- Beranda
- Stories from the Heart
KOLONIALISME di SEKOLAH
...
TS
hidayatsmv
KOLONIALISME di SEKOLAH


THANK'S TO

Quote:

PROLOG

Kali ini ane pribadi minta izin ya buat SFTH lovers untuk menulis thread cerita di forum ini. Pada kesempatan keren ini, ane ingin mengabadikan sebuah kisah nyata yang pernah terjadi sekitar tahun 2003-2005 yang ane lupa kapan waktu tepatnya itu terjadi cuma yang pasti dalam beberapa tahun yang ane sebutkan tadi lah. Karena yang paling ane ingat, itu sewaktu ane masih sekolah kelas 3 s/d kelas 5. Waww jaman ane masih cabe banget tuh gan.
True story yang mau ane tuliskan ini latarnya tepat disekolah ane langsung dan yang parahya lagi, ane terlibat dalam kasus itu...cihuy mantap nggak tuh gan? Tapi jangan negatif thingking dulu sama ane, woles aja karena ane bukan pemeran utamanya lo. Widiiihh kaya lirik lagu Sheila on 7 nih.

FAQ

Quote:
Oke, lebih baik ane sudahi dulu aja basa-basi ini sebelum akhirnya benar-benar basi. Maaf ya jika openingnya jadi banyak ngedumel kaya gini.

RULES

Quote:
*****
KOLONIALISME di SEKOLAH

Kira-kira apa yang kalian pikirkan kalau membaca kata kolonialisme, tidak diragukan lagi pasti terbesit tentang penjajahan yang dilakukan oleh sebuah negara atau sekelompok orang terhadap korban kolonialnya. Ya begitulah kiranya dengan tema yang akan ane tuliskan di kesempatan kali ini, dimana aksi penjajahan sekelompok orang itu benar-benar terjadi di lingkungan ane dan di dalam pergaulan ane pada 15 tahun yang lalu. Yang lebih tak bermoralnya lagi, kasus ini dilakukan oleh sekelompok anak yang masih sekolah di tingkat dasar dan kebetulan kasusnya terjadi di lingkungan sekolahnya langsung.
Gimana bentuk penjajahannya ? Nanti bisa di simak langsung dari tiap skrip atau part yang ane tuliskan. Makanya silakan stay on aja disini.
Oh iya sebelum ane mulai real story'nya, pastinya ane kenalin dulu siapa saja nama-nama tokoh yang terlibat di dalam kisah ini, dan pastinya ada ane dong, nama ane disini adalah 'Iday'. Tapi ingat sekali lagi ya, ane bukan pemeran utamanya disini.
Baik, berikut daftar lengkap tokohnya :


Endri,
Endri semacam Pemeran utama di dalam cerita ini, sikapnya dalam cerita ini menunjukan bahwa dia merupakan bibit preman yang unggul di masa yang akan datang. [Deskripsi full Endri, nanti ane jelasin di skrip part 1 saja]
Edi, loyalis Endri
Ebi, Loyalis Endri
Fii, Loyalis dan babu Endri
Maidi, Loyalis Endri
Aidi, Rivalitas Endri
Iday, "di rahasiakan karena rumit keputusannya"
Salman, Cs Iday
Didi, Donator Endri
Peran Pelengkap :
Dilah(kaka tingkat)
Pa Samblan (kepala sekolah)
Bu Isna (wali kelas 4 dan kelas 5 nya beliau lagi)
Bu Nana (wali kelas 3)
Sementara itu dulu tokoh yang perlu ane masukan, sebenarnya banyak sih yang terlibat, cuma biar nggak ribet cerita kasusnya, gw usahakan tokoh yang masuk ke cerita pertama ini se minimal mungkin dulu.

Quote:



Quote:
Diubah oleh hidayatsmv 21-09-2018 19:59
jajakaapes dan 18 lainnya memberi reputasi
19
22K
151
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
hidayatsmv
#78

Part 10
Bawah Pohon Ramania 2
Bawah Pohon Ramania 2

Jam istirahat pertama pun tiba, akhirnya gw merasa sedikit lebih lega namun nampaknya ada sesuatu yang berbeda pada saat itu. Gw bingung dengan Edi ,Maidi dan Fii yang terkesan sinis sama gw waktu berhadapan atau berdekatan dengan mereka. Dan gw pun yakin bahwa ini pasti ada sangkut pautnya dengan yang mereka obrolkan sama Endri di pojok kelas waktu jam pelajaran kosong tadi. Tapi entahlah, gw sudah terbiasa bersinis-sinisan di lingkungan ini sehingga bawaannya tidak terlalu baper yang berlebihan dengan sikap mereka.
Di jam istirahat pertama ini, gw memutuskan untuk tidak jajan ke warung karena uang sakunya gw simpan saja buat jam istirahat kedua yang waktunya makin siang dan makin bikin gw haus dan lapar nantinya. Jam istirahat pertama ini pun gw lalui dengan bermain ke bawah pohon ramania, disaat teman-teman lain masih pada sibuk di warung/kantin, maka gw sibuk bermain sepak bola duluan dengan teman-teman yang bernasib sama dengan gw sama-sama nggak banyak punya uang saku untuk jajan. Sudah kebiasaan di tempat ini (bawah ramania) untuk meluapkan segala emosi kami, emosi karena uang saku yang sedikit, emosi karena di hukum tidak mengergerjakan tugas, emosi tidak punya teman di kelas bahkan emosi untuk berantem di tempat ini. Bagi setiap siswa laki-laki yang galau, maka cukup pergi ke bawah pohon ramania saja sudah cukup untuk menghapus segala derita hatinya. Karena disini tempat paling nyaman buat ngobrol, bermain, curhat dan relaksasi pribadi. Suasana di bawah ramania terasa adem dengan banyaknya ranting-ranting pepohonan yang menyelimutinya, bawah ramania bagaikan taman yang banyak memiliki sisi-sisi untuk bersantai, namun bawah ramania tak jarang menjadi sebuah neraka bagi siswa yang menjadi korban bully dan siswa yang doyan berantem.
*****
Sesaat setelah gw nendang-nendang bola dengan beberapa siswa dari kelas lain, gw melirik sekejap, ada gerombolan yang menuju ketempat ini secara emosional dari gaya berjalannya. Meskipun mereka bukan gerombolan yang asing bagi gw namun pemandangan itu tadi membuat hati ini agak sedikit berdebar, karena gw sadar ada sikap yang barusan gw lakukan hari ini dengan mereka. Langkah itu semakin nyata bunyinya dan nampak saja bahwa mereka ingin menghampiri gw,
"Day, over dong bolanya ke gw " suara maidi yang tiba-tiba gw dengar,
Gw sempat bingung apa ini maksudnya dengan datang ke bawah ramania lalu tiba-tiba minta kasih bola di overkan kepadanya, sedangkan sebelum gw kesini tadi malah sinis dan menyikut bahu gw ketika di pintu kelas saat gw ingin keluar dan mau kesini. Tapi hati ini nggak boleh banyak prasangka, dan akhirnya gw over bola itu ke kaki Maidi dengan slow sembari berharap bahwa kami akan bermain ceria hari ini,
Namun entah mengapa malah ...
"Duppppppppp blakkkkkssss bola sangat keras mendarat di kepala gw entah di bagian pipi, kening atau hidung gw lupa", "haha haha haha terdengar serempak bunyi terbahak-bahak mereka melihat ekspresi gw kaget dan menahan tendangan mereka yang tiba-tiba ,
"duppp blaksss ", pinggang gw kembali menahan kerasnya tendangan bola pantulan yang di arahkan Fii ke arah gw.
Bahkan hari itu, seorang Fii yang berpangkat Babu dan Jongos Endri pun menggampar gw dengan tendangan bola yang dengan sengaja dan sangat keras terhadap tubuh gw, sontak saja ada air mata yang mengambang di sudut-sudut kedua mata dan rasanya ini memalukan bahkan tergores hati ini karena sikap dan perlakuan teman gw sendiri di bawah komando Endri.
Sesaat setelah mereka tertawa dengan amat puas, terdengar suara Endri seakan berbicara dengan gw dan sepertinya memang demikian,
" Makanya, kalau sok berani dan sok melawan sama gw, bakal sakit tuh " kata Endri kepada Ebi,
" Ini contoh buat elu bi, ed, fi dan elu juga mai kalo ngebantah apa kata gw",
Semua teman-teman gw terlihat cengengesan dan sesekali terkesan puas dengan melihat kondisi wajah gw yang memerah karena benturan keras dari bola yang mereka tendang tadi, dan mereka pun mendekat dengan posisi gw yang lagi duduk di atas akar pohon kelapa saat itu. Selain pohon ramania yang kokoh dan lebar, di tempat ini juga terjulang pohon-pohon kelapa yang tinggi dan berjejer di tepi-tepi sawah yang membatasi lapangan bawah ramania ini.
" Sakit ya Day ?" Tanya Endri,
" Kalo mau tau rasanya, boleh gw coba ke elu biar elu tau rasanya ", jawab gw,
" Cie cie, baper dia mai, haha haha", sahut Endri dengan mengejek sikap gw terhadap pertanyaannya tadi,
" Elu ya Day, jangan banyak gaya atau sok berani membantah apapun perintah gw, kalo gw suruh berantem ya berantem, kalo elu sok membengkang kaya pagi tadi, ya ini gw bisa lakukan semua yang gw mau, gw tendang wajah elu sampai bonyok juga bisa tapi gw masih nggak setega itu sama elu" kata Endri dengan mimik wajah yang sangat marah menatap gw,
" Kalo elu nggak mau berantem sama Aidi, maka habis pulang sekolah ini elu aja yang berantem sama kita day, lebih baik kami nyelesaikan elu dulu sampai habis baru gw ngadepin Aidi dan teman-temannya", sahut Maidi yang seakan-akan dia adalah kepala preman waktu itu, namun gw yakin kalo Maidi bisa seberani itu sama gw karena pihak-pihak yang ada di sekelilingnya.
Saat itupun gw nggak mau banyak cincong disini dan langsung aja gw tanya, jadi intinya apa ?
" Elu sepakat nggak kalo elu yang tetap berantem sama Aidi hari ini sehabis sekolah nanti sebelum pulang?", Jawab Endri,
Karena gw sudah meradang sakit akibat tendangan bola tadi dan juga telah terbakar emosi karena gara-gara Aidi berkonflik sama Endri, gw malah diperlakukan begini dan malah dipaksa terlibat disini. Dengan segela kecamuk yang ada di pikiran ini, akhirnya gw jawab " iya gw terima perintah elu ", dan gw pun bergegas meninggalkan lokasi bawah pohon ramania.
Suara tertawa dari mereka pun terdengar nyata di telinga gw, dimana itu sebagai ekspresi kepuasan mereka terhadap sikap dan tindakan yang telah dilakukannya dan kesepakatan yang telah gw dan mereka sepakati. Dan gw pun terus berjalan menuju kelas sambil berusaha berdamai dengan diri gw sendiri.
0