagi. Dan bisa ditebak besoknya aku sadar.
Aku bertanya kepada ustadz, bahwasannya aku tidak pingsan selama itu harusnya. Karena aku yakin betul jarak antara aku siuman dengan kejadian di balai desa hanya selisih satu malam. Tapi pernyataan nenek dan warga membuatku mau tidak mau mempercayai bahwa aku sudah tidak sadarkan diri selama itu.
Lalu aku bercerita tentang kejadian malam sebelum aku siuman dimana bertepatan ketika aku di rukyah. Aku bercerita kepada ustadz, malam itu aku ada di alam arwah dan siap dijadikan tumbal. Iblis penguasa balai desa sudah siap menusukan kukunya yang tajam di perutku. Lalu tiba tiba saja jin balai desa urung melakukannya malah dia teriak kepanasan. Saat itu aku juga mendengar lantunan ayat suci yang dibacakan oleh seorang laki laki. Tak lama jin balai desa hilang dan menyisakan indra cs yang membuka lebar mulutku dan memaksa masuk secara bersamaan sampai aku merasa mulutku robek. Sampai situ aku tidak ingat apa apa lagi.
Aku juga bercerita tentang dukun sialan dan juga yudi dan keluarganya. Namun ustadz menyangkal bahwa tidak ada anak bernama yudi yang datang kerumah dalam kondisi pingsan sehabis di ganggu di rumah. Herannya ketika aku masuk sekolah aku juga tidak punya teman yang bernama yudi. Ketika aku kunjungi rumahnya juga ternyata hanya kebon kosong yang dipenuhi bambu kuning. Jadi siapa sebenarnya yudi dan keluarganya juga dukun sialan itu? Dan dapat kabar juga mbah ngadiman wafat berbarengan ketika aku ditemukan tak sadarkan diri di sumur balai desa. Apa yang terjadi dnegan mbah ngadiman. Sampai detik ini semuanya masih menjadi misteri
Tapi dari situ aku bisa menyimpulkan bahwa mungkin aku sudah masuk alam jin dimulai dari part 22. Tapi tetap muncul pertanyaan dalam diriku harusnya aku tidak sadarkan diri lebih dari 2 minggu karena jarak antara part 22 sampai dimana aku bangun dirumah sakit adalah lebih dari sebulan bahkan mendekati 2 bulan. Bagaimana bisa ada selisih hari yang begitu jauh?.
Menurut ustadz muri mungkin saja ada perbedaan waktu antara dunia kita dengan dunia mereka. Jadi jangan dibuat pusing,ustadz menyarankan aku untuk pindah ke jakarta setelah lulus SMA. Dan setelah aku lulus SMA aku langsung pindah ke jakarta.
Lalu apakah aku masih di ganggu oleh penampakan penampakkan menyeramkan? Sialnya masih.
Indra CS kadang masih suka iseng datang mengunjungiku.
Tamat
Sebenarnya apa yang terjadi, bukankah ingatanku terakhir aku masih ada di alam lain bersama dengan dukun sialan dan penguasa balai desa. Kenapa aku tiba tiba ada di kamar rumah sakit, lengkap dengan infus di tanganku.
Aku perlahan membangunkan ibu, ibu yang tau aku sudah siuman. Reflek memelukku, dan tak henti hentinya bersyukur. Aku yang masih bingung dan tidak tau apa yang terjadi sebenarnya hanya diam saja. Tapi aku merasa tubuhku memang seperti sedang sakit. Dan benar saja ada bekas lebam tepat di depan dada. Entah kenapa muncul lebam disitu.
Ibu memanggil semua orang yang menunggu di luar kamar. Tak lama nenek dan paman pamanku masuk. Ditambah satu lagi orang yang tak kukenal. Seorang lelaki yang memakai pakaian ustadz Baju koko dengan peci menutup rambutnya.
Mereka semua mengucapkan syukur karena aku sudah sadar, dari tidur panjang hampir 2 minggu aku tidak sadarkan diri. Aku tau dari nenek yang mengucapkan itu setelah mengucapkan kalimat syukurnya. Namun aku merasa aku baru semalam pergi ke balai desa untukku menyelesaikan proses ritual tumbalnnya. Bagaimana bisa 2 minggu, kenapa jaraknya bisa begitu lama. Tanyaku dalam hati.
Tiga hari berlalu setelah aku siuman, dokter berkata bahwa aku sudah boleh pulang. Sebenarnya dari awal aku masuk rumah sakit dokter sudah bilang kepada ibu untuk membawaku pulang saja. Karena tidak ada diagnosis penyakit apapun didalam tubuhku. Hanya ada bekas lebam yang di duga karena kekurangan zat besi.
Akhirnya aku pulang kerumah nenek, rumah yang teramat dekat dengan balai desa tempat terakhir yang aku ingat. Setelah sampai rumah nenek mengantarku di ruang kamar. Ibu sempat menemaniku sebentar sambil membawa beberapa snack dan buah. Sampai akhirnya pria yang berpakaian seperti ustadz hadir dan meminta izin kepada ibu untuk berbicara empat mata denganku. Sebelum ibu pergi ibu memperkenalkan pria itu, pria itu bernama ustadz muri, beliau adalah ahli rukyah yang cukup terkenal di jakarta. Ibu memintanya datang kekampung khusus untuk menolongku yang sudah lama tidak sadarkan diri.
Akhirnya tinggalah kami berdua dikamarku, ustadz bertanya apakah aku masih merasa sakit pasca kejadian itu dibalai desa. Aku menjawab masih terasa sakit sedikit. Lalu ustadz itu berkata,apakah saya sholat 5 waktu. Aku jawab lebih banyak bolongnya dari pada sholatnya. Ia menghela nafas, dia berkata orang yang jauh dari sang penciptanya adalah sasaran empuk dari makhluk makhluk jahat yang ingin mengganggu manusia. Dia mengajarkanku mulai ini dan seterusnya untuk sholat 5 waktu di masjid.
Setelah sedikit tausiyah ustadz berkata bahwa menurut cerita penduduk, aku ditemukan 2 minggu lalu dengan kondisi lusuh dan ada bekas lebam di dada juga tidak sadarkan diri. Aku lalu dibawa dirumah nenek, dan di obati oleh semua orang pintar yang ada di desa. Tapi tidak berhasil, lalu khawatir terjadi apa apa yang berhubungan dengan medis maka ibu dan nenekku membawaku kerumah sakit. Dan disana dokter juga tidak bisa banyak membantu. Sampai akhirnya ustadz muri datang dan merukyahku hampir 8 jam lamanya. Baru esoknya aku sadarkan diri.
Malamnya ketika rukyah, yang awalnya aku terpejam tiba tiba saja terbangun sambil teriak kesakitan. Teriakanku sampai mengganggu pasien diruangan yang lain sangking kencangnya. Setelah beberapa kali melakukan perlawanan, aku akhirnya bisa tenang kembali dan tidak sadarkan diri lagi. Dan bisa ditebak besoknya aku sadar.
Aku bertanya kepada ustadz, bahwasannya aku tidak pingsan selama itu harusnya. Karena aku yakin betul jarak antara aku siuman dengan kejadian di balai desa hanya selisih satu malam. Tapi pernyataan nenek dan warga membuatku mau tidak mau mempercayai bahwa aku sudah tidak sadarkan diri selama itu.
Lalu aku bercerita tentang kejadian malam sebelum aku siuman dimana bertepatan ketika aku di rukyah. Aku bercerita kepada ustadz, malam itu aku ada di alam arwah dan siap dijadikan tumbal. Iblis penguasa balai desa sudah siap menusukan kukunya yang tajam di perutku. Lalu tiba tiba saja jin balai desa urung melakukannya malah dia teriak kepanasan. Saat itu aku juga mendengar lantunan ayat suci yang dibacakan oleh seorang laki laki. Tak lama jin balai desa hilang dan menyisakan indra cs yang membuka lebar mulutku dan memaksa masuk secara bersamaan sampai aku merasa mulutku robek. Sampai situ aku tidak ingat apa apa lagi.
Aku juga bercerita tentang dukun sialan dan juga yudi dan keluarganya. Namun ustadz menyangkal bahwa tidak ada anak bernama yudi yang datang kerumah dalam kondisi pingsan sehabis di ganggu di rumah. Herannya ketika aku masuk sekolah aku juga tidak punya teman yang bernama yudi. Ketika aku kunjungi rumahnya juga ternyata hanya kebon kosong yang dipenuhi bambu kuning. Jadi siapa sebenarnya yudi dan keluarganya juga dukun sialan itu? Dan dapat kabar juga mbah ngadiman wafat berbarengan ketika aku ditemukan tak sadarkan diri di sumur balai desa. Apa yang terjadi dnegan mbah ngadiman. Sampai detik ini semuanya masih menjadi misteri
Tapi dari situ aku bisa menyimpulkan bahwa mungkin aku sudah masuk alam jin dimulai dari part 22. Tapi tetap muncul pertanyaan dalam diriku harusnya aku tidak sadarkan diri lebih dari 2 minggu karena jarak antara part 22 sampai dimana aku bangun dirumah sakit adalah lebih dari sebulan bahkan mendekati 2 bulan. Bagaimana bisa ada selisih hari yang begitu jauh?.
Menurut ustadz muri mungkin saja ada perbedaan waktu antara dunia kita dengan dunia mereka. Jadi jangan dibuat pusing,ustadz menyarankan aku untuk pindah ke jakarta setelah lulus SMA. Dan setelah aku lulus SMA aku langsung pindah ke jakarta.
Lalu apakah aku masih di ganggu oleh penampakan penampakkan menyeramkan? Sialnya masih.
Indra CS kadang masih suka iseng datang mengunjungiku.
Tamat
![redrices](https://s.kaskus.id/user/avatar/default.png)
![x.pong.ah](https://s.kaskus.id/user/avatar/2019/10/12/avatar10721301_2.gif)
![pulaukapok](https://s.kaskus.id/user/avatar/2020/06/13/avatar10874794_1.gif)
pulaukapok dan 20 lainnya memberi reputasi
19
Kutip
Balas
Tutup