- Beranda
- Sejarah & Xenology
Kronologi Sejarah Kesultanan Ternate (1257-2018)
...
TS
maslazardi
Kronologi Sejarah Kesultanan Ternate (1257-2018)

Bismillahirrahmanirrahim...
Selamat malam, agan dan aganwati sekalian. Lama tak sua. Sedikit berbeda dengan trit-trit ane sebelumnya, kali ini ane ingin membahas tentang sejarah salah satu negara terpenting dan panjang umur yang ada di Indonesia ini.
Dan itu adalah Kesultanan Ternate di Maluku Utara, negeri yang pada masa kejayaannya dibawah Sultan Baabullah (1575-1583) dan Sultan Saidi (1583-1606) mampu menguasai wilayah luas yang terbentang dari Butuan di Mindanao hingga Bima di Sumbawa, serta dari Donggala di Sulawesi hingga Raja Ampat di Papua. Dalam trit ini, ane berusaha menampilkan perjalanan sejarah Kesultanan Ternate selengkap dan seakurat yang ane bisa. Dimulai dari masa pemerintahan para kolano (raja-raja pra-Islam), masa ekspansi dan rivalitas dengan tiga kerajaan tetangganya (Tidore, Jailolo, Bacan), masa penjajahan bangsa Eropa, hingga akhirnya melebur ke dalam Republik Indonesia hari ini. Semoga bermanfaat!
Untuk sumber info, ane ambil dari sejumlah buku tentang sejarah Maluku (terutama Kepulauan Rempah-rempah-nya M. Adnan Amal), situs The Royal Ark-nya Christopher Buyers, dan Wikipedia. Ane coba bikin seakurat yang ane bisa, jadi kalo agan nemu ada yang salah mohon dikoreksi ya!
Oke, langsung saja:
Quote:
Kronologi:
Quote:
Spoiler for Masa pemerintahan para Kolano (1257-1495):

- 1257 - Kerajaan Gapi berdiri di Pulau Ternate, sebagai hasil musyawarah dari tiga komunitas asal Halmahera yang menetap di pulau tersebut sejak 1250, yakni Tobona, Foramadiahi, dan Sampala. Masing-masing komunitas dipimpin oleh seorang Momole (penguasa), yakni Momole Guna dari Tobona, Momole Molematiti dari Foramadiahi, dan Momole Ciko dari Sampala. Hasil musyawarah memutuskan bahwa ketiga komunitas harus bersatu menjadi sebuah negara, dan menetapkan Momole Ciko sebagai pemimpin pertamanya. Ciko pun dilantik sebagai Kolano (Raja) Gapi pertama, dengan gelar 'Baab Mashur Malamo'. Karena ia juga merupakan penguasa Sampala, maka ibukota pertama Kerajaan Ternate pun berada di kota Toboleu (Sampalu) yang merupakan pusat pemerintahan Sampala.
- 1267 - Kolano Mashur Malamo mendirikan sebuah kota baru dengan nama Gamlamo (kemudian lebih dikenal dengan nama Ternate), yang terletak di selatan Toboleu. Ia kemudian menjadikan kota tersebut sebagai ibukota baru Kerajaan Gapi menggantikan Toboleu.
- 1277 - Kolano Mashur Malamo wafat. Kaicil (Pangeran) Poit/Yamin dilantik sebagai penguasa Gapi kedua menggantikannya, naik tahta dengan gelar 'Yamin Kadrat'.
- 1284 - Kaicil Kamalu dilantik sebagai Kolano Ternate ke-3 menggantikan Kolano Yamin Qadrat, dinobatkan dengan gelar 'Siale'.
- 1294 - Ternate memulai penyerangan terhadap Jailolo dengan menduduki beberapa desa di pesisir Sidangoli dan Dodinga, Halmahera Barat.
- 1298 - Kaicil Bakuku naik tahta menggantikan Kolano Siale, dinobatkan dengan gelar 'Kalabatta'.
- 1304 - Ngara Malamo naik tahta dengan gelar 'Komala'. Ia memimpin penyerangan terhadap Batucina di Jailolo.
- 1305 - Gapi mengakhiri perang dengan Jailolo. Batucina, Sidangoli, dan Dodinga dianeksasi oleh Gapi.
- 1317 - Patsyaranga Malamo naik tahta.
- 1322 - Sida Arif Malamo naik tahta. Pada masa pemerintahannya, pedagang-pedagang mancanegara (Cina, Arab, Gujarat) dan Nusantara (Jawa, Makassar, Melayu) mulai berdatangan ke Maluku dan mendirikan pos-pos dagang di Ternate, Tidore, dan Makian. Sida Arif Malamo memanfaatkan hal ini untuk memajukan Kerajaan Gapi. Ia 'membuka' pelabuhan-pelabuhan di Gapi dan sukses menjadikan negerinya sebagai bandar perdagangan utama di Maluku. Gamlamo alias Ternate muncul sebagai kota pelabuhan terkaya, dimana para saudagar memanggilnya sebagai Ternate. Karena hal ini, Sida Arif Malamo pun mengganti nama negaranya dari Gapi menjadi Ternate. Ternate pun mulai mengalami peningkatan kemakmuran dengan sangat cepat. Kemudian, untuk mencegah kecemburuan dan konflik, Sida Arif Malamo mengajak para raja Maluku Utara untuk mengadakan pertemuan di Pulau Moti, dalam rangka membentuk sebuah persekutuan bersama yang diharapkan mampu mendatangkan manfaat bagi seluruh negeri di Maluku Utara. Maka, Ternate, bersama Tidore, Bacan, dan Jailolo pun bersatu dalam sebuah organisasi kenegaraan bernama 'Moloku Kie Raha', atau 'Persaudaraan Empat Penguasa Gunung'. Kemungkinan sejak tahun ini, Ternate telah menguasai Pulau Hiri.
- 1331 - Kolano Paji Malamo (A'ali) naik tahta.
- 1332 - Kolano Syah Alam naik tahta.
- 1343 - Tulu Malamo naik tahta. Persekutuan Moloku Kie Raha berakhir. Tulu Malamo yang ekspansif menyerang Jailolo dan Tidore sekaligus. Pasukan Ternate berhasil menduduki kota Jailolo serta merebut pulau Moti dan Makian dari Tidore. Penyerangan ini pun otomatis menandakan berakhirnya Persekutuan Moloku Kie Raha yang telah berusia 21 tahun. Dengan kata lain, Kerajaan Ternate menjadi pihak yang memulai sekaligus mengakhiri organisasi tersebut. Akibatnya, keempat kerajaan di Maluku Utara pun kembali berkonflik dan bersitegang.
- 1347 - Kaicil Kie Mabiji naik tahta. Ternate dan Jailolo kemungkinan telah kembali berdamai. Kota Jailolo diserahkan kembali kepada Kerajaan Jailolo.
- 1350 - Ngolo Macahaya (Cahaya Laut) naik tahta. Ia memimpin penyerangan terhadap Kerajaan Sanana yang menguasai Kepulauan Sula, dan berhasil menaklukkannya.
- 1357 - Kolano Momole naik tahta. Sanana kemungkinan telah lepas kembali menjadi negara merdeka.
- 1359 - Gapi Malamo naik tahta. Ternate kembali menyerang Jailolo, namun dapat dipukul mundur.
- 1360 - Ternate yang masih berambisi untuk mencaplok Jailolo terus berusaha menaklukkannya dengan cara lain. Kolano Gapi Malamo pun memutuskan untuk mengadakan perkimpoian politik. Ia menikahkan putra sulungnya, Kaicil Gapi Baguna, dengan putri penguasa Jailolo, Kaicil Kawalu. Dengan ini, Gapi Malamo mengharapkan agar putranya mendapat pengaruh besar dalam lingkungan istana Jailolo. Namun, usaha ini pada akhirnya tetap tak berhasil dalam mengimplementasikan ambisi sang Kolano.
- 1372 - Kaicil Gapi Baguna naik tahta menggantikan Gapi Malamo dengan gelar 'Gapi Baguna I'.
- 1377 - Kumala Putu naik tahta.
- 1380 - Ternate, untuk kesekian kalinya, kembali menyerang Jailolo, namun kembali dapat dipukul mundur.
- 1432 - Gapi Baguna II naik tahta.
- 1465 - Ternate kembali menyerang Jailolo. Pasukan Ternate dengan cepat dapat menduduki kota Jailolo.
- 1466 - Kolano Marhum naik tahta. Ia menjadi penguasa Ternate pertama yang memeluk Islam. Ia diislamkan oleh seorang pendakwah dari Jawa bernama Datu Maula Husein, yang juga mengislamkan seluruh bobato (pejabat istana) dan keluarga kerajaan Ternate. Islam pun mulai berkembang di Ternate. Serangan ke Jailolo berakhir dengan takluknya kerajaan tersebut. Kerajaan Jailolo (beserta segenap negeri bawahannya di seantero Halmahera, yakni Loloda, Wasilei, Maba, Patani, Weda, Oba, dan Gane) pun menjadi vasal Ternate. Dengan ini, hampir seluruh Halmahera telah jatuh ke dalam pengaruh Ternate. Sejak tahun ini pula, Ternate juga diperkirakan telah menguasai Kepulauan Batang Dua di Laut Maluku.
- 1486 - Zainal Abidin naik tahta. Sebelumnya, ayahnya, Kolano Marhum yang wafat di tahun yang sama menjadi penguasa Ternate pertama yang dimakamkan sesuai syariat Islam.
- 1490 - Jailolo dan seluruh vasalnya memberontak dan berhasil memerdekakan diri dari Ternate.
- 1491 - Jailolo menyerang Tidore, namun dapat dipukul mundur oleh sekutu Tidore, laskar Biak dari Raja Ampat.
Quote:
Spoiler for Masa pemerintahan Zainal Abidin dan Bayanullah (1495-1522):

- 1495 - Kolano Zainal Abidin, didampingi oleh gurunya (Datu Maula Husein) pergi ke Pesantren Giri Kedaton di Gresik, Jawa Timur untuk belajar Islam. Di Sekolah Tinggi Islam pimpinan Sunan Giri tersebut, sang Kolano dikenal dengan julukan 'Sultan Bualawa' (Sultan Cengkih). Ia menjadi satu-satunya penguasa Maluku yang pernah menimba ilmu langsung pada seorang Walisongo. Di sini, ia menjalin persahabatan dengan Pati Tuban, penguasa Kerajaan Tanah Hitu di Maluku Tengah. Ia bermaksud menjalin persekutuan dengan Tanah Hitu dan Giri Kedaton, namun tak dapat terlaksana. Zainal Abidin pun pulang ke Ternate, sementara Datu Maula Husein tetap tinggal di Jawa yang merupakan negeri asalnya. Sebelumnya, Zainal Abidin telah berhasil merekrut beberapa ulama Jawa yang diajak ke Ternate untuk membantu menyebarkan Islam di sana. Mereka ditempatkan di sebuah permukiman yang kini bernama 'Falajawa' (rumah orang Jawa). Sesampainya di Ternate, Zainal Abidin menanggalkan gelar 'Kolano' dan menggantinya dengan 'Sultan'. Era pemerintahan Kolano pun berakhir, dan Kerajaan Ternate telah resmi berevolusi menjadi sebuah kesultanan Islam. Di tahun yang sama, Ternate mengadakan perjanjian batas wilayah dengan Tidore. Kerajaan Tidore yang tengah berekspansi ke timur menduduki wilayah Oba, Gane, Wasile, Maba, Weda, dan Patani di Halmahera. Untuk mencegah konflik, Ternate dan Tidore sepakat untuk menetapkan batas wilayah pengaruh mereka di Pulau Halmahera. Ternate menguasai wilayah dari Dodinga dan Tetewang ke utara, sementara Tidore menguasai daerah dari Oba ke selatan dan Wasile ke timur.
- 1500 - Sultan Bayanullah (Abu Lais/Boleif/Liliatu) naik tahta. Bacan dan Tidore beraliansi menyerang Makian dan Moti untuk merebutnya dari Ternate. Keduanya berhasil, Makian direbut oleh Bacan, sementara Moti jatuh ke tangan Tidore.
- 1511 - Ternate memulai kampanye perluasan wilayah ke selatan. Di bawah pimpinan Samarau Tomagola dan Tomaito, armada juanga Ternate berturut-turut menaklukkan Sula dan Buru, serta Huamual (Luhu/Veranula), Hitu (Ambon), Leitimor (Soya), Haruku (Hatuhaha dan Oma), Iha (Saparua), Seram Barat (Sahulau) dan Seram Timur (Nunusaku), juga Kepulauan Banda. Negeri-negeri di Kepulauan Ambon dan Huamual dijadikan vasal oleh Ternate, sementara Sula, Buru, Banda, dan Seram kemungkinan dianeksasi. Sultan Bayanullah kemudian melantik Samarau dan Tomaito sebagai Salahakan (Gubenur) masing-masing di Buru dan Sula.
- 1512 - Ekspedisi pertama bangsa Portugis ke Nusantara timur di bawah pimpinan Antonio de Abreu dan Francisco Serrao. Masing-masing tiba di Banda dan Ambon. Serrao kemudian dijemput oleh Sultan Bayanullah ke Ternate, lalu diangkat sebagai penasihat pribadinya. Keduanya menandatangani persetujuan aliansi Portugal-Ternate. Sultan Bayanullah juga memberikan hak monopoli dagang kepada bangsa Portugis. Tidore menyerang kekuasaan Ternate di Seram dan Banda. Armada Tidore berhasil merebut Seram Timur dan pulau-pulau timur di Kepulauan Banda, yakni Lonthor (Banda Besar), Pulau Pisang, dan Rozengain. Ini menyisakan Pulau Naira (Banda Neira), Gunung Api, Ai, dan Run sebagai wilayah yang masih setia pada Ternate di Laut Banda.
Quote:
Spoiler for Masa pemerintahan Dayalu, Abu Hayat, dan Tabariji (1522-1535):

- 1522 - Bayanullah wafat, kemungkinan tewas dibunuh oleh rakyatnya sendiri karena hubungan persahabatannya dengan Francisco Serrao. Putranya, Dayalu (Deyalo/Hidayatullah) naik tahta sebagai Sultan Ternate menggantikannya. Namun, karena masih dibawah umur (Dayalu baru berusia 6 tahun), kendali pemerintahan dipegang oleh ibunya, Nyai Cili Boki Raja (Sultana Nukila) dari Tidore, yang menjabat sebagai Mangkubumi. Paman Dayalu, Raja Muda Taruwese juga turut membantu ibunya dalam mengatur pemerintahan Kesultanan Ternate. Portugal mengirim ekspedisi keduanya ke Nusantara timur, kali ini di bawah pimpinan Antonio de Brito. Armadanya mengunjungi Banda, Ternate, dan Ambon, kemudian mendirikan benteng pertamanya di Hitu. Maka dimulailah pendudukan bangsa Eropa di Nusantara timur. Seluruh Kepulauan Ambon (kecuali Kerajaan Hitu) pun menjadi wilayah Portugis, yang mendirikan benteng di tiap daerah tersebut. Antonio de Brito kemudian dilantik sebagai Gubernur Portugis pertama di Maluku, bermarkas di Ambon. Di tahun yang sama, Portugis juga telah mendirikan benteng di Gamlamo.
- 1523 - Portugis menduduki Banda, merebut Naira dan Lonthor dari Ternate dan Tidore.
- 1527 - Jorge de Menezes dilantik sebagai Gubernur Portugis di Maluku. Ia menjalin hubungan yang sangat erat dengan Raja Muda Ternate, Taruwese. Keduanya bersama-sama menggempur Tidore yang bersekutu dengan Spanyol, namun dapat dipukul mundur.
- 1528 - Diperkirakan sejak tahun ini Jailolo dan Loloda telah kembali menjadi vasal Ternate. Portugal mendirikan benteng di Ambon, menjadikan tempat tersebut sebagai pusat pemerintahan kolonialnya di Indonesia Timur.
- 1529 - Ternate (bersama Jailolo dan Loloda yang merupakan bawahannya kala itu) tampaknya telah menjadi negara bawahan Imperium Portugal sejak tahun ini. Kala itu, Sultan Dayalu baru saja dikudeta oleh Raja Muda Taruwese yang sangat akrab dengan Gubernur de Menezes. Sultan Dayalu mengungsi ke negara pamannya, Tidore, dan menjadi buron Portugis. Taruwese dan orang-orang Portugis kemudian melantik adik Dayalu, Abu Hayat (Boheyat) sebagai Sultan Ternate yang baru.
- 1530 - Taruwese tewas dibunuh oleh rakyat Ternate yang bekerjasama dengan de Menezes, setelah hubungan keduanya retak akibat orang-orang Portugis mulai mencampuri urusan internal keraton Ternate. Gubernur Jorge de Menezes kemudian digantikan oleh Gonzalo Pereira.
- 1531 - Gonzalo Pereira tewas dibunuh dalam suatu konspirasi oleh anak buahnya sendiri, orang-orang Portugis dan kawan Ternate mereka. Namun, pihak Portugal menuduh Sultan Abu Hayat ikut berkomplot dan memenjarakannya.
- 1532 - Vincente da Fonceca dilantik sebagai Gubernur Portugis di Maluku. Ia membebaskan Sultan Abu Hayat dan mengangkatnya kembali sebagai Sultan Ternate. Namun tak sampai setahun, ia dilengserkan oleh rakyatnya sendiri karena memerintah dengan represif. Ia ditangkap dan diasingkan ke Malaka, tempatnya meninggal.
- 1533 - Tabariji, saudara tiri Dayalu dan Abu Hayat dinobatkan sebagai Sultan Ternate oleh da Fonceca.
- 1534 - Tristao de Ataide dilantik sebagai Gubernur Portugis di Maluku. Selagi menjabat, ia melakukan banyak tindakan keji dan tiranik terhadap para bangsawan dan rakyat Maluku, terutama di Ternate dan Jailolo. Karena hal ini, Jailolo melepaskan diri dari penguasaan Ternate dan Portugal, kemudian lebih mendekatkan diri dengan Tidore dan Spanyol. Sultan Tabariji ditangkap dan dikirim ke Goa Portugis di India Barat untuk diadili karena dituduh berkhianat oleh de Ataide. Di Goa, ia dipaksa menandatangani perjanjian dengan Gubernur Portugis untuk menyerahkan kekuasaan Ternate di Maluku Tengah (Sula, Buru, Huamual, Hitu, Seram Barat) kepada Portugal. Sang Sultan kemudian juga bersedia untuk dibaptis menjadi seorang Kristen dengan nama 'Don Manuel Tabariji'.
Quote:
Spoiler for Masa pemerintahan Khairun Jamil (1535-1569):

- 1535 - Khairun Jamil dilantik sebagai Sultan Ternate menggantikan Tabariji. Di tahun yang sama, de Ataide menyerang Jailolo yang bersekutu dengan Spanyol. Namun, pasukannya dapat dipukul mundur oleh rakyat Jailolo yang marah dan menuntut agar menobatkan Deyalo kembali sebagai pemimpin Ternate. Rakyat yang marah melampiaskannya dengan menyerbu Ternate, Tidore, Moti, Makian, Kasiruta, hingga Bacan. Konon, seluruh Kota Ternate dibakar habis, kemudian ditinggalkan begitu saja.
- 1536 - Antonio Galvao dilantik sebagai Gubernur Portugis ketujuh. Dibawah pimpinan Kolano Katarabumi, Kerajaan Jailolo menyerang dan menaklukkan Kerajaan Moro yang menguasai kawasan Tobelo, Kao, dan Morotia di Halmahera Utara, serta Pulau Morotai.
- 1538 - Erupsi Gunung Gamalama. Merupakan catatan pertama yang diketahui perihal letusan gunung berapi tersebut.
- 1540 - Jorge de Castro menjadi Gubernur Portugis kedelapan. Benteng Portugis di Gamlamo ditinggalkan. Melalui bantuan dakwah ulama Ternate, Kerajaan Buol di Sulawesi Utara berevolusi menjadi negara Islam. Eato Mohammad Tahir dinobatkan sebagai penguasa Muslim pertama di kerajaan tersebut.
- 1543 - Moro merdeka dari Jailolo.
- 1545 - Gubernur Portugis melengserkan Sultan Khairun dan mengangkat kembali Tabariji (yang telah memeluk Kristen) sebagai Sultan Ternate. Tujuan pengangkatan kembali ini adalah untuk mensahkan janji Tabariji untuk menyerahkan kekuasaan Ternate di Maluku Tengah kepada Portugal. Namun, dalam perjalanan ke Ternate dari Goa, Tabariji wafat kala singgah di Malaka dan dimakamkan di sana.
- 1546 - Sultan Khairun dilantik kembali. Franciscus Xaverius tiba di Maluku, mengunjungi Ambon, Ternate, dan Morotai.
- 1551 - Jatuhnya Jailolo. Portugal dan Ternate menggempur Kerajaan Jailolo. Negeri itu takluk setelah blokade dan pengepungan selama 3 bulan oleh armada Portugis-Ternate. Kolano Katarabumi menyerah dan bersedia menjadikan Jailolo sebagai vasal Ternate.
- 1558 - Portugal menyerahkan kembali kekuasaan Ternate di Maluku Tengah. Sultan Khairun melantik Kimalaha Laulata sebagai Salahakan di Huamual. Dalam perkembangannya, Laulata beberapa kali melancarkan penjarahan terhadap kekuasaan Portugis di Ambon.
- 1559 - Melalui bantuan Kimalaha Laulata, Hitu merebut sebagian besar Kepulauan Ambon (kecuali Ambon itu sendiri) dari penguasaan Portugal.
- 1563 - Kesultanan Ternate memerangi Kerajaan Sugbu (Cebu) yang menguasai Kepulauan Visaya dan Mindanao di Filipina. Armada juanga Ternate berhasil menaklukkan Butuan dan Dapitan, dua negeri bawahan Sugbu di Mindanao dan Bohol. Serangan Ternate menghancurkan Dapitan, memaksa penguasanya, Datu Pagbuaya, mengungsi ke Mindanao dan mendirikan sebuah negeri baru dengan nama yang sama di bagian utara pulau tersebut. Butuan dan Dapitan pun menjadi bawahan Ternate, dan secara tidak langsung turut jatuh ke tangan Portugis. Armada Ternate juga menyerang Pulau Cebu, namun gagal menaklukkannya. Sebelumnya, armada Ternate kemungkinan juga telah menundukkan Kerajaan Rimpulaeng yang menguasai Kepulauan Sangihe, Talaud, serta Sarangani dan Davao.
- 1564 - Portugal merebut kembali kekuasaan Ternate di Maluku Tengah.
- 1565 - Di Filipina, armada Spanyol pimpinan Miguel Lopez de Legazpi menaklukkan Sugbu. Ini menandakan dimulainya masa penjajahan Spanyol di Filipina. Sebelumnya, de Legazpi dan pasukannya telah menjalin aliansi dengan penguasa Bohol terakhir, Datu Sikatuna dan Datu Sigala (yang masih merupakan bawahan Ternate). Pulau Cebu kemudian dijadikan sebagai pusat pemerintahan kolonial Spanyol pertama di Filipina, dengan de Legazpi sebagai Gubernur Jenderal pertamanya.
- 1566 - Bohol lepas dari Ternate dan jatuh ke tangan Spanyol, setelah Sikatuna, Sigala, dan pengikutnya mengambil sumpah setia untuk mengabdikan diri kepada de Legazpi. Kelak, pasukan Visaya dari Bohol dan sekitarnya ini akan turut berjasa dalam kampanye penaklukan Spanyol terhadap Maluku, beberapa dekade ke depan. Diego Lopez de Mesquita menjadi Gubernur Jenderal Portugis.
- 1569 - Pembunuhan Sultan Khairun. Gubernur de Mesquita mengundang Sultan Khairun ke benteng Kastela dalam rangka mengadakan perjanjian damai untuk mengakhiri konflik bersenjata di Moro. Sultan Khairun menyambutnya dengan senang hati dan datang sendiri dengan diiringi oleh segelintir pengawal pribadinya. Namun, tepat setelah kedua pemimpin tersebut mengucapkan sumpah perdamaian dengan kitab suci masing-masing, Sultan Khairun ditikam dari belakang oleh seorang Portugis atas perintah Gubernur de Mesquita. Seluruh pengawal pribadinya juga dibunuh saat itu juga. Jenazah Sultan Khairun kemudian ditenggelamkan ke laut. Portugis berharap dengan tewasnya sang Sultan, Ternate akan melemah dan semakin mudah dikendalikan.
Lanjutannya di bawah gan!

Diubah oleh maslazardi 03-09-2018 15:19
yoseful memberi reputasi
1
12.9K
Kutip
45
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Sejarah & Xenology
6.5KThread•11.5KAnggota
Tampilkan semua post
TS
maslazardi
#2
Masih gan! 
![kaskus-image]()
![kaskus-image]()
![kaskus-image]()
![kaskus-image]()
![kaskus-image]()
![kaskus-image]()
![kaskus-image]()
![kaskus-image]()
![kaskus-image]()

Quote:
Spoiler for Masa pemerintahan Sibori Amsterdam dan Toloko Rotterdam (1675-1714):

- 1675 - Sultan Mandar Syah wafat. Putra sulungnya, Sibori Amsterdam (Muhammad Nurul Islam) naik tahta menggantikannya.
- 1676 - Melalui bantuan VOC, Ternate mengadakan ekspedisi ke Sulawesi Utara untuk memulihkan kembali hegemoninya di sana. Negeri-negeri Gorontalo, Buol, dan Parigi berhasil ditaklukkan kembali. Sementara Sultan Sibori sendiri memimpin langsung ekspedisi penaklukan ke Siau, Sangihe, dan Talaud, yang juga berhasil dengan sukses. Namun, di tahun yang sama, Sultan Sibori menandatangani perjanjian yang berisi penyerahan kekuasaan Ternate di Maluku Tengah kepada VOC.
- 1680 - Sultan Sibori memutus aliansinya dengan VOC, kemudian mengirim utusannya, Pati Lima dari Seram, ke Ambon untuk menyampaikan surat kepada seluruh umat Muslim di kepulauan tersebut. Surat itu berisi seruan untuk menyerang dan membunuh seluruh orang Belanda di Ambon, kecuali mereka yang bersedia menyerahkan diri. Pati Lima pun segera berlayar ke selatan dan menemui Hasan Sulaiman, salah satu ulama berpengaruh di Maluku Tengah kala itu. Namun, tak lama kemudian mereka ditangkap oleh serdadu Belanda yang menerima laporan dari mata-mata mereka. Pati Lima pun dihukum mati, setelah mengakui bahwa misinya adalah membunuh orang Belanda atas perintah Sultan Sibori.
- 1681 - Perang Ternate-VOC. Gubernur Jenderal VOC, Roberts Padtbrugge, mengirim pasukan ke Ternate untuk menangkap Sultan Sibori. Selama beberapa hari, terjadi pertempuran sengit antara pasukan VOC melawan rakyat Ternate yang mencegah mereka untuk memasuki istana kediaman Sultan. Pada hari kedua pendaratan pasukan Belanda, rakyat Ternate dapat bertahan dan memukul mundur mereka. Keesokan harinya, Sultan dan keluarga serta pengawal pribadinya (orang Alifuru), memutuskan untuk mengungsi ke Jailolo. Di hari yang sama, pasukan Belanda berhasil menduduki istana dan menangkap sejumlah bobato dan bangsawan Ternate yang tertinggal. Di Jailolo, Sultan Sibori menulis surat yang berisi permintaan bantuan keuangan kepada Sultan Mindanao, Abdurrahman. Namun, ia tak kunjung mendapat balasan sehingga membuat sang Sultan dan rombongannya semakin kekurangan logistik dan biaya. Akhirnya, Sultan Sibori ditangkap oleh Belanda atas bantuan sejumlah pengikutnya yang berkhianat. Ia kemudian segera dibawa ke Batavia untuk diadili. Di tahun yang sama, Kerajaan Bolaang Mongondow (vasal Ternate di Tanah Minahasa) pimpinan Datu Binangkang menyerang kedudukan VOC di Manado.
- 1682 - VOC memukul mundur Datu Binangkang dan pasukannya dari Manado, kemudian membalas dengan lanjut menggempur dan membumihanguskan Solimandungan, ibukota Bolaang Mongondow.
- 1683 - Ternate resmi menjadi vasal Kompeni VOC, setelah Sultan Sibori menandatangani suatu perjanjian dengan Gubernur Jenderal VOC di Batavia. Vasal-vasalnya di Sulawesi Timur (Banggai, Bungku, Tojo, dan Una-Una) dan Utara (Atinggola, Suwawa, Bintauna, Kaidipang, Bulango, Limboto, Boalemo, dan Gorontalo) pun secara tak langsung turut jatuh ke tangan VOC. Sementara Bacan, Bolaang Mongondow, Buol, dan Parigi berhasil melepaskan diri kembali dari hegemoni Ternate.
- 1684 - Kaicil Alam, pewaris tahta Kerajaan Jailolo, wafat di Ternate. Bersama kematiannya, berakhir pula riwayat Jailolo sebagai sebuah negara.
- 1689 - Sultan Sibori wafat. Singgasana Ternate lowong hingga 3 tahun berikutnya. Pemerintahan Ternate dikendalikan oleh dua orang pangeran, Kaicil Toloko dan Kaicil Melayu.
- 1692 - Sultan Toloko Rotterdam (Said Fathullah), adik Sibori naik tahta. Pada masa pemerintahannya, Kesultanan Ternate menikmati masa yang aman dan damai. Ia melakukan konsolidasi terhadap seluruh wilayah Ternate untuk meningkatkan stabilitas negara tersebut.
- 1707 - Atas permintaan Sultan Bacan, VOC mengembalikan kekuasaan negeri tersebut di Seram bagian utara.
Quote:
Spoiler for Masa pemerintahan Raja Laut (1714-1751):

- 1714 - Sultan Raja Laut (Amir Iskandar Zulkarnain Saifuddin) naik tahta.
- 1716 - Pemberontakan Halmahera Timur. Rakyat Tidore di Halmahera Timur atau Gamrange (Maba, Patani, Gebe, dan Weda) yang merasa terbebani dengan pungutan upeti Sultan Tidore, ingin membelot pada Ternate. Para sangaji daerah-daerah tersebut berlayar ke Ternate untuk menemui Sultan Raja Laut, dan menyampaikan kehendak rakyat mereka. Sultan Raja Laut menerima kehendak mereka dan menganugerahkan hadiah sebagai lambang janji kepada para sangaji. Dua tahun kemudian, Halmahera Timur benar-benar memberontak melawan Tidore.
- 1718 - Gamrange telah sepenuhnya memberontak dari Tidore dan penduduknya menyatakan bahwa mereka kini merupakan bagian dari Kesultanan Ternate.
- 1720 - Menyusul Gamrange, penduduk Raja Ampat turut memberontak melawan Tidore dan berpindah haluan ke Ternate. Karena hal ini, Gubernur VOC di Maluku memutuskan untuk mengadakan pertemuan antara Sultan Ternate (Raja Laut) dengan Sultan Tidore (Hasanuddin), yang menghasilkan persetujuan bahwa Ternate bersedia mengembalikan Halmahera Timur kepada Tidore dan VOC akan membantu Tidore untuk memburu dan menumpas kaum pemberontak.
- 1722 - Pemberontakan Halmahera Timur berhasil dipadamkan. Seluruh wilayah Tidore yang membelot pada Ternate berhasil dipulihkan kembali oleh aliansi VOC-Tidore. Ternate dan Tidore kemudian menandatangani perjanjian perdamaian bahwa kedua negara sepakat untuk mencegah rakyatnya beralih status dari satu kerajaan ke kerajaan lain, dan Kompeni VOC diberi wewenang untuk mengadili dan menghukum siapapun yang melawan.
- 1737 - Erupsi Gamalama. Merupakan salah satu letusan terdahsyat yang diketahui dari gunung berapi ini.
- 1741 - Penguasa Banggai dan Bungku mulai mengadakan pertemuan rahasia untuk merencanakan pemberontakan melawan kekuasaan Ternate dan VOC.
- 1742 - Pemberontakan Makian. Bobato dan rakyat Makian, yang merasa tidak puas dengan pemerintahan Sultan Raja Laut, membelot ke Tidore.
- 1744 - Sultan Raja Laut memecat dan mencopot jabatan pemerintahan dari keluarga Tomagola dan Tomaito, dua klan Maluku paling berpengaruh dalam pemerintahan Ternate hingga saat itu. Akibatnya, jabatan Jogugu, Hukum Soasio, dan Kimalaha Marsaoli lowong karena dibiarkan tak diisi oleh Sultan Raja Laut.
Quote:
Spoiler for Masa pemerintahan Ayan Syah, Syahmardan, Jalaluddin, dan Harun Syah (1751-1780):

- 1751 - Sultan Ayan Syah (Oudhoorn) naik tahta.
- 1752 - Pemberontakan Makian berhasil dipadamkan, setelah Sultan Ayan Syah mengadakan pertemuan dengan para bobato Makian dan menyatakan penyesalan atas ketidakadilan yang dirasakan mereka selama ini. Ia berjanji akan lebih memperhatikan kondisi Makian. Pernyataan ini pun membuat para bobato kembali berikrar setia kepada Ternate.
- 1754 - Sultan Ayan Syah wafat. Adiknya, Kaicil Syahmardan (Zwammerdam) naik tahta menggantikannya dengan gelar Sultan Amir Iskandar Muda. Sejak masa pemerintahannya, Kesultanan Ternate tak lagi memainkan pengaruh besar dalam percaturan politik Indonesia Timur akibat tekanan dan pengaruh Kompeni VOC yang semakin menguat.
- 1763 - Sultan Jalaluddin (Zwardekroon) naik tahta.
- 1770 - Raja Pilewiti, seorang bangsawan Kaili Sausu mendirikan Kerajaan Tojo. Kekuasaannya terbentang dari Pandiri di Poso hingga Ulubongka di Tojo Una-Una, dan mungkin termasuk pula Kepulauan Una-Una. Kerajaan ini berdiri sebagai sebuah negara yang merdeka dari Ternate, meski tetap menjadi vasal VOC.
- 1775 - Erupsi Gamalama. Menewaskan sekitar 140 orang dan melenyapkan sebuah desa, yang berubah menjadi dua buah danau, Tolire Jaha dan Tolire Kecil.
- 1777 - Sultan Harun Syah naik tahta.
Quote:
Spoiler for Masa pemerintahan Ahral dan Muhammad Yasin (1780-1807):

- 1780 - Sultan Ahral (Jou Pulang Gapi) naik tahta.
- 1781 - Pemberontakan Nuku. Kaicil Nuku, pangeran Tidore yang tersingkir dari istana memberontak melawan Belanda dan Tidore. Ia menaklukkan Makian, Kayoa, Gane, dan Obi, serta menyerang Bacan yang kemudian menjadi sekutunya.
- 1783 - Revolusi Tidore. Sultan Tidore bawahan VOC, Patra Alam, mengirim sejumlah utusan ke Papua Barat untuk mendapatkan kembali loyalitas para penguasanya yang telah membelot pada Kaicil Nuku. Namun, para utusan justru turut berbalik memihak Nuku. Akibatnya, VOC menuduh Patra Alam bersekutu dengan Nuku. Ia pun ditangkap dan diasingkan. Hal ini membuat semakin banyak rakyat Tidore yang bersimpati dan mendukung Nuku, yang telah diangkat sebagai 'Sultan Papua dan Seram'.
- 1787 - Kerajaan Kendahe di Sangihe menjual Kepulauan Sarangani di ujung selatan Mindanao kepada Kesultanan Maguindanao, melenyapkan hegemoni Ternate (dan Belanda) di Filipina.
- 1796 - Sultan Sarkan naik tahta.
- 1797 - Melalui bantuan Inggris, Sultan Nuku berhasil menaklukkan pulau Tidore, meraih salah satu ambisinya untuk mempersatukan seluruh Kesultanan Tidore. Ia juga menghidupkan kembali Kerajaan Jailolo setelah merebut wilayah itu dari Ternate.
- 1800 - Pembubaran Kompeni VOC. Seluruh koloni dan vasalnya kemudian diambil alih langsung oleh pemerintah Belanda saat itu, Republik Batavia yang merupakan vasal Kekaisaran Prancis.
- 1801 - Sultan Muhammad Yasin naik tahta. Ternate ditaklukkan oleh Kompeni EIC Inggris, yang sedang bermusuhan dengan Prancis dan Belanda serta beraliansi dengan Tidore.
- 1803 - Perang Napoleon pecah di Eropa. Pengaruhnya merembet hingga Nusantara termasuk Maluku, dimana Inggris berperang dengan Prancis-Belanda.
- 1804 - EIC Inggris menyerahkan kembali wilayah yang didudukinya di Maluku kepada Belanda.
- 1805 - Sultan Nuku wafat di Tidore.
- 1806 - Armada Ternate-Belanda menyerang Tidore dan berhasil merebut benteng-bentengnya. Armada ini juga berhasil menduduki dan membumihanguskan Soasio, ibukota kesultanan tersebut. Namun penguasanya, Zainal Abidin berhasil lolos ke Halmahera Timur dan mendirikan pemerintahan darurat di sana.
Quote:
Spoiler for Masa pemerintahan Muhammad Ali (1807-1824):

- 1807 - Sultan Muhammad Ali (Sarmole/Guraka van der Parra) naik tahta. Bersama Belanda, ia memimpin penyerangan ke Halmahera Timur untuk memburu Sultan Tidore dan Raja Jailolo. Pasukan Ternate-Belanda sukses menduduki Oba dan Weda, serta merebut kembali Gane, Obi, Makian, dan Kayoa. Jatuhnya Weda memaksa Raja Jailolo mengungsi ke Maba, tempat dirinya wafat. Sebelumnya, pasukan Ternate-Belanda juga kembali membumihanguskan kota Soasio di pulau Tidore.
- 1808 - Pasukan Ternate-Belanda menaklukkan Patani dan sisa kekuasaan Tidore di Halmahera Timur. Namun, Sultan Tidore berhasil lolos ke Waigeo di Raja Ampat dan menjadikannya sebagai pusat pertahanan terakhir Kesultanan Tidore.
- 1810 - Sultan Tidore Zainal Abidin menyerah dan ditangkap oleh Belanda di Waigeo. Ini mengakhiri kampanye penaklukan Tidore oleh Ternate dan Belanda, yang berhasil dengan sukses. Kesultanan Tidore pun menjadi vasal Belanda. Namun, di tahun yang sama Ternate kembali ditaklukkan oleh Inggris setelah mereka berhasil mengalahkan armada Prancis-Belanda di Maluku dan Manado.
- 1811 - Inggris menaklukkan Batavia, membuat seluruh koloni dan vasal Belanda di Nusantara turut jatuh ke tangan Inggris.
- 1813 - Pembangunan istana baru Kesultanan Ternate oleh Sultan Muhammad Ali. Didesain oleh seorang arsitek Cina, istana baru ini didirikan di bukit Limau. Istana inilah yang hingga kini masih digunakan sebagai kediaman Sultan Ternate dan sejumlah keluarganya, dan kelak dijadikan sebuah museum bernama 'Museum Kedaton Sultan Ternate'.
- 1815 - Perang Napoleon berakhir.
- 1816 - Penyerahan kembali koloni Hindia Timur dari Inggris kepada Belanda. Belanda secara resmi kembali menjadi penguasa di Indonesia. Baron van der Capellen dilantik sebagai Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Kesultanan Ternate pun kembali menjadi bawahan Belanda.
- 1817 - Pemberontakan Pattimura (Perang Saparua). Bangsawan dan rakyat Saparua pimpinan Kapitan Pattimura, seorang bekas abdi Inggris, melancarkan pemberontakan melawan Belanda. Pattimura menggalang aliansi dengan sejumlah kerajaan di luar Maluku Tengah, termasuk Ternate. Namun, dalam beberapa bulan, perang ini berakhir dengan kekalahan kaum pemberontak dan dihukum mati-nya para pemimpin mereka, termasuk Pattimura.
Quote:
Spoiler for Masa pemerintahan Muhammad Zain dan Muhammad Arsyad (1824-1876):

- 1824 - Sultan Muhammad Zain naik tahta. Ia mengeluarkan sebuah Jaibn Kolano (Titah Sultan) perihal sejumlah tradisi dan kebiasaan masyarakat Ternate yang dinilai tak sesuai dengan syariat Islam. Berdasarkan catatan yang ditulis oleh Tulilamo (Juru Tulis Kesultanan Ternate) Haji Abdul Habib, titah tersebut berisi perintah untuk menghapus beberapa bagian adat istana dalam upacara kematian sultan yang bertentangan dengan hukum Islam.
- 1826 - Pemberontakan Tobungku. Kerajaan Bungku memberontak melawan Ternate dan Belanda akibat pungutan upeti yang telah lama membebani rakyat negeri tersebut. Sultan Ternate mengirim armada berjumlah ribuan tentara pimpinan Kapita Laut Abu Muhammad untuk memadamkannya, namun mereka dapat dipukul mundur oleh pasukan Bungku. Ternate pun meminta bantuan Belanda, yang segera mengirim armada pimpinan Letnan G. Lockemeijer, yang sukses menundukkan para pemberontak Tobungku.
- 1839 - Bungku kembali memberontak, namun dapat segera dipadamkan oleh Ternate.
- 1840 - Bungku untuk ketiga kalinya kembali memberontak. Kali ini dimotori oleh seorang Daeng Makaka, seorang pangeran Bugis yang menobatkan dirinya sebagai penguasa Bungku pasca mengkudeta Bukungku, raja Bungku sebelumnya yang pro-Ternate. Namun, pemberontakan ini juga berakhir dengan kegagalan. Armada Ternate terlalu kuat untuk para pemberontak Tobungku. Sultan Ternate kemudian mengangkat kembali Bukungku sebagai penguasa Bungku, sementara Daeng Makaka berhasil meloloskan diri dan baru tertangkap 8 tahun kemudian. Erupsi Gamalama.
- 1842 - Perang Tobelo. Menyusul Bungku, kali ini giliran Kerajaan Banggai yang melancarkan pemberontakan terhadap Ternate dan Belanda. Konflik fisik dan senjata pun mulai terjadi di jazirah Sulawesi Timur antara orang Banggai dengan orang Ternate.
- 1846 - Pasukan Ternate di Banggai bersekutu dengan tiga armada bajak laut Tobelo (salah satu dari 3 kelompok perompak paling ditakuti di Nusantara kala itu, bersama dengan lanun Mindanao dan Iban) yang tengah singgah di negeri tersebut. Kedudukan laskar Banggai pun mulai terdesak akibat kehadiran para perompak Tobelo tersebut.
- 1847 - Raja Laota dan pengikutnya tertangkap setelah terus dipukul mundur oleh armada Ternate-Tobelo. Kedudukannya pun digantikan oleh Raja Agama (Mbumbu doi Bugis) yang melanjutkan perjuangan pendahulunya untuk terus melancarkan perlawanan terhadap hegemoni Ternate dan Belanda. Melalui bantuan orang-orang Bugis, Raja Agama sukses mengusir kembali armada Ternate yang ada di Banggai. Perang pun masih terus berlanjut hingga 5 tahun kemudian.
- 1852 - Perang Tobelo berakhir. Armada Kesultanan Ternate dan bajak laut Tobelo kembali berhasil memukul mundur laskar Banggai. Raja Agama berhasil meloloskan diri ke Tojo, lalu ke Bone, tempat dirinya wafat. Kerajaan Banggai pun kembali takluk pada Ternate. Tatu Tonga (Mbumbu doi Jere) kemudian dilantik sebagai penguasa Banggai yang baru di bawah pengaruh Ternate.
- 1858 - Alfred Russel Wallace, seorang naturalis Inggris terkemuka, tiba di Ternate untuk melakukan studi zoologi, sebagai bagian dari suatu penelitian menyeluruh tentang keanekaragaman hayati di Nusantara. Di Ternate, ia menetap di sebuah rumah pinjaman pengusaha terkaya Belanda di Maluku Utara saat itu, Renesse van Duivenbode. Wallace juga menjadikan Ternate sebagai markas penelitiannya. Dari sini, ia berkali-kali bolak-balik ke seantero Indonesia Timur, yakni Maluku Tengah, Timor, Halmahera, Manado, dan Papua. Di tahun yang sama, Wallace menerbitkan 'Ternate Papers', sebuah makalah yang berisi sejumlah pandangannya terhadap zoologi berdasarkan penelitiannya di Nusantara.
- 1859 - Atas permintaan Belanda, Ternate (dan Tidore) mengirim sejumlah pasukan Alifuru ke Seram untuk menumpas pemberontakan yang pecah di sana. Setelah sukses dalam misi mereka, para petinggi militer kedua kesultanan ini dianugerahi sejumlah hadiah dan uang dari Belanda atas jasa mereka tersebut. Di tahun yang sama, Sultan Ternate menjual kepulauan Obi kepada Belanda.
- 1861 - Sultan Muhammad Arsyad (Azad) naik tahta.
- 1862 - Alfred Russel Wallace kembali ke Inggris, setelah menyelesaikan studinya selama lebih dari 4 tahun di Nusantara. Ia berhasil mengumpulkan 12.500 spesimen berbagai spesies hewan untuk objek penelitiannya, yang mana banyak di antaranya merupakan spesies baru. Nantinya, seluruh catatan perjalanan dan studinya di Nusantara bakal dituturkannya dalam bukunya yang paling terkenal, 'The Malay Archipelago' yang terbit 7 tahun kemudian. Erupsi Gamalama.
- 1876 - Ternate kembali memasuki fase interregnum.
Quote:
Spoiler for Masa pemerintahan Ayanhar (1879-1900):

- 1879 - Sultan Ayanhar naik tahta.
- 1880 - Kerajaan Tabukan dan Manganitu di Sangihe menjadi bawahan langsung Belanda.
- 1882 - Raja Haji Abdul Azis naik tahta di Banggai. Dibawahnya, Banggai kembali melancarkan perlawanan terhadap Hindia Belanda. Ia berhasil mengusir paksa para utusan dan pejabat Ternate dan Belanda dari Kerajaan Banggai, membuat Hindia Belanda kehilangan kontrol atas negeri tersebut. Kerajaan Banggai pun, untuk sementara, berhasil merdeka kembali menjadi negara mandiri.
- 1889 - Kerajaan Siau, Limboto, Atinggola, Bintauna, Kaidipang, Gorontalo, Suwawa, Bulango, dan Boalemo menjadi bawahan langsung Belanda.
- 1891 - Kerajaan Tahuna menjadi bawahan langsung Belanda.
- 1893 - Kerajaan Arangkaa, Porodisa, dan Salibabu di Talaud menjadi bawahan langsung Belanda.
- 1898 - Kerajaan Kendahe menjadi bawahan langsung Belanda.
Quote:
Spoiler for Masa pemerintahan Muhammad Ilham Syah (1900-1902):

- 1900 - Sultan Muhammad Ilham Syah naik tahta. Banggai kembali takluk pada Ternate dan Hindia Belanda. Pemerintah Belanda dan Ternate mengadakan konspirasi terhadap Raja Haji Abdul Azis, yang memaksanya turun tahta dan merantau ke Mekkah, tempat dirinya wafat. Raja Haji Abdul Rahman kemudian dilantik sebagai penguasa Banggai yang baru dibawah pengaruh Ternate.
Quote:
Spoiler for Masa pemerintahan Muhammad Usman Syah (1902-1914):

- 1902 - Sultan Muhammad Usman Syah naik tahta.
- 1907 - Sultan Usman Syah melepaskan seluruh vasalnya di Sulawesi (kecuali Tagulandang di Kepulauan Sitaro) dan kekuasaannya di Sula dan Gane. Daerah-daerah ini kemudian diambil alih dan diperintah langsung oleh Hindia Belanda.
- 1908 - Erupsi Gamalama. Memakan korban kurang lebih 100 jiwa.
- 1909 - Kesultanan Ternate, Tidore, dan Bacan menandatangani Korte Verklaring (Perjanjian Plakat Pendek) dengan Belanda, yang menyebabkan status ketiganya turun dari vasal menjadi swapraja dalam pemerintahan Hindia Belanda.
- 1914 - Pemberontakan Jailolo. Residen Belanda di Jailolo tewas dibunuh rakyat Jailolo yang memberontak dan mengamuk akibat kebijakan kerja rodi pemerintah Hindia Belanda. Akibatnya, Belanda segera menangkap Sultan Muhammad Usman Syah yang dituduh ikut terlibat, kemudian mengasingkannya ke Bacan dan akhirnya ke Bandung. Pasukan KNIL Belanda lalu segera menumpas pemberontakan Jailolo. Tahta Kesultanan Ternate pun lowong dan kendali pemerintahannya diambil alih oleh Residen dan Jogugu.
0
Kutip
Balas