Quote:
"Silahkan duduk bro, eh ada Ika juga

, silahkan-silahkan.....pesen apa saja silahkan biar nanti masuk ke bill ku"
" Gak usah basa-basi bro, langsung saja , tolong jelasin semuanya. Bro, dek, ini sebenarnya ada apa?"
"Maaf mas.........."
Kata Novi seperti mau bilang sesuatu tapi tertahan.
"Kita udah tunangan bro, dan tanggal pernikahan juga sudah ditetapkan, jadi aku harap kamu jangan ganggu calon istri ku lagi"
kata orang itu.
Semua kata-kata ku dulu di balik sama dia. Aku layaknya pecundang sejati. Jujur aku sangat marah dan gak terima, tapi genggaman tangan Ika membuat ku masih bisa mengontrol diri.
"Dek apa itu benar?"
"Iya mas , kami akan segera menikah, dan tolong jangan panggil '
dek' lagi"
jawab Novi tapi gak berani menatapku.
Aku tertunduk tak berdaya setelah dengar langsung dari mulut Novi. Dan Ika semakin mengeratkan genggamannya.
"Ok, aku gak akan panggil dek lagi. Tapi aku belum tahu apa alasan di balik ini semua. Kita sudah berjanji kan setelah kamu lulus baru kamu mau nikah, tapi kenapa sekarang jadi seperti ini. Aku sudah berapa kali ngajak kamu nikah, tapi kamu gak pernah mau, alasan kamu selalu sama, nunggu lulus! Terus ini apa namanya?? Hah?? "
"........."
Novi diam tertunduk. Orang itu masih dengan senyumannya, senyuman yang semakin meruntuhkan harga diriku. Ika masih tetap menggenggam tanganku.
"Jadi selama ini kamu bilang cinta dan sayang itu cuma omong kosong?? Salah ku dimana nov? Kenapa kamu tega nglakuin ini semua, kalo emang gak sayang dan cinta sama aku kenapa gak bilang dari dulu, hah?? Aku benar-benar gak nyangka kamu bisa se-tega ini. Sekarang aku tanya, sebenarnya kamu cinta gak sih sama aku?"
".........."
Novi masih menunduk, sepertinya dia menangis
" Bro, kalo emang gak mau jangan di paksa"
kata orang itu
" Kamu diam

, nanti ada saatnya kamu buka mulut"
kataku sambil menatap tajam ke orang itu.
"Jawab nov"
sambungku.
".........."
Novi masih diam menangis
"Nov, pliss kasih aku penjelasan, jangan bikin aku seperti orang bego disini, kamu masih pacarku dan aku gak tahu apa yang terjadi dengan pacarku sendiri"
"Ternyata kamu gak lebih baik dari pacar-pacarku mbak, walaupun mereka gak berani main ke rumah, tapi setidaknya mereka berani jujur"
kali ini Ika ikut bicara.
"Maafin aku mas, aku memang pernah cinta sama kamu mas, tapi sekarang aku cinta sama dia, dia yang selalu ada buat ku"
kata Novi tapi berani melihat ku.
"Nov, tolong lihat aku dan ulangi sekali lagi"
Novi lalu mengusap air matanya, dia ambil nafas panjang dan dengan ragu-ragu dia mulai melihat ku....
"Aku cinta sama dia mas, dan akan menikah dengannya

"
Tak terasa pipi ku basah, aku benar-benar gak sanggup mendengar semua ini...... walaupun aku yakin kalo itu gak benar-benar dari dalam hatinya.
Lalu aku ngeluarin kotak merah dari kantong celana yang berisi dua cincin yang ada ukiran nama kami itu, lalu aku buka dan taruh di meja......
"Terus apa maksud kedatangan mu ke Jakarta kemarin? . Aku sudah siapin semuanya nov, kamu lihat ini, cincin yang ada tulisan nama kita"
Aku lihat raut wajah kaget saat aku tunjukin cincin itu.....dia diam sebentar,lalu...
"Sebenernya aku mau bilang selamat tinggal ke kamu mas, tapi melihat apa yang sudah kamu siapkan sampai ke Anyer, aku jadi gak tega"
"Oh masih punya rasa gak tega juga, hahaa
bullshittttttt
"
"Maaf"
"Maaf?? Gak butuh..."
Untuk pertama kalinya aku bicara kasar dan keras kepada Novi.
"Bro, jaga Novi, kamu pemenangnya, dan maaf untuk tulang rusukmu"
"........."
Senyum kemenangan
"Nov, semoga kamu bahagia dengan pilihanmu, aku pulang dan terimakasih untuk semuanya. Ayo ka"
"Tunggu mas"
kata Novi
"Hmm.......apalagi? masih kurang bikin aku hancur dan malu?"
"Ini cincin dan kalung salib darimu.......semua sisa saldo sudah aku transfer balik, dan uang yang sudah aku pake nanti aku kembalikan"
Novi mengeluarkan kotak kaca yang berisi cincin dan kalung salib.
"Emang berapa semuanya sayang? Nanti biar aku yang ganti"
sela orang itu
"Aku gak butuh, aku bahkan merasa gak pernah ngasih kamu apapun. Silahkan kamu buang saja. Ayo ka"
aku bicara ke Novi, aku gak menggubris ucapannya barusan.
Cincin pertama, sepasang cincin yang udah aku taruh di meja tadi, dan kalung itu gak aku sentuh lagi, aku melihatnya sudah seperti barang busuk.
No offense buat salib ya
Aku langsung menarik Ika dari sana. Jujur aku masih pengen ngomong banyak, karena masih banyak hal yang belum terjawab, masih banyak hal yang aku belum tau atau sengaja gak di kasih tau. Tapi aku gak peduli, harga diri ku sudah hancur disana. Pacarku sendiri bilang cinta sama orang lain dan di depan orang itu, gimana gak hancur harga diriku. Laki-laki itu yang utama harga dirinya, dan harga diriku sudah di hancur leburkan olehnya.
Di dalam mobil, pipiku kembali basah. Aku gak bisa menuliskan apa yang aku rasakan saat itu. Mungkin jika ada level rasa perih dan sakit hati seperti rasa pedas, mungkin level rasa perih dan sakit hatiku ada di level tertinggi. Aku sudah gak bisa menahan lagi, aku teriak di dalam mobil.
Quote:
"Udah mas, gak pantes mas menangisi mereka"
Tangannya kembali menyentuh tanganku, dan aku merasa lebih baik...
"........"aku hanya diam
"Udah malem mas, anterin Ika pulang ya"
"Iya ka, maaf"
Aku langsung menyalakan mesin mobilnya mbak Dita, dan aku langsung menuju ke arah selatan. Di dalam mobil kami hanya diam. Aku lagi males bicara apapun, dan Ika sepertinya juga enggan untuk buka suara. Butuh sekitar satu jam perjalanan untuk sampai ke rumah Ika. Kemudian kami turun, aku mengantar Ika masuk ke rumahnya.
Quote:
Laki-laki bro, kalo mengantarkan anak gadis itu harus sampai dia masuk rumah, dan pamit sama orang tuanya, meskipun berangkatnya dia gak sama kamu, itu namanya etika dan tanggung jawab. Itu wajib kalo kamu merasa laki-laki dan masih masuk ras manusia. Dan bonusnya, kamu akan semakin baik di mata orang tuanya, dan restu untuk memacari/meminang anaknya akan dengan mudah kamu dapatkan.
Hampir jam setengah sepuluh malam kami sampai di rumah, sudah terlalu malam memang untuk seorang anak gadis pulang. Dan aku sudah siap kalo mau di marahin orang tuanya. Benar itu bukan mauku , karena ini semua di luar rencana ku, tapi karena saat ini dia bersamaku ya aku yang harus tanggung jawab......di teras rumah Ika.......
Quote:
"Mas, besok bisa anterin Ika sekolah gak? Motor Ika kan masih di sekolah"
"Bisa ka, besok aku anterin sekalian mau balikin mobil juga"
"Terimakasih ya mas"
"Aku ka yang terimakasih, aku gak tau apa yang akan terjadi tadi jika gak ada kamu"
"Iya mas" Ika tersipu.
"Bapak ibu mana, aku mau pamit"
"Sebentar mas"
Ika ketuk pintu rumahnya, dan tak lama ibunya keluar......
"Dari mana aja nduk,kok baru pulang. Loh kok sama Abenk!"
"Dari tempat mbak Dita buk, mbak Dita lagi sakit jadi mas Benk yang nganterin pulang"
"Dita sakit apa?"
"Biasa lah Bu, meriang dikit"
"Oh iya Benk, terimakasih sudah nganterin Ika pulang"
"Iya Bu, ya udah saya pamit dulu"
"Iya Benk"
Salim dan cium tangan ibunya Ika,lalu mereka masuk. Saat aku mau pulang aku lihat bapaknya Ika, sepertinya beliau baru pulang nongkrong di tetangga.
Quote:
"Eh benk, dari mana?"
" Ini om, nganterin Ika pulang dari tempat mbak Dita"
"Oh .....ayo duduk dulu aku mau ngomong"
Aku kembali ke teras rumah Ika mengikuti bapaknya Ika. Kemudian bapaknya Ika manggil istrinya...... setelah istrinya keluar.....
"Buk, tolong bikinin kopi ,dua ya buk"
"Njeh pak"
Setelah itu bapaknya Ika duduk di depanku......
"Pas banget kamu kesini, aku mau ngomong penting"
"Penting? Apa om"
"Kamu masih pacaran sama Novi?"
"Masih om"
padahal aku baru saja di hancurkannya
"Jadi gini Benk... .."
Belum selesai bicara, ibunya Ika keluar bawa nampan berisi dua gelas kopi......lalu ibunya ikut duduk di samping suaminya.....
"Jadi gini Benk, kemarin ada yang datang kesini, rombongan keluarga dari solo, dan mereka kesini itu mau melamar Novi"
"........."
Aku diam
"Aku juga tau keseriusan mu sama Novi, tapi kamu harus berbesar hati. Karena Novi menerima lamaran itu. Aku gak bisa apa-apa Benk, karena yang mau menjalani kan Novi, posisiku hanya wali di sini"
"Iya om ,gak papa, mungkin memang Novi bukan jodoh ku"
"Jadi inget cerita ibunya Novi ya pak"
sela ibunya Ika
"Hush, ibuk. Jangan ungkit masalalu"
"Kamu yang sabar Benk, jodoh sudah ada yang ngatur"
kata ibunya Ika lagi.
"Iya Bu, saya berusaha menerima semua ini"
"Ya udah ibu masuk dulu, kalian terusin ngobrolnya"
Lalu ibunya Ika masuk rumah.....
"Kopi nya diminum benk, keburu dingin malah gak enak"
kata bapak Ika sambil menyalakan rokoknya.
"Iya om"
aku lalu menyeruput kopi dan mengeluarkan udud ku, lalu ku nyalakan.
"Pemberkatan nya besok di gereja, lalu resepsi nya disini"
"Besok saya bantuin om bangun tenda dan ngurusin acara nya"
"Kayak kamu kuat aja, nanti kamu guling-guling nangis darah lihat Novi duduk di pelaminan

hahaaaa"
keterlaluan bercandanya bapak Ika.
" Ya gak lah om ,masak sampe segitunya"
padahal bisa saja seperti itu
Lalu kami ngobrol dan udud santai sampai tengah malam sebelum akhirnya aku pamit pulang.
Di rumah ternyata bapak sama pamanku masih ngobrol di luar. Mereka seperti heran ada mobil masuk ke halaman rumah malam-malam.
Quote:
"Assalamualaikum"
"Walaikumsalam. Loh le, mau pulang kok gak bilang-bilang, itu kenapa kamu bawa mobilnya pak xxxxxx(bapaknya mbak Dita dan sendi)"
Sebelum jawab pertanyaan bapak, aku Salim dan cium tangan mereka dulu, lalu duduk bareng mereka......
"Tadi mampir kosan mbak Dita dulu pak, lagi meriang dia, tadi ada Ika juga disana jadi di suruh pake mobilnya sekalian nganterin Ika"
" Oooo......Yo wes sana masuk dulu , bersih-bersih sama makan dulu, sepertinya nasinya masih"
"Iya pak"
Aku langsung masuk ke rumah ku, bersih-bersih lalu makan. Di rumah itu harus makan, karena masakan ibu itu selalu enak. Setelah makan aku keluar, udud dulu lah. Di luar ternyata hanya tinggal ada bapak.....
Quote:
"Ada apa le, kok tiba-tiba pulang?"
"Mau nglurusin masalah aja pak"
"Novi?" Bapak sepertinya sudah tau
" Nggeh pak"
"Yo wes le, berarti bukan jodohmu, yang ikhlas"
"Iya pak, saya sudah ikhlas kok"
Setelah itu kita bicara banyak antara bapak dan anak.
Quote:
"Kamu anak pertama, tugasmu menggantikan bapak, jaga adik-adikmu dan ibumu. Kamu dekat kan sama mehonk, sering-seringlah di tengok" kata bapak yang saat itu aku gak tau maksudnya. Mehonk saat itu baru aja masuk universitas di tangsel.
Paginya, setelah sholat subuh, aku bantuin ibu motong ayam, bapak masih ngepel masjid setelah sholat subuh tadi. Setelah selesai dengan ayam, aku ngecek hp karena dari semalam belum tak pegang. Ada pesan dari Ika......
Quote:

"Mas, besok jemput jam 6 bisa?" ngirimnya sudah dari tadi malam, dan sekarang sudah jam setengah enam

"Bisa ka, ya udah tak siap-siap"

"Huh, kirain gak bisa, ya udah Ika tunggu"
Aku lalu manasin mobil dan ganti baju, kalo mandi dari sebelum sholat subuh aku sudah mandi, dan itu jadi kebiasaan sampe sekarang. Kemudian pamit sama bapak ibu mau balikin mobil dulu.
Jam 6 kurang dikit aku sudah di halaman rumah Ika. Setelah pamit sama kedua orang tuanya, kita pun berangkat.
Quote:
"Kok pagi banget sih ka"
"Gak papa mas, nanti temenin Ika sarapan di depan sekolah dulu ya mas"
"Kamu belum sarapan? Kenapa tadi gak sarapan dulu"
"Sengaja mas, biar bisa sarapan bareng kamu

, mas juga belum sarapan kan?"
"Ada-ada aja kamu ini"
aku merasa aneh , aku lebih tenang saat dekat dengan Ika.
Gak terasa kita sudah sampai di depan sekolah, beberapa anak memang sudah datang. Rajin amat, pagi-pagi sudah ada di sekolah. Di warung depan sekolahnya, kita sarapan. Makin lama banyak anak-anak yang sudah datang ke sekolah, dan mampir warung dulu, kebanyakan sih cowo padahal kan sekolahnya Ika itu rata-rata isinya cewe. Mata anak-anak itu menatap sinis ke arah kami, ya jelas sih, Ika kan makhluk paling cantik di sekolahnya.
Setelah Ika masuk ke gerbang sekolahnya, aku lanjut ke tempat mbak Dita. Sampai kosan mbak Dita , aku lihat mbak Dita sedang menyiram tanaman hias di depan kosan, sudah sehat dia.
Quote:
"Wuih

, udah sehat nih"
"Siapa juga yang sakit. Gimana semalam?"
"Ya gitulah mbak, aku masih berusaha meng-ikhlas-kannya"
"Ya kamu harus bisa. Eh udah sarapan belum?"
"Udah tadi sama Ika"
"Ciee

gak dapet mbaknya, adiknya pun jadi"
"Ngaco kamu mbak

, ya nggak lah"
"Cuma belum saja . Yuk masuk"
Aku ikut mbak Dita masuk ke kamarnya. Dan setelah di dalam kamarnya.....
"Semalem Novi dan calonnya kesini, dia nitip ini"
Mbak Dita nunjukin dua kotak yang aku tinggal semalam di meja cafe.
"Buang aja Mbak, itu sudah jadi sampah di mataku"
"Kamu jual lagi terus kasih ke yayasan sosial, itu lebih bermanfaat"
"Ya udah kamu aja mbak, aku sudah males ngurusin itu"
"Ya udah, nanti kalo aku sempat"
Setelah itu mbak Dita mandi dan siap-siap mau ke distro. Mbak Dita kelakuannya hampir sama dengan Nayla, suka seenaknya ganti baju di depanku

.
Seharian aku menemani mbak Dita di distro, dan ternyata ada mbak Silvi juga disana

. Di jari manisnya sudah melingkar cincin dari mas Agung

. Duh patah lagi hatiku, beruntung banget kamu mas bisa dapetin mbak Silvi. Disana aku jadi bahan ledekan mereka walau kadang terselip kata-kata penyemangat dari mbak Silvi.
Menjelang sore mbak Dita mau pulang ke Bant*l sekalian nganterin aku. Setelah pamit sama karyawannya, kita pun pulang. Mbak Silvi sudah di jemput pangerannya tadi siang. Mbak Dita ngajak mampir dulu ke warung bakso sebelum sampai rumah. Biasalah, warung bakso sebelah barat SMP ku dulu, warung bakso yang selalu ramai. Orang Bant*l langsung ngerti ini .
Mbak Dita mampir dulu ke rumahku. Kebetulan ada ibu dan tanteku, jadilah mereka ngrumpi, kamu sudah cocok mbak jadi ibu-ibu

haha. Yang jadi bahan rumpian tentu saja aku, karena berita pernikahan Novi yang tinggal menghitung hari sudah tersebar ke penjuru kampung. Bapak sudah berangkat narik, bapak mau narik malam hari ini.
Malamnya aku cuma di rumah, gak bisa kemana-mana karena hujan deras, langit seolah tau suasana hatiku. Malam itu aku banyak di teras menghabiskan udud menikmati suara air hujan dan kodok yang saling bersahutan.
Paginya setelah sholat subuh aku lari keliling sawah, tanah masih basah karena bekas hujan. Sempat ketemu Ika di dekat saluran irigasi saat mau berangkat sekolah. Dia naik Supra x yang sudah di modif sedemikian rupa. Ika memang suka main variasi motor. Dia berhenti, lalu membuka tasnya.......dan mengeluarkan botol minuman.....
Quote:
"Minum dulu mas, keringatnya banyak gitu"
"Duh tau aja kalo aku haus, terimakasih"
"Dapet berapa puteran mas?"
"Tujuh mungkin, gak ngitung juga"
"Gila, banyak banget, pantes keringat nya banyak"
"Duh ka, abis je minum mu"
"Gak papa mas, nanti Ika beli lagi aja. Ya udah mas, Ika berangkat dulu"
"Iya ka , hati-hati. Lain kali mbok yo pake helm"
"Enakan gini mas, udah ah, bye mas Benk"
Lalu Ika pun berlalu, aku jadi gak enak udah menghabiskan bekal minumnya.
Aku sudah di rumah, sudah mandi lagi dan sarapan setelah lari keliling sawah tadi. Tak lama bapak pulang dari narik. Adik-adikku sudah pada berangkat sekolah, mehonk yang belum aktif di kampus masih di rumah tapi dari semalam dia belum pulang. Aku pamit mau main ke rumah sendi. Di sana sendi lagi ngelapin si ijo kesayangannya......
Quote:
"Pagi-pagi kok ngelus motor, Vita(
pacarnya sendi anak kedokteran u*m) tuh di elus"
"Asuu yo haaha, tuh bojo-mu juga lagi di elus orang"
"Menengo suu

......"
"Hahaa

selow dab, wedokan ora ming Novi tok, Ika yo manteb to, wes ceraki wae. Opo neng Jakarta wes ono serep e

wkwkwkkk"
Hampir satu jam aku di rumah sendi, tiba-tiba ada rame-rame. Lalu ada bapak-bapak tetangga rumahku mendekat.....
Quote:
"Benk, bapakmu jatuh dari pohon kelapa, sudah di bawa ke rumah sakit xxxxxx, susul buruan"
"Yang bener pak?"
"Serius"
Langsung perasaan ku gak enak....
"Wes Benk ayo cepetan" kata sendi sambil menyalakan si ijo
Gak pake lama aku sama sendi langsung ke rumah sakit. Disana sudah ada ibu, tante , paman dan beberapa tetangga sekitar rumahku. Aku lihat ibu dan tante menangis berpelukan. Pamanku lalu mendekatiku........dan sambil memelukku, paman berkata.......
Quote:
"Sabar ya Benk, kakang wes raono" pamanku manggil bapakku itu kakang atau kakak dalam bahasa Indonesia.
Pipiku kembali basah, aku jatuh terduduk. Luka yang di buat Novi masih terbuka lebar, dan sekarang bapak pergi untuk selamanya......ya Tuhan, skenario apalagi yang Kau mainkan pada hambamu ini.........jadi maksud bapak malam itu nyuruh aku jaga adik-adikku dan ibu adalah permintaan terakhir beliau.....
Quote:
Aku terjatuh ke titik paling rendah dalam hidupku, jatuh sejatuh-jatuhnya...........
____________________
Al-fatihah.