- Beranda
- Stories from the Heart
SULAKSMI
...
TS
meta.morfosis
SULAKSMI

PROLOG
“ semoga ini awal yang baik untuk karir gw dalam berwiraswasta...”
yaa...itulah sepenggal kalimat kebahagian yang terucap dari mulut bagus disaat sebuah berita baik terucap dari mulut bapak dan mamah, keinginan bagus untuk mempunyai sebuah usaha sendiri selepas masa perkuliahannya, kini mulai terwujud seiring dengan keinginan mamah yang menginginkan bagus untuk mengelola sebuah rumah yang merupakan rumah peninggalan dari orang tua mamah dan telah lama terbengkalai
kini bersama ketiga sahabat baiknya, bagus berusaha mewujudkan mimpinya itu menjadi sebuah kenyataan, seiring dengan berjalannnya waktu, akan kah semua usaha bagus itu akan membuahkan hasil yang memuaskan, atau kah ada sisi lain dari rumah tersebut yang bagus tidak ketahui dan akan menjadi penghambat usaha bagus untuk mewujudkan mimpinya tersebut....
Note :
* dilarang copy paste tanpa seizin penulis
* apa yang ane tuliskan hanyalah sebuah bentuk karya seni tanpa memperdebatkan nyata/fiksi
* update disesuaikan dengan RL penulis
terima kasih & selamat membaca

@meta.morfosis
Chapter demi chapter :
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
EPILOG
Diubah oleh meta.morfosis 16-01-2019 19:25
bonita71 dan 35 lainnya memberi reputasi
36
64.9K
197
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•1Anggota
Tampilkan semua post
TS
meta.morfosis
#128
Chapter 16
rasa takut dan penasaran, mungkin itulah gambaran perasaan yang bisa gw tuliskan ketika untuk pertama kalinya gw menatap ke arah celah pintu kamar yang terbuka, keinginan gw untuk segera memeriksa dan mengetahui penyebab dari terbukanya pintu kamar tersebut seperti terbentur oleh rasa takut yang gw rasakan, andai saja saat ini gw tidak pernah mengetahui tentang peristiwa peristiwa aneh yang telah di alami oleh vina, sella, doni dan iyan, sudah bisa gw pastikan, kalau gw akan segera bergegas menuju kamar tersebut seperti apa yang baru saja gw lakukan di lantai atas
“ haduhhh...gw harus gimana nih.....” gumam gw pelan diantara buluk kuduk yang mulai terasa meremang, hingga akhirnya setelah beberapa saat kembali terdiam dan terpaku menatap pintu kamar, gw pun memutuskan untuk memberanikan diri melangkahkan kaki ini ke arah pintu kamar tersebut, dan kini setibanya gw di depan pintu kamar, untuk sejenak gw kembali terdiam dalam keraguan, keinginan gw untuk mendorong pintu kamar dan memeriksa keadaan didalam kamar tersebut, kini seperti terhantui oleh ingatan gw yang membayangkan wajah sulaksmi seperti apa yang telah gw lihat pada photo usang milik pak toha
“ jangan takut gus...bagaimana lu bisa menyingkap misteri di rumah ini kalau lu sendiri takut dengan sosok yang akan lu cari........” ucap gw pada diri sendiri dan berharap kalau perkataan yang gw ucapkan itu akan memberikan gw sedikit motivasi keberanian untuk mendorong pintu kamar, dan sepertinya kini apa yang telah gw ucapkan itu telah memberikan gw sebuah motivasi keberanian untuk menyentuh dan mendorong pintu kamar secara perlahan, kini seiring dengan pintu kamar yang telah terbuka lebar, pandangan mata gw yang menyapu setiap sudut di dalam kamar, sama sekali tidak menemui adanya hal hal yang aneh dan menyeramkan di dalam kamar
“ ini aneh...enggak mungkin pintu kamar ini terbuka dengan sendirinya tanpa ada yang membukanya....” ucap gw dalam hati tanpa memalingkan pandangan mata ini dari pemandangan yang ada di dalam kamar
“ sulaksmi....siapa pun kamu, kalau kamu memang ada di ruangan ini dan hendak memberitahukan sesuatu kepada saya, tolong tunjukan wujud kamu atau beri saya sebuah pertanda....”
sebuah perkataan yang sama sekali tidak pernah terlintas dalam pikiran gw ini, kini seolah olah terlontar begitu saja dari mulut ini, sepertinya keinginan gw untuk mendapatkan sebuah petunjuk nyata untuk mengakhiri semua kejadian aneh dan menyeramkan di rumah ini, telah membuat gw lalai untuk mempertimbangkan adanya resiko dari perkataan yang baru saja gw ucapkan itu, lama gw kembali terdiam seraya mengarahkan pandangan mata ini ke dalam kamar, seiring dengan detik waktu yang terus berjalan, kini gw bisa merasakan bulu kuduk yang berada di tengkuk gw ini terasa semakin menebal, walaupun hal tersebut tidak dengan serta merta membuat gw melihat atau pun merasakan keberadaan sulaksmi di dalam kamar, hingga akhirnya setelah beberapa saat kembali menunggu adanya perwujudan atau pun pertanda yang akan diberikan oleh sulaksmi di dalam kamar, gw pun memutuskan untuk mengakhiri proses penantian panjang ini dengan sebuah hasil yang tidak memuaskan, yaaa...itulah sebuah hasil yang jika gw harus berkata jujur, memang hasil seperti itulah yang gw harapkan terjadi pada malam ini, karena sejujurnya gw lebih menginginkan adanya kehadiran iyan, doni dan mang edo disaat gw harus menghadapi situasi seperti sekarang ini
“ fiuhhh...terima kasih tuhan....”
sebuah ungkapan rasa lega yang terucap di hati gw ini, kini mengiringi pergerakan tangan gw yang hendak menutup pintu kamar, tapi baru saja gw mengalihkan pandangan mata ini dari dalam kamar karena merasa pintu kamar akan segera tertutup, gw merasakan adanya aroma bau busuk yang tercium dari dalam kamar, mendapati hal tersebut, seperti layaknya apa yang dilakukan oleh orang orang pada umumnya jika mencium sebuah aroma yang tidak sedap, pikiran gw langsung menerka nerka dan mencoba mencari tahu penyebab dan sumber dari bau tersebut, kini seiring dengan pandangan mata gw yang kembali menatap ke dalam kamar, gw mendapati cahaya lampu di dalam kamar terlihat padam, hal ini jelas memancing rasa keingintahuan gw untuk mengetahui penyebab dari padamnya lampu kamar tersebut, tapi belum sempat gw berpikir untuk berjalan memasuki kamar, tiba tiba.....entah ini hanya efek dari keterkejutan yang gw rasakan, kini sebuah gerakan yang terlihat di dalam kamar, telah membuat tatapan mata gw ini seolah olah terpaku dalam ketidakberdayaan, tampak terlihat di depan mata gw ini, keberadaan sebuah tangan yang terbalut dengan kulit pucatnya menyeruak keluar secara perlahan dari sisi gelapnya ruangan kamar, hingga akhirnya diantara ketidakberdayaan gw untuk mengatakan sesuatu atas apa yang telah gw lihat saat ini, tampak jari jari tangan tersebut mulai melingkarkan genggaman dinginnya pada pergelangan tangan gw yang tengah memegang gagang pintu kamar
“ tuhan...tolong gw....tolong gw...”
yaa...itulah sebuah kata terakhir yang terucap di hati gw ini, sebelum akhirnya genggaman tangan tersebut menarik gw untuk memasuki ruangan kamar yang gelap dengan sentakannya yang keras, kini belum sempat gw berkata apa apa untuk menyikapi apa yang gw alami ini, sebuah bunyi bantingan keras dari daun pintu yang menutup telah membuat rasa ketidakberdayaan gw dalam menghadapi situasi ini semakin membesar, dan sepertinya inilah sebuah momen terberat di dalam kehidupan gw, dimana gw harus mengalami rasa ketidakberdayaan di dalam sebuah ketidakpastian dengan apa yang akan terjadi pada diri gw saat ini, seiring dengan rasa kepasrahan gw dengan apa yang akan terjadi, gw mulai merasakan sentuhan dingin dari jari jari tangan tersebut mulai menyentuh bagian dada gw, hingga akhirnya.....
“ yaa tuhannn...gw pasti mati...gw pasti mati....” jerit gw dalam hati ketika merasakan sentuhan dari jari jari tangan tersebut telah berubah menjadi sebuah bentuk cakaran kasar yang menimbulkan rasa perih di bagian dada ini, kini setelah beberapa saat terkurung dalam semua siksaan itu, entah mengapa gw mulai merasakan rasa perih yang gw rasakan itu seperti mulai menembus kulit dada gw, layaknya sebuah pisau tajam yang dihujamkan dengan cara perlahan, kini diantara kesadaran gw yang mulai menurun akibat makin terasa sulitnya gw untuk bernafas, sebuah harapan akan adanya kebebasan dari semua siksaan ini seperti muncul begitu saja seiring dengan terdengarnya suara langkah kaki dari seseorang yang tengah berjalan melintasi pintu kamar
“ tolongggg...tolonggg gw.....” teriak gw dengan suara yang nyaris tidak terdengar, kini seiring dengan suara langkah kaki yang tidak terdengar lagi keberadaannya, harapan gw akan kebebasan itu seperti mulai memudar dan bahkan nyaris sirna, hingga akhirnya disaat harapan kebebasan itu benar benar akan sirna, telinga gw kembali mendengar adanya keberadaan seseorang yang berjalan dan menghentikan langkah kaki tepat di depan pintu kamar
“ tolonggg....tolonggg....” teriak gw kembali dan berharap adanya respon dari seseorang yang tengah berdiri di depan pintu kamar, dan sepertinya untuk teriakan gw yang kedua kalinya ini, tuhan langsung memberikan sebuah jawaban pasti tentang keberadaan seseorang yang akan memberikan bantuannya kepada gw saat ini, kini seiring dengan pintu kamar yang telah terbuka, tampak terlihat kehadiran iyan yang tengah berdiri di depan pintu kamar, dengan tatapan mata memandang ke arah gw yang tengah terduduk di lantai ruangan kamar yang gelap
“ gus....lu kenapa...?” teriak iyan dengan panik, kini seiring dengan tangannya yang bergerak menyalakan lampu kamar, tampak iyan berjalan menghampiri gw, untuk sesaat lamanya gw hanya terdiam tanpa bisa menjawab perkataan iyan, dan sepertinya tanpa gw harus menjawab sepatah kata pun kepada iyan, seharusnya iyan sudah bisa mengerti akan apa yang telah gw alami, karena kini iyan bisa melihat kondisi tubuh gw yang masih terlihat gemetar
“ gus....istigfar gus...ayo kita keluar...” ujar iyan seraya membangunkan gw dari duduk lalu memapah gw keluar dari dalam ruangan kamar, untuk sesaat iyan terlihat bingung untuk mendudukan gw dimana, hingga akhirnya kini iyan berinisiatif untuk mengajak gw duduk di teras depan
“ jangan kosong pikiran lu gus...istigfar...” ujar iyan kembali setelah berhasil mendudukan gw di teras depan, ekspresi wajahnya terlihat begitu cemas begitu melihat wajah gw yang pucat dengan tubuh yang masih gemetar
“ yan...gw...gw....”
“ gus...sebaiknya lu tenangin diri dulu...nanti lu bisa menceritakannya kalau lu sudah tenang...” ucap iyan memotong perkataan gw, sepertinya kegugupan yang telah gw perlihatkan itu telah membuat iyan mengambil kesimpulan bahwa gw masih dikuasai oleh perasaan takut yang mendalam, mendapati hal tersebut, keinginan gw untuk menceritakan apa yang baru saja gw alami di dalam ruangan kamar kini gw tunjukan dengan cara membuka kaos yang tengah gw kenakan
“ astagfirullah gus.....” sebuah perkataan yang terlontar dari mulut iyan kini mewakili rasa keterkejutannya begitu melihat beberapa luka sayatan yang masih memperlihatkan rembesan darahnya di dada gw
siapa yang udah melakukan ini gus....” ujar iyan dalam rasa ketidakpercayaannya atas apa yang tengah dilihatnya kali ini, mendapati gw yang masih terdiam, kini secara refleks terlihat tangan iyan mengambil kedua tangan gw dan memperhatikannya secara seksama
“ ya tuhan...” ucap iyan dengan rasa tidak percaya dengan apa yang di dapatkannya, beberapa bercak darah kering tampak masih melekat di kuku gw
“ ini bukan sesuatu yang baik gus...kalau kita memang enggak bisa mengatasi semua masalah ini, sebaiknya kita tinggalkan rumah ini...gw enggak mau kita akan mati konyol karena semua ini...” seiring dengan berakhirnya perkataan iyan, kini terlihat iyan melepaskan genggamannya dari tangan gw, lalu berdiri dan melayangkan pandangannya ke arah halaman depan
“ brengsek...kenapa doni dan mang edo belum juga datang...” ujar iyan seraya menghela nafas panjangnya, sebatang rokok yang kini telah disulutkannya, tampak menghadirkan asap putih yang menari nari di udara
“ yan...” panggil gw kepada iyan dan berbalas langkah kaki iyan yang berjalan menghampiri gw, dengan tangan yang masih terlihat gemetar, kini gw meminta bungkusan rokok yang tersimpan di saku celana iyan
“ kita enggak harus pergi dari sini yan....gw yakin kita akan bisa menghadapi semuanya...” ucap gw seraya menyulutkan sebatang rokok lalu menghisapnya dengan isapan yang panjang
“ gila lu gus...jangan nekat, apa lu masih belum sadar juga kalau sekarang ini gangguan gangguan mahluk ghaib itu sudah berupa penyerangan phisik...”
“ gw sadar yan...sadar banget.., justru karena kesadaran itulah gw seperti mempunyai kesimpulan bahwa apa yang telah gw alami di kamar itu mungkin adalah salah satu pertanda yang gw minta...” ucap gw yang berbalas kebingungan iyan
“ pertanda...?”
“ iya yan...pertanda, entah pertanda apa...tapi satu hal yang pasti, gw telah mengalami hal yang serupa seperti ini sebanyak dua kali, yang pertama kali gw mengalaminya di gudang dan sekarang gw mengalaminya di kamar itu...” lama iyan terdiam begitu mendengar perkataan gw tersebut, hingga akhirnya gw mulai menceritakan apa yang telah gw alami malam ini, kini seiring dengan berakhirnya cerita yang terucap dari mulut gw, tampak iyan menggantikan batangan rokoknya yang telah habis dengan sebatang rokok yang baru
“ gila...enggak mungkin gus, coba sekarang lu lihat jam ini...” ucap agus seraya memperlihatkan jam tangan yang dikenakannya, tampak terlihat jam masih menunjukan pukul setengah tujuh malam, hal ini sangat berbeda sekali dengan pengelihatan gw sewaktu melihat jam dinding yang berada di dalam kamar
“ benar yan...saat itu gw memang melihat kalau jam dinding di dalam kamar itu telah menunjukan pukul sebelas malam...” ujar gw berusaha meyakinkan iyan atas apa yang telah gw lihat, mendengar hal tersebut kini iyan mulai menceritakan tentang usahanya untuk mencari gw yang tidak ditemuinya di dalam kamar
“ hahh yang benar yan...?”
“ benar gus...saat itu gw berniat membangunkan lu karena gw merasa enggak baik kalau disaat magrib lu masih belum bangun juga, tapi disaat gw memeriksa di dalam kamar, gw sama sekali enggak melihat ada lu di dalam kamar, disitulah gw putuskan untuk mencari lu kemana mana, hingga akhirnya gw mendengar suara lu yang meminta tolong di dalam kamar....”
“ gila...ini benar benar gila, entah bagaimana caranya gw harus menyikapi kejadian ini dengan pikiran gw yang sehat, bagaimana mungkin agus yang tengah terjaga sampai tidak mengetahui kalau gw telah berjalan jalan di sekitar lantai atas dan lantai bawah bahkan hingga akhirnya gw memasuki kamar itu...” gumam gw dalam hati seraya membuang batangan rokok yang telah habis ke halaman rumah
“ gus...apa mungkin sosok sulaksmi yang telah melakukan itu...?”
“ entahlah yan...semuanya itu terlihat begitu gelap, tapi mungkin saja yang melakukan semua itu adalah sosok sulaksmi, justru yang kini menjadi pertanyaan gw adalah apa sebenarnya yang hendak ditunjukan oleh sosok sulaksmi itu kepada gw....”
“ tunggu gus....koq gw sekarang merasa semua ini seperti sebuah susunan puzle yang terkesan masih berantakan tapi sebenarnya terhubung satu sama lainnya...” ucap iyan yang berbalas kebingungan gw
“ maksud gw begini gus, apa memang ada hubungan semua kejadian kejadian yang telah pernah kita alami selama ini dengan kecelakaan yang menimpa mamah tiri kamu itu dan hilangnya sulaksmi....”
“ ahhh gw masih belum ngerti yan, maksud lu bagaimana sih...”
“ sebentar gus...coba gw urutkan dulu, pertama kali kita mengalami semua kejadian aneh ini bermula dari mimpi sella yang bermimpi tentang seorang wanita yang merintih kesakitan, lalu munculnya sosok wanita yang bernama sulaksmi dan sosok sulaksmi ini memilih salah satu kamar besar yang ada di rumah ini...yaa..kamar yang sempat ditempati oleh vina dan via......” seiring dengan terhentinya perkataan iyan, tampak ekspresi wajah iyan menunjukan bahwa iyan tengah mencoba mengingat ingat kembali urutan kejadian aneh yang terjadi di rumah ini
“ vina adik gw...saat dia mengalami kesurupan waktu itu, dia menjelaskan bahwa dia seperti melihat seorang wanita yang terpatri di langit langit kamar dengan luka terbuka di dadanya...” ucap gw diantara keterdiaman iyan yang masih berpikir tentang kejadian aneh yang pernah terjadi di rumah ini
“ nah itu gus...itu...lantas lu mengalami kejadian aneh di gudang dengan luka di dada lu, dan malam ini, lu mengalami kejadian yang sama seperti apa yang terjadi di gudang, hanya tempatnya aja yang berbeda, kali ini lu mengalaminya di kamar yang dulu pernah dipilih oleh sosok sulaksmi itu...” lama gw terdiam begitu mendengar perkataan yang meluncur dari mulut iyan, entah mengapa gw merasa apa yang telah dikatakan oleh iyan tersebut seperti mengerucut pada sebuah kejadian yang mungkin pernah terjadi di gudang ataupun di kamar yang dulu pernah di pilih oleh sosok sulaksmi
“ yan....” tegur gw seraya memandang ke wajah iyan
“ apa gus...?” tanya iyan dengan rasa curiga, pandangannya terlihat menatap ke arah samping rumah, sepertinya iyan merasa khawatir kalau suara teguran yang meluncur dari mulut gw itu untuk memberikan iyan sebuah isyarat bahwa ada sesuatu yang menyeramkan yang tengah gw lihat
“ apa mungkin kalau sosok sulaksmi ini telah meninggal dan sekarang jasadnya ada di gudang atau di kamar itu....?”
“ ahhh brengsek lu gus, kenapa harus ngomong seperti itu sekarang sih...nanti aja lah tunggu mang edo dan doni datang dulu...” jwab iyan seraya menepiskan tengkuknya dengan telapak tangan
“ gw kan cuma bertanya yan, tapi kalau andaikan memang benar sosok sulaksmi itu telah meninggal dan di kuburkan diantara kedua tempat tersebut, lantas apa hubungannya semua ini dengan mamah tiri gw....?” tanya gw kembali dan berbalas dengan kebisuan iyan, kini seiring dengan berakhirnya perkataan gw, tampak terlihat sebuah sepeda motor berjalan memasuki halaman rumah, dan sepertinya itu adalah mang edo, tapi entah siapa yang kini tengah menumpang di belakang tubuh mang edo, hingga akhirnya setelah mang edo dan seseorang yang tidak dikenal itu berjalan menuju ke teras depan untuk menghampiri gw dan iyan, barulah gw ketahui bahwa sosok yang tidak dikenal itu adalah pak syarif
“ assalamualaikum...” sebuah salam yang terdengar dari mulut mang edo dan pak syarif kini mengantarkan langkah kami mereka tiba di teras depan
“ wa’alaikumsalam...” jawab gw dan iyan hampir berbarengan, kini dengan perasaan bingung, gw mempersilahkan pak syarif untuk duduk di kursi yang ada di teras depan
“ maaf kang bagus kalau saya datangnya terlambat, tadi saya sengaja mampir ke rumah pak syarif dulu...” ucap mang edo sambil meletakan rantang yang berisikan makanan di atas meja, entah mengapa seiring dengan perkataan mang edo tadi, firasat gw langsung mengatakan bahwa pak syarif kini telah mengetahui tentang informasi yang telah gw dan mang edo dapatkan dari pak toha, dan firasat gw itu kini terbukti seiring dengan perkataan dari mang edo yang menjelaskan akan maksud kedatangannya ke rumah pak syarif
“ waduhh, saya jadi enggak enak nih kalau harus kembali melibatkan pak syarif dalam masalah ini....” ujar gw sambil mengarahkan pandangan mata ke arah iyan, tampak kini iyan menganggukan kepalanya
“ justru saya yang harus meminta maaf kepada kang bagus, karena niat saya kali ini hanya membantu tapi belum pasti juga apakah akan berhasil atau tidak.....” ucap pak syarif yang berbalas saling bertukar pandangnya gw dan iyan dalam ekspresi rasa bingung
berhasil atau tidak...?, memangnya kita akan melakukan apa pak...?” tanya iyan penuh dengan keingintahuan
regmekujo dan 16 lainnya memberi reputasi
17