Kaskus

Story

chrishanaAvatar border
TS
chrishana
[MATURE / 21+] Burung Kertas Merah Muda 2
[MATURE / 21+] Burung Kertas Merah Muda 2



Quote:


Cerita ini adalah kisah lanjutan dari Burung Kertas Merah Muda. Kalian boleh membaca dari awal atau memulai membaca dari kisah ini. Dengan catatan, kisah ini berkaitan dengan kisah pertama. Saya sangat merekomendasikan untuk membaca dari awal.


Silahkan klik link untuk menuju ke kisah pertama.


Terima kasih.



Spoiler for Perkenalan:


Quote:

Polling
0 suara
Siapakah sosok perempuan yang akan menjadi pendamping setia Rendy?
Diubah oleh chrishana 02-04-2020 09:31
japraha47Avatar border
aripinastiko612Avatar border
jalakhideungAvatar border
jalakhideung dan 59 lainnya memberi reputasi
54
274.3K
981
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.8KAnggota
Tampilkan semua post
chrishanaAvatar border
TS
chrishana
#475
Chapter 32
“Sekarang aku tanya sama kamu! Vera gak bisa dihubungin! Terus kita cari ke mana!” ujar Rendy.

“Siapa yang buat dia seperti itu? Kamu! Siapa yang harus bertanggung jawab kalau dia melakukan sesuatu atau ada sesuatu yang terjadi sama dia? Kamu, Rendy! Kamu!” ujar Anna.

“Loh, kenapa aku?” tanya Rendy.

“Karena kamu yang buat dia seperti itu, Rendy!” ujar Anna sedikit marah.

“...”

“Vera dengan Tasya itu seumuran. Kamu gak ngebayang ya kalau itu terjadi sama Tasya gimana?” tanya Anna.

“Ya aku tinggal hubungin Danu.” jawab Rendy enteng.

“Astaga! Kalau yang nyakitin hatinya itu orang lain gimana, Rendy!”

Pertengkaran antara Anna dan Rendy di dalam elevator membuat gempar. Banyak orang yang ingin melangkah masuk ke dalam lift, tetapi meraka mengurungkan niat karena melihat Anna dan Rendy bertengkar hebat sampai suara mereka terdengar keluar pintu lift. Padahal, lift selalu berhenti di tempat di mana orang menekan tombol turun. Namun, orang-orang lebih memilih menggunakan lift lain daripada harus satu lift dengan mereka.
“Kenapa Vera bisa sampai seperti itu?” tanya Anna.

“Aku cuma kasih tau apa yang mau aku lakuin.” jawab Rendy.

“Apa?”

“Aku mau resign.” jawab Rendy kembali.

“...” Anna hanya diam tak menanggapi.

“Aku gak bisa kerja di sini kalau suasana hatiku kacau gak karuan.”

“...”

*TING!*

Bel dari lift yang ditumpangi oleh Anna dan Rendy berbunyi. Pertanda bahwa ia sudah selesai mengantarkan Anna dan Rendy sampai ke lantai dasar seraya pintunya terbuka perlahan. Rendy dan Anna perlahan bergerak maju keluar dari lift.

Anna seketika berubah. Dia menjadi diam tanpa banyak bicara ataupun marah. Tetapi, napasnya masih tak beraturan seperti orang sehabis melakoni lomba lari maraton. Ada rangsangan yang tepat menyayat hati milik Anna setelah mendapatkan kabar bahwa Rendy akan pergi meninggalkan perusahaan yang sekarang dia tempati untuk bekerja.
“Dek...” Rendy menghampiri Vanessa di meja resepsionis.

“...” Vanessa sedikit terkejut melihat ada Anna di samping Rendy.

“Lihat perempuan ini gak tadi keluar dari sini?” Rendy menunjukkan profile picturedari Vera yang terpasang di aplikasi whatsapp.

“Ini... Tadi aku lihat dia keluar terus gak tau lagi ke mana. Memang ada apa, Kak?” tanya Vanessa.

“Aku mau cari dia sekarang...” ujar Rendy.

“Tadi dia jalan cepat sambil nangis sih, Kak... Yang aku lihat, dia ke gerbang keluar di depan.” ujar Vanessa.

“Iya, Dek... Makasih ya...” Rendy melangkah pergi meninggalkan meja resepsionis.

Beberapa kali Rendy mencoba menghubungi Vera, tetapi nomornya tak dapat dijangkau. Telepon genggamnya seakan sengaja dimatikan agar Vera tak dapat diganggu oleh siapapun termasuk Rendy. Rendy pun menyesali dengan apa yang dia perbuat. Seharusnya, dia merahasiakannya terlebih dahulu.

Rendy berjalan perlahan menuju area parkir. Di sampingnya ada Anna yang menemani. Momen emas yang langka bagi mereka berdua bisa berjalan berdampingan. Namun gagal dimanfaatkan karena keadaan yang tak diharapkan. Berjalan berdua tanpa kata, tanpa bicara, suasana berubah senyap. Hingga akhirnya Rendy dan Anna sampai di tempat di mana motor milik Rendy terparkir.
“Mau ke mana?” tanya Anna seraya menerima helm yang Rendy beri.

“Ke rumahku.” jawab Rendy.

“Ngapain?” tanya Anna kembali.

“Aku mau pinjam mobil Mama untuk cari di mana Vera. Gak mungkin kan kita bertiga naik motorku.” ujar Rendy.

“...”

Kali ini, Anna mau tidak mau menuruti apa kata Rendy. Rendy benar, tidak mungkin menjemput Vera dengan motor besarnya. Tanpa berpikir dan menunggu lama, Rendy langsung melajukan sepeda motornya menuju rumahnya yang ada di daerah Jakarta Selatan.
****

“Rendy, seandainya kau tahu betapa ku merindukan saat-saat seperti ini lagi... Saat di mana kita bersama... Saat di mana kau selalu menjagaku layaknya tuan putri...”

Tumbuhan berbatang dan keras berbaris tak beraturan di pinggiran lalu lintas kendaraan di pusat ibu kota. Memainkan bagian cabang yang banyak ditumbuhi daunan di mana menjadikanna alat untuk mereka bernapas. Menari mengikuti irama sang udara yang bergerak dari daerah bertekanan tinggi menuju daerah bertekanan rendah.

Sudah lama Anna tak merasakan momen ini. Di mana dia sedang bersama Rendy di atas kuda besi miliknya. Jalan ke sana ke mari hanya untuk sekedar merubah suasana hati menjadi riang kembali. Bertahun-tahun lamanya mereka berpisah dan akhirnya mereka dipersatukan kembali dengan takdir yang tak disangka-sangka. Sebuah perasaan yang terkubur akhirnya bangkit kembali setelah sekian lama.
“Rendy...” panggil Anna.

“Iya...”

Anna melingkarkan tangannya pada pinggang Rendy. Terbawa oleh suasana akan kerinduan masa lalu. Masa lalu yang sulit untuk dihapus dari memori ingatannya. Menguatkan perasaan mereka kembali setelah terpenjara pada jurang sekian tahun lamanya. Tetesan air mata yang turun menandakan bahwa Anna bahagia dapat dipertemukan kembali dengan Rendy. Membasahi bagian punggung dari jaketnya yang dikenakan saat itu.

Rendy juga tak menolak pelukan yang diberikan Anna saat itu. Sebuah rangsangan masuk menembus hingga ke hati menyentuh raga. Perasaan yang telah lama dipendam kini hidup bertumbuh subur dalam sanubarinya. Perasaan yang sama-sama mereka rasakan.
****

Satu jam perjalanan, Rendy memarkirkan motornya di garasi rumahnya. Mamanya yang mendengar suara motor Rendy berjalan keluar dari dalam ruang tengah. Menaruh majalah yang sedang dibacanya untuk melihat ada apa Rendy pulang ke rumah pada saat jam kerja.
“Rendy, kok sudah pulang?” tanya Mama dari depan pintu.

“Aku mau pinjem mobil Mama. Ada perlu.” ujar Rendy.

“Oh iya, Ma... Tebak nih aku sama siapa?” Rendy memperlihatkan Anna pada Mama.

“Ya ampun! Anna! Ini Anna kan? Bener kan?” Mama terkejut melihat Anna.

“Mama...” Anna memeluk Mama Rendy. “Ma, aku kangen banget sama Mama...”

****

“Rendy, ada satu pertanyaanku yang ingin ku ajukan padamu. Masih adakah darahku yang bergerak dari pembuluh arteri menuju jantungmu setelah aku menyakiti hatimu?”

caterpilar
fakhrie...
itkgid
itkgid dan 9 lainnya memberi reputasi
10
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.