Kaskus

Story

chrishanaAvatar border
TS
chrishana
[MATURE / 21+] Burung Kertas Merah Muda 2
[MATURE / 21+] Burung Kertas Merah Muda 2



Quote:


Cerita ini adalah kisah lanjutan dari Burung Kertas Merah Muda. Kalian boleh membaca dari awal atau memulai membaca dari kisah ini. Dengan catatan, kisah ini berkaitan dengan kisah pertama. Saya sangat merekomendasikan untuk membaca dari awal.


Silahkan klik link untuk menuju ke kisah pertama.


Terima kasih.



Spoiler for Perkenalan:


Quote:

Polling
0 suara
Siapakah sosok perempuan yang akan menjadi pendamping setia Rendy?
Diubah oleh chrishana 02-04-2020 09:31
japraha47Avatar border
aripinastiko612Avatar border
jalakhideungAvatar border
jalakhideung dan 59 lainnya memberi reputasi
54
274.3K
981
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.8KAnggota
Tampilkan semua post
chrishanaAvatar border
TS
chrishana
#493
Chapter 33
Masih dalam singgah sanah di mana Rendy tinggal setiap harinya. Anna melihat sekeliling rumah Rendy seakan bernostalgia pada masa sekolah dulu. Tak ada yang berubah dari rumah ini. Anna mulai masuk ke dalam kamar Rendy dan menemukan Rendy yang sedang merebahkan tubuhnya di atas ranjang.
“Kamar kamu gak berubah ya, Ren?” ujar Anna seraya melangkah masuk.

“Iya, gini-gini aja kamarku.”

Kedua mata Anna terbelak, melihat sesuatu yang tak disangka. Sekumpulan burung kertas berwarna merah muda berbaris dan berjajar di atas meja dekat jendela. Anna menghampiri meja tersebut dan melihat burung kertas itu satu per satu.
“Kamu...”

“...” Rendy menoleh ke arah Anna.

“Kamu masih simpan ini?” tanya Anna.

“Iya, kenapa memangnya?”

“Aku pikir udah kamu buang, Ren...” ujar Anna.

“Gak mungkin aku buang, Na...” Rendy kembali duduk di tepi ranjang tepat di samping Anna. “Dulu, waktu aku rindu sama kamu, aku selalu lihat burung kertas itu. Aku buka tiap lipatannya, aku lihat tulisan kamu. Terus aku lipat lagi ke bentuk semula.” ujar Rendy.

“...”

“Kalau kamu gimana, Na?” tanya Rendy.

“Aku... Aku cuma bisa mendoakan kamu, Rendy. Mendoakan yang terbaik untukmu. Bahkan, aku sampai nangis seharian di kamar karena menahan rindu. Sakitnya luar biasa. Ketika aku merindukan seseorang tapi aku tak bisa menjangkaunya. Aku hanya bisa berdoa...” ujar Anna pelan.

“Iya, tapi sekarang kamu sudah jadi milik Gavin...” ujar Rendy.

“Aku masih belum kasih keputusan untuk nerima dia, Ren...”

“Kenapa begitu?”

“Entah, aku merasa ada yang janggal. Lagipula, hatiku tak memilihnya.” ujar Anna.

Telepon genggam milik Rendy tiba-tiba saja bergetar. Ada panggilan masuk dari Tommy yang namanya muncul pada layar ponsel berlogo buah apel milik Rendy. Setelah menghela napas panjang, Rendy menjawab panggilan tersebut.
“Halo, Ren...”

“Iya, Tom...”

“Vera balas WA-ku tadi. Nanti siang dia balik ke kantor.”

“Serius lo?”

“Iya benar... Eh, kau balik ke sini gak? Tadi aku udah lapor ke pak bos, kau dan Anna ada urusan mendadak.”

“Iya balik tapi gue mager parah. Hahahahaha...”

“Hahahahaha... Ya aku tau kau sedang sama Anna... Selesaikanlah masalahmu dulu berdua... Kalau sudah urusan asmara, aku nyerah, Ren...”

“Iya, Tom... Back upgue dulu selagi gue gak ada ya...”

“Beres, Bos!”

Panggilan berkahir, dan Rendy meletakkan telepon genggamnya di atas meja. Sekilas, Anna melihat wallpaper dari telepon genggam milik Rendy sekilas. Lalu, dia menyalakan layar ponsel milik Rendy untuk melihatnya lebih jelas. Terpasang sebuah foto dari kumpulan burung kertas merah muda dan sebuah kalimat “Karang yang rusak tak pernah membenci ombak” di atasnya.
“Hujan yang turun tak pernah membenci awan.” Anna berkata seraya menggenggam erat tangan Rendy.

“...”

Anna memperlihatkan telepon genggam milik Rendy dengan wallpaper sekumpulan burung kertas berwarna merah muda dan kata-kata di atasnya. Rendy pun terkejut karena Anna masih ingat apa yang ia tuliskan untuk Rendy. Rendy kembali bangkit dan duduk bersampingan dengan Anna.
“Daun yang berguguran tak pernah membenci angin.” ujar mereka bersamaan.

“Kamu masih ingat ya, Na...”

“Itu yang ku tulis pada saat kamu terbaring lemah...”

“Aku boleh pinjam tanganmu, Na?” Rendy meminta.

“...”

Rendy memegang tangan milik Anna. Meletakkan sidik jarinya ke atas finger scanpada telepon genggam milik Rendy. Anna hanya diam dan bingung melihat apa yang dilakukan Rendy. Berarti, sekarang Anna bisa membuka telepon genggam milik Rendy dengan leluasa karena sidik jari miliknya tersimpan untuk membuka kunci telepon genggam milik Rendy.
“Buat apa, Rendy?” tanya Anna.

“Supaya kamu bisa buka HP-ku.” jawab Rendy enteng.

“Iya, untuk apa aku buka HP-mu?” tanya Anna kembali.

“Supaya kamu bisa liat wallpaperHP-ku. Kamu yang pernah mengajarkanku apa itu mencintai. Ingatkah waktu aku bilang kamu pembawa sial padahal kamu yang nolongin aku layaknya malaikat? Tapi, tak terbesit rasa benci sedikitpun di hatimu walau kata benci itu terucap dari mulutmu...” ujar Rendy sambil menatap Anna dalam-dalam.

“Walaupun aku pernah merusak burung kertas itu di depanmu, Rendy?” tanya Anna.

“...” Rendy menganggukkan kepalanya. “Rasa sayangku ke kamu itu sungguh besar. Bahkan, benci pun tak mampu menandingi.”

“Rendy...” panggil Anna sedikit terisak.

“Iya...”

“Maaf...”

“Maaf untuk apa?”

“Semua perbuatanku yang sudah menyakitimu...”

“Lupakanlah... Semua sudah lewat.”

Rendy memeluk Anna dengan erat. Begitu juga dengan Anna yang membalas pelukan yang diberikan Rendy. Anna tak kuasa menahan laju air matanya. Melaju deras membasahi bahu milik Rendy. Rendy mengusap kepala Anna dengan lembut bermaksud membuat Anna lebih tenang.
“Aku sudah memaafkanmu sebelum kamu meminta maaf, Anna.” ujar Rendy.

“Aku juga gak bisa bohongi diriku sendiri Rendy. Aku sayang sama kamu...” ujar Anna dalam tangisnya.

“Iya, semua sudah lewat... Gak perlu diungkit dan diingat.” ujar Rendy. “Aku juga sayang sama kamu. Walaupun tak mungkin nantinya kamu berada di sampingku.” ujar Rendy.

“...”

“Sudah, simpanlah air matamu hingga kita benar-benar berpisah.” Rendy berkata sambil menghapus air mata Anna yang mengalir di wajahnya.

“Rendy...” panggil Anna.

“...”

“Jika aku menolak Gavin, apa kamu mau bergerak maju untuk melamarku?” tanya Anna.

“Tak perlu kau minta pun, aku akan melakukannya.” jawab Rendy.

“Udah siang nih, makan dulu, yuk! Mama pasti masak enak di bawah.” lanjut Rendy.

“Iya, yuk!”

****

Hari sudah berganti menjadi siang. Matahari sudah naik sampai di atas kepala. Kini, saatnya Rendy dan Anna bergegas kembali menuju kantor mereka untuk menyelesaikan tugasnya hari ini. Kali ini, Rendy meminjam mobil milik mamanya karena awan mendung akan segera menurunkan debit air yang cukup deras.
“Tadi, Tommy nelpon aku, Na...”

“Oh iya? Apa katanya?”

“Vera nanti balik ke kantor kok... Tadi dia ngehubungin Tommy.” ujar Rendy.

“Syukurlah kalau begitu. Kamu ada-ada aja sih... Udah tau Vera setipe sama Tasya. Pakai dibikin ngambek...” ujar Anna.

“Tapi, lebih parah Tasya tau kalau ngambek...”

“Udah udah... Jadi ngomongin orang kan...”

“Hahahahaha...”

“Ren, aku mau nanya...” ujar Anna.

“...”

“Tadi pagi, aku lihat kamu bertanya sama si resepsionis itu kayak ada yang beda ya... Dia manggil kamu apa? Kakak?” tanya Anna.

“Oh, iya. Dia itu orang yang aku kenal pertama kali waktu aku masuk kerja. Namanya Vanessa.” jawab Rendy.

“Udah lama kenal sama dia?”

“Iya lumayan. Aku juga tau di mana rumahnya, tau di mana kampusnya.” jawab Rendy.

“Oh, sering nganterin pulang?” tanya Anna sedikit sinis.

“Iya, gak sering juga sih...”

“Oh, ya udah...” Anna memalingkan wajahnya ke jendela mobil. “Aku nanti pulang sendiri aja.”

“Kalau masih hujan, mending aku anterin...”

“Gak mau! Anterin aja tuh si Vanessa!” jawab Anna kesal.

“Kok kamu marah, Na?”

“Pokoknya aku mau pulang sendiri! Titik!”

“Kok gitu?”

“Aku nanya apa, jawabnya panjang. Sampai dijelasin lagi tau ini tau itu. Kamu mah tau apa tentang aku. Paling tau juga tentang dia.” Anna menggerutu.

“Cemburu, Na?” tanya Rendy.

“Nggak!”

“Cie cemburu ciee...” Rendy meledek.

“Apaan sih! Nyebelin tau nggak!”

fakhrie...
jalakhideung
itkgid
itkgid dan 9 lainnya memberi reputasi
10
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.