Kaskus

Story

chrishanaAvatar border
TS
chrishana
[MATURE / 21+] Burung Kertas Merah Muda 2
[MATURE / 21+] Burung Kertas Merah Muda 2



Quote:


Cerita ini adalah kisah lanjutan dari Burung Kertas Merah Muda. Kalian boleh membaca dari awal atau memulai membaca dari kisah ini. Dengan catatan, kisah ini berkaitan dengan kisah pertama. Saya sangat merekomendasikan untuk membaca dari awal.


Silahkan klik link untuk menuju ke kisah pertama.


Terima kasih.



Spoiler for Perkenalan:


Quote:

Polling
0 suara
Siapakah sosok perempuan yang akan menjadi pendamping setia Rendy?
Diubah oleh chrishana 02-04-2020 09:31
japraha47Avatar border
aripinastiko612Avatar border
jalakhideungAvatar border
jalakhideung dan 59 lainnya memberi reputasi
54
274.3K
981
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.8KAnggota
Tampilkan semua post
chrishanaAvatar border
TS
chrishana
#470
Chapter 31
“Nu, masih inget gue kan?” tanya Rheva dalam media sosialnya.

“Masih dong. Siapa coba yang mudah melupakan kakak kelas paling cantik pas SMA. Hahahahaha...” balas Danu.

“Lo kerja di perusahaan security hardware kan?”

“Iya, kenapa emangnya?”

“Gue butuh hidden cam sama voice recorder. Lo ada gak?”

“Itu mah gue gak ada, Va. Itu jatuhnya udah agent equipment. Kalau mau, gue ada kenalan yang jual. Emang lo buat apa?”

“Ada deh...”

“Kalau gak jelas alasannya, gue gak mau kasih kontaknya nih.”

“Iya. Buat nyadap omongan bos gue dan buat bantu Rendy.”

“Rendy? Kenapa dia?”

“Gue gak bisa jelasin di sini. Ceritanya panjang.”

“Oke kita ketemuan aja. Kirim aja nomor HP lo, nanti gue whatsapp.”


****

Bermodalkan segenap keberanian, Rheva mengetuk pintu ruangan atasannya. Beberapa detik kemudian, terbukalah pintu ruangan itu dan mendapatkan sosok pria yang tampan dengan tubuh layaknya model pria namun licik dan jahat. Terpampang jelas namanya ada di atas meja kerjanya, Gavin Ramaditya.
“Ada apa cantik?” tanya Gavin.

“Pak, saya...”

“Kenapa? Kangen sama aku?” Sini masuk...” Gavin menarik Rheva masuk ke dalam ruangannya.

“Ada apa, sayang?” Gavin memeluk tubuh Rheva dari belakang.

“Pak, jangan peluk-peluk...” Rheva memberontak.

“Tubuhmu bagus, wajahmu cantik, aku gemas...” goda Gavin.

“Pak, saya mau bicara...” ujar Rheva.

“Oh, mau bicara... Bilang dong... Duduk...”

Rheva duduk menghadap meja kerja Gavin, “Pak, nanti siang saya mau izin keluar. Saya ada perlu.”

“Kenapa? Mau ketemu pacar kamu?” tanya Gavin.

“Nggak, Pak... Saya mau ketemu teman saya. Ada urusan yang harus saya selesaikan.”

“Ya udah, silahkan...” ujar Gavin.

“Beneran, Pak?”

“Iya... Masa aku bohong...”

“Terima kasih, Pak… Terima kasih...” Rheva tersenyum lebar.

“Iya, sama-sama... Setiap hari aja kamu senyum kayak gitu... Runtuh nih keimananku... Hahahahaha...” ujar Gavin.

“Saya keluar ya, Pak.” Rheva beranjak dari duduknya dan keluar dari ruangan Gavin.

Rheva tersenyum lebar seraya berjalan ke arah meja kerjanya. Melanjutkan pekerjaannya yang harus dia selesaikan sebelum siang datang. Tak lupa juga dia mengabarkan adik kelasnya waktu SMA dulu, yang juga sahabat satu-satunya yang dimiliki Rendy hingga saat ini.
“Nu, jadi ya siang ini...” sent.

“Siap kakak cantik...”

“Apaan sih lo, Nu...” sent.

“Hahahaha... Gue hubungin temen gue dulu, Va...”

“OK” sent.

****

Takut, itulah perasaan yang dialami oleh Rheva Ramadhani saat ini. Merasa gentar menghadapi sesuatu yang dianggap akan mendatangkan bencana. Bayang-bayang Rendy akan mengalami depresi berat karena mengetahui Anna akan dipersunting oleh atasannya sendiri, Gavin Ramaditya.

Tak hanya itu, Rheva juga gelisah akan sikap Rendy yang terus berusaha meyakinkan Anna dan ingin menyingkirkan Gavin tanpa mengetahui siapa Gavin sebenarnya. Sampai-sampai perasaan itu merangsang menyentuh indra dan hati. Tak ingin Rendy celaka karena Gavin akan menghalalkan segala cara agar tujuannya tercapai.

Titik pusat tata surya berupa bola berisi gas yang mendatangkan terang dan panas pada bumi pada siang hari sudah naik tepat di atas kepala. Sudah waktunya untuk orang-orang yang bekerja di suatu instansi beristirahat. Pada waktu ini juga, Rheva sudah bersiap pergi menuju tempat yang dijanjikan oleh Danu dan temannya. Tempatnya cukup jauh dari kantor di mana Rheva bekerja. Bisa memakan waktu dua jam menggunakan kendaraan umum.

Rheva telah sampai di tempat tujuan. Sebuah kafe yang berada di daerah Pejaten, Jakarta Selatan. Berjalan dengan kedua kakinya dengan perlahan. Jarak dari halte bus ke tempat tujuan memakan waktu sepuluh menit. Di sana sudah ada Danu dan seorang temannya.
“Maaf yah lama.” ujar Rheva yang langsung duduk bersama.

“Iya, gak apa-apa, Va...” ujar Danu.

“Oh iya, ini temen gue, Va...”

“Hai! Rheva!” Rheva mengajak berjabat tangan.

“Aji...” ujar teman dari Danu sambil menjabat tangan Rheva.

“Udah napas dulu aja, Va... Hahahahaha...” ujar Danu.

“Iya, gila ya penuh banget transjakarta jam segini... Pengap...”

“Mas! Pesen dong!” Aji mengangkat suaranya serta tangan kanannya untuk memanggil pelayan.

****

Ada sedikit kelegaan dalam hati Rheva. Barang-barang yang Rheva butuhkan untuk membantu mengungkap siapa Gavin telah berada di tangannya. Aji memberikan barang tersebut dan menjelaskannya setelah mereka bertiga selesai makan siang bersama.
“Ini voice recorder-nya. Tinggal tekan record aja, nanti dia langsung rekam sendiri. Memorypenyimpanannya pakai micro SD.” ujar Aji sambil memberikan barang tersebut.

“Wah, terima kasih, Mas...”

“Dan ini hidden cam-nya. Modelnya kayak pulpen, kamu bisa kantongin di kemeja kamu sambil merekam.” ujar Aji.

“Terima kasih banyak, Mas Aji...” ujar Rheva senang hati.

“Oh iya, kalau boleh tau, kamu butuh barang ini untuk apa?” tanya Aji pada Rheva.

“Gini, Mas... Aku mau bantu temanku, namanya Rendy. Rendy ini sayang banget sama perempuan namanya Anna. Tapi, Anna mau menikah dengan atasanku, Gavin. Gavin ini jahat, Mas... Bukan lelaki baik-baik... Aku aja yang jadi sekretarisnya, sering banget diajak hubungan badan. Dan, beberapa kali dia main sama perempuan bayaran dan minta booking hotel sama aku.” ujar Rheva.

“Gavin dan bapaknya, juga berencana untuk menghancurkan hidup keluarganya Rendy karena masalah persaingan bisnis.” lanjut Rheva.

“Mas ini berapa harga semuanya?” tanya Rheva.

“Oh, gak usah. Kamu ambil aja.” ujar Aji.

“Mas... Jangan gitu, ah...”

“Va, aku juga mau bantu kamu kalau masalahnya seperti ini. Kamu gak usah bayar apa-apa sama aku.” ujar Aji meyakinkan Rheva.

“Beneran, Mas?”

“Udah, Va... Rejeki jangan ditolak... Gue juga bakalan bantu Rendy sebisa gue...” ujar Danu.

“Makasih banyak... Gak salah ya gue hubungin lo, Nu...” ujar Rheva.

“Toilet dulu ya, bentar...” Aji beranjak dari duduknya.

“Ji, ikut gue...” Danu menyusul Aji.

“Lo serius tuh?” tanya Danu seraya membuka pintu toilet.

“Apaan?”

“Itu ngasih gratis...”

“Iya serius... Gue juga mau bantu kalau kondisinya kayak gitu.”

“Mau bantu atau... Naksir sama Rheva? Hahahaha!” ujar Danu sambil menggoda.

“Apaan sih! Naksir siapa coba...”

“Cantik, kan?”

“Iya sih... Cantik banget... Tapi, kan lo tau sendiri gue belom bisa move on setelah gue ditinggal nikah mantan gue...” ujar Aji.

“Udah sikat... Gue dukung...”

“Apaan sih! Gak jelas luh!”

“Dih! Dasar tolol permanen! Inget umur, orang tua minta cucu!” ujar Danu sambil mendorong kepala Aji pelan.

“Anjir! Ngeplak kepala yang lebih tua.”

“Lo abisnya bego sampe ke tulang belakang. Kesel gue.” ujar Danu seraya berjalan keluar toilet.

Danu dan Aji melangkah kaki bergerak maju dari toilet menuju ke meja di mana Rheva sedang mencoba alat yang diberikan Aji kepadanya. Rheva merapihannya kembali dan memasukannya ke dalam tas seraya melihan Aji dan Danu sedang melangkah dari satu titik menuju meja yang sedang Rheva tempati.
“Mau ke mana lagi nih kita?” tanya Aji.

“Gue balik kantor, Ji.” ujar Danu.

“Aku juga kayaknya balik lagi ke kantor, Mas… Ada yang ketinggalan.” ujar Rheva.

“Ya udah. Yuk, aku anterin!”

“Gak usah, Mas… Ngerepotin…” Rheva menolak.

“Rejeki jangan ditolak, Va. Orang si Aji mau berbuat baik kok ditolak.” ujar Danu.

“Udah, gak apa-apa kok. Ayo, Va!”

“Iya, Mas Aji…”

“Gue duluan ya. Beda parkiran kita… Dah!” Danu melambaikan tangan dan berpisah.

Sementara itu, Aji dan Rheva berjalan ke tempat di mana mobil milik Aji diparkirkan. Setelah beberapa menit berjalan, Aji membuka pintu mobil sedan besutan Jepang miliknya. Mereka bersiap menuju tempat tujuan.
Hanya membutuhkan waktu satu jam, sampailah mereka di depan kantor tempat Rheva bekerja. Aji memarkirkan mobilnya di dalam area parker gedung tersebut.
“Terima kasih ya, Mas Aji…” ujar Rheva sambil tersenyum.

“Iya, sama-sama… Sebentar lagi udah jam pulang kerja, aku tunggu kamu di sini aja ya.” ujar Aji.

"Eh, jangan Mas... Aku pulang sendiri aja gak apa-apa kok..."

"Jangan, Va... Gak apa-apa nanti aku antar... Jangan sendirian, apa lagi atasan kamu kayak gitu. Yang ada, kamu diculik paksa di jalan."

"Beneran gak apa-apa, Mas?" tanya Rheva.

"Beneran, aku di sini aja nunggu kamu."

"Ya udah kalau gitu, aku gak lama kok. Aku masuk dulu ya, Mas..."

"Oke, Va..."

Rheva membuka pintu mobil dan menutupnya. Berjalan menuju pintu masuk gedung perkantoran. Terus melangkah maju dan hilang dari pandangan. Sedangkan Aji, masih setia menunggu Rheva yang tak lama lagi akan menemui dirinya kembali.
dany.agus
jalakhideung
itkgid
itkgid dan 7 lainnya memberi reputasi
8
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.