Kaskus

Story

chrishanaAvatar border
TS
chrishana
[MATURE / 21+] Burung Kertas Merah Muda 2
[MATURE / 21+] Burung Kertas Merah Muda 2



Quote:


Cerita ini adalah kisah lanjutan dari Burung Kertas Merah Muda. Kalian boleh membaca dari awal atau memulai membaca dari kisah ini. Dengan catatan, kisah ini berkaitan dengan kisah pertama. Saya sangat merekomendasikan untuk membaca dari awal.


Silahkan klik link untuk menuju ke kisah pertama.


Terima kasih.



Spoiler for Perkenalan:


Quote:

Polling
0 suara
Siapakah sosok perempuan yang akan menjadi pendamping setia Rendy?
Diubah oleh chrishana 02-04-2020 09:31
japraha47Avatar border
aripinastiko612Avatar border
jalakhideungAvatar border
jalakhideung dan 59 lainnya memberi reputasi
54
274.3K
981
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.8KAnggota
Tampilkan semua post
chrishanaAvatar border
TS
chrishana
#561
Chapter 39
“Heh, mau apa lo!” Gavin berseru keluar dari mobilnya.

“Mana Anna!”

“Anna udah bukan urusan gue lagi!” ujar Gavin. “Berani-beraninya lo mecahin kaca mobil gue! Giliran lo yang gue pecahin kepalanya!” lanjut Gavin.

“Maju!” Rendy melempar kunci stir ke bawah.

Tidak ada keraguan yang dirasakan oleh Gavin. Dia langsung maju menerjang Rendy. Melayangkan tendangan ke arah tubuh Rendy, namun Rendy bisa menangkis dan menghindar. Rendy pun membalas, dia mendekat dan mencoba meninju Gavin. Tapi sayang, Gavin terlebih dulu mendorong tubuh Rendy menjauh.
Muai thai...Hahahahaha! Sini maju!” Gavin kembali berseru.

Rendy terlihat sangat marah. Emosinya menguasai penuh hati dan pikirannya. Menyerang Gavin secara brutal tanpa jeda. Tetapi, Gavin berhasil menghindar dan menepis semua serangan Rendy. Gavin hanya menunggu waktu yang tepat untuk menyerang. Otaknya masih mampu untuk berpikir mencari celah untuk mengalahkan Rendy.

Vanessa justru masih duduk terikat dalam mobil Gavin. Dia mengambil gunting yang baru saja dipakai Gavin untuk memotong kemeja miliknya. Vanessa berusaha memotong perekat yang mengikat kedua tangannya. Perlahan dia mencoba memotongnya. Sesekali, Vanessa mengenai tangannya sendiri hingga terluka. Dengan bermodal perasaan dan perkiraan, Vanessa mencoba menggunting ikatannya. Tangan yang menyiku dan menyilang di belakang punggungnya, membuat dia tak dapat melihat ikatannya. Dia merintih kesakitan namun tak dapat berteriak karena mulutnya tertutup perekat yang berlapis.
*BUG!*

Sebuah tendangan keras menghantam wajah Rendy. Rendy langsung jauh tersungkur ke atas tanah. Kepalanya seperti berputar tak tentu arah. Bagai orang sehabis meminum minuman keras. Tapi, jerih payahnya tak hanya sampai di situ. Dia tetap berusaha berdiri dan melawan Gavin.
“Masih bisa berdiri ternyata...” ujar Gavin.

“Gue gak akan berhenti sampai lo kasih tau gue di mana Anna!” ujar Rendy.

“Anna? Gue gak tau dia di mana... Dia udah kabur...”

“Dasar brengsek!”

Rendy kembali menerjang Gavin. Namun, konsep close-ranged fighting-nya mampu dikalahkan telak oleh Gavin yang memiliki kemampuan taekwondodan kempo. Sungguh tak memungkinkan Rendy mengalahkannya hanya bermodalkan ilmu bela diri yang saat ini dia tekuni.

Satu tendangan dilayangkan Gavin, tepat mengenai bagian dada Rendy. Tendangan berikutnya pun berhasil mendarat di wajahnya. Rendy sudah benar-benar kehabisan tenaga. Menahan rasa sakit yang diakibatkan oleh serangan dari Gavin. Tendangan terakhir bisa ditahan oleh kedua tangan Rendy. Tapi, justru ia terlempar mundur dan jatuh tak bisa bangkit lagi. Tendangannya sangat kuat dan Rendy tak mampu menahannya.
“Segitu doang, Rendy? Cowok lemah yang katanya mau jaga Anna sampai mati... Hahahahaha!” ujar Gavin.

“...” Rendy mencoba berdiri namun tak kuasa.

Tak cukup sampai di situ, Gavin masih berjalan perlahan menghampiri Rendy yang sudah tersungkur tak berdaya. Melangkah perlahan karena Gavin juga mengalami cidera ringan akibat menahan serangan Rendy yang tak kalah kuatnya. Hanya saja, Rendy kalah kemampuan dengan Gavin.
*BUG!*

Sebuah hantaman kuat tepat mengenai bagian otak kecil Gavin. Dia dihantam dari belakang menggunakan kunci stir milik Rendy yang tadi tergeletak di atas tanah. Gavin seketika hilang keseimbangan lalu jatuh tersungkur. Dia juga hilang kesadaran yang membuat Gavin jatuh pingsan. Pelaku pemukulan itu tak lain adalah Vanessa. Dia berhasil melepaskan perekat yang mengikat pada kedua tangan, kaki, dan mulutnya.
“Kak Rendy!” Vanessa berlari menghampiri Rendy. “Kak!”

“Anna... Mana?” tanya Rendy.

“Gak tau, Kak. Kak Anna tadi berhasil kabur pas aku sampai di sini... Ayo, Kak! Aku bantu bangunnya...”

Vanessa membantu Rendy untuk bangkit. Dia membantu berjalan sampai ke area koridor gedung yang menyerupai gedung sekolah tinggi. Rendy bersandar di tembok dengan keadaan gelap tanpa cahaya. Hanya terbantu oleh pantulan cahaya dari luar area gedung. Dia masih lemas dengan napas yang tak beraturan.
“Kakak gak apa-apa?” tanya Vanessa.

“Aku gak apa-apa. Kamu kenapa bisa begini?” tanya Rendy yang melihat Vanessa tanpa kemejanya.

“Aku tadi kebetulan lagi jalan pulang. Rumahku gak jauh dari sini. Terus, aku lihat mobilnya Gavin masuk ke sini.” ujar Vanessa. “Karena aku penasaran, aku nekat masuk ke sini.” lanjutnya.

“...”

“Lalu, aku lihat Kak Anna ditarik keluar sama Gavin. Dia dipaksa masuk ke dalam mobil bagian belakang.” lanjut Vanessa.

“Terus gimana?”

“Aku langsung cari balok kayu, Kak... Aku sempat lihat Kak Anna mau diperlakukan juga kayak aku sebelumnya. Dia udah bawa gunting sama lakban perak.” ujar Vanessa sambil menyandarkan tubuhnya.

“Lalu?”

“Aku pukul mobilnya secara refleks. Gavin keluar dari mobilnya. Disusul sama Kak Anna, dan aku teriak untuk nyuruh Kak Anna lari... Eh, jadi aku deh yang diikat dalam mobil... Bajuku digunting sama Gavin...”

“Ini...” Rendy melepas jaketnya. “Pakai jaketku aja...”

“Rendy!” Anna berteriak dari kejauhan dan berlari menghampiri Rendy. “Ya, Allah Rendy...” Anna memegang wajah Rendy.

“Kamu gak apa-apa, Na?” tanya Rendy.

“Aku gak apa-apa...” jawab Anna.

“Mana hijabmu?” tanya Rendy kembali.

“Kak, kayaknya ketinggalan di mobilnya Gavin...” ujar Vanessa.

“Ya ampun! HP aku juga ada di sana!” ujar Anna.

“Ya udah kita ke sana lagi. Sebelum Gavin sadar...”

“Kita ke rumahku aja ya, Kak... Gak jauh kok... Kak Rendy bisa nyetir gak?” tanya Vanessa.

“Gak usah, Nes... Biar Rendy istirahat... Aku yang bawa mobilnya nanti.” ujar Anna.

Vanessa dan Anna membantu Rendy untuk berjalan menuju mobilnya yang diparkirkan tepat di belakang mobil Gavin. Gavin masih tergeletak tak sadarkan diri setelah menerima hantaman yang cukup keras dari Vanessa. Setelah Anna mengambil telepon genggam dari dashboardmobil Gavin serta hijabnya, mereka langsung bertolak menuju rumah Vanessa.
“Kenapa kamu tau aku ada di sana, Nes?” tanya Anna.

“Kebetulan aja, Kak... Aku lagi jalan mau pulang... Dan lihat mobilnya Gavin masuk ke sana...” jawab Vanessa.

“Loh, bukannya kamu mau kuliah tadi?”

“Gak, Kak... Dosennya gak masuk.” jawab Vanessa. “Sekarang apa yang Kakak rasain? Masih takut?” tanyanya.

“Setelah aku lihat Rendy, entah kenapa perasaanku lega... Rasanya seperti ada yang menjaga... Rasa takutnya pun seakan sirna dihapus ombak.” jawab Anna.

“Sama, Kak... Aku juga begitu...”

Hanya memakan waktu beberapa menit untuk sampai di area rumah Vanessa. Anna memarkirkan mobil milik mamanya Rendy di lapangan. Tempat yang dijadikan area parkir untuk mobil penghuni. Anna dan Vanessa membantu Rendy agar bisa sampai di rumah Vanessa untuk singgah.
“Assalamu ‘alaikum...”

Wa’alaikum salam... Ya, ampun! Rendy kenapa, Nessa?” tanya ibunda Vanessa.

“Ceritanya nanti aja ya, Ma... Biar Kak Rendy di sini dulu...” ujar Vanessa.

“Saya Anna, Bu. Temannya Vanessa.” ujar Anna sambil mencium tangan ibunda Vanessa.

“Ya sudah... Rebahkan Rendy dulu di ruang tengah ya...”

“Iya, Ma... Aku juga mau obatin lukanya...” ujar Vanessa. “Sebentar ya, Kak... Aku ganti baju sama mau ambil obat luka...” ucapnya pada Anna.

Kini Rendy sedang berbaring di atas karpet lusuh yang ada di sebuah kontrakan di mana Vanessa dan ibundanya tinggal. Tubuhnya terbaring lemah dengan penuh luka memar. Anna tak berhenti membelai rambut Rendy yang kini posisi kepalanya ada di atas paha Anna. Sesekali air matanya jatuh karena melihat Rendy kini tak sadarkan diri akibat kelelahan untuk menyelamatkan Anna dan Vanessa.
“Kakak kenapa nangis?” tanya Vanessa.

“Eh...” Anna terkejut. “Gak apa-apa, kok... Aku cuma ngebayang Rendy rela mengorbankan segalanya buat aku...”

“Itu karena Kak Rendy cinta sama Kakak... Dia benar-benar membuktikannya...” ujar Vanessa.

“Terima kasih ya... Kalau gak ada kamu, mungkin aku udah ternodai sama Gavin...”

“Iya, sama-sama, Kak... Kalau gak ada Kak Rendy, mungkin kita berdua udah diapa-apain sama dia...”

“Kamu kenapa bisa tau kalau itu mobilnya Gavin?”

“Dulu, aku sering ketemu Gavin, Kak...” ujar Vanessa. “Kami berdua beberapa kali melakukan hubungan badan...” ujarnya pelan.

“...”

“Kak, aku terpaksa ngelakuin itu demi Mama... Demi biayai Mama yang sakit dan butuh biaya...” lanjut Vanessa.

“Kamu... Jual diri?”

“...” Vanessa mengangguk. “Tapi, sekarang udah nggak, Kak... Aku gak mau terus-terusan seperti itu walaupun Gavin selalu memintaku untuk berhubungan sampai saat ini...”

“Sampai saat ini?” tanya Anna.

“Iya... Dia kenal aku dari seseorang bernama Bella...” jawab Vanessa. “Kak, Gavin itu bukan lelaki baik-baik...” lanjutnya seraya memegang tangan Vanessa.

“Dan kamu juga bukan perempuan gak baik, Vanessa... Dari sikapmu, aku tau kamu perempuan baik-baik... Hanya saja keadaan yang membuatmu terpaksa melakukan...” ujar Anna.

“Ya udah, Kak Anna sama Kak Rendy istirahat di sini dulu ya... Besok, kalau udah mendingan, kalian bisa pulang kok...”

“Iya, terima kasih Vanessa...”
fakhrie...
jalakhideung
itkgid
itkgid dan 7 lainnya memberi reputasi
8
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.