- Beranda
- Stories from the Heart
Gunung Hutan Dan Puisi
...
TS
arga.mahendraa
Gunung Hutan Dan Puisi
Pada pekat kabut yang menjalar di hamparan tanahtanah tinggi
Kulantunkan katakata sebagai penggalan doa
Untukmu yang kini telah sempurna hadir..
Pada peluh yang telah mengalir
Ketika kita ayunkan langkahlangkah
Menuju tempattempat teduh
Untuk menyemayamkan rasamu dan rasaku
Kini telah menyatu sudah
dan beku udara ini akan semakin kuat mengikatnya
Kita memang sering berbeda dalam banyak Hal
Namun Gunung, Hutan Dan Puisi selalu mampu menyatukannya..
***
Kulantunkan katakata sebagai penggalan doa
Untukmu yang kini telah sempurna hadir..
Pada peluh yang telah mengalir
Ketika kita ayunkan langkahlangkah
Menuju tempattempat teduh
Untuk menyemayamkan rasamu dan rasaku
Kini telah menyatu sudah
dan beku udara ini akan semakin kuat mengikatnya
Kita memang sering berbeda dalam banyak Hal
Namun Gunung, Hutan Dan Puisi selalu mampu menyatukannya..
***

Sebelumnya ijinkan saya untuk ikut berbagi cerita di forum ini. Forum yang sudah lumayan lama saya ikuti sebagai SR.. Salam kenal, saya Arga..
Cerita saya mungkin tidak terlalu menarik dan membahana seperti cerita-cerita fenomenal di SFTH ini. Hanya cerita biasa dari bagian kisah hidup saya. Semoga masih bisa dibaca dan dinikmati.
Seperti biasa, seluruh nama tokoh, dan tempat kejadian disamarkan demi kebaikan semuanya. Boleh kepo, tapi seperlunya saja ya.. seperti juga akan seperlunya pula saya menanggapinya..
Update cerita tidak akan saya jadwalkan karena saya juga punya banyak kesibukan. Tapi akan selalu saya usakan update sesering mungkin sampai cerita inI tamat, jadi jangan ditagih-tagih updetannya yaa..
Baiklah, tidak perlu terlalu berpanjang lebar, kita mulai saja...
****
Medio 2005...
Hari itu sore hari di sela kegiatan pendidikan untuk para calon anggota baru organisasi pencinta alam dan penempuh rimba gunung yang aku rintis tujuh tahun yang lalu sekaligus sekarang aku bina. Aku sedang santai sambil merokok ketika salah satu partnerku mendatangiku.
"Ga, tuh ada salah satu peserta cewek yg ikut pendidikan cuma karena Ada pacarnya yang ikut, kayaknya dia ga beneran mau ikut organisasi deh, tapi cuma ngikut pacarnya"
"Masak sih? Yang mana? Kok aku ga perhatiin ya" jawabku
"Kamu terlalu serius mikirin gimana nanti teknis di lapangan sih Ga, malah jadi ga merhatiin pesertamu sendiri" lanjutnya
"Coba deh nanti kamu panggil aja trus tanyain bener apa ga, namanya Ganis.. aku ke bagian logistik dulu" Kata temanku sambil meninggalkanku
"OK, nanti coba aku tanya" jawabku
"Pulangin aja kalo emang bener Ga.. ga bener itu ikut organisasi cuma buat pacaran" sahutnya lagi dari kejauhan sambil teriak
Dan aku pun cuma menjawab dengan acungan jempol saja
***
Pada malam harinya aku mengumpulkan seluruh peserta pendidikan di lapangan. Malam itu ada sesi pengecekan logistik peserta sekaligus persiapan untuk perjalanan ke gunung besok pagi untuk pendidikan lapangan.
Kurang lebih 2 jam selesai juga pengecekan logistik seluruh peserta pendidikan. Dan aku pun memulai aksiku.
"Yang merasa bernama Ganis keluar dari barisan dan maju menghadap saya sekarang..!!!" Teriakku di depan mereka
Tak lama keluarlah seorang cewek dari barisan dan menghadapku. Aku tidak terlalu memperhatikan wajahnya, entah cantik atau biasa saja aku tak terlalu peduli karena aku sudah sedikit emosi sejak sore tadi temanku mengatakan kalau dia ikut kegiatan ini cuma karena pacarnya ikut.
"Benar kamu yang bernama Ganis?"
"Ya benar, Kak"
"Kamu ngapain ikut kegiatan ini!?"
"Karena saya ingin jadi anggota Kak"
"Dasar pembohong..!!!" Bentakku seketika
Dan dia pun langsung menunduk
"Hey, siapa suruh nunduk?? Kalau ada yang ngomong dilihat!! Kamu tidak menghargai seniormu!!"
"Siap, maaf Kak" jawabnya sambil langsung melihatku
"Saya dengar kamu ikut kegiatan ini karena pacar kamu ikut juga!! Benar begitu? Jawab!!"
"Siap, tidak Kak, saya ikut karena saya sendiri ingin ikut, tidak ada hubungannya dengan pacar!" Jawabnya tegas
"Tapi pacar kamu juga ikut kan!?"
"Siap benar"
"Siapa namanya!?"
"Alan Kak"
"Yang merasa bernama Alan, maju ke depan" teriakku di depan peserta lainnya
Kemudian datanglah cowok bernama Alan itu di depanku
"Benar kamu yang bernama Alan?" Tanyaku pada cowok itu
"Siap, benar Kak" jawabnya
"Benar kamu pacarnya Ganis?"
"Siap benar Kak"
"Kamu ikut kegiatan ini cuma buat ajang pacaran!!?? Kamu cuma mau cari tempat buat pacaran??"
"Tidak Kak"
"Kalian berdua masih mau jadi anggota organisasi ga!!?"
"Siap, masih mau Kak" jawab mereka berdua
"Baik, saya berikan pilihan, kalian berdua saat ini juga putus dan lanjut ikut pendidikan, atau tetap pacaran tapi sekarang juga pulang tidak usah lanjut ikut pendidikan dan jadi anggota organisasi.. silahkan tentukan pilihan sekarang!!"
***
Spoiler for INDEX:
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 10 suara
Siapakah yang bakal jadi istri TS?
Rika
30%
Winda
20%
Dita
0%
Ganis
40%
Tokoh Yang Belum Muncul
10%
Diubah oleh arga.mahendraa 20-10-2018 13:37
kimpoijahat dan anasabila memberi reputasi
3
31.4K
264
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
arga.mahendraa
#160
34. Pendakian Lagi #1
Usai berkoordinasi dengan semua peserta pendakian, kami semua melakukan apel untuk pemberangkatan yang dipimpin langsung oleh kepala sekolah. Dalam apel kali ini kepala sekolah berpesan untuk selalu menjaga kekompakan dan mengutamakan keselamatan. Dan juga berpesan harus terus berjuang sampai sukses menggapai puncak. Dalam kegiatan mendaki gunung memang memiliki makna filosofis seperti kehidupan. Kehidupan manusia itu mirip seperti proses mendaki gunung. Untuk mencapai kesuksesan yang diibaratkan pencapaian puncak gunung, setiap orang harus melalui perjuangan yang berat terlebih dahulu ibarat proses mendaki gunung yang tidak sedikit rintangannya, seperti jalan menanjak yang berat, beban yang dipanggul juga berat, dinginnya udara gunung, rasa lelah dan letih, rasa yang hampir putus asa karena tak kunjung sampai puncak, belum lagi resiko terjatuh dan tersesat. Tetapi jika kita pantang menyerah dan terus berusaha, pada akhirnya kita pasti akan sampai juga di puncak. Dan semua perjuangan itu akan terbayar dengan pemandangan alam yang sangat indah yang dapat dinikmati dari puncak. Tentunya tidak lupa rasa syukur kepada Tuhan atas karunianya telah diciptakan alam yang begitu indah. Tak lupa juga nilai kerjasama dan solidaritas. Dalam kehidupan, jika kita ingin mencapai puncak kesuksesan, kita tidak boleh melupakan orang yang berperan membantu kita. Kita juga harus bersedia membantu orang lain supaya bisa sama-sama meraih puncak kesuksesan. Kira-kira seperti itulah petikan filosofinya. Jika kita ingin menjabarkan lebih banyak, akan jauh lebih banyak lagi nilai filosofis yang bisa kita dapatkan dari mendaki gunung.
Setelah selesai apel dan bapak kepala sekolah sudah melepas pemberangkatan kami secara simbolis, rombongan kami pun segera berangkat menuju ke basecamp gunung yang hendak kami daki dengan menggunakan kendaraan truk. Sepanjang perjalanan kami ngobrol-ngobrol dan bercanda supaya tidak bosan. Perjalanan ini memakan waktu sekitar 4 jam. Cukup membosankan memang. Tapi kami tetap menikmatinya dalam kebersamaan hingga tak terasa sampailah kami di tempat tujuan yaitu basecamp gunung yang hendak kami daki.
Setelah semuanya turun dan memastikan tidak ada barang yang tertinggal di dalam truk, salah satu perwakilan dari kami melapor ke petugas basecamp sekaligus melakukan registrasi untuk pendakian. Setelah semuanya selesai, kami pun beristirahat di tempat yang sudah di sediakan. Seperti biasa, malam ini kami akan menginap dulu semalam di sini dan baru besok setelah subuh kami mulai perjalanan pendakian ini.
Paginya kami mulai perjalanan pendakian setelah sarapan, pemanasan, dan tentunya doa bersama. Sepanjang perjalanan pendakian Ganis jarang sekali dekat atau nempel-nempel padaku seperti layaknya orang pacaran. Dia justru lebih banyak membaur dengan teman-temannya. Ini salah satu sikap Ganis yang sangat kusukai. Dia punya prinsip kalau sedang bersama-sama ya bersama-sama, jangan pernah ambil kesempatan berduaan saja. Disamping dia juga paham kalau tugas dan tanggung jawabku tidak hanya melindungi dia saja, tetapi seluruh peserta pendakian ini. Awal perjalanan pendakian ini lancar tidak ada halangan berarti. Cuaca juga sangat mendukung.
Proses pendakian kami berjalan santai tapi stabil. Artinya kami tidak terburu-buru dengan berjalan cepat yang biasanya justru lebih cepat menguras stamina. Kami berhenti untuk beristirahat hanya sesekali dan itupun waktunya tidak lama. Oleh karenanya, Kami malah bisa segera sampai di target lokasi yang sudah ditentukan yaitu pos 4 dan stamina kami masih cukup terjaga. Kurang lebih jam 11 siang kami sudah sampai di pos 4 ini. Gunung ini memiliki total 5 pos. Jika kami sudah sampai di pos 4 artinya kami sudah dekat dengan puncak. Rencana kami, di pos 4 ini akan mendirikan basecamp. Masak dan makan siang di sini lalu segera melanjutkan perjalanan ke puncak setelah makan siang.
Setelah semuanya sampai di pos 4, kami segera membagi tugas. Sebagian mendirikan tenda, sebagian lagi memasak untuk makan siang. Semuanya mendapatkan tugas, kecuali aku. Tugasku hanya mengawasi saja. Tujuan kami mendirikan tenda disini hanya untuk tempat menyimpan barang yang akan ditinggal ketika perjalanan ke puncak nanti. Rencananya memang kami hanya membawa barang seperlunya saja yang dirasa penting untuk ke puncak nanti supaya tidak membebani perjalanan kami, karena kondisi medan jalur dari pos 4 ke puncak lebih berat daripada basecamp ke pos 4. Jadi kami harus pintar-pintar mengatur manajemen perjalanan kami supaya semuanya bisa sukses sampai di puncak.
Usai makan siang, kami pun segera bersiap melanjutkan perjalanan. Teknis perjalanan menuju ke puncak kami rubah menyesuaikan medan perjalanan. Karena medan yang relatif lebih berat dan resiko lebih besar, maka kami mengatur formasi dengan menempatkan pesonil cewek diantara personil cowok. Kebetulan personil cowok lebih banyak jadi bisa diatur seperti ini. Kami berjalan pelan dan hati-hati karena di beberapa titik jalurnya sempit dan sampingnya jurang. Dengan beragam usaha dan perjuangan, akhirnya kami semua sampai juga di puncak.
Kurang lebih jam 14.00 kami semua sudah berkumpul di puncak. Kami membuat posisi melingkar saling bergandengan tangan. Lalu aku masuk ke dalam lingkaran dan mulai bicara kepada mereka semua.
"Alhamdulillah akhirnya kita semua sampai di puncak gunung ini dengan selamat setelah melalui perjuangan perjalanan yang tidak mudah. Mari Kita panjatkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah menciptakan alam yang begitu indah sehingga kita bisa menikmatinya dari atas sini. Satu hal lagi, jangan pernah kita bersombong diri setelah mencapai kesuksesan seperti ini. Pada dasarnya kita ini hanya titik debu kecil diantara besarnya ciptaan Tuhan. Jadi tidak ada satupun hal yang dapat kita sombongkan dihadapan-Nya. Terakhir, saya berharap kalian semua bisa tetap menjaga kekompakan dan eratnya persaudaraan dalam keluarga besar organisasi kita ini. Setelah ini silahkan kalian nikmati suasana di puncak ini. Tapi kalian harus tetap menjaga kebersihan di sini. Target kita jam 14.30 kita langsung turun lagi. Mengerti?" Ucapku.
"Mengertiiii" jawab mereka bersamaan.
Lalu aku pun membubarkan mereka untuk memberi waktu mereka menikmati suasana puncak gunung ini. Ada yang berfoto-foto, ada yang makan cemilan, Ada yang main kartu, dan lain-lain. Aku pun membaur bersama mereka. Sejauh ini perjalanan pendakian ini lancar tanpa halangan berarti. Insiden justru terjadi ketika perjalanan turun nanti.
Jam 14.30 aku menginstruksikan mereka untuk bersiap perjalanan turun. Mereka juga sudah cukup merasa puas menikmati suasana di puncak gunung ini. Rencananya nanti kami akan langsung lanjut turun ke basecamp dan menginap di basecamp semalam. Besok siang baru pulang ke rumah. Setelah semuanya siap, kami pun segera memulai perjalanan turun menuju ke pos 4 terlebih dulu karena sebagian barang kami tinggalkan di sana. Perjalanan turun kali ini aku tidak berada di paling belakang, tetapi di tengah-tengah supaya bisa mengontrol depan dan belakang.
Sesampainya di pos 5, aku bertemu dengan orang yang kukenal. Mereka satu rombongan dulu kukenal dari gunung juga, dan sekarang bertemu lagi di sini. Aku pun berhenti sebentar untuk mengobrol dengan mereka sambil menunggu personil yang di belakangku melewatiku semua. Jika semuanya sudah lewat, baru aku akan turun menyusul mereka.
Setelah beberapa waktu, semua personilku sudah melewatiku. Aku pun juga segera berpamitan dengan teman-teman yang kutemui di pos 5 ini. Mereka rencananya mau menginap di sini. Aku ucapkan selamat tinggal kepada mereka dan berpesan supaya tetap berhati-hati. Setelah berpamitan, aku segera jalan turun menyusul personilku. Sesampainya aku di pos 4 ternyata mereka semua juga sudah sampai. Ketika aku melakukan koordinasi untuk perjalanan turun menuju ke basecamp, kami baru menyadari bahwa personil kami kurang 5 orang. Aku pun segera melakukan identifikasi, ternyata yang belum ada di sini ada 3 orang cowok dan 2 orang cewek. Sebut saja mereka Adam, Muklis, Amar, Nia, dan Siska. Seingatku mereka semua sudah melewatiku ketika aku tadi berhenti di pos 5. Berarti mereka 'hilang' di antara pos 5 Dan pos 4.
Setelah berpikir sejenak, aku akhirnya mengambil keputusan. Tim tetap turun menuju ke basecamp di pimpin salah satu senior alumni organisasiku. Nanti sesampainya mereka di basecamp mereka akan melapor kepada petugas basecamp mengenai kejadian ini. Sedangkan aku tetap tinggal di pos 4 ditemani oleh 2 orang personil pilihanku sendiri yaitu Irwan dan Andre yang menurut penilaianku memiliki kemampuan yang kubutuhkan. Aku juga meminta tenda dan beberapa peralatan lain ditinggal, juga logistik secukupnya untuk kami bertiga di sini. Sebelum turun Ganis mendekatiku dan memberiku ucapan semangat untuk memotivasiku menemukan teman-temannya yang hilang.
"Kamu hati-hati di sini ya Om. Tetap semangat dan fokus buat nemuin teman-teman. Jangan mikirin aku, aku udah aman bareng anak-anak yang lain" ucapnya.
"Iya, Til. Kamu juga hati-hati turunnya. InsyaAllah mereka pasti kutemukan" ucapku.
Tak lama berselang mereka pun turun menuju basecamp meninggalkan aku di sini bersama dua orang yang menemaniku.
"Sini kumpul dulu. Kita briefing dulu buat bikin rencana pencarian. Wan, keluarin Peta" ucapku pada kedua orang anggota tim ku.
"Siap Kak" ucap Irwan dan Andre.
Sejenak aku mengamati peta terlebih dahulu dan membuat tanda menggunakan pensil sebelum memulai briefing.
"Kita sekarang berada di sini" ucapku sambil menunjuk salah satu tanda yang sudah ku buat, dan mereka berdua memperhatikan dengan seksama.
"Sedangkan pos 5 Ada di sini" sambungku sambil menunjuk tanda yang lain.
"Jalurnya kurang lebih melalui punggungan ini. Kalau mereka tidak sampai di sini, kemungkinannya hanya satu, mereka kehilangan orientasi dan menuju ke arah ini. Memang di arah ini sebenarnya ada jalurnya. Dulunya ini bukan jalur pendakian untuk umum, tapi jalur penduduk mencari rumput. Tapi belakangan jalur ini mulai dibuka untuk pendakian. Nanti tembusnya di desa Candi (sebut saja begitu) desa sebelah basecamp kita. Cuma masalahnya di tengah-tengah jalur ini ada persimpangan. Jika mereka ambil lurus ketika sampai persimpangan ini, aku yakin mereka selamat dan sampai di Desa Candi, tapi kalau mereka ambil kiri, habislah sudah. Karena jalur ke kiri itu arahnya menuju ke bukit tengkorak yang sangat berbahaya dan terkenal sangat angker" jelasku pada mereka.
"Terus kita harus bagaimana, Kak?" ucap Andre.
"Sementara sikap kita 'wait and see' dulu. Kita tunggu di sini, siapa tau mereka inisiatif kembali ke atas ketika menyadari mereka tersesat. Batas waktunya besok pagi. Kalau besok pagi mereka belum kembali, kita mulai pencarian. Aku yakin besok pagi-pagi ada tim basecamp kesini kalau aku belum sampai di bawah malam ini" ucapku.
"Oke kak" ucap mereka.
"Tapi Kita harus selalu waspada, siapa tau mereka kembali sewaktu-waktu dan siapa tau juga kondisi mereka tidak bagus atau kecelakaan. Semoga saja tidak" ucapku.
"Siap" ucap mereka.
Usai briefing aku menyuruh mereka istirahat lebih dulu untuk menjaga stamina mereka jika sewaktu-waktu aku membutuhkannya. Sedangkan aku berjaga di luar tenda sambil ngopi ditemani rokok favoritku dan mengawasi sekitar siapa tau mereka yang tersesat mengirimkan tanda, apapun itu.
Aku masih menunggu dengan harap-harap cemas. Setiap ada pendaki yang turun aku selalu bertanya kepada mereka apakah ketemu dengan lima orang dengan ciri-ciri tertentu. Tetapi tak satupun ada jawaban yang menyenangkan. Hingga sore datang, Irwan dan Andre pun sudah bangun dan keluar tenda.
"Istirahat dulu, Kak. Gantian kami yang jaga" ucap Irwan.
"Awasi sebelah sana ya Wan, Ndre. Lokasi mereka tersesat sepertinya di sekitar sana, menurut prediksiku" ucapku pada mereka lalu aku masuk ke dalam tenda.
Di dalam tenda aku merebahkan badanku. Aku mencoba tidur untuk mengumpulkan kembali staminaku yang sudah cukup terkuras. Tetapi hingga beberapa lama, aku tetap Tak bisa tidur. Rasa khawatir bercampur sedikit takut selalu mengangguku. Aku khawatir dengan kondisi 5 orang yang tersesat tadi dan takut jika hal buruk terjadi pada mereka, aku harus mempertanggung jawabkannya pada keluarga mereka. Karena benar-benar tidak bisa tidur, akhirnya aku memutuskan keluar tenda. Ternyata di luar sudah gelap. Malam sudah datang dan sama sekali belum ada tanda-tanda keberadaan 5 orang yang tersesat tadi.
"Wan, Ndre... Masak gih. Kita makan dulu. Seadanya aja" ucapku pada mereka berdua.
"Siap Kak. In**mie goreng gpp ya Kak. Gak ada beras soalnya" ucap Andre.
"Gpp. Yang penting makan" jawabku.
Usai makan, kami bertiga ngobrol-ngobrol di luar tenda sambil tetap mengawasi situasi. Untungnya malam ini tidak turun hujan. Hanya anginnya yang sedikit kencang membuat suhu menjadi lebih dingin. Tapi kami bertiga seolah tidak merasakan hawa dingin itu. Konsentrasi kami sepenuhnya kami curahkan untuk bersiaga mengawasi siapa tau ada petunjuk dari mereka berlima.
Kurang lebih jam 9 malam terlihat sorot lampu senter dari pos 5. Kebetulan posisi pos 5 itu lebih tinggi dari pos 4 dan tidak terhalang bukit lainnya. Sederhananya, pos 5 terlihat dari pos 4. Dan jaraknya tidak terlalu jauh. Paling sekitar 500 meteran saja. Melihat tanda itu, aku inisiatif teriak meneriakkan salah satu nama dari 5 orang yang tersesat tadi.
"Maaaaaarr..... Aaamaaaaaaarrrr..." teriakku sekuat tenaga mengarah ke pos 5.
Ada jawaban teriakan juga dari mereka, tapi aku tidak begitu jelas apa yang diucapkan. Hingga beberapa kali aku mengulanginya, mereka masih tetap merespon. Kalau memang benar itu Amar dan kawan-kawan, kenapa mereka tidak langsung turun saja, tapi masih tetap di sana. Apa mereka mengalami kebingungan akibat panik? Tak lama kemudian sinar senter tadi menghilang. Tanpa membuang waktu aku pun berinisiatif menyusul ke atas bersama Irwan. Sedangkan Andre aku tugaskan tetap standby di sini.
Dengan membawa senter dan sebotol air minum, aku dan Irwan segera menyusul ke atas menuju ke pos 5. Kami berjalan cepat dan terkadang berlari karena kami tidak mau membuang waktu. Tak butuh waktu lama, hanya 15 menit kami sudah sampai di pos 5. Tapi kami tidak menemukan orang yang kami panggil tadi. Suasana di pos 5 benar-benar sepi. Hanya ada beberapa tenda yang berdiri sekitar 50 meter dari pos. Itu tenda orang yang kuajak ngobrol tadi siang. Kenalanku.
"Kok sepi ya Kak? Orang-orang tadi kemana ya?" Ucap Irwan.
"Gak tau Wan. Kita tanya orang-orang di tenda itu aja" ucapku.
"Jangan-jangan mereka bukan orang, Kak" sahut Irwan.
"Sssttt. Jangan sembarangan kalo ngomong. Mikir positif aja" ucapku.
"Iya. Maaf Kak" sahut Irwan.
"Ben.. Beni..." Ucapku memanggil orang di dalam tenda yang aku tau bernama Beni.
"Iya.. Bang" jawabnya dari dalam.
"Keluar dulu Ben, bentar. Gw mau minta tolong" ucapku dan Beni pun segera keluar.
"Iye bang. Ada apaan? Kirain udah turun tadi" ucapnya setelah keluar dari tenda.
"Bocah gw ada yang ilang 5 orang, Ben" ucapku.
"Astaghfirullah.. siapa bang?" ucap Beni, dan seketika kawan-kawan Beni ikut keluar begitu mendengar ada yang ilang. Begini memang solidaritas sesama pendaki gunung. Jika ada yang kesusahan, yang lain selalu siap membantu, baik kenal maupun tidak kenal.
Aku pun menceritakan kronologis hilangnya anggota timku, menurut prediksiku, lengkap beserta nama-nama mereka dan ciri-cirinya.
"Nah barusan tadi, Ben. Ya kurang lebih 15 menitan yang lalu gw lihat beberapa cahaya senter di sini. Gw lihat dari bawah sih. Terus gw teriak manggil nama mereka. Mereka respon, makanya gw kira itu bocah gw yang ilang. Pas gw susul kesini ternyata gak ada siapa-siapa. Kalian denger gak tadi ada orang di sini?" Ucapku pada mereka.
"Gw gak denger apa-apa bang. Gak tau yang lain" ucap Beni dan yang lain hanya geleng-geleng.
"Terus sekarang gimana Bang?" Sambung Beni.
"Gini Ben. Gw mau minta tolong nih. Kalo besok loe batal muncak gimana? Loe bantuin gw dulu" ucapku.
"Gpp bang. Gw gak usah lanjut. Gw Bantu loe dulu sampe kelar ini masalah" ucap Beni. Di luar dugaan, semua teman-teman Beni juga membatalkan rencana muncak mereka. Mereka siap membantuku mencari anggotaku yang hilang.
"Oke kalo gitu. Pertama, gw makasih banget sama kalian yang rela batalin rencana muncak kalian buat bantu gw. Kedua gw minta maaf udah ganggu acara liburan kalian. Gw hargai solidaritas kalian. Kalian sodara gw selamanya" ucapku.
"Sekarang gw mau bikin rencana. Setelah ini gw mau ajak loe, Ben, turun ke jalur Candi. Kita berdua aja. Kita telusuri jalur itu sampe Desa Candi. Kalo Kita gak nemuin mereka, kita langsung ke basecamp. Kalo sampe basecamp masih belum ada juga, kita tidur. Subuh kita naik lagi bareng anak basecamp kesini kita nyari lagi. Yang lainnya, besok sekitar jam 10 an kalo gw sama Beni belum ada nyampe sini, kalian langsung turun aja. Berarti mereka udah ketemu. Gimana?" Sambungku.
"Siap bang. Gpp. Naik gunung mah bisa lagi lain kali. Masalah ini jauh lebih penting bang" ucap Beni.
"Yang lainnya, gw minta tolong bantuin 2 orang anggota gw yang gw tinggal di pos 4 ya" ucapku pada teman-teman Beni.
"Siap Bang" ucap mereka.
Tanpa banyak membuang waktu, aku dan Beni langsung bersiap untuk turun lewat jalur Candi tadi. Sedangkan Irwan aku suruh turun ke pos 4 dan standby di sana bersama Andre.
Sepanjang perjalananku turun bersama Beni, kami terus mengawasi sekitar jalur, siapa tau ada tanda-tanda mereka. Hingga sampai di persimpangan yang salah satunya menuju bukit tengkorak tadi aku dan Beni berhenti lalu melakukan observasi di sekitar wilayah itu. Ternyata aku tidak menemukan tanda-tanda keberadaan mereka. Aku dan Beni pun melanjutkan perjalanan turun. Kami berjalan cepat. Tepatnya berlari sih. Supaya kami bisa lebih cepat sampai di Desa Candi. Masih ada keyakinan dalam diriku bahwa mereka berada di sana.
Setelah selesai apel dan bapak kepala sekolah sudah melepas pemberangkatan kami secara simbolis, rombongan kami pun segera berangkat menuju ke basecamp gunung yang hendak kami daki dengan menggunakan kendaraan truk. Sepanjang perjalanan kami ngobrol-ngobrol dan bercanda supaya tidak bosan. Perjalanan ini memakan waktu sekitar 4 jam. Cukup membosankan memang. Tapi kami tetap menikmatinya dalam kebersamaan hingga tak terasa sampailah kami di tempat tujuan yaitu basecamp gunung yang hendak kami daki.
Setelah semuanya turun dan memastikan tidak ada barang yang tertinggal di dalam truk, salah satu perwakilan dari kami melapor ke petugas basecamp sekaligus melakukan registrasi untuk pendakian. Setelah semuanya selesai, kami pun beristirahat di tempat yang sudah di sediakan. Seperti biasa, malam ini kami akan menginap dulu semalam di sini dan baru besok setelah subuh kami mulai perjalanan pendakian ini.
Paginya kami mulai perjalanan pendakian setelah sarapan, pemanasan, dan tentunya doa bersama. Sepanjang perjalanan pendakian Ganis jarang sekali dekat atau nempel-nempel padaku seperti layaknya orang pacaran. Dia justru lebih banyak membaur dengan teman-temannya. Ini salah satu sikap Ganis yang sangat kusukai. Dia punya prinsip kalau sedang bersama-sama ya bersama-sama, jangan pernah ambil kesempatan berduaan saja. Disamping dia juga paham kalau tugas dan tanggung jawabku tidak hanya melindungi dia saja, tetapi seluruh peserta pendakian ini. Awal perjalanan pendakian ini lancar tidak ada halangan berarti. Cuaca juga sangat mendukung.
Proses pendakian kami berjalan santai tapi stabil. Artinya kami tidak terburu-buru dengan berjalan cepat yang biasanya justru lebih cepat menguras stamina. Kami berhenti untuk beristirahat hanya sesekali dan itupun waktunya tidak lama. Oleh karenanya, Kami malah bisa segera sampai di target lokasi yang sudah ditentukan yaitu pos 4 dan stamina kami masih cukup terjaga. Kurang lebih jam 11 siang kami sudah sampai di pos 4 ini. Gunung ini memiliki total 5 pos. Jika kami sudah sampai di pos 4 artinya kami sudah dekat dengan puncak. Rencana kami, di pos 4 ini akan mendirikan basecamp. Masak dan makan siang di sini lalu segera melanjutkan perjalanan ke puncak setelah makan siang.
Setelah semuanya sampai di pos 4, kami segera membagi tugas. Sebagian mendirikan tenda, sebagian lagi memasak untuk makan siang. Semuanya mendapatkan tugas, kecuali aku. Tugasku hanya mengawasi saja. Tujuan kami mendirikan tenda disini hanya untuk tempat menyimpan barang yang akan ditinggal ketika perjalanan ke puncak nanti. Rencananya memang kami hanya membawa barang seperlunya saja yang dirasa penting untuk ke puncak nanti supaya tidak membebani perjalanan kami, karena kondisi medan jalur dari pos 4 ke puncak lebih berat daripada basecamp ke pos 4. Jadi kami harus pintar-pintar mengatur manajemen perjalanan kami supaya semuanya bisa sukses sampai di puncak.
Usai makan siang, kami pun segera bersiap melanjutkan perjalanan. Teknis perjalanan menuju ke puncak kami rubah menyesuaikan medan perjalanan. Karena medan yang relatif lebih berat dan resiko lebih besar, maka kami mengatur formasi dengan menempatkan pesonil cewek diantara personil cowok. Kebetulan personil cowok lebih banyak jadi bisa diatur seperti ini. Kami berjalan pelan dan hati-hati karena di beberapa titik jalurnya sempit dan sampingnya jurang. Dengan beragam usaha dan perjuangan, akhirnya kami semua sampai juga di puncak.
Kurang lebih jam 14.00 kami semua sudah berkumpul di puncak. Kami membuat posisi melingkar saling bergandengan tangan. Lalu aku masuk ke dalam lingkaran dan mulai bicara kepada mereka semua.
"Alhamdulillah akhirnya kita semua sampai di puncak gunung ini dengan selamat setelah melalui perjuangan perjalanan yang tidak mudah. Mari Kita panjatkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah menciptakan alam yang begitu indah sehingga kita bisa menikmatinya dari atas sini. Satu hal lagi, jangan pernah kita bersombong diri setelah mencapai kesuksesan seperti ini. Pada dasarnya kita ini hanya titik debu kecil diantara besarnya ciptaan Tuhan. Jadi tidak ada satupun hal yang dapat kita sombongkan dihadapan-Nya. Terakhir, saya berharap kalian semua bisa tetap menjaga kekompakan dan eratnya persaudaraan dalam keluarga besar organisasi kita ini. Setelah ini silahkan kalian nikmati suasana di puncak ini. Tapi kalian harus tetap menjaga kebersihan di sini. Target kita jam 14.30 kita langsung turun lagi. Mengerti?" Ucapku.
"Mengertiiii" jawab mereka bersamaan.
Lalu aku pun membubarkan mereka untuk memberi waktu mereka menikmati suasana puncak gunung ini. Ada yang berfoto-foto, ada yang makan cemilan, Ada yang main kartu, dan lain-lain. Aku pun membaur bersama mereka. Sejauh ini perjalanan pendakian ini lancar tanpa halangan berarti. Insiden justru terjadi ketika perjalanan turun nanti.
Jam 14.30 aku menginstruksikan mereka untuk bersiap perjalanan turun. Mereka juga sudah cukup merasa puas menikmati suasana di puncak gunung ini. Rencananya nanti kami akan langsung lanjut turun ke basecamp dan menginap di basecamp semalam. Besok siang baru pulang ke rumah. Setelah semuanya siap, kami pun segera memulai perjalanan turun menuju ke pos 4 terlebih dulu karena sebagian barang kami tinggalkan di sana. Perjalanan turun kali ini aku tidak berada di paling belakang, tetapi di tengah-tengah supaya bisa mengontrol depan dan belakang.
Sesampainya di pos 5, aku bertemu dengan orang yang kukenal. Mereka satu rombongan dulu kukenal dari gunung juga, dan sekarang bertemu lagi di sini. Aku pun berhenti sebentar untuk mengobrol dengan mereka sambil menunggu personil yang di belakangku melewatiku semua. Jika semuanya sudah lewat, baru aku akan turun menyusul mereka.
Setelah beberapa waktu, semua personilku sudah melewatiku. Aku pun juga segera berpamitan dengan teman-teman yang kutemui di pos 5 ini. Mereka rencananya mau menginap di sini. Aku ucapkan selamat tinggal kepada mereka dan berpesan supaya tetap berhati-hati. Setelah berpamitan, aku segera jalan turun menyusul personilku. Sesampainya aku di pos 4 ternyata mereka semua juga sudah sampai. Ketika aku melakukan koordinasi untuk perjalanan turun menuju ke basecamp, kami baru menyadari bahwa personil kami kurang 5 orang. Aku pun segera melakukan identifikasi, ternyata yang belum ada di sini ada 3 orang cowok dan 2 orang cewek. Sebut saja mereka Adam, Muklis, Amar, Nia, dan Siska. Seingatku mereka semua sudah melewatiku ketika aku tadi berhenti di pos 5. Berarti mereka 'hilang' di antara pos 5 Dan pos 4.
Setelah berpikir sejenak, aku akhirnya mengambil keputusan. Tim tetap turun menuju ke basecamp di pimpin salah satu senior alumni organisasiku. Nanti sesampainya mereka di basecamp mereka akan melapor kepada petugas basecamp mengenai kejadian ini. Sedangkan aku tetap tinggal di pos 4 ditemani oleh 2 orang personil pilihanku sendiri yaitu Irwan dan Andre yang menurut penilaianku memiliki kemampuan yang kubutuhkan. Aku juga meminta tenda dan beberapa peralatan lain ditinggal, juga logistik secukupnya untuk kami bertiga di sini. Sebelum turun Ganis mendekatiku dan memberiku ucapan semangat untuk memotivasiku menemukan teman-temannya yang hilang.
"Kamu hati-hati di sini ya Om. Tetap semangat dan fokus buat nemuin teman-teman. Jangan mikirin aku, aku udah aman bareng anak-anak yang lain" ucapnya.
"Iya, Til. Kamu juga hati-hati turunnya. InsyaAllah mereka pasti kutemukan" ucapku.
Tak lama berselang mereka pun turun menuju basecamp meninggalkan aku di sini bersama dua orang yang menemaniku.
"Sini kumpul dulu. Kita briefing dulu buat bikin rencana pencarian. Wan, keluarin Peta" ucapku pada kedua orang anggota tim ku.
"Siap Kak" ucap Irwan dan Andre.
Sejenak aku mengamati peta terlebih dahulu dan membuat tanda menggunakan pensil sebelum memulai briefing.
"Kita sekarang berada di sini" ucapku sambil menunjuk salah satu tanda yang sudah ku buat, dan mereka berdua memperhatikan dengan seksama.
"Sedangkan pos 5 Ada di sini" sambungku sambil menunjuk tanda yang lain.
"Jalurnya kurang lebih melalui punggungan ini. Kalau mereka tidak sampai di sini, kemungkinannya hanya satu, mereka kehilangan orientasi dan menuju ke arah ini. Memang di arah ini sebenarnya ada jalurnya. Dulunya ini bukan jalur pendakian untuk umum, tapi jalur penduduk mencari rumput. Tapi belakangan jalur ini mulai dibuka untuk pendakian. Nanti tembusnya di desa Candi (sebut saja begitu) desa sebelah basecamp kita. Cuma masalahnya di tengah-tengah jalur ini ada persimpangan. Jika mereka ambil lurus ketika sampai persimpangan ini, aku yakin mereka selamat dan sampai di Desa Candi, tapi kalau mereka ambil kiri, habislah sudah. Karena jalur ke kiri itu arahnya menuju ke bukit tengkorak yang sangat berbahaya dan terkenal sangat angker" jelasku pada mereka.
"Terus kita harus bagaimana, Kak?" ucap Andre.
"Sementara sikap kita 'wait and see' dulu. Kita tunggu di sini, siapa tau mereka inisiatif kembali ke atas ketika menyadari mereka tersesat. Batas waktunya besok pagi. Kalau besok pagi mereka belum kembali, kita mulai pencarian. Aku yakin besok pagi-pagi ada tim basecamp kesini kalau aku belum sampai di bawah malam ini" ucapku.
"Oke kak" ucap mereka.
"Tapi Kita harus selalu waspada, siapa tau mereka kembali sewaktu-waktu dan siapa tau juga kondisi mereka tidak bagus atau kecelakaan. Semoga saja tidak" ucapku.
"Siap" ucap mereka.
Usai briefing aku menyuruh mereka istirahat lebih dulu untuk menjaga stamina mereka jika sewaktu-waktu aku membutuhkannya. Sedangkan aku berjaga di luar tenda sambil ngopi ditemani rokok favoritku dan mengawasi sekitar siapa tau mereka yang tersesat mengirimkan tanda, apapun itu.
Aku masih menunggu dengan harap-harap cemas. Setiap ada pendaki yang turun aku selalu bertanya kepada mereka apakah ketemu dengan lima orang dengan ciri-ciri tertentu. Tetapi tak satupun ada jawaban yang menyenangkan. Hingga sore datang, Irwan dan Andre pun sudah bangun dan keluar tenda.
"Istirahat dulu, Kak. Gantian kami yang jaga" ucap Irwan.
"Awasi sebelah sana ya Wan, Ndre. Lokasi mereka tersesat sepertinya di sekitar sana, menurut prediksiku" ucapku pada mereka lalu aku masuk ke dalam tenda.
Di dalam tenda aku merebahkan badanku. Aku mencoba tidur untuk mengumpulkan kembali staminaku yang sudah cukup terkuras. Tetapi hingga beberapa lama, aku tetap Tak bisa tidur. Rasa khawatir bercampur sedikit takut selalu mengangguku. Aku khawatir dengan kondisi 5 orang yang tersesat tadi dan takut jika hal buruk terjadi pada mereka, aku harus mempertanggung jawabkannya pada keluarga mereka. Karena benar-benar tidak bisa tidur, akhirnya aku memutuskan keluar tenda. Ternyata di luar sudah gelap. Malam sudah datang dan sama sekali belum ada tanda-tanda keberadaan 5 orang yang tersesat tadi.
"Wan, Ndre... Masak gih. Kita makan dulu. Seadanya aja" ucapku pada mereka berdua.
"Siap Kak. In**mie goreng gpp ya Kak. Gak ada beras soalnya" ucap Andre.
"Gpp. Yang penting makan" jawabku.
Usai makan, kami bertiga ngobrol-ngobrol di luar tenda sambil tetap mengawasi situasi. Untungnya malam ini tidak turun hujan. Hanya anginnya yang sedikit kencang membuat suhu menjadi lebih dingin. Tapi kami bertiga seolah tidak merasakan hawa dingin itu. Konsentrasi kami sepenuhnya kami curahkan untuk bersiaga mengawasi siapa tau ada petunjuk dari mereka berlima.
Kurang lebih jam 9 malam terlihat sorot lampu senter dari pos 5. Kebetulan posisi pos 5 itu lebih tinggi dari pos 4 dan tidak terhalang bukit lainnya. Sederhananya, pos 5 terlihat dari pos 4. Dan jaraknya tidak terlalu jauh. Paling sekitar 500 meteran saja. Melihat tanda itu, aku inisiatif teriak meneriakkan salah satu nama dari 5 orang yang tersesat tadi.
"Maaaaaarr..... Aaamaaaaaaarrrr..." teriakku sekuat tenaga mengarah ke pos 5.
Ada jawaban teriakan juga dari mereka, tapi aku tidak begitu jelas apa yang diucapkan. Hingga beberapa kali aku mengulanginya, mereka masih tetap merespon. Kalau memang benar itu Amar dan kawan-kawan, kenapa mereka tidak langsung turun saja, tapi masih tetap di sana. Apa mereka mengalami kebingungan akibat panik? Tak lama kemudian sinar senter tadi menghilang. Tanpa membuang waktu aku pun berinisiatif menyusul ke atas bersama Irwan. Sedangkan Andre aku tugaskan tetap standby di sini.
Dengan membawa senter dan sebotol air minum, aku dan Irwan segera menyusul ke atas menuju ke pos 5. Kami berjalan cepat dan terkadang berlari karena kami tidak mau membuang waktu. Tak butuh waktu lama, hanya 15 menit kami sudah sampai di pos 5. Tapi kami tidak menemukan orang yang kami panggil tadi. Suasana di pos 5 benar-benar sepi. Hanya ada beberapa tenda yang berdiri sekitar 50 meter dari pos. Itu tenda orang yang kuajak ngobrol tadi siang. Kenalanku.
"Kok sepi ya Kak? Orang-orang tadi kemana ya?" Ucap Irwan.
"Gak tau Wan. Kita tanya orang-orang di tenda itu aja" ucapku.
"Jangan-jangan mereka bukan orang, Kak" sahut Irwan.
"Sssttt. Jangan sembarangan kalo ngomong. Mikir positif aja" ucapku.
"Iya. Maaf Kak" sahut Irwan.
"Ben.. Beni..." Ucapku memanggil orang di dalam tenda yang aku tau bernama Beni.
"Iya.. Bang" jawabnya dari dalam.
"Keluar dulu Ben, bentar. Gw mau minta tolong" ucapku dan Beni pun segera keluar.
"Iye bang. Ada apaan? Kirain udah turun tadi" ucapnya setelah keluar dari tenda.
"Bocah gw ada yang ilang 5 orang, Ben" ucapku.
"Astaghfirullah.. siapa bang?" ucap Beni, dan seketika kawan-kawan Beni ikut keluar begitu mendengar ada yang ilang. Begini memang solidaritas sesama pendaki gunung. Jika ada yang kesusahan, yang lain selalu siap membantu, baik kenal maupun tidak kenal.
Aku pun menceritakan kronologis hilangnya anggota timku, menurut prediksiku, lengkap beserta nama-nama mereka dan ciri-cirinya.
"Nah barusan tadi, Ben. Ya kurang lebih 15 menitan yang lalu gw lihat beberapa cahaya senter di sini. Gw lihat dari bawah sih. Terus gw teriak manggil nama mereka. Mereka respon, makanya gw kira itu bocah gw yang ilang. Pas gw susul kesini ternyata gak ada siapa-siapa. Kalian denger gak tadi ada orang di sini?" Ucapku pada mereka.
"Gw gak denger apa-apa bang. Gak tau yang lain" ucap Beni dan yang lain hanya geleng-geleng.
"Terus sekarang gimana Bang?" Sambung Beni.
"Gini Ben. Gw mau minta tolong nih. Kalo besok loe batal muncak gimana? Loe bantuin gw dulu" ucapku.
"Gpp bang. Gw gak usah lanjut. Gw Bantu loe dulu sampe kelar ini masalah" ucap Beni. Di luar dugaan, semua teman-teman Beni juga membatalkan rencana muncak mereka. Mereka siap membantuku mencari anggotaku yang hilang.
"Oke kalo gitu. Pertama, gw makasih banget sama kalian yang rela batalin rencana muncak kalian buat bantu gw. Kedua gw minta maaf udah ganggu acara liburan kalian. Gw hargai solidaritas kalian. Kalian sodara gw selamanya" ucapku.
"Sekarang gw mau bikin rencana. Setelah ini gw mau ajak loe, Ben, turun ke jalur Candi. Kita berdua aja. Kita telusuri jalur itu sampe Desa Candi. Kalo Kita gak nemuin mereka, kita langsung ke basecamp. Kalo sampe basecamp masih belum ada juga, kita tidur. Subuh kita naik lagi bareng anak basecamp kesini kita nyari lagi. Yang lainnya, besok sekitar jam 10 an kalo gw sama Beni belum ada nyampe sini, kalian langsung turun aja. Berarti mereka udah ketemu. Gimana?" Sambungku.
"Siap bang. Gpp. Naik gunung mah bisa lagi lain kali. Masalah ini jauh lebih penting bang" ucap Beni.
"Yang lainnya, gw minta tolong bantuin 2 orang anggota gw yang gw tinggal di pos 4 ya" ucapku pada teman-teman Beni.
"Siap Bang" ucap mereka.
Tanpa banyak membuang waktu, aku dan Beni langsung bersiap untuk turun lewat jalur Candi tadi. Sedangkan Irwan aku suruh turun ke pos 4 dan standby di sana bersama Andre.
Sepanjang perjalananku turun bersama Beni, kami terus mengawasi sekitar jalur, siapa tau ada tanda-tanda mereka. Hingga sampai di persimpangan yang salah satunya menuju bukit tengkorak tadi aku dan Beni berhenti lalu melakukan observasi di sekitar wilayah itu. Ternyata aku tidak menemukan tanda-tanda keberadaan mereka. Aku dan Beni pun melanjutkan perjalanan turun. Kami berjalan cepat. Tepatnya berlari sih. Supaya kami bisa lebih cepat sampai di Desa Candi. Masih ada keyakinan dalam diriku bahwa mereka berada di sana.
0