- Beranda
- Stories from the Heart
Gunung Hutan Dan Puisi
...
TS
arga.mahendraa
Gunung Hutan Dan Puisi
Pada pekat kabut yang menjalar di hamparan tanahtanah tinggi
Kulantunkan katakata sebagai penggalan doa
Untukmu yang kini telah sempurna hadir..
Pada peluh yang telah mengalir
Ketika kita ayunkan langkahlangkah
Menuju tempattempat teduh
Untuk menyemayamkan rasamu dan rasaku
Kini telah menyatu sudah
dan beku udara ini akan semakin kuat mengikatnya
Kita memang sering berbeda dalam banyak Hal
Namun Gunung, Hutan Dan Puisi selalu mampu menyatukannya..
***
Kulantunkan katakata sebagai penggalan doa
Untukmu yang kini telah sempurna hadir..
Pada peluh yang telah mengalir
Ketika kita ayunkan langkahlangkah
Menuju tempattempat teduh
Untuk menyemayamkan rasamu dan rasaku
Kini telah menyatu sudah
dan beku udara ini akan semakin kuat mengikatnya
Kita memang sering berbeda dalam banyak Hal
Namun Gunung, Hutan Dan Puisi selalu mampu menyatukannya..
***

Sebelumnya ijinkan saya untuk ikut berbagi cerita di forum ini. Forum yang sudah lumayan lama saya ikuti sebagai SR.. Salam kenal, saya Arga..
Cerita saya mungkin tidak terlalu menarik dan membahana seperti cerita-cerita fenomenal di SFTH ini. Hanya cerita biasa dari bagian kisah hidup saya. Semoga masih bisa dibaca dan dinikmati.
Seperti biasa, seluruh nama tokoh, dan tempat kejadian disamarkan demi kebaikan semuanya. Boleh kepo, tapi seperlunya saja ya.. seperti juga akan seperlunya pula saya menanggapinya..
Update cerita tidak akan saya jadwalkan karena saya juga punya banyak kesibukan. Tapi akan selalu saya usakan update sesering mungkin sampai cerita inI tamat, jadi jangan ditagih-tagih updetannya yaa..
Baiklah, tidak perlu terlalu berpanjang lebar, kita mulai saja...
****
Medio 2005...
Hari itu sore hari di sela kegiatan pendidikan untuk para calon anggota baru organisasi pencinta alam dan penempuh rimba gunung yang aku rintis tujuh tahun yang lalu sekaligus sekarang aku bina. Aku sedang santai sambil merokok ketika salah satu partnerku mendatangiku.
"Ga, tuh ada salah satu peserta cewek yg ikut pendidikan cuma karena Ada pacarnya yang ikut, kayaknya dia ga beneran mau ikut organisasi deh, tapi cuma ngikut pacarnya"
"Masak sih? Yang mana? Kok aku ga perhatiin ya" jawabku
"Kamu terlalu serius mikirin gimana nanti teknis di lapangan sih Ga, malah jadi ga merhatiin pesertamu sendiri" lanjutnya
"Coba deh nanti kamu panggil aja trus tanyain bener apa ga, namanya Ganis.. aku ke bagian logistik dulu" Kata temanku sambil meninggalkanku
"OK, nanti coba aku tanya" jawabku
"Pulangin aja kalo emang bener Ga.. ga bener itu ikut organisasi cuma buat pacaran" sahutnya lagi dari kejauhan sambil teriak
Dan aku pun cuma menjawab dengan acungan jempol saja
***
Pada malam harinya aku mengumpulkan seluruh peserta pendidikan di lapangan. Malam itu ada sesi pengecekan logistik peserta sekaligus persiapan untuk perjalanan ke gunung besok pagi untuk pendidikan lapangan.
Kurang lebih 2 jam selesai juga pengecekan logistik seluruh peserta pendidikan. Dan aku pun memulai aksiku.
"Yang merasa bernama Ganis keluar dari barisan dan maju menghadap saya sekarang..!!!" Teriakku di depan mereka
Tak lama keluarlah seorang cewek dari barisan dan menghadapku. Aku tidak terlalu memperhatikan wajahnya, entah cantik atau biasa saja aku tak terlalu peduli karena aku sudah sedikit emosi sejak sore tadi temanku mengatakan kalau dia ikut kegiatan ini cuma karena pacarnya ikut.
"Benar kamu yang bernama Ganis?"
"Ya benar, Kak"
"Kamu ngapain ikut kegiatan ini!?"
"Karena saya ingin jadi anggota Kak"
"Dasar pembohong..!!!" Bentakku seketika
Dan dia pun langsung menunduk
"Hey, siapa suruh nunduk?? Kalau ada yang ngomong dilihat!! Kamu tidak menghargai seniormu!!"
"Siap, maaf Kak" jawabnya sambil langsung melihatku
"Saya dengar kamu ikut kegiatan ini karena pacar kamu ikut juga!! Benar begitu? Jawab!!"
"Siap, tidak Kak, saya ikut karena saya sendiri ingin ikut, tidak ada hubungannya dengan pacar!" Jawabnya tegas
"Tapi pacar kamu juga ikut kan!?"
"Siap benar"
"Siapa namanya!?"
"Alan Kak"
"Yang merasa bernama Alan, maju ke depan" teriakku di depan peserta lainnya
Kemudian datanglah cowok bernama Alan itu di depanku
"Benar kamu yang bernama Alan?" Tanyaku pada cowok itu
"Siap, benar Kak" jawabnya
"Benar kamu pacarnya Ganis?"
"Siap benar Kak"
"Kamu ikut kegiatan ini cuma buat ajang pacaran!!?? Kamu cuma mau cari tempat buat pacaran??"
"Tidak Kak"
"Kalian berdua masih mau jadi anggota organisasi ga!!?"
"Siap, masih mau Kak" jawab mereka berdua
"Baik, saya berikan pilihan, kalian berdua saat ini juga putus dan lanjut ikut pendidikan, atau tetap pacaran tapi sekarang juga pulang tidak usah lanjut ikut pendidikan dan jadi anggota organisasi.. silahkan tentukan pilihan sekarang!!"
***
Spoiler for INDEX:
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 10 suara
Siapakah yang bakal jadi istri TS?
Rika
30%
Winda
20%
Dita
0%
Ganis
40%
Tokoh Yang Belum Muncul
10%
Diubah oleh arga.mahendraa 20-10-2018 13:37
kimpoijahat dan anasabila memberi reputasi
3
31.4K
264
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
arga.mahendraa
#135
30. Ganis
Akhir Desember 2006
Sore itu aku sedang santai di kostnya Rika. Yap hari ini memang aku sedang main ke kostnya. Iseng saja sih sebenarnya karena suntuk setiap hari dengan aktifitas yang itu-itu saja. Ganis masih setia menelponku setiap malam, meskipun siangnya mulai jarang main ke basecamp seperti saranku tempo hari supaya orang tuanya mengijinkan tetap aktif di organisasi. Winda masih hampir setiap hari datang memintaku mengantar jemput kuliah menggunakan motornya. Tapi hari ini aku terpaksa menolaknya karena aku memang berencana mau main ke kost Rika.
"Kamu mau ngajak aku kemana, Ga?" Tanya Rika
"Gak kemana-kemana sih Rik. Aku cuma pengen nongkrong aja di sini" jawabku
"Ya udah kalo gitu. Anak-anak gimana kabarnya?"
"Anak-anak yang mana ini maksudnya?"
"Semuanya lah"
"Anak-anak basecamp baik semua sih. Sandi sekarang jarang main. Paling kalo malam doang. Kalo anak-anak organisasi ya gitu lah. Mereka sekarang kan lagi masa perekrutan calon anggota baru. Lagi pada nyari calon anggota di siswa baru" ucapku.
"Ganis masih sering main?" Tanyanya lagi.
"Kadang-kadang aja sih sekarang. Tapi masih suka telpon kalo malam"
"Winda juga masih sering main?"
"Kamu kayak wartawan aja, Rik. Nanya mulu. Hahahahaha"
"Orang pengen tau masak gak boleh. Aku kan udah lumayan lama gak main kesana jadi gak tau" ucapnya.
"Mereka pada titip salam buat kamu. Terutama Ganis itu yang berisik banget katanya kangen sama kamu" ucapku.
"Aku kan emang ngangenin. Hahahaha. Buktinya kamu bela-belain kesini cuma buat ngobrol sama aku. Apa gak kangen itu namanya?" Ucapnya tengil.
"Masih untung ada yang kangen sama kamu, Rik. Hahahahaha"
"Sialan. Awas kalo nanti nyari-nyari aku" ucapnya.
"Dih ngapain nyari kamu" ucapku.
"Buktiin aja, ntar juga bakal nyari aku" ucapnya lagi sambil menaik-turunkan alisnya tengil. Entah apa maksudnya.
"Kayaknya ada yang kamu sembunyiin dari aku ya Rik?" Tanyaku.
"Nggaaaak.. nggak Ada kok.. hahahahaha" ucapnya lagi masih dengan ekspresi tengilnya.
"Apaan Rik? Ngomong gak?"
"Apaan sih orang gak ada apa-apa kok" ucapnya semakin bertambah tengil.
"Ngomong gak.. aku gelitikin nih" ucapku sambil gelitikin dia.
"Hahahahaha.. geli ih.. udah.. udah Argaaaa.. hahahaha.. iya-iya udah stop dulu" ucapnya menahan geli.
"Makanya bilang dulu cepetan" ucapku.
"Makannya kamu diem dulu" sahutnya.
"Kamu sadar gak, Ga kalo ada orang yang lagi suka sama kamu? Bukan sekedar suka sih.. bisa-bisa dia benar-benar jatuh cinta sama kamu" sambungnya.
"Siapa? Kamu? Basi" potongku.
"Iih.. diem dulu ngapa sih" sahutnya sambil menoyor kepalaku.
"Iya iya.. galak banget"
"Makanya diem dulu.. dengerin dulu aku ngomong jangan dipotong dulu"
"Iya"
"Dieeem"
Dan aku langsung menutup mulutku dengan tangan kananku.
"Waktu kamu naik gunung kemarin kamu gak bilang kan sama Winda dan Ganis? Nah mereka berdua pada bingung nyariin kamu. Ditambah anak-anak basecamp juga pada gak ngomong kalo kamu lagi naik gunung" ucapnya.
"Laaaah. Ngapa mereka pada bingung. Lagian ngapain juga aku harus ngomong dulu?" Ucapku.
"Nah ini yang perlu kamu tau. Kamu tuh dari dulu emang gak peka banget ya, Ga. Dua cewek itu sama-sama suka sama kamu, ngerti gak?" ucapnya.
"Nggak.. Tau dari mana kamu, Rik?" Ucapku.
"Kan aku udah bilang tadi. Waktu kamu naik gunung kemarin mereka berdua nyari kamu. Dan nyarinya di aku. Mereka telpon aku, dikira kamu lagi sama aku" ucapnya.
"Oooooh.. terus aku musti gimana? Apa kamu nyuruh aku macarin mereka dua duanya?" Ucapku.
"Sembarangan kalo ngomong" ucapnya sambil menoyorku lagi.
"Lama-lama aku jadi bego kalo kamu toyorin terus, Rik" ucapku.
"Emang udah bego kamu, Ga. Bego banget malahan. Sekarang aku mau tanya ya, Ga. Kalau seandainya nih, seandainya aja.. kamu disuruh milih antara Winda dengan Ganis kamu pilih siapa?" Ucapnya.
"Kalo gak ada yang aku pilih?" Ucapku.
"Gak gak.. harus milih.. ini seandainya aja, Ga. Anggap aja kamu juga suka dengan mereka berdua dan kamu harus milih salah satu. Menurutmu siapa yang terbaik buat kamu. Jangan jawab keduanya baik!!! Aku tau mereka berdua baik, tapi menurutmu siapa yang paling baik buat kamu?" Ucapnya lagi.
"Hhmmmmm.... Siapa ya Rik? Bingung aku.. bentar aku mikir dulu" aku pun terdiam. Hingga beberapa saat.
"Gimana?" Rika memecah kesunyian.
"Kayaknya Ganis, Rik" ucapku.
"Ada alasannya gak?"
"Gak tau, aku gak mikirin alasan, aku dari tadi cuma nyoba ngerasain, diantara mereka berdua siapa yang paling sreg di hati aku. Terlepas dari semua kelebihan dan kekurangan mereka" ucapku.
"Oke deh" ucap Rika.
"Begitu doang?" Sahutku.
"Iya.. begitu doang. Aku cuma mau itu doang" jawabnya.
"Sialan, kirain beneran mau jodohin aku sama Ganis" ucapku.
"Kamu mau?" Tanyanya.
"Nggak.. nggak tau aku.. Tau ah Rik.. pusing aku" ucapku.
"Gak perlu pusing. Tinggal ngomong aja kamu mau, aku jamin beres" ucapnya.
"Nggak.. jangan Rik. Biarin aja kayak gini dulu lah" ucapku.
"Ya udah kalo maumu begitu" jawabnya.
"Keluar aja yuk, angkringan. Mumet aku" ucapku.
"Hahahahaha.. ya udah ayok.. susu jahe panas enak kayaknya buat ngilangin mumet. Hahahahaha" ucapnya.
"Sialan"
Lalu kami pun meluncur menuju angkringan untuk makan malam yang masih kesorean, dilanjut nongkrong sebentar, kemudian sehabis maghrib kami lanjut nongkrong lagi di taman kampusnya hingga malam dan aku pulang ke basecamp.
***
Sepulangnya dari kost Rika, selama 3 hari ini aku selalu saja kepikiran tentang percakapanku dengan Rika tempo hari. Kok bisa-bisanya aku milih Ganis ketika Rika bertanya seperti itu. Kenapa bukan Winda yang kupilih. Dan lagi, aku sama sekali tidak memikirkan alasan yang mendasarinya. Kalau mau membandingkan, keduanya tidak bisa dibandingkan. Soal fisik, keduanya sama-sama cantik. Baik? Keduanya juga baik. Apa mulai tumbuh rasa dalam hatiku untuk Ganis? Tapi selama ini aku merasa masih biasa saja. Entahlah. Lebih baik nanti malam aku telpon Rika saja.
Malamnya sebelum jadwal Ganis menelponku, aku pun menelpon Rika.
Tuuuut... Tuuuut... Tuuuut...
"Halo assalamualaikum cowok bego" ucapnya ketika mengangkat telpon.
"Sialan baru angkat telpon udah ngatain orang" ucapku.
"Salamnya dijawab dulu.. malah bilang sialan. Dosa tau!" Ucapnya.
"Iya iyaaa... WAALAIKUM SALAM kanjeng mami Rika yang super bawel" ucapku sambil memberikan penekanan pada jawaban salam.
"Yang ikhlas!" Sahutnya.
"Iya iyaaa.. waalaikumsalam Rika cantiiiiiik.." ucapku lagi dengan nada yang dimanis-maniskan.
"Nah gitu kan bagus.. anak pinteeer.. hahahahahaha" ucapnya.
"Ada apaan, Ga?" Sambungnya
"Tau.. jadi lupa aku mau ngomong apa" jawabku.
"Lah kok gitu"
"Habisnya kamu nyebelin sih Rik" ucapku.
"Hahahahaha.. gak usah ngambek lah.. kayak nenek-nenek gak kebagian tanktop aja" ucapnya.
"Udah udah.. kamu mau ngomong apa, Ga. Kalo sampe kamu telpon gini pasti serius" ucapnya.
"Gini Rik. Menurut kamu seberapa besar perasaan suka Ganis padaku?" Ucapku.
"Hmmmm.. akhirnya kamu nanya juga, Ga. Aku udah nunggu kamu nanya gini sejak lama" jawabnya.
"Sebenernya Ganis itu sering telponan sama aku, Ga. Gak tiap hari kayak dia nelpon kamu sih, tapi sering. Dan kamu tau yang diomongin? Selalu soal kamu. Jujur aku sempet cemburu, tapi udahlah gak perlu dibahas soal itu, kita udah pernah bahas kan. Dia selalu nanya tentang kamu. Apa aja tentang kamu selalu ditanyain. Dari situ aku udah bisa menduga kalo dia suka sama kamu, bahkan menurutku dia udah bener2 jatuh cinta sama kamu. Terakhir dia telpon tempo hari waktu kamu naik gunung. Seperti biasa selalu ngomongin kamu. Akhirnya aku pun menanyakan langsung ke dia mengenai perasaannya ke kamu. Dan dia mengakuinya dengan sangat jelas kalo dia suka sama kamu" ucapnya.
"Kalo dia emang suka sama aku, kenapa gak pernah ngomong langsung ke aku, Rik?" Ucapku.
"Bener kan.. kamu tuh pura-pura bego apa emang udah beneran jadi bego sih Ga? Dimana-mana namanya cewek itu gak bakalan bisa ngungkapin perasaannya langsung ke cowok yang disukainya. Kamu harusnya peka lah sama kode-kode yang dia kasih" ucapnya.
"Tapi dulu Winda bisa ngungkapin ke aku, Rik" sanggahku.
"Gak semuanya, Ga. Ada emang cewek yang berani mengungkapkan perasaannya secara langsung ke cowok yang disukainya. Tapi mayoritas gak bakalan bisa, dan Ganis termasuk di dalamnya" ucapnya.
"Terus menurut kamu aku harus gimana?" Tanyaku.
"Buka hati kamu" jawab Rika.
Usai mendengar jawaban Rika. Aku pun terdiam. Aku jadi berfikir. Apa emang bener yang namanya cewek itu seperti itu? Sungguh merepotkan.
"Kenapa diem?" Ucapnya lagi.
"Nanti aja deh aku pikirin" jawabku.
"Terserah. Jangan suka bikin orang kecewa, Ga. Kamu udah berkali-kali kayak gitu" ucapnya.
"Berkali-kali? Kapan?" Sahutku.
"Emang beneran kamu tuh bebal, Ga.. gak peka.. bego.. bener-bener bego.. Tau ah" ucapnya.
"Ya udah kalo gitu Rik. Udahan dulu ya. Biar aku mikir dulu soal ini" ucapku.
"Iya.. pokoknya pesanku satu itu, Ga. Jangan suka bikin orang kecewa" ucapnnya.
"Iya iyaa.. bawel ah.. udah ya assalamualaikum"
Tut Tut Tut... Aku langsung mematikan telpon tanpa menunggu jawaban dari Rika.
***
Dinihari, tanggal 31 Agustus 2006
Seperti biasa setelah lewat tengah malam Ganis menelponku. Aku menjawab telponnya dan ngobrol dengannya tentang apa saja. Aku tidak menyinggung tentang perasaannya seperti yang diceritakan Rika. Tapi aku masih terus kepikiran ketika aku ngobrol dengan Ganis. Hingga beberapa jam ngobrol akhirnya aku pun membuka pembicaraan serius dengannya.
"Nis aku mau tanya sesuatu sama kamu, boleh?" ucapku.
"Mau tanya mah tanya aja, Kak. Biasanya gimana? Pake ijin dulu segala" ucapnya.
"Kali ini pertanyaanku serius, Nis" ucapku dan dia hanya diam tanpa menjawab apapun.
"Aku mau tanya sama kamu. Perasaanmu sama aku seperti apa Nis? Kamu anggap aku seperti kakak kamu atau yang lain? Aku mau kamu jawab jujur" ucapku.
Ganis masih diam hingga beberapa saat aku selesai bicara. Hingga tiba-tiba aku mendengar suara tangis dari seberang telpon.
"Kok malah nangis, Nis? Ayo jawab aja ga pa2" ucapku.
"Hik.. hik.. maafin aku Kak. Jujur awalnya aku cuma anggap kamu seperti kakakku sendiri. Tapi makin kesini aku merasa ada perasaan lain. Aku jadi tertarik sama kamu bukan sekedar sebagai kakak. Jujur Kak... (Dia diam beberapa saat) jujur aku suka sama kamu. Hik.. hik.. (diam lagi beberapa saat) tapi aku sadar, Kak Arga gak ada perasaan apa-apa sama aku. Makanya aku merasa nyaman seperti ini saja. Aku gak berani bilang karena aku takut setelah ini Kak Arga bakal jauhi aku. Hik.. hik.. aku takut Kak.. aku nyaman deket Kak Arga.. aku nyaman ngobrol sama kamu. Jangan jauhi aku Kak.. hik.. hik..hik..." Ucapnya sambil nangis dan diakhiri dengan tangisan yang benar-benar pecah.
"Oke-oke.. udah diem jangan nangis.. sorry ya nis.. awalnya aku memang gak ada perasaan apa-apa sama kamu selain anggap kamu adikku. Tapi semakin kesini setelah Kita terbiasa ngobrol aku jadi sadar, ternyata aku juga perasaan yang sama. Meski belum benar-benar kuat, tapi aku juga ada rasa suka sama kamu. Kalau mulai malam ini kita coba dulu mulai hubungan sebagai kekasih kamu mau gak?" Ucapku.
Ganis tidak menjawab tapi tangisannya malah semakin menjadi. Aku masih membiarkan saja hingga dia tenang sendiri.
"Iya Kak aku mau. Tolong bimbing aku ya Kak" ucapnya setelah tangisannya reda.
"InsyaAllah, Nis" jawabku.
Akhirnya sejak pagi ini, tanggal 31 Agustus 2006, jamnya lupa, aku dan Ganis resmi jadian. Tapi jujur, saat itu aku masih belum ada perasaan apapun dengan Ganis selain menganggapnya adik. Aku hanya kasihan dengannya. Jahat ya..
Sore itu aku sedang santai di kostnya Rika. Yap hari ini memang aku sedang main ke kostnya. Iseng saja sih sebenarnya karena suntuk setiap hari dengan aktifitas yang itu-itu saja. Ganis masih setia menelponku setiap malam, meskipun siangnya mulai jarang main ke basecamp seperti saranku tempo hari supaya orang tuanya mengijinkan tetap aktif di organisasi. Winda masih hampir setiap hari datang memintaku mengantar jemput kuliah menggunakan motornya. Tapi hari ini aku terpaksa menolaknya karena aku memang berencana mau main ke kost Rika.
"Kamu mau ngajak aku kemana, Ga?" Tanya Rika
"Gak kemana-kemana sih Rik. Aku cuma pengen nongkrong aja di sini" jawabku
"Ya udah kalo gitu. Anak-anak gimana kabarnya?"
"Anak-anak yang mana ini maksudnya?"
"Semuanya lah"
"Anak-anak basecamp baik semua sih. Sandi sekarang jarang main. Paling kalo malam doang. Kalo anak-anak organisasi ya gitu lah. Mereka sekarang kan lagi masa perekrutan calon anggota baru. Lagi pada nyari calon anggota di siswa baru" ucapku.
"Ganis masih sering main?" Tanyanya lagi.
"Kadang-kadang aja sih sekarang. Tapi masih suka telpon kalo malam"
"Winda juga masih sering main?"
"Kamu kayak wartawan aja, Rik. Nanya mulu. Hahahahaha"
"Orang pengen tau masak gak boleh. Aku kan udah lumayan lama gak main kesana jadi gak tau" ucapnya.
"Mereka pada titip salam buat kamu. Terutama Ganis itu yang berisik banget katanya kangen sama kamu" ucapku.
"Aku kan emang ngangenin. Hahahaha. Buktinya kamu bela-belain kesini cuma buat ngobrol sama aku. Apa gak kangen itu namanya?" Ucapnya tengil.
"Masih untung ada yang kangen sama kamu, Rik. Hahahahaha"
"Sialan. Awas kalo nanti nyari-nyari aku" ucapnya.
"Dih ngapain nyari kamu" ucapku.
"Buktiin aja, ntar juga bakal nyari aku" ucapnya lagi sambil menaik-turunkan alisnya tengil. Entah apa maksudnya.
"Kayaknya ada yang kamu sembunyiin dari aku ya Rik?" Tanyaku.
"Nggaaaak.. nggak Ada kok.. hahahahaha" ucapnya lagi masih dengan ekspresi tengilnya.
"Apaan Rik? Ngomong gak?"
"Apaan sih orang gak ada apa-apa kok" ucapnya semakin bertambah tengil.
"Ngomong gak.. aku gelitikin nih" ucapku sambil gelitikin dia.
"Hahahahaha.. geli ih.. udah.. udah Argaaaa.. hahahaha.. iya-iya udah stop dulu" ucapnya menahan geli.
"Makanya bilang dulu cepetan" ucapku.
"Makannya kamu diem dulu" sahutnya.
"Kamu sadar gak, Ga kalo ada orang yang lagi suka sama kamu? Bukan sekedar suka sih.. bisa-bisa dia benar-benar jatuh cinta sama kamu" sambungnya.
"Siapa? Kamu? Basi" potongku.
"Iih.. diem dulu ngapa sih" sahutnya sambil menoyor kepalaku.
"Iya iya.. galak banget"
"Makanya diem dulu.. dengerin dulu aku ngomong jangan dipotong dulu"
"Iya"
"Dieeem"
Dan aku langsung menutup mulutku dengan tangan kananku.
"Waktu kamu naik gunung kemarin kamu gak bilang kan sama Winda dan Ganis? Nah mereka berdua pada bingung nyariin kamu. Ditambah anak-anak basecamp juga pada gak ngomong kalo kamu lagi naik gunung" ucapnya.
"Laaaah. Ngapa mereka pada bingung. Lagian ngapain juga aku harus ngomong dulu?" Ucapku.
"Nah ini yang perlu kamu tau. Kamu tuh dari dulu emang gak peka banget ya, Ga. Dua cewek itu sama-sama suka sama kamu, ngerti gak?" ucapnya.
"Nggak.. Tau dari mana kamu, Rik?" Ucapku.
"Kan aku udah bilang tadi. Waktu kamu naik gunung kemarin mereka berdua nyari kamu. Dan nyarinya di aku. Mereka telpon aku, dikira kamu lagi sama aku" ucapnya.
"Oooooh.. terus aku musti gimana? Apa kamu nyuruh aku macarin mereka dua duanya?" Ucapku.
"Sembarangan kalo ngomong" ucapnya sambil menoyorku lagi.
"Lama-lama aku jadi bego kalo kamu toyorin terus, Rik" ucapku.
"Emang udah bego kamu, Ga. Bego banget malahan. Sekarang aku mau tanya ya, Ga. Kalau seandainya nih, seandainya aja.. kamu disuruh milih antara Winda dengan Ganis kamu pilih siapa?" Ucapnya.
"Kalo gak ada yang aku pilih?" Ucapku.
"Gak gak.. harus milih.. ini seandainya aja, Ga. Anggap aja kamu juga suka dengan mereka berdua dan kamu harus milih salah satu. Menurutmu siapa yang terbaik buat kamu. Jangan jawab keduanya baik!!! Aku tau mereka berdua baik, tapi menurutmu siapa yang paling baik buat kamu?" Ucapnya lagi.
"Hhmmmmm.... Siapa ya Rik? Bingung aku.. bentar aku mikir dulu" aku pun terdiam. Hingga beberapa saat.
"Gimana?" Rika memecah kesunyian.
"Kayaknya Ganis, Rik" ucapku.
"Ada alasannya gak?"
"Gak tau, aku gak mikirin alasan, aku dari tadi cuma nyoba ngerasain, diantara mereka berdua siapa yang paling sreg di hati aku. Terlepas dari semua kelebihan dan kekurangan mereka" ucapku.
"Oke deh" ucap Rika.
"Begitu doang?" Sahutku.
"Iya.. begitu doang. Aku cuma mau itu doang" jawabnya.
"Sialan, kirain beneran mau jodohin aku sama Ganis" ucapku.
"Kamu mau?" Tanyanya.
"Nggak.. nggak tau aku.. Tau ah Rik.. pusing aku" ucapku.
"Gak perlu pusing. Tinggal ngomong aja kamu mau, aku jamin beres" ucapnya.
"Nggak.. jangan Rik. Biarin aja kayak gini dulu lah" ucapku.
"Ya udah kalo maumu begitu" jawabnya.
"Keluar aja yuk, angkringan. Mumet aku" ucapku.
"Hahahahaha.. ya udah ayok.. susu jahe panas enak kayaknya buat ngilangin mumet. Hahahahaha" ucapnya.
"Sialan"
Lalu kami pun meluncur menuju angkringan untuk makan malam yang masih kesorean, dilanjut nongkrong sebentar, kemudian sehabis maghrib kami lanjut nongkrong lagi di taman kampusnya hingga malam dan aku pulang ke basecamp.
***
Sepulangnya dari kost Rika, selama 3 hari ini aku selalu saja kepikiran tentang percakapanku dengan Rika tempo hari. Kok bisa-bisanya aku milih Ganis ketika Rika bertanya seperti itu. Kenapa bukan Winda yang kupilih. Dan lagi, aku sama sekali tidak memikirkan alasan yang mendasarinya. Kalau mau membandingkan, keduanya tidak bisa dibandingkan. Soal fisik, keduanya sama-sama cantik. Baik? Keduanya juga baik. Apa mulai tumbuh rasa dalam hatiku untuk Ganis? Tapi selama ini aku merasa masih biasa saja. Entahlah. Lebih baik nanti malam aku telpon Rika saja.
Malamnya sebelum jadwal Ganis menelponku, aku pun menelpon Rika.
Tuuuut... Tuuuut... Tuuuut...
"Halo assalamualaikum cowok bego" ucapnya ketika mengangkat telpon.
"Sialan baru angkat telpon udah ngatain orang" ucapku.
"Salamnya dijawab dulu.. malah bilang sialan. Dosa tau!" Ucapnya.
"Iya iyaaa... WAALAIKUM SALAM kanjeng mami Rika yang super bawel" ucapku sambil memberikan penekanan pada jawaban salam.
"Yang ikhlas!" Sahutnya.
"Iya iyaaa.. waalaikumsalam Rika cantiiiiiik.." ucapku lagi dengan nada yang dimanis-maniskan.
"Nah gitu kan bagus.. anak pinteeer.. hahahahahaha" ucapnya.
"Ada apaan, Ga?" Sambungnya
"Tau.. jadi lupa aku mau ngomong apa" jawabku.
"Lah kok gitu"
"Habisnya kamu nyebelin sih Rik" ucapku.
"Hahahahaha.. gak usah ngambek lah.. kayak nenek-nenek gak kebagian tanktop aja" ucapnya.
"Udah udah.. kamu mau ngomong apa, Ga. Kalo sampe kamu telpon gini pasti serius" ucapnya.
"Gini Rik. Menurut kamu seberapa besar perasaan suka Ganis padaku?" Ucapku.
"Hmmmm.. akhirnya kamu nanya juga, Ga. Aku udah nunggu kamu nanya gini sejak lama" jawabnya.
"Sebenernya Ganis itu sering telponan sama aku, Ga. Gak tiap hari kayak dia nelpon kamu sih, tapi sering. Dan kamu tau yang diomongin? Selalu soal kamu. Jujur aku sempet cemburu, tapi udahlah gak perlu dibahas soal itu, kita udah pernah bahas kan. Dia selalu nanya tentang kamu. Apa aja tentang kamu selalu ditanyain. Dari situ aku udah bisa menduga kalo dia suka sama kamu, bahkan menurutku dia udah bener2 jatuh cinta sama kamu. Terakhir dia telpon tempo hari waktu kamu naik gunung. Seperti biasa selalu ngomongin kamu. Akhirnya aku pun menanyakan langsung ke dia mengenai perasaannya ke kamu. Dan dia mengakuinya dengan sangat jelas kalo dia suka sama kamu" ucapnya.
"Kalo dia emang suka sama aku, kenapa gak pernah ngomong langsung ke aku, Rik?" Ucapku.
"Bener kan.. kamu tuh pura-pura bego apa emang udah beneran jadi bego sih Ga? Dimana-mana namanya cewek itu gak bakalan bisa ngungkapin perasaannya langsung ke cowok yang disukainya. Kamu harusnya peka lah sama kode-kode yang dia kasih" ucapnya.
"Tapi dulu Winda bisa ngungkapin ke aku, Rik" sanggahku.
"Gak semuanya, Ga. Ada emang cewek yang berani mengungkapkan perasaannya secara langsung ke cowok yang disukainya. Tapi mayoritas gak bakalan bisa, dan Ganis termasuk di dalamnya" ucapnya.
"Terus menurut kamu aku harus gimana?" Tanyaku.
"Buka hati kamu" jawab Rika.
Usai mendengar jawaban Rika. Aku pun terdiam. Aku jadi berfikir. Apa emang bener yang namanya cewek itu seperti itu? Sungguh merepotkan.
"Kenapa diem?" Ucapnya lagi.
"Nanti aja deh aku pikirin" jawabku.
"Terserah. Jangan suka bikin orang kecewa, Ga. Kamu udah berkali-kali kayak gitu" ucapnya.
"Berkali-kali? Kapan?" Sahutku.
"Emang beneran kamu tuh bebal, Ga.. gak peka.. bego.. bener-bener bego.. Tau ah" ucapnya.
"Ya udah kalo gitu Rik. Udahan dulu ya. Biar aku mikir dulu soal ini" ucapku.
"Iya.. pokoknya pesanku satu itu, Ga. Jangan suka bikin orang kecewa" ucapnnya.
"Iya iyaa.. bawel ah.. udah ya assalamualaikum"
Tut Tut Tut... Aku langsung mematikan telpon tanpa menunggu jawaban dari Rika.
***
Dinihari, tanggal 31 Agustus 2006
Seperti biasa setelah lewat tengah malam Ganis menelponku. Aku menjawab telponnya dan ngobrol dengannya tentang apa saja. Aku tidak menyinggung tentang perasaannya seperti yang diceritakan Rika. Tapi aku masih terus kepikiran ketika aku ngobrol dengan Ganis. Hingga beberapa jam ngobrol akhirnya aku pun membuka pembicaraan serius dengannya.
"Nis aku mau tanya sesuatu sama kamu, boleh?" ucapku.
"Mau tanya mah tanya aja, Kak. Biasanya gimana? Pake ijin dulu segala" ucapnya.
"Kali ini pertanyaanku serius, Nis" ucapku dan dia hanya diam tanpa menjawab apapun.
"Aku mau tanya sama kamu. Perasaanmu sama aku seperti apa Nis? Kamu anggap aku seperti kakak kamu atau yang lain? Aku mau kamu jawab jujur" ucapku.
Ganis masih diam hingga beberapa saat aku selesai bicara. Hingga tiba-tiba aku mendengar suara tangis dari seberang telpon.
"Kok malah nangis, Nis? Ayo jawab aja ga pa2" ucapku.
"Hik.. hik.. maafin aku Kak. Jujur awalnya aku cuma anggap kamu seperti kakakku sendiri. Tapi makin kesini aku merasa ada perasaan lain. Aku jadi tertarik sama kamu bukan sekedar sebagai kakak. Jujur Kak... (Dia diam beberapa saat) jujur aku suka sama kamu. Hik.. hik.. (diam lagi beberapa saat) tapi aku sadar, Kak Arga gak ada perasaan apa-apa sama aku. Makanya aku merasa nyaman seperti ini saja. Aku gak berani bilang karena aku takut setelah ini Kak Arga bakal jauhi aku. Hik.. hik.. aku takut Kak.. aku nyaman deket Kak Arga.. aku nyaman ngobrol sama kamu. Jangan jauhi aku Kak.. hik.. hik..hik..." Ucapnya sambil nangis dan diakhiri dengan tangisan yang benar-benar pecah.
"Oke-oke.. udah diem jangan nangis.. sorry ya nis.. awalnya aku memang gak ada perasaan apa-apa sama kamu selain anggap kamu adikku. Tapi semakin kesini setelah Kita terbiasa ngobrol aku jadi sadar, ternyata aku juga perasaan yang sama. Meski belum benar-benar kuat, tapi aku juga ada rasa suka sama kamu. Kalau mulai malam ini kita coba dulu mulai hubungan sebagai kekasih kamu mau gak?" Ucapku.
Ganis tidak menjawab tapi tangisannya malah semakin menjadi. Aku masih membiarkan saja hingga dia tenang sendiri.
"Iya Kak aku mau. Tolong bimbing aku ya Kak" ucapnya setelah tangisannya reda.
"InsyaAllah, Nis" jawabku.
Akhirnya sejak pagi ini, tanggal 31 Agustus 2006, jamnya lupa, aku dan Ganis resmi jadian. Tapi jujur, saat itu aku masih belum ada perasaan apapun dengan Ganis selain menganggapnya adik. Aku hanya kasihan dengannya. Jahat ya..
0