- Beranda
- Stories from the Heart
Pencarian Arti Ikhlas dengan Merantau
...
TS
ipbaik
Pencarian Arti Ikhlas dengan Merantau
Quote:
Spoiler for Rules:
PROLOG
Malam ini, gua sedang sibuk mengurus perlengkapan untuk kuliah pertama besok. Palingan cuman bawa alat tulis kertas doang. Lalu denger ceramah dosen yang sangat seru. Kok seru? Soalnya kalau dibilang bosan mah mainstream. Tapi sebelum itu kita balik dulu buat intro yak.
Perkenalkan gua Alga. Gua anak perantauan yang akhirnya dapet kesempatan merantau di pulau jawa. Oh ya, gua sendiri berasal dari salah satu kota di daerah Sumatera Barat. Gua anak kedua, dari seorang ayah yang berprofesi sebagai guru dan seorang ibu yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga. Daerah target rantauan gua saat itu adalah kampus pertanian yang terkenal di daerah bogor. Pasti tau lah kampus mana. Trus kenapa gua pengen merantau? Karena gua pernah dengar “laki-laki minang belum pantas disebut pria kalau belum mencoba yang namanya merantau.” Entah gua denger pepatah dari mana, tapi bagi laki-laki di minang merantau punya gengsi tersendiri yang menandakan seseorang sudah bisa disebut dewasa, khususnya pula untuk laki-laki.
Nantinya gua bakal ceritain suka duka, seneng sengsara zaman perkuliahan gua semenjak berangkat dan sampai berakhir sesuai keinginan aja.
Sebelum itu gua punya spoiler :
Spoiler for Spoiler Keras:
Spoiler for Index:
Spoiler for Tips Sudut Pandang Penulisan:
Diubah oleh ipbaik 16-09-2018 19:15
anasabila memberi reputasi
1
14.4K
86
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52.1KAnggota
Tampilkan semua post
TS
ipbaik
#74
13. Kamar
Kedamaian dalam kamar masih bisa dirasakan hingga suatu malam tepatnya setelah penutupan acara MPKMB anak-anak kamar gua memutuskan untuk membuat mie instan bareng-bareng. Meskipun ada larangan untuk membawa alat elektronik seperti magic com, teko listrik, setrikaan dan sebagainya, si Rahmat berani untuk melanggar peraturan tersebut. Saat kami tanya alasannya, ia dengan enteng menjawab :
Entahlah, mungkin emang selera tiap orang itu berbeda-beda. Rian lebih suka menikmati teh, teman kami yang terakhir bernama Ilham lebih suka menikmati susu, sedangkan gua sendiri lebih suka air putih biasa. Unik.
Memasak mie instan setelah itu memanaskan air kembali untuk membuat 3 macam minuman yang berbeda untuk mereka. Selanjutnya kami mengambil kartu yang sempat di beli sepulang acara MPKMB di salah satu toko pinggiran kampus. Rian sendiri jago untuk urusan mengocok kartu, namun ia enggan menyebutnya dengan “mengocok”, ia lebih suka menyebutnya dengan “shuffle”. Banyak jenis shuffle yang bisa dilakukan Rian, dari pemotongan dua kartu, hingga saling menyisipkan kartu satu sama lain.
Mulai dari sini lah gua bisa merasakan bahwa Ilham memang ada perasaan ga suka ama gua. Entahlah secara kami baru pertama kali bertemu. Bahkan pernah suatu hari gua nanya ke Rahmat dan Rian tentang cara ngomong Ilham ke gua, dan mereka juga ngerasainnya.
Hingga waktu itu, Ilham memperlihatkan foto ceweknya pada kami.
Tiba-tiba aja Ilham langsung bangkit dan mendorong dada gua dengan keras. Secara badan Ilham yang cukup tambun membuat gua terdorong hingga rebah kebelakang. Gua pun langsung bangkit.
Berhasil?
Enggak lah bego!
Badan segede gaban gitu mana bisa didorong dengan mudah. Untuk ilustrasi perbedaan gua ama Ilham, bisa dibayangkan seperti Batista VS
Big Show. Pastinya gua lah yang menjadi Batista, tanpa otot-otot dan perut roti sobek sih.
Gua nyoba memukul perut yang banyak lemak itu. Tapi ga mempan, Ilham malah membalas buat melempar gua ke luar kamar. Gua kembali buat berdiri dan mengingat kembali perkelahian gua terakhir. Hal itu malah bikin gua tambah kesal, secara gua berkelahi terakhir dengan Zanul, dan gua KALAH.
Ilham keluar kamar buat menerjang gua. Gua melihat peluang menang semakin tipis. Otak gua masih mencari akal untuk memberi pelajaran si Tambun Kingkong ini. Beruntungnya mata gua melihat tempat jemuran handuk yang ada di depan kamar sebelah. Mata ini langsung terhubungkan oleh syaraf gua hingga menuju otak. Otak ini langsung terbesit akan suatu ide.
Ilham masih mencoba menerjang ke arah gua. Gua yang mendapat ide tadinya langsung reflek untuk mengambil tempat jemuran lalu mendorong tempat jemuran tersebut ke arahnya. Ilham yang tidak siap dengan datangnya tempat jemuran ditambah lagi ia sedang dalam posisi berlari dengan badan besarnya.
Ilham pun tersungkur.
“Anji**!!!!” Umpatan Ilham tiba-tiba terdengar.
Ia langsung bangkit berdiri lalu menangkap leher gua. Sakittt Coy. Kayak diremes-remes gitu ini leher rasanya. Ilham langsung mengambil ancang-ancang dengan tinjunya yang langsung diarahkan ke ulu hati gua.
Gua terhempas kebelakang menuju arah tangga yang ada disamping gua saat ini. Bukan Alga namanya kalau berantem ga pakai otak. Meski gua merasa sakit saat mencoba berdiri, gua tetep kekeh untuk menuju tangga yang ada disebelah. Ilham yang berpikir gua bakalan kabur, mencoba mengejar gua dengan berlari. Gua lari? Ga lah, gua ga secemen itu buat 1 vs 1. Gua hanya mencoba bersembunyi di balik tembok dari titik mati penglihatan Ilham, dengan begitu ia bakal berpikiran bahwa gua bakal lari lewat tangga ke bawah.
Gua udah siap untuk mengambil ancang-ancang buat balas menyerang. Suara lari Ilham semakin mendekat. Begitu Ilham berbelok ke arah tangga, ia gua kejutkan dengan serangan balasan menggunakan kaki gua yang lurus dari bawah dagu dan mengarah kearas. Ilham yang tidak siap untuk situasi tersebut hanya bisa pasrah tanpa mampu membuat reflek menagkis palagi menghindar.
Ilham menerima serangan gua dengan telak. Ia pun langsung jatuh terlentang ke belakang sampai tak sadarkan diri. Gua yang sadar akan membuat masalah baru lagi langsung memanggil Rahmat dan Rian. Kampretnya, mereka cuman nontonin tanpa ada usaha melerai dan sebagainya.
###
Kedamaian dalam kamar masih bisa dirasakan hingga suatu malam tepatnya setelah penutupan acara MPKMB anak-anak kamar gua memutuskan untuk membuat mie instan bareng-bareng. Meskipun ada larangan untuk membawa alat elektronik seperti magic com, teko listrik, setrikaan dan sebagainya, si Rahmat berani untuk melanggar peraturan tersebut. Saat kami tanya alasannya, ia dengan enteng menjawab :
Quote:
Entahlah, mungkin emang selera tiap orang itu berbeda-beda. Rian lebih suka menikmati teh, teman kami yang terakhir bernama Ilham lebih suka menikmati susu, sedangkan gua sendiri lebih suka air putih biasa. Unik.
Memasak mie instan setelah itu memanaskan air kembali untuk membuat 3 macam minuman yang berbeda untuk mereka. Selanjutnya kami mengambil kartu yang sempat di beli sepulang acara MPKMB di salah satu toko pinggiran kampus. Rian sendiri jago untuk urusan mengocok kartu, namun ia enggan menyebutnya dengan “mengocok”, ia lebih suka menyebutnya dengan “shuffle”. Banyak jenis shuffle yang bisa dilakukan Rian, dari pemotongan dua kartu, hingga saling menyisipkan kartu satu sama lain.
Quote:
Mulai dari sini lah gua bisa merasakan bahwa Ilham memang ada perasaan ga suka ama gua. Entahlah secara kami baru pertama kali bertemu. Bahkan pernah suatu hari gua nanya ke Rahmat dan Rian tentang cara ngomong Ilham ke gua, dan mereka juga ngerasainnya.
Hingga waktu itu, Ilham memperlihatkan foto ceweknya pada kami.
Quote:
Tiba-tiba aja Ilham langsung bangkit dan mendorong dada gua dengan keras. Secara badan Ilham yang cukup tambun membuat gua terdorong hingga rebah kebelakang. Gua pun langsung bangkit.
Quote:
Berhasil?
Enggak lah bego!
Badan segede gaban gitu mana bisa didorong dengan mudah. Untuk ilustrasi perbedaan gua ama Ilham, bisa dibayangkan seperti Batista VS
Big Show. Pastinya gua lah yang menjadi Batista, tanpa otot-otot dan perut roti sobek sih.
Gua nyoba memukul perut yang banyak lemak itu. Tapi ga mempan, Ilham malah membalas buat melempar gua ke luar kamar. Gua kembali buat berdiri dan mengingat kembali perkelahian gua terakhir. Hal itu malah bikin gua tambah kesal, secara gua berkelahi terakhir dengan Zanul, dan gua KALAH.
Ilham keluar kamar buat menerjang gua. Gua melihat peluang menang semakin tipis. Otak gua masih mencari akal untuk memberi pelajaran si Tambun Kingkong ini. Beruntungnya mata gua melihat tempat jemuran handuk yang ada di depan kamar sebelah. Mata ini langsung terhubungkan oleh syaraf gua hingga menuju otak. Otak ini langsung terbesit akan suatu ide.
Ilham masih mencoba menerjang ke arah gua. Gua yang mendapat ide tadinya langsung reflek untuk mengambil tempat jemuran lalu mendorong tempat jemuran tersebut ke arahnya. Ilham yang tidak siap dengan datangnya tempat jemuran ditambah lagi ia sedang dalam posisi berlari dengan badan besarnya.
Quote:
Ilham pun tersungkur.
“Anji**!!!!” Umpatan Ilham tiba-tiba terdengar.
Ia langsung bangkit berdiri lalu menangkap leher gua. Sakittt Coy. Kayak diremes-remes gitu ini leher rasanya. Ilham langsung mengambil ancang-ancang dengan tinjunya yang langsung diarahkan ke ulu hati gua.
Quote:
Gua terhempas kebelakang menuju arah tangga yang ada disamping gua saat ini. Bukan Alga namanya kalau berantem ga pakai otak. Meski gua merasa sakit saat mencoba berdiri, gua tetep kekeh untuk menuju tangga yang ada disebelah. Ilham yang berpikir gua bakalan kabur, mencoba mengejar gua dengan berlari. Gua lari? Ga lah, gua ga secemen itu buat 1 vs 1. Gua hanya mencoba bersembunyi di balik tembok dari titik mati penglihatan Ilham, dengan begitu ia bakal berpikiran bahwa gua bakal lari lewat tangga ke bawah.
Gua udah siap untuk mengambil ancang-ancang buat balas menyerang. Suara lari Ilham semakin mendekat. Begitu Ilham berbelok ke arah tangga, ia gua kejutkan dengan serangan balasan menggunakan kaki gua yang lurus dari bawah dagu dan mengarah kearas. Ilham yang tidak siap untuk situasi tersebut hanya bisa pasrah tanpa mampu membuat reflek menagkis palagi menghindar.
Quote:
Ilham menerima serangan gua dengan telak. Ia pun langsung jatuh terlentang ke belakang sampai tak sadarkan diri. Gua yang sadar akan membuat masalah baru lagi langsung memanggil Rahmat dan Rian. Kampretnya, mereka cuman nontonin tanpa ada usaha melerai dan sebagainya.
Quote:
Quote:
###
Diubah oleh ipbaik 15-09-2018 15:26
0
