fallen.sakuraAvatar border
TS
fallen.sakura
Bukan Dia Tapi Kamu

Quote:


Quote:


Quote:
Diubah oleh fallen.sakura 07-05-2021 02:58
SupermanBalap
yusuffajar123
nyamuk.kebon
nyamuk.kebon dan 17 lainnya memberi reputasi
16
38.3K
208
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread42.1KAnggota
Tampilkan semua post
fallen.sakuraAvatar border
TS
fallen.sakura
#23
Part 5
Karena Riska ngeliat gue sama Tiara, jadinya gue punya hutang cerita ke dia. Tau sendiri kalo cewek itu rata-rata kepo-nya minta ampun, dan nggak terkecuali si Riska. Mau nggak mau, saat di mobil pas perjalanan balik ke kantor, gue ceritain apa yang terjadi di minimarket tadi sekaligus masa lalu gue, terutama pekerjaan gue yang sebelumnya dan tentu saja yang paling utama siapa Tiara itu.

"Nggak nyangka ya, kamu ini ternyata dulunya tukang tagih. " kata Riska.

"Lho emang kenapa mbak ? " tanya gue.

"Soalnya selama ini kan tukang tagih itu badannya gede-gede dan serem-serem, tapi kamu keliatan alim gini. " kata Riska ketawa.

"Mbak bisa aja. " jawab gue tersenyum simpul sambil terus menatap ke depan.

"Tapi kasihan juga si Tiara itu. Pasti dia nyolong karena nyari duwit buat beli obat bapaknya yang sakit itu. " kata Riska dengan nada pelan.

"Iya mbak, dan sampai sekarang saya masih ngerasa bersalah karena udah ngambil motor bapaknya. " jawab gue.

"Tapi itu bukan salah kamu Fer, kamu cuma jalanin tugas kan ? " kata Riska.

"Saya tau, dan bapaknya Tiara juga bukan konsumen pertama yang saya sita motornya. Cuma nggak tau kenapa sampai sekarang saya selalu dihantui perasaan bersalah. " jawab gue.

"Terus apa alasan itu yang bikin kamu resign dari jabatan debt collector ? " tanya Riska.

"Iya mbak. " jawab gue mengangguk.

"Atau jangan-jangan kamu resign itu karena kamu ngerasa bersalah sama Tiara ? " tanya Riska lagi.

"Mungkin bisa dibilang gitu mbak. " jawab gue.

"Hmmmmm... " guman Riska panjang sambil manggut-manggut.

"Kenapa mbak ? " tanya gue bingung.

"Dari semua cerita kamu aku bisa tarik kesimpulan, Fer. " kata Riska.

"Apaan mbak ? "

"Kamu suka sama Tiara. " timpal Riska ketawa sambil menuding gue. Gue cuma geleng-geleng kepala dan ikut ketawa mendengar kata-kata Riska.

"Mana mungkin mbak ? Mbak Riska ini aneh-aneh aja. " jawab gue masih ketawa sambil tetap menyetir mobil.

"Lho, kamu kan cowok dan si Tiara itu cewek, dimana anehnya ? " tanya Riska.

Gue nggak menjawab kata-kata Riska dan cuma tersenyum simpul tanpa menoleh. Lebih baik emang gue nggak menjawab daripada Riska makin kepo dan bicara aneh-aneh.

"Tapi saranku aja sih Fer, coba nanti atau kapan kamu maen ke rumahnya Tiara. Kamu masih inget alamatnya kan ? " tanya Riska.

"Ke rumahnya ? " tanya gue.

"Iya. Tadi kamu bilang bapaknya Tiara sakit kan ? Gak ada salahnya kamu jenguk mereka. Sekedar say hello aja atau sukur-sukur kamu bisa bantu mereka, siapa tau itu bisa ngilangin rasa bersalah kamu selama ini. " jawab Riska.

"Tapi apa Tiara mau nerima saya mbak ? Soalnya saya dulu sempet ribut sama dia pas ngambil motor bapaknya. " kata gue.

"Kamu ini lho belum nyoba kok udah nyerah ? Lagian dia tadi sempet bilang terima kasih ke kamu kan ? Bisa juga itu pertanda dia udah maafin kamu. " kata Riska.

"Yah, oke mbak. Nanti malam saya coba ke rumahnya. " jawab gue sambil mengela nafas.

"Nah gitu dong, itu baru namanya cowok. " kata Riska lalu menepuk pundak gue.

Emang bener yang dibilang Riska, mungkin jika gue ntar malem ke rumahnya Tiara dan baik-baikan sama keluarganya bisa ngilangin rasa bersalah yang selama ini jadi pikiran gue. Soal kata-kata Riska kalo gue suka Tiara, menurut gue jelas konyol dan nggak masuk akal.

"Fer, makasih ya. " kata Riska sambil membuka pintu mobil saat kami udah sampai di halaman kantor.

"Sama-sama mbak. " jawab gue, dan Riska lalu berjalan cepat menuju pintu masuk gedung kantor.

Selama ini gue udah ketemu sama bermacam-macam type orang, dan yang paling gue benci adalah orang yang sok akrab, sok basa-basi, sok kenal, yah seperti itulah. Menurut gue Riska juga seperti itu, dia banyak omong, banyak basa-basi juga, tapi feeling gue mengatakan, sepertinya ada yang lain sama si Riska yang bikin dia beda sama orang-orang sok akrab yang gue kenal selama ini.
Gue nggak tau kenapa bisa begitu. Mungkin karena dia cewek dan dia cantik.. ? Entahlah, bisa iya bisa juga tidak...

Jam udah menunjukkan pukul tiga kurang lima, dan karena nggak ada jadwal kemana-mana gue putuskan untuk pulang. Setelah berpamitan ala kadarnya ke beberapa karyawan kantor, gue berjalan cepat menuju motor gue yang terparkir rapi di parkiran motor karyawan yang terletak di belakang gedung. Ternyata udah ada beberapa karyawan disana yang bermaksud mengambil motornya.

Gue udah diatas motor, dan saat mau memakai helm, tiba-tiba gue ngerasa ada orang yang naik di jok belakang. Kontan aja gue agak kaget dan menoleh ke belakang.

"Lho Mbak Riska ? " ternyata Riska yang duduk di jok belakang.

"Udah ayo buruan cabut ah lama amat. " jawab Riska sambil memegang kedua pundak gue.

"Mbak Riska mau ngapain kok tiba-tiba bonceng saya ? " tanya gue makin bingung.

"Nebeng sampai halte, pelit amat sih. " jawab Riska ketus,

"Ohh ? " jawab gue mengangguk, dan makin nggak ngerti sama sikap cewek satu ini.

"Boleh nggak ? Kalo nggak ya aku turun. " kata Riska lagi.

"Iya iya nggak papa mbak. " jawab gue mengangguk cepat.

"Nah gitu dong. Ayo cepet. " pinta Riska sambil menepuk punggung gue.
Diubah oleh fallen.sakura 09-05-2021 14:25
alverno.10
bonita71
andrian0509
andrian0509 dan 5 lainnya memberi reputasi
6
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.