Kaskus

Story

nengsrAvatar border
TS
nengsr
I Love You More Than You Think
I Love You More Than You Think

Thanks for the amazing cover Om quatzlcoatl


I Love You More Than You Think

(Ssstt.. this is the real picture of us)


Aku sering bertanya-tanya pada diri sendiri, apa yang paling berperan di kehidupan ini? cintaatau uang?
Dan aku pernah bertanya pada ibuku, beliau menjawab uang. Karena beliau berpikir realistis, katanya cinta saja tidak ada uang ya tidak hidup.
Ya memang. Tetapi aku agak kurang setuju, karena ketika tidak punya uang aku tidak semerana itu. Tapi jika hati yang terluka, hati yang mengelola semuanya. Sedih berkepanjangan menghilangkan semua gairah.



Panggil saja aku Hani, itu nama kecilku. Aku asli orang Surabaya jadi ga pake 'gue-elo'. Maklum orang jawa, ketika ada yang pake sebutan 'gue' pasti pada nyeletuk "mangan tahu tempe ae gue gue" emoticon-Big Grin

Mau ijin pada para pecinta SFTH buat nulis sebagian kisahku. Ya hanya sekedar untuk mengabadikan emoticon-Smilie
Maaf jika tulisanku jelek, memang bukan penulis emoticon-Big Grin
Apabila ada yang mengenalku, aku mohon dengan sangat jangan bocor ya gan emoticon-Smilie PM aja kalo mau. Oke?

Selamat menikmati...

Spoiler for Index:


Spoiler for Mulustrasi:
Diubah oleh nengsr 21-09-2020 23:10
protradersignalAvatar border
a9r7aAvatar border
bukhoriganAvatar border
bukhorigan dan 13 lainnya memberi reputasi
12
113.9K
847
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.8KAnggota
Tampilkan semua post
nengsrAvatar border
TS
nengsr
#747
I'm Feeling Something
BBM
Quote:


Begitu baca chat dari Reza aku langsung bersiap juga setelah membalas chatnya terlebih dahulu, hanya mengingatkan untuk hati-hati. Kita emang beneran ga tidur. Aku khawatir dia ngantuk pas lagi nyetir motor atau ada bahaya di jalan karena lewat tengah malem seperti ini.

Aku sudah selesai berganti baju dan dandan seadanya. Sedang mengingat ingat barang apa saja yang belum masuk dalam tas. Sampe dirasa semua sudah siap, bertepatan dengan Reza tiba di rumahku.

"Kamu cuma bawa ini aja mas?" Tanyaku setelah melihat barang bawaannya.

"Iya aku ga punya tas lain ini aja aku cukup2in. Tripod aja yang ga cukup masuk." Terangnya sambil menunjuk tas tripod yang menggantung di motor.

"Gapapa. Cukup masuk kabin kan. Ga lebih dari 7 kilo."

"Iya."

"Rama loh ga jawab chat kita. Pas dia masih tidur?"

"Wah bahaya kalo masih tidur. Udah ta?"

"Udah."

"Yaudah berangkat sekarang yuk."

"Ayo." Kemudian aku masuk ke dalam rumah untuk pamit ke ibu, dan ibu ikut keluar.

"Berangkat dulu bu." Pamit Reza seraya mencium punggung tangan ibu.

"Iya, hati-hati." Jawab ibu.

Setelahnya kita langsung melesat menuju tempat janjian yang sudah ditentukan sebelumnya. Bisa dipastikan silir angin yang menerpa kulit cukup bikin merinding. Demi apa jam segini udah berangkat, barengan penjual sayur yang lagi kulakan di pasar emoticon-Big Grin

Selama di jalan aku berusaha menghubungi Rama tapi belum ada jawaban juga. Duh, fix ini anak masih tidur. Kita berdua udah kedinginan di jalan dia masih bergelung mesra sama kasur. Sepertinya.

Akhirnya kita sampai setelah salah jalan sedikit. Kita berhenti dan duduk di kursi tepat di bawah pohon.

"Ga ada jawaban?" Tanya Reza.

"Ga ada. Aku telpon juga ga diangkat." Jawabku dengan tanpa mengalihkan pandangan dari layar hp ku. Aku telpon Rama lagi. Dan kali ini berhasil, diangkat telponnya.

Phone emoticon-phone
Quote:


"Masih tidur dia?" Tanya Reza begitu aku selesai telpon Rama.

"Iya kok. Untung aja dia tidur di rumah mas Adit. Di rumahnya ya wasalam mas."

"Kalo dia di rumahnya ya kita tinggal lah.." jawab Reza dengan terkekeh.

"Hahaha iya lah."

Kemudian senyap. Kita sibuk dengan kegiatan masing-masing. Aku mengingat sesuatu. Aku buka tasku mencari cari barang yang aku ingat tadi tapi sudah kuperiksa disemua kantong yang ada di ranselku ini tapi ga juga menemukannya.

Aku berdecak kesal. "Aduh, pelembabku ketinggalan. Di bandara ada indoapril ga ya?" Aku menoleh ke Reza mengharapkan jawaban darinya.

"Kalo di terminal satu sih ada. Lha kita di terminal dua. Aku gatau disana ada apa engga."

"Sama. Aku juga belum pernah ke terminal dua."

Kita berdua sibuk dengan hp masing2. Sampai akhirnya Rama datang dengan dibonceng mas Adit.

"Sorry aku ketiduran." Ucap Rama. "Mau langsung aja ta?"

"Iya langsung aja."

Kita segera bergegas menuju bandara. Mas Adit nganter cuma sampai parkiran terus dia langsung pamit pulang. Subuh gini bandara udah rame karena barengan sama rombongan umroh.

Setelah check in kita duduk di depan gate. AC nya ga bisa dinaikin dikit apa suhunya ya. Masih subuh udah dingin banget. Gatau apa di jalan tadi udah kedinginan kena angin subuh. Masuk bandara malah kayak kulkas. Mana perut ga keisi apa2.

Kita emang sengaja milih first flight biar ga rugi dan buang waktu terlalu banyak. Karena perjalanan kita direroad perihal kecelakaan yang terjadi di Pangkalan Bun desember lalu. Yang seharusnya dari Surabaya langsung ke Singapore, jadi transit dulu ke Jakarta.

"Makan dulu yuk. Laper." Ajak Rama yang lagi dorong troli dengan aku yang duduk di troli itu. Kita barusan landing di CGK terminal 3.

"Sama." Jawabku lesu dan Reza serempak.

"Tapi makan dimana? Pasti mahal makan disini." Hening sebentar. "Oh aku tau. Kita makan di kantin luar aja." Usul Rama.

"Ngikut aja aku." Sahut Reza.

"Gimana, Han?" Tanya Rama ke aku.

"Ya gapapa. Ayo."

Kita keluar dan berjalan di area parkir menuju kantin. Ternyata yang sudah buka baru satu. Dan mereka pada ga srek. Trus kita lihat ada penjual nasi uduk yang letaknya agak jauh dari halaman parkir dan pilihan kita jatuh disana.

Makanku ga habis karena porsinya yang terlalu banyak juga perutku yang ga enak. Sepertinya aku masuk angin. Karena semalem aku ga makan. Subuh kena angin, di bandara AC kenceng, di pesawat juga sama. Jadi gini deh...

Setelah makan kita balik masuk ke bandara setelah check in lagi. Sambil menunggu kita duduk di Square K. Disana juga ga menjual pelembabku. Huft, sial.

Aku buka tabku karena ada notifikasi dari Path. Yang ternyata itu dari Dani.

Quote:


Membaca itu membuat bibirku secara otomatis melengkungkan senyum. Memang tidak bisa ditebak perlakuannya. Seketika aku ingat kejadian beberapa bulan lalu.

Quote:


Aku balas postingannya itu di kolom komentar, kasih kabar kalo sekarang sudah sampai Jakarta.

...

Aku sedang sibuk pada gadget. Memasukkan password wifi di hostel yang kita tempati. Kita bertiga menginap di hostel. Dormitory yang 1 kamar ada 3 ranjang susun dan dihuni oleh 6 orang. Tapi dari hari pertama sampai kita check out, kamar paling ujung ini hanya kita bertiga yang menempati.

Kita jelas berebut mau tidur di ranjang yang mana. Aku dengan Rama dapat ranjang dekat jendela. Reza dekat pintu. Masing2 dari kita menempati 1 ranjang sendiri.

"Mas, di grup lagi rame tuh. Nanyain kita udah dimana?" Ujarku dengan menatap sekilas ke arah Reza yang lagi tidur terlentang di ranjangnya.

"Hmmm..." dia hanya bergumam. Karena matanya sedang terpejam. Agaknya dia kelelahan. Bukan karena lama di pesawatnya. Tapi lama nunggu pesawatnya haha.

Kita terbang dari Surabaya jam lima tapi baru sampai penginapan jam 3 lebih. Aku balas chat mereka di grup. Mengabarkan bahwa kita sudah sampai penginapan dengan selamat. Tak lupa mengabari ibuku juga.

Jangan dikira aku bebas bisa pergi ke luar negeri dengan dua orang cowo ini ya. Ibuku ga tau rencanaku akan ke Singapore ini. Beliau tau sewaktu pagi buta aku obrak abrik lemari mencari kartu keluarga juga akte lahir untuk mengurus paspor. Disitulah ibu tanya untuk apa.

Ya awalnya beliau ngomel lah. Nyanyi dari lagu Indonesia Raya sampai Rayuan Pulau Kelapa hahaha. Tapi karena aku sudah beli tiket juga sudah booking penginapan, akhirnya ibu mengijinkannya. Dengan dalil, "jangan macam-macam disana, kamu cewe sendirian. Harus bisa jaga diri. Awas aja!"

Tenang atuh bu, temen aku baik2 semua. Ga akan ada yang berani berbuat hal yang senonoh. Biarpun tidur sekamar. Aku bisa jamin itu.

...

Sore ini kita menghabiskan waktu untuk mengunjungi Suntec City Mall untuk melihat Fountain of Wealth, Esplanade juga Merlion. Tapi kita ga mendekat dimana letak patung singa itu berada. Kita menghabiskan malam dengan berhenti di jembatan kecil yang diperuntukan para pejalan kaki yang menghubungkan jalan dari Esplanade menuju Merlion Park. Lebih tepatnya kita berhenti tak jauh dari gedung yang bentuknya mirip dengan buah durian itu.

Sampai jam batas MRT berhenti beroperasi, kita hanya berfoto dan menikmati pertunjukan lampu laser yang disuguhkan oleh Marina Bay Sands. Kalo kata Reza, malam ini kita seperti belum menemukan 'wah' nya Singapore.

Ada rasa sedih karena belum berhasil menyusun jadwal, atau kitanya memang yang gagal mengatur waktu. Sedih karena belum bisa melihat kegembiraan dari mereka. Tapi kita tetap berfoto foto disini.

Tepat setelah show itu selesai, waktu pun juga sudah malam. Kita gamau kebingungan cari transportasi kalo kita terlambat menaiki MRT terakhir.

...

"Ram, hp mu tuh!" Seruku menegur Rama yang hpnya sudah sekian kali bunyi. Alarmnya yang mengganggu tidurku sejak jam 3 dini hari itu. Memang ini sudah pagi, jam 6 lebih tepatnya. Tapi disini suasananya seperti masih subuh.

"Hm." Rama terkesiap reflek mematikan hpnya. Dan melanjutkan tidurnya lagi. Ga jauh beda dengan Reza yang sedang berselimutkan sarung masih enak ngorok.

Aku adalah orang yang selalu waspada dan sering kebangun kalo tidak tidur di kamar sendiri. Apalagi aku orangnya peka sekali sama bunyi apapun yang mengganggu tidur. Alarm baru bunyi 3 detik aja aku langsung bangun.

Aku biarkan mereka, mungkin masih lelah. Aku melirik kearah jendela, menyingkap sedikit tirainya hanya ingin melihat seperti apa suasana luar di pagi hari. Belum ada sinar matahari dan masih sepi. Udaranya pun sangat sejuk.

Tepat jam 7 aku membangunkan mereka. "Hey, jam tujuh nih. Mau tidur sampe kapan?"

Tak ada sautan. Aku coba lagi. "Kita mau berangkat jam berapa ini keburu siang. Belum mandinya. Hey!"

Barulah mereka mengulet. Meregangkan ototnya dan buat sprei kasur berantakan.

"Jam berapa, Han...?" Tanya Rama dengan mata setengah terbuka dan suara serak khas bangun tidur.

"Jam tujuh."

Aku mendengar desahan suara Rama yang habis mengulet itu. "Kita mau kemana hari ini?" Kali ini matanya menutup kembali.

"Ke Sentosa Island kan. Makanya ayo cepet bangun!"

Reza sudah bangun dan berjalan terseok menghampiri kasurku, duduk di tepi ranjang dan utak atik hpnya yang dicharge. Karena kasurku letaknya paling dekat dengan colokan. Aku beringsut agak menjauh karena sedikit ga pede berada dekat dengan dia dalam keadaan bangun tidur dan belum mandi ini. Takut2 kalo bau iler. emoticon-Big Grin

Aku hanya diam memandangi wajah Reza yang masih sayu karena bangun tidur. Rambutnya yang acak acakan malah terkesan seksi. Astaga!

"Cepet mandi mas. Kita akan melalui hari yang panjang abis ini." Ucapku mengalihkan perhatian salah tingkah karena berada di dekatnya.

"Kamu bangun dari tadi kenapa ga mandi duluan." Balasnya telak.

"Kalian aja masih tidur. Ya aku males nunggu lama nanti kalo udah siap tapi kaliannya belum." Kilahku.

"Enak pek kalian disini. Aku di dekat AC kedinginan tau!" Protes Reza. Rama dan aku hanya tertawa membalasnya.

...

Dari VivoCity menuju Sentosa Island kita memilih dengan berjalan kaki. Cuma 1km aja masa ga mampu. Padahal sebenernya mah ngirit emoticon-Ngakak (S)

Tapi untungnya jalan kaki bisa bebas berfoto setiap nemu spot foto yang bagus. Suasana Sentosa Island sepi karena emang bukan high season, jadi ga begitu rame.

Sebisa mungkin apa yg ada di Sentosa Island kita explore semua. Trick Eye Museum, Universal Studio, S.E.A Aquarium, Resort World Sentosa, Madame Tussauds, Sentosa Merlion, Wings of Time, Siloso Beach.

Oh, tentu saja kita hanya berfoto di depannya tapi tidak untuk masuk. Yang penting kan udah tahu haha. Karena kita nih ga ada yang bawa uang banyak. Kalian juga tau kan kalo di Singapore itu mahal2.

Nilai tukar uang SGD 9.562 (waktu itu). Dan ini uang yang kita tukarkan:
Quote:

Hitung aja sendiri berapa SGD yang kita punya haha. Reza paling banyak dan dialah bank kita (aku dan Rama) dikala uang kita habis emoticon-Ngakak (S)

"Mana tulisan Silosonya?" Tanya Rama untuk yang kesekian kalinya.

Kita sedang berjalan menyisiri pantai buatan ini guna untuk mencari tulisan Siloso.

Quote:


"Aku juga gatau. Tapi pasti ada." Jawabku sekenanya.

Serba salah jalan di pantai di tengah teriknya matahari yang tepat berada di atas kepala. Pakai sepatu pasirnya masuk ke sepatu, lepas sepatu tapi panasnya naudzubillah.

"Masih jauh ta ini?" Kini giliran cowo hitam manis yang sebelumnya lebih banyak diam ini sekarang ikut berkomentar.

"Haha gatau."

"Kira2 kapan sampenya?"

"Besok!"

Sontak mendengar jawabanku itu membuat Rama ketawa. Cowo putih bermata sipit ini wajahnya makin memerah karena tertawa. Yang sebelumnya sudah merah karena kepanasan. Dia adalah fansku nomor satu untuk hal tertawa. Dia paling suka kalo mendengar celetukanku yg mengundang gelak tawa. Dan dialah orang yang akan selalu terpingkal oleh ocehanku.

Kalo mukaku udah gausah pake ngaca. Sudah bisa dipastikan makin kusam karena ga ada perlindungan apapun dari make up. HANYA DEMI SEBUAH PATUNG TULISAN!!!

"Kenapa, Han? Cape? Menyerah? Kita balik aja ta?" Rentetan pertanyaan Rama keluar ketika aku melipir ke tepi yang teduh dan ada tempat duduk.

"Engga!" Jawabku setengah teriak. Dia malah terkekeh. "Tapi berhenti dulu. Panas."

"Kalian enak cuma bawa satu tas. Lha aku bawa dua." Protes Reza. Iya dia emang bawa dua. Satu tas kamera, satunya lagi tas tripod.

"Bentar lagi mas. Jangan menyerah." Ucapku sambil mengepalkan tangan keatas memberi semangat. Yang diberi semangat cuek aja. Yang nyimak selalu aja tertawa (Rama).

Dan setelah perjuangan panjang akhirnya kita sampai juga. Gila ya. Ga nyangka pantai buatan aja sepanjang ini.

Ga ada yang mau foto selain aku. Dan jelas, mukaku udah kayak orang abis tanning seharian. Coba kalo kita jalannya dari Tanjong Beach, Palawan Beach sampe ujung Siloso ini. Pasti aku udah mirip Lupita Nyong'o nih! (Googling aja kalo gatau)

Dan disinilah kebodohan hakiki kita terkuak. Kita baru tau kalo ada shuttle bus gratis yang siap mengantar para visitor keliling Sentosa. Bagus~

"Hahaha bego pek." Umpat Reza.

"Hahaha gapapa. Just enjoy the journey." Ujar Rama menghibur diri.

"Iya bener mas. Kalo ga gini kan ga ada ceritanya." Balasku santai. Emang ga perlu ada yang disesalkan. Semuanya sudah terjadi. emoticon-Cool

Shuttle bus berhenti di belakang Sentosa Merlion. Kita balik arah pulang dan harus jalan jauh lagi keluar dari Sentosa Island dan melewati Sentosa Broadwalk. Sehat kita selama 5 hari di Singapore banyak jalan kakinya.

Di VivoCity kita sengaja mampir. Tujuannya sih ke Candilicious. Surganya penggemar coklat, permen, dan sebagainya yang manis manis kayak aku emoticon-Wink

Yang tadinya aku pengen beli coklat Hershey's buat oleh2 tapi beralih jadi beli ovomaltine, selai coklat crunchy. Akibat hasutan oleh dua lelaki pengawalku itu dengan dalih,

"Kamu ga beli ta? Ini enak banget tau. Kamu pasti ketagihan. Di Surabaya mahal 80 ribuan. Ini mumpung murah." Itu mulut Rama yang ngomong. Disini $6.5.

"Iya enak. Dimakan gini aja enak kok. Aku aja beli tiga." Ini mulutnya Reza. Kalo Rama beli dua.

Aku ragu. Mikir keras. Galau milih yang mana. Seperti milih jodoh. Yang akhirnya aku kalah. Dan beli satu.

Untungnya di bawah kita nemu stand yang jual coklat2 murah. Akhirnyaaa. Aku beli coklat Mars sebungkus $10 aku lupa isi berapa. Tapi cukuplah.

Sehabis itu kita langsung balik ke hostel. Siap2 buat nanti malam kita mau ke Garden by the Bay, kali ini kita mau masuk dong ke Super Tree nya. Karena murah! Haha cuma $5.

...

Setelah menghempaskan bokong di kasur, hal yang pertama ku lakuin adalah aktifin wifi. Menunggu semua notifikasi masuk. Dan dari semua notifikasi yang ada, satu yang bikin aku tertarik.

BBM
Quote:


Sembari chat sama Dani itu aku juga chat di grup. Terakhir aku ga sempet bales chatnya Dani karena sudah giliranku untuk mandi.

...

Entah apa yang membuat kita lama. Kita sampe di Gardens by the Bay ini sudah gelap. Dan apesnya, waktu kita mau naik ke atas menyeberangi jembatan yang ada di Super Tree, petugasnya bilang sudah tutup dua menit yang lalu. Aku ulangi, DUA MENIT YANG LALU. What the???

Ya sudah. Langsung lesu lah kita. Terus pegawainya bilang katanya ga perlu sedih, sebentar lagi pertunjukannya akan di mulai.

Oke. Kita jalan mencari tempat untuk duduk menunggu pertunjukkan itu. And here we go! Super Tree yang menjulang tinggi dikelilingi oleh lampu hias mulai menyala setelah ada aba2 dari announcernya.

Kita duduk di tanah lapang berumput di bawah Super Tree ini, dimana banyak pengunjung sedang melakukan hal yang sama seperti kita. Bahkan ada yang melakukan pemotretan untuk iklan.

"Wuhuuu... ini baru Singapore!"

Seruan Reza itu sontak membuatku mendongak ke atas menatapanya, mengikuti larian kecilnya yang tadi ada di belakangku dan Rama. Sekarang dia maju ke depan sambil bawa ipodnya untuk merekam. Sedang di belakangku, ada tripodnya yang berdiri menyangga kameranya yang sudah dia setting.

Tanpa sadar aku tersenyum melihat itu. Tidak lagi fokus pada tab yang aku pegang untuk merekam pertunjukan ini. Perlahan telingaku meredam semua kebisingan di sekitar, termasuk musik dari pertunjukan ini. Seakan tak ada hal lain yang lebih menarik. Bahkan pertunjukan ini.

Mataku masih terpaku pada objek di depan sana yang sukses mencuri perhatianku sejak dia menyerukan kegembiraannya itu.

Tiba-tiba ada perasaan aneh yang merayap dari perutku naik ke atas menuju jantung, mendegupkan rasa lain. Hal sederhana yang tak terkira, aku terlampau bahagia melihat kegembiraan Reza.

Apa sekarang senyummu sudah masuk dalam daftar prioritasku, mas?
Diubah oleh nengsr 06-09-2018 23:36
makola
makola memberi reputasi
1
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.